Oleh Kelompok 4:
Ilham Niawan S
152211101070
Mufida
152211101078
Rizki Jauzi
152211101079
Katasha Viga A
152211101083
Nurul Faridah
152211101093
Wiji Saputro
152211101095
Ichlasul Amalia E
152211101009
1522111010101
1522111010110
Yuni Winarni
1522111010115
1522111010126
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS JEMBER
2015
DAFTAR PUSTAKA
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 1
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 2
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II. PEMBAHASAN ...................................................................................... 6
2.1 Pelayanan Resep di Apotek ........................................................................ 6
2.2 Pelayanan Non Resep di Apotek .............................................................. 15
2.3 Obat Keras ................................................................................................. 29
2.4 Obat Narkotik dan Psikotropik ............................................................... 30
2.5 Obat Generik ............................................................................................. 32
BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 30
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 34
BAB I. PENDAHULUAN
penyakit
serta
ilmu
pengetahuan
dan
teknologi
dalam
bidang
penulis resep; nama, alamat, umur, jenis kelamin dan berat badan pasien; nama
obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta; cara pemakaian yang jelas; informasi
lainnya), (2) kesesuaian farmasetik (bentuk sediaan; dosis; potensi; stabilitas;
inkompatibilitas; cara dan lama pemberian, (3) pertimbangan klinis (adanya
alergi; efek samping; interaksi; kesesuaian (dosis, durasi, jumlah obat dan lainlain); membuat kartu pengobatan pasien (medication record). Jika ada keraguan
terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis resep dengan
memberikan pertimbangan dan alternative seperlunya bila perlu menggunakan
persetujuan setelah pemberitahuan.
Penyiapan obat di apotek meliputi peracikan yaitu kegiatan menyiapkan,
menimbang, mencampur, mengemas dan memberikan etiket pada wadah. Dalam
melaksanakan peracikan obat harus dibuat suatu prosedur tetap dengan
memperhatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar
(Anonim, 2004), pemberian etiket harus jelas dan dapat dibaca, obat yang
diserahkan atas dasar resep harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk
obat 12 dalam dan warna biru untuk obat luar (Hartini dan Sulasmono, 2006),
obat hendaknya dikemas dengan rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga
kualitasnya. Sebelum obat diserahkan kepada pasien harus dilakukan pemeriksaan
akhir terhadap kesesuaian antara obat dengan resep. Penyerahan obat dilakukan
oleh apoteker disertai pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien
(Anonim, 2004). Apoteker harus memberikan informasi yang benar, jelas dan
mudah dimengerti, akurat, tidak bias, etis, bijaksana dan terkini. Informasi obat
pada
pasien
sekurang-kurangnya
meliputi:
cara
pemakaian
obat,
cara
pasien tertentu
No L
S 1 dd I
R/ Hp Pro
No XXX
S 1 dd I
Pro
: Bader
a. Skrining resep
-
10
22-07-2011
-
No L
S 1 dd I
R/ Hp Pro
No XXX
S 1 dd I
b. Spesifikasi obat
Zumafib
Komposisi
: Fenofibrat
Efek farmakologis
Fenofibrat
merupakan
agonis
peroxisome
Gastrointestinal
(2%).
Neuromuskular dan skeletal : Nyeri punggung (3%) (Lacy, et al. 2009).
Kontraindikasi
Interaksi Obat
: Hipertrigliseridemia
45-135
mg
perhari.
Dosis
11
HP Pro
Komposisi
12
indikasi
obat-obat
pasien mengeluh
mengalami
gemuk/obesitas).
Dalam
dalam
resep
kolesterol
resep
serta
yang
keluhan
tinggi
pasien
(Pasien
yaitu
berbadan
digunakan dosis yang paling kecil yang beredar dipasaran yaitu 100 mg.
Umumnya pada dosis tersebut digunakan untuk pengobatan hipertrigliseridemia
dengan dosis 100 mg per hari dikonsumsi dalam jangka waktu yang lama (50
hari). Obat Hp Pro digunakan untuk melindungi fungsi hati dan mencegah
kerusakan hati, karenahiperkolestrolemia dapat menyebabkan perlemakan hati
(fatty liver). Selain itu, pasien Bader mengkonsumsi obat dalam jangka waktu
yang lama (50 hari). Hp Pro disini hanya sebagai suplemen saja, maka dosis 1 kali
sehari sudah cukup.
Tepat Obat
Obat
yang
diresepkan
dokter
adalah
dan Hipertrigliseridemia.
Zumafib yang
HP
Pro
Dosis dalam resep tidak dicantumkan sehingga digunakan dosis yang paling kecil
yang beredar dipasaran yaitu 100 mg.
Sekali pakai : 100 mg
Sehari pakai : 100 mg (sudah sesuai dengan rentang terapeutik).
13
Penawaran 1
Penawaran 2
Zumafib 50 kapsul
Rp
Rp
140.000,00(Zumafib/Sandoz)
(Fenofibrat)
HP
135.000,00(Felosma/Bernofarm)
pro @Rp
Rp 120.000,00
Rp 120.000,00
Rp
Rp
4.000,00
Biaya
3.000,00
3.000,00
Tambahan(Plastik
Klip)
Jumlah
Rp 163.000,00
Rp 158.000,00
14
15
pelayanan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) serta pelayanan obat kepada
masyarakat perlu ditingkatkan dalam rangka peningkatan pengobatan sendiri.
Adapun persyaratan yang harus dilakukan dalam penyerahan OWA sebagai
berikut :
1. Apoteker wajib melakukan pencatatan yang benar mengenai data pasien
serta penyakit yang di derita.
2. Apoteker wajib memenuhi ketentuan jenis dan jumlah yang boleh
diberikan kepada pasien.
3. Apoteker wajib memberikan informasi obat secara benar mencakup
indikasi,kontraindikasi, cara pemakaian, cara penyimpanan dan efek
16
samping obat yang mungkin timbul dan tindakan yang disarankan jika
timbul efek samping.
Selain itu obat-obat yang digolongkan dalam OWA adalah obat yang
diperlukan bagi kebanyakan penyakit yang diderita pasien, antara lain anti
inflamasi,obat alergi, infeksi kulit dan mata, anti alergi sistemik, obat KB
hormonal dll.
Contoh pelayanan OWA :
Pasien yang ingin membeli obat ranitidin, sebagai seorang apoteker
harus melayani sesuai dengan standar pelayanan yang telah ditentukan. Obat
ranitidin ini boleh di berikan walaupun tanpa resep dokter karena ranitidin
termasuk dalam OWA no.3, namun pemberian obat hanya atas dasar pengobatan
ulangan dari dokter dengan jumah maksimal yang dapat diberikan adalah 10 tablet
dengan kandungan obat 150mg. Apoteker juga harus memberikan informasi
terkait obat ranitidin kepada pasien dengan mengingatkan kembali cara pemakaian
yaitu obat dapat di minum dua kali sehari satu tablet atau dengan kata lain tiap
12 jam pada pagi hari dan saat mau tidur atau diminum dua tablet sekaligus saat
mau tidur. Selain itu perlu diberitahukan kepada pasien tentang efek samping
yang sering terjadi yaitu obat ranitidin dapat menyebabkan pusing sehingga perlu
hati-hati jika pasien ingin bepergian atau mengemudi (A to Z Drug Facts).
Informasi lain yang dapat diberikan ke pasien adalah selama menggunakan obat
ini, hindarilah konsumsi makanan atau minuman yang dapat memperparah gejala
agar keefektifan obat maksimal. Misalnya makanan pedas, cokelat, tomat,
minuman keras, dan minuman panas, khususnya kopi. Dianjurkan pula untuk
berhenti merokok karena merokok memicu produksi asam lambung.
b. Obat bebas
Obat bebas adalah obat yang dijual bebas di pasaran dan dapat dibeli
tanpa resep dokter. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas adalah
lingkaran hijau dengan garis tepi berwarna hitam. Pemberian obat bebas tanpa
resep dokter diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014
yang menyebutkan bahwa Apoteker di Apotek juga dapat melayani Obat non
Resep atau pelayanan swamedikasi, Apoteker harus memberikan edukasi kepada
17
pasien yang memerlukan Obat non Resep untuk penyakit ringan dengan
memilihkan Obat bebas atau bebas terbatas yang sesuai. Beberapa contoh obat
bebas diantaranya adalah promag sebagai obat maag, sanmol sebagai obat demam,
bodrex sebagai obai sakit kepala, dan lain-lain.
Penggunaan obat bebas dalam pengobatan sendiri (swamedikasi) harus
mengikuti prinsip penggunaan obat secara umum, yaitu penggunaan obat yang
sudah terbukti keamanan, khasiat dan kualitasnya, serta membutuhkan pemilihan
obat yang tepat sesuai dengan indikasi penyakit dan kondisi pasien. Sebagai
seorang profesional kesehatan dalam bidang kefarmasian, Apoteker mempunyai
peran yang sangat penting dalam memberikan bantuan, nasehat dan petunjuk
kepada masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi. Apoteker harus dapat
menekankan kepada pasien, bahwa walaupun dapat diperoleh tanpa resep dokter,
namun penggunaan obat bebas tetap dapat menimbulkan bahaya dan efek samping
yang tidak dikehendaki jika dipergunakan secara tidak semestinya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan dari penggunaan obat bebas diantaranya adalah :
1. Penggunaan obat tidak untuk pemakaian secara terus menerus.
2. Penggunaan obat sesuai dengan anjuran yang tertera pada brosur.
3. Obat digunakan sesuai dengan petunjuk penggunaan, pada saat yang tepat
dan dalam jangka waktu terapi sesuai dengan anjuran.
4. Bila obat yang digunakan menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan,
hentikan penggunaan dan tanyakan kepada Apoteker dan dokter.
Dalam penggunaan obat bebas, Apoteker memiliki dua peran yang sangat
penting, yaitu menyediakan produk obat yang sudah terbukti keamanan, khasiat
dan kualitasnya serta memberikan informasi yang dibutuhkan atau melakukan
konseling kepada pasien (dan keluarganya) agar obat digunakan secara aman,
tepat dan rasional. Konseling dilakukan terutama dalam mempertimbangkan :
-
18
19
dengan kelebihan asam lambung dan nyeri lambung atau yang biasa disebut maag.
Obat ini aman digunakan untuk ibu hamil. Aturan pakainya untuk orang dewasa
sehari 3-4 kali masing-masing 1-2 tablet, untuk anak-anak sehari 3-4 kali masingmasing 1/2-1 tablet. Waktu yang tepat untuk menggunakan obat ini adalah pada
saat merasakan gejala maag, satu jam sebelum atau sesudah makan, dan sebelum
tidur malam, digunakan sebelum tidur malam dengan maksud agar obat dapat
dengan cepat menetralisir sehingga lambung tetap terasa nyaman saat bangun
tidur. Selama pengobatan disarankan untuk tidak mengonsumsi makanan pedas,
asam dan bersantan, serta tidak telat makan. Mohon disimpan obat ini ditempat
yang sejuk terhindar dari sinar matahari langsung. Jika setelah minum obat ini
penyakit tidak kunjung sembuh atau timbul gejala yang tidak nyaman, mohon
segera menghubungi dokter.
c. Obat bebas terbatas
Obat bebas terbatas adalah obat yang sebenarnya termasuk obat keras
tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter, dan disertai dengan
tanda peringatan. Tanda khusus pada kemasan dan etiket obat bebas terbatas
adalah lingkaran biru dengan garis tepi berwarna hitam. Tanda peringatan selalu
tercantum pada kemasan obat bebas terbatas, berupa empat persegi panjang
berwarna hitam berukuran panjang 5 (lima) sentimeter, lebar 2 (dua) sentimeter
dan memuat pemberitahuan berwarna putih.
20
saluran respiratorik,
menyebabkan
aliran udara
terbatas
dan
Bentuk Sediaan
: Tablet
Cara Pakai
Hati hati jika digunakan pada ibu hamil dan menyusui, sebaiknya
menghubungi dokter terlebih dahulu
21
NAMA DAGANG
NAMA GENERIC
DAN GOLONGAN
Parazon
Propifenazon
INDIKASI
Untuk sakit kepala, sakit gigi, nyeri waktu haid, dan
menurunkan demam
Zevit-C
Vit. C
Xepavit
Vit. E
Zevibex
Vit. B1
Upixon
Piperasilin
Konvermex
Pirantel pamuat
Untuk antelmintik
Tablet Ephedrinum 25
Ephedrine 25 mg
mg (P1)
Tablet Santonin 30 mg
Decolgen
Bekerja
sebagai
analgesik-antipiretik,
dekongestan
Neozep
Bekerja
sebagai
analgesik-antipiretik,
dekongestan
: Pirantil pamoat
Kegunaan
22
23
Hal ini untuk memastikan apakah swamedikasi dapat dilakukan atau tidak.
Ataukah perlu
dilakukan pemeriksaan ke dokter jika memang gejala telah muncul dalam
waktu lama.
4. Apa alergi yang dimiliki?
Untuk mengetahui apakah pasien hipersensitif terhadap bahan obat.
Setelah itu apoteker bisa merekomendasikan suatu obat untuk
meringankan gejala sakitnya dengan mencoba menentukan penyebab sakitnya
sehingga dapat mencegah terjadinya sakit kembali dan juga bisa menyarankan
pada perubahan pola hidup/non farmakologi yang penting dalam mengatasi
sakitnya. Apoteker dapat menyarankan pasien pergi ke dokter jika pasien tersebut
kondisinya berat atau parah.
Tahap selanjutnya yang perlu dilakukan apoteker dalam pemberian obat
golongan ini ialah pemberian informasi sebagai berikut:
1. Khasiat obat: apoteker perlu menerangkan dengan jelas apa khasiat obat
yang bersangkutan, apakah pasien memang benar-benar mengalami
keluhan di area rongga mulut.
2. Kontraindikasi: pasien juga perlu diberi tahu dengan jelas kontraindikasi
dari obat yang diberikan, agar tidak menggunakannya jika memiliki
kontraindikasi dimaksud.
3. Efek samping dan cara mengatasinya: pasien juga perlu diberi informasi
tentang efek samping yang mungkin muncul, serta apa yang harus
dilakukan untuk menghindari atau mengatasinya. Dan umumnya untuk
obat kumur, efek samping yang timbul adalah sensasi rasa mengigit/perih,
mulut kering.
4. Cara pemakaian: penggunaan obat golongan ini dengan dituang pada
sendok makan, kumur selama 30 detik - 1 menit., dapat diulang beberapa
kali sehari. Untuk obat ini tidak disarankan berkumur langsung dari botol
karena apabila tersentuh ludah, bahan akan terkontaminasi, sehingga
bahan aktif selebihnya di dalam botol dapat menjadi rusak dan akibatnya
tidak berguna lagi untuk pemakaian selanjutnya.
24
5. Dosis: penggunaan obat ini dengan sendok makan dengan takaran kurang
lebih 10-15 ml.
6. Waktu pemakaian: waktu pemakaian paling sedikit sekali sehari dan
waktu yang paling tepat menggunakan obat kumur adalah sebelum tidur
karena obat kumur memberikan efek antibakteri selama tidur saat aktivitas
bakteri penyebab bau mulut meningkat.
7. Lama penggunaan: lama penggunaan obat golongan ini secara terus
menerus tidak lebih dari 7 hari.
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat tersebut, misalnya
pantangan makanan atau tidak boleh minum obat tertentu dalam waktu
bersamaan.
9. Hal apa yang harus dilakukan jika lupa memakai obat.
10. Cara penyimpanan obat yang baik.
11. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa.
12. Cara membedakan obat yang masih baik dan sudah rusak.
NAMA DAGANG
DOSIS
1.
Canesten
Oleskan
sehari
INDIKASI
2-3x
Pengobatan
topikal
disebabkan
Candida
dari
kandidiasis
albicans,
pityriasis
Trichophyton
menta
grophytes,
Isodine mundipharma
25
Biosepton
berat,
mencegah
infeksi,
dan
Betadine
timbulnya
infeksi
pada
luka,
Santadex
paling sedikit 48
jam
6.
Insto
mata,
3-4
kali
sehari
7.
Kalpanax K
8.
Rotho
Oleskan
2-3x
sehari
yang sakit
Rotho
Indikasi : Iritasi mata ringan yang disebabkan oleh debu, asap, kena sengatan
matahari, dingin, pemakaian lensa kontak, terlalu banyak membaca atau
iritasi setelah berenang.
Kontraindikasi : Glaukoma
Efek samping : mata pedih, panas, hiperemia pada gangguan yang berlebihan.
Dosis : 2-3x sehari 1-2 tetes pada mata yang sakit.
Cara penggunaan :
26
Ujung alat penetes jangan tersentuh oleh benda apapun (termasuk mata)
dan selalu ditutup rapat setelah digunakan.
Tempat penyimpanan : Simpan obat tetes mata dan salep mata di tempat yang
kering dan sejuk, hindari dari paparan sinar matahari
Informasi tambahan untuk pasien :
Obat yang telah terbuka dan dipakai tidak boleh disimpan >30 hari
untuk digunakan lagi, karena mungkin sudah terkontaminasi kuman.
Jangan gunakan satu obat mata untuk lebih dari 1 orang (BPOM, 2004).
27
Nama produk
Rokok asma
Dosis
1x sehari
indikasi
Digunakan untuk mengurangi
gejala asma karena mengandung
senyawa scopolamin yang bersifat
bronkodilator
Obat bebas terbatas adalah obat yang termasuk dalam obat keras dengan
bataasan jumlah serta isi berkhasiat samun dapat dijual atau dibeli tanpa resep
dokter, dan disertai dengan tanda peringatan. Obat bebas terbatas p no. 5 memiliki
tanda peringatan Awas! Obat keras tidak boleh ditelan (Anonim, 2014).
Contoh obat yang termasuk dalam golongan obat bebas terbatas p no. 5 adalah :
1. Suppositoria dulcolax : laksan
Konseling yang peru dilakukan adalah
28
berkurang diharap
memeriksakan ke dokter
Cara pemakaian :
- Tubuh dimiringkan, kaki bawah lurus , kaki atas diangkat
- Suppo sedikit dibasahi air kemudian dimasukkan ke dalam anus
dan ditahan beberapa saat agar suppo tidak keluar
Tahan posisi tubuh berbaring dengan kaki tertutup kurang lebih 5 menit.
f. Obat bebas terbatas P no.6
Nama Obat
Anusol
Dosis
Indikasi
Meringankan
nyaman
pada
keadaan
hemoroid
tidak
dan
anak
di
bawah
12
th:
Anusol HC
Meringankan
gejala-gejala
pada anus.
a. Anusol HC
Indikasi
pada anus.
Efek samping : reaksi sensitivitas seperti rasa panas saat penggunaan.
Dosis : masukkan 1 suppo ke dalam liang dubur pagi dan malam hari dan
1 lagi pada waktu hendak tidur selama 3-6 hari atau sampai peradangan
hilang.
Hal yang harus diperhatikan: Tidak dianjurkan penggunaan pada anak
(ISO, 2013).
29
30
31
Psikotropika adalah zat/bahan baku atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan
narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf
pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku.
potensi
sedang
mengakibatkan
sindroma
32
Obat generik adalah obat dengan nama resmi yang ditetapkan dalam
farmakope Idonesia atau buku standar lainnya untuk zat yang berkhasiat yang
dikandungnya (anonim, 2010). Apoteker perlu memberi informasi kepada pasien
tentang adanya obat generik yang sesuai dengan indikasi penyakit pasien serta
keuntungan obat generik, karena dalam pemilihan obat
juga harus
pembuatan
SOP
(Standar
Operasional
Prosedur)
dapat
DAFTAR PUSTAKA
AAFP. 2012. Algorithm for managing hyperlipidemia : hypertriglyceridemia. USA:
American Academy of Family Physician (Cited 2012 March, 20) Available from:
http://www.aafp.org/afp/2007/0501/afp20070501p1365-f1.gif
Anonim. 2010. ISO Indonesia. Jakarta: PT ISFI Penerbitan
Anonim, 2010. Peraturan Menteri Kesehatan RI tentang Kewajiban Menggunakan Obat
Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Anonim, 2015. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 tahun 2015 tentang Peredaran,
Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan
Prekursor Farmasi, Menteri Kesehatan RI, Jakarta.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, November 2004, Pengobatan
Sendiri, Volume.5, No.6
Binfar, 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas dan Obat Bebas Terbatas. Depkes RI.
Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006. Pedoman penggunaan Obat Bebas dan
Bebas Terbatas. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Penggunaan Obat Bebas
dan Obat Terbatas. Jakarta: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen
Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Hemani. 2011. Pengembangan Biofarmaka sebagai Obat Herbal untuk Kesehatan. Buletin
Teknologi Pasca Panen Pertanian. Vol.7 (1).
Lacy, C.F., Lara, L.A., Morton, P.G, Leonard, L.L. 2009. Drug Information
Handbook 18thedition. United States of Amerika; Lexi-comp, Inc.
Source
: http://gelgel-wirasuta.blogspot.com/2011/06/audit-resep-di-apotekdalam-praktek.html showComment=1369885622179#c2376192385267773048
Menteri kesehatan.1990.Keputusan Menteri Kesehatan No.347 tentang Obat Wajib
Apotek. Jakarta
Menteri kesehatan.1993.Keputusan Menteri Kesehatan No.924 tentang Obat Wajib
Apotek. Jakarta
Menteri kesehatan.1999.Keputusan Menteri Kesehatan No.1176 tentang Obat Wajib
Apotek. Jakarta A to Z Drug Facts
35
Peraturan Menteri Kesehatan No.35 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian
Di Apotek
Syamsuni, H. A.,2007. Ilmu Resep. EGC. Jakarta