Anda di halaman 1dari 32

Kontrol Infeksi

Pada Dunia Kedokteran Gigi

Nama

: Asih Puspa Hati

NIM

: 04/181085/KG/07862

Pembimbing : drg. E.Riyati T.A., M.Kes

BAGIAN BEDAH MULUT


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2009
1

BAB I
PENDAHULUAN
Kedokteran gigi merupakan salah satu bidang yang rawan untuk terjadinya
kontaminasi silang antara pasien-dokter gigi, pasien-pasien dan pasien-perawat.
Menurut Anonima (2008), adanya medical history pada rekam medis dapat
mempermudah dokter gigi untuk mencurigai adanya penyakit infeksi yang
diderita pasien. Namun, tidak semua pasien dengan penyakit infeksi dapat
langsung diidentifikasi oleh medical history, pemeriksaan fisik, atau test
laboratorium. Keterbatasan ini lah yang mengantar para pelaku medis untuk
menerapkan konsep pencegahan universal. Pencegahan universal mengacu pada
metode kontrol infeksi pada semua darah manusia dan cairan tubuh (pada bidang
kedokteran gigi: saliva) yang diperlakukan dengan sama jika diketahui telah
terinfeksi HIV, HIB, dan patogen lain yang dibawa darah. Pencegahan universal
adalah prosedur kontrol infeksi yang diterapkan pada semua pasien.
Pada klinik dental, saliva pasien, dental plak, darah, pus, dan cairan
krevikular dapat teraerosol dan meninggalkan noda. Mikroorganisme dapat
menyatu dengan material-material tersebut dan menyebabkan infeksi hingga dapat
menularkan penyakit. Beberapa penyakit yang paling umum adalah influenza,
penumonia, TB, herpes, hepatitis dan AIDS (Anonima,2008). Salah satu cara
pencegahan terjadinya cross-infection adalah dengan penerapan kontrol infeksi
yang baik dan benar.

BAB II
ISI

Dasar Pemikiran Kontrol Infeksi Dental dan Kesalamatan Kerja


Dasar pemikiran untuk kontrol infeksi adalah untuk mengkontrol infeksi
iatrogenik, nosokomial diantara pasien dan paparan potensial pada petugas
kesehatan terhadap penyakit selama perawatan. Istilah kontrol penyakit atau
kontrol infeksi tidak berarti pencegahan total terhadap infeks iatrogenik,
nosokomial diantara pasien dan paparan selama perawatan terhadap darah dan
material yang berpotensi menginfeksi lainnya, namun istilah tersebut memiliki
pengertian mengurangi resiko transmisi penyakit (Kohli dan Puttaiah, 2007).
Pada dunia kedokteran gigi, penyakit dapat ditularkan dari pasien ke
pasien, dokter gigi ke pasien, dan pasien ke dokter gigi, jika tindakan pencegahan
yang memadai tidak dilaksanakan. Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), beberapa
cara penularan penyakit berdasarkan keparahannya antara lain:
1. Perkutaneus (resiko tinggi)
Inokulasi mikroba dari darah dan saliva yang ditularkan melalui jarum atau
benda tajam.
2. Kontak langsung (resiko tinggi)
Tersentuh atau terpaparnya kulit yang tidak utuh terhadap lesi oral yang
menginfeksi, permukaan jaringan yang terinfeksi, atau cairan yang terinfeksi,
percikan cairan yang terinfeksi.
3. Inhalasi aerosol atau droplet yang mengandung patogen (resiko sedang)
Menghirup bioaerosol yang mengandung material infektif saat menggunakan
handpiece dan scaler atau droplet nucleii yang berasal dari batuk.
4. Kontak tidak langsung melalui
Menyentuh permukaan benda mati yang terkontaminasi pada ruangan
perawatan atau ruang operasi.
3

Resiko transmisi penyakit bervariasi tergantung dari daya tahan tubuh host,
virulensi, infektivitas organisme, dosis atau jumlah mikroorganisme, waktu
pemaparan, dan cara transmisi. Kontrol terhadapa virulensi organisme patogen
atau mengurangi kerentanan pasien adalah hampir tidak mungkin. Petugas klinis
harus mengerti tentang proses penyakit, route transmisi, metode mengkontrol
transmisi, dan mengimplementasikan kontrol infeksi selama praktek untuk
memutus rantai infeksi. Imunisasi terhadap penyakit, penggunaan peralatan
pelindung, kontrol pada teknik dan tempat kerja, disinfeksi permukaan/peralatan,
sterilisasi instrumen yang kritis dan semi-kritis, dan penggunaan protokol aspetik
selama perawatan (Kohli dan Puttaiah, 2007).
Penyakit infeksi yang biasa dijumpai pada bidang kedokteran gigi dan cara
transmisinya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Penyakit Infeksi yang Dijumpai Pada Bidang Kedokteran gigi


(Kohli dan Puttaiah, 2007)
4

Imunisasi Pekerja Yang Terlibat Dalam Perawatan Dental

Tabel 2. Adaptasi Klasifikasi Spauldings


(Kohli dan Puttaiah, 2007)

Pekerja pada bidang kedokteran gigi memiliki resiko pemaparan, dan


terinfeksi oleh organisme penginfeksi. Imunisasi bertujuan untuk mengurangi
jumlah pekerja yang memiliki penyakit tersebut dan mengurangi terjadinya
transmisi penyakit terhadap pekerja lain dan pasien. Imunisasi merupakan bagian
yang penting dari progrem pencegahan dan kontrol infeksi, dan peraturan
imunisasi menyeluruh harus diberlakukan pada semua fasilitas yang menyediakan
perawatan dental (Kohn dkk, 2003).
Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), pada negara berkembang imunisasi
sudah menjadi bagian hidup. Imunisasi merupakan garis pertahanan terdepan
terhadap penyakit infeksi. Beberapa imunisasi yang umum diterima pada saat
seseorang masih kanak-kanak tercantum pada tabel dibawah ini.

Vaksin

Penyakit

Hepatitis A

Infeksi virus hepatitis A

Hepatitis B

Infeksi virus hepatitis B

Varicella

Chicken pox (cacar)

MMR

Measles, Mumps dan Rubella

DPT

Diphtheria, Pertussis dan Tetanus

Rubeola

German Measles

Meningitis

Meningitis

Polio

Poliomyelitis
Tabel 3. Vaksin Pada Anak-Anak Yang Umum
(Kohli dan Puttaiah, 2007)

Menurut Anonimb (2009), imunisasi anak rekomendasi Ikatan Dokter Anak


Indonesia yang diwajibkan adalah imunisasi BCG, Hepatitis B, Polio, DPT, dan
campak. Sedangkan imunisasi Hib, MMR, Tifoid, Hepatitis A, dan Varisela
merupakan imunisasi yang dianjurkan.
Menurut Kohn dkk (2003), imunisasi yang sanagt dianjurkan untuk para
pekerja di bidang kesehatan tercantum pada tabel dibawah ini.

Hand Hygiene

8
Tabel 4. Imunisasi yang Sangat Dianjurkan Untuk Para Pekerja Kesehatan
Kohn dkk (2003)

Higienitas tangan (misalnya: cuci tangan, antiseptik tangan, atau


surgical hand antisepsis ) mengurangi patogen potensial pada tangan dan ini
mengurangi resiko transmisi organisme ke pasien atau pekerja kesehatan lainnya.
Mikroba flora kulit, pertama kali dikemukakan pada tahun 1938, terdiri dari
mikroorganisme transient dan resident. Transient flora, yang berkoloni pada
lapisan superfisial kulit mudah untuk dihilangkan dengan rutin mencuci tangan.
Mikroorganisme tersebut sering didapatkan pekerja kesehatan selama kontak
langsung dengan pasien atau permukaan lingkungan yang terkontaminasi;
organisme ini sering berkaitan dengan health-careassociated infections. Resident
flora melekat pada lapisan lebih dalam pada kulit dan sulit dihilangkan dan tidak
terlalu berhubungan dengan infeksi (Kohn dkk, 2003). Menurut Kohli dan Puttaiah
(2007), urutan prosedur dalam routine handwash adalah:
1. Lepaskan perhiasan dan jam tangan serta periksa tangan
2. Basahi tangan dengan air hangat
3. Tuangkan sabun secukupnya
4. Gosokkan permukaan tangan dengan keras, termasuk disekitar jempol dan
jari-jemari sekitar 30-60 detik
5. Cuci tangan dengan air hangat untuk menghilangkan sabun
6. Keringkan tangan dengan handuk kertas
7. Periksa tangan dari luka seperti goresan, luka, dan memar dan obati
seperlunya.
8. Gunakan single-use-disposable gloves
Metode yang dipilih untuk kebersihan tangan tergantung pada jenis
prosedur, tingkat kontaminasi, dan persistensi aksi antimikroba yang diinginkan
pada tangan. Pemilihan metode ini dapat dilihat pada tabel 5.

Gambar 1. Handwashing and Handcare


(Kohli dan Puttaiah, 2007)
Metode

Agen

Tujuan

Durasi (min)

Indikasi

Routine
Air dan sabun non-antimikroba Menghilang-kan 15 detik
handwash
tanah dan mikroorganisme
transient
Antiseptic Air dan sabun antimikroba
handwash (misal chlorhexidine, iodine
dan iodophors, chloroxylenol
[PCMX], triclosan)

Menghilang-kan
dan membunuh
mikro-organisme
transient
dan
mengurangi
resident flora

Antiseptic Alcohol-based hand rub


hand rub

Menghilang-kan
dan membunuh
mikro-organisme
transient
dan
mengurangi
resident flora

Air dan sabun antimikroba


Surgical (misal chlorhexidine, iodine
antisepsis dan iodophors, chloroxylenol
[PCMX], triclosan)

Menghilang-kan
dan membunuh
mikro-organisme
transient
dan
mengurangi

Air dan sabun non-antimikroba


diikuti dengan produk alcoholbased hand rub dengan
aktivitas persisten

Sebelum dan setelah


merawat setiap pasien
(misal
sebelum
memakai dan setelah
melepas glove). Setelah
15 detik
menyentuh benda yang
berkontaminasi dengan
darah
atau
saliva
dengan
tangan
telanjang.
Sebelum
meninggalkan ruangan
Gosok-kan
dental. Ketika terlihat
tangan
hingga tanah.
Sebelum
agen kering
memakai glove kembali
setelah melepas glove
yang robek, tertusuk
atau terkoyak
2-6 menit

Sebelum
memakai
gloves bedah sterile
Ikuti
petunjuk untuk prosedur operasi
pabrik
untuk
produk surgical

Tabel 5. Metode dan Indikasi Hand-Hygiene


(Kohn dkk, 2003)
10

Produk pencuci tangan,

termasuk sabun non-antimiroba dan produk

antiseptik, dapat terkontaminasi atau mendukung pertumbuhan mikroorganisme.


Produk cair harus disimpan dalam wadah tertutup dan disalurkan dari tempat
penyimpanan sekali pakai atau kontainer yang dicuci dan dikeringkan sebelum
pengisian ulang. Sabun tidak boleh ditambahkan pada dispenser kosong sebagian,
karena ini dapat mengakibatkan kontaminasi bakteri. Cara penyimpanan dan
pengeluaran produk-produk sesuai dengan petunjuk pabrik (Kohn dkk, 2003).
Mencuci tangan beberapa kali per hari dengan sabun cenderung membuat kulit
kering. Pada akhir setiap sesi (selama istirahat makan siang, atau pada akhir hari
klinik) pakailah emolient / krim kulit yang berkualitas baik untuk perawatan
tangan (Kohli dan Puttaiah, 2007).
Menurut Kohn dkk (2003), walaupun hubungan antara panjang kuku dan
infeksi luka tidak diketahui, menjaga kuku tetap pendek adalah lebih baik karena
mayoritas flora pada tangan ditemukan dibawah kuku tangan. Kuku tangan harus
cukup pendek hingga dapat dibersihkan dan mencegah robeknya gloves.
Peralatan Pelindung Personal (Personal Protective Equipment/PPE)
Personal Protective Equipment (PPE) yang biasa digunakan dalam
perawatan gigi adalah sarung tangan sekali pakai (steril atau non-steril), pelindung
mata, perisai wajah, masker, gaun dan yang digunakan untuk melindungi tubuh
pribadi dari darah dan cairan tubuh dan bahaya kimia. Fungsi utamanya adalah
mengontrol kontaminasi silang dan tidak mencegah penyebaran mikroba. Sebagai
contoh, beberapa virus adalah lebih kecil daripada pori-pori mikroskopis dalam uji
sarung tangan lateks dan karenanya memiliki probabilitas yang melewati bahan
sarung tangan. Kesimpulannya adalah sarung tangan dimaksudkan untuk
mengurangi jumlah paparan partikel virus dari cairan tubuh dan bukan untuk
benar-benar mencegah kontak dengan virus (Kohli dan Puttaiah, 2007).
1. Masker
Masker pada kedokteran gigi digunakan untuk mengendalikan paparan
terhadap rongga mulut dokter dan mukosa hidung terhadap material infeksius
11

dan darah serta cairan rongga mulut pasien (Kohli dan Puttaiah, 2007). Sebuah
masker bedah melindungi terhadap mikroorganisme yang dihasilkan oleh para
pemakainya, dengan > 95% efisiensi filtrasi bakteri, dan juga melindungi
penggunanya dari partikel besar yang mungkin mengandung patogen dari
darah atau mikroorganisme infeksius lainnya. Pada saat diperlukan isolasi
pencegahan infeksi udara (misalnya, untuk pasien TB), Institut Nasional untuk
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (NIOSH) mengeluarkan sertifikat untuk
penggunaan particulate-filter respirator (misal: N95, N99, atau N100). N95
memiliki kemampuan untuk menyaring partikel 1-m dengan filter efisiensi
>95% (penyaring kebocoran <5%), memberikan tingkat aliran <50 L / min
(yaitu, perkiraan laju aliran udara maksimum pekerja kesehatan saat bernafas).
Data menunjukkan ukuran infectious droplet adalah berinti 1-5 m; oleh
karena itu, respirator yang digunakan dalam pengaturan layanan kesehatan
harus dapat efisien menyaring partikel terkecil dalam kisaran ini. Mayoritas
masker bedah tidak bersertifikasi NIOSH sebagai respirator, dan tidak
melindungi penggunanya dari paparan TB (Kohn dkk, 2003).
Menurut Kohli dan Puttaiah (2007), masker yang menempel pada garis
mata dapat dibuang setiap kali pakai. Setiap kali menggunakan masker, pekerja
kesehatan harus membuangnya setelah merawat satu pasien. Jika prosedur
melampaui 25-30 menit, mungkin perlu untuk mengganti masker dengan yang
baru. Ketika terlihat kontaminasi atau percikan yang berulang-ulang, masker
baru harus digunakan setelah mencuci muka dan mata (jika diperlukan).
2. Pelindung Mata
Pada dunia kedokteran gigi dapat pelindung mata dapat berupa goggles,
glass polikarbonat dengan sisi-perisai, face-shield dan prescription glasses
dengan side-shields sekali pakai. Walaupun sudah memakai side-shields,
masker harus tetap dipakai untuk mengkontrol paparan percikan dari side.
Kebanyakan kacamata setidaknya harus dibersihkan dengan sabun dan air
pada akhir setiap sesi atau ketika tampak terkontaminasi. Pada saat t model,
12

trimming model, gigi palsu, memotong kabel dan melakukan pekerjaan


laboratorium atau selama pengolahan ulang pada instrumen, penggunaan
pelindung mata adalah suatu keharusan untuk mengurangi kemungkinan
terpapar bahan berbahaya dan partikel keras yang dapat merusak mata (Kohli
dan Puttaiah, 2007).
3. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dan peralatan (misalnya, gaun, jas laboratorium,
sarung tangan, masker, dan pelindung mata atau pelindung wajah) harus
dipakai untuk mencegah kontaminasi dari pakaian yang dikenakan dan
melindungi kulit pekerja kesehatan dari paparan darah dan zat tubuh lainnya.
Lengan baju harus cukup panjang untuk melindungi lengan saat baju
dikenakan. Pekerja kesehatan harus mengganti pakaian pelindung ketika
menjadi terlihat kotor dan tertembus oleh darah atau cairan lain yang
berpotensi infeksius. Semua pakaian pelindung harus dibersihkan sebelum
meninggalkan pekerjaan daerah (Kohn dkk, 2003). Pakaian bedah harus
terbuat dari bahan yang dapat dicuci dengan mesin dengan deterjen yang pada
suhu 65oC untuk membasmi kontaminasi mikroba yang potensial.
4. Sarung tangan
Sarung tangan dapat berupa single-use-disposable non-sterile exam
gloves atau single-use-disposable sterile surgical gloves dapat digunakan
dalam mulut pasien (Kohli dan Puttaiah, 2007). Menurut Kohn dkk (2003),
beberapa tipe gloves dan indikasinya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

13

14
Tabel 6. Tipe dan Indikasi Gloves
Kohn dkk (2003)

Sterilization and Disinfection of Patient-Care Items


Barang-barang yang bersentuhan dengan pasien (instrumen dan peralatan
dental) dikategorikan sebagai kritis, semicritical, atau nonkritis, tergantung pada
potensi risiko infeksi yang berhubungan dengan penggunaannya. Barang-barang
kritis adalah yang digunakan untuk menembus jaringan lunak atau tulang memiliki
risiko terbesar penularan infeksi dan harus disterilkan dengan panas. Barangbarang semicritical menyentuh kulit atau membran mukosa yang tidak utuh dan
memiliki risiko penularan lebih rendah; karena mayoritas barang-barang
semicritical dalam kedokteran gigi adalah toleran terhadap panas, mereka juga
harus disterilkan dengan menggunakan panas. Jika barang semicritical sensitif
terhadap panas, maka dapat menggunakan desinfeksi tingkat tinggi. Barang
nonkritis memiliki resiko penularan infeksi yang paling rendah, karena hanya
berkontak dengan kulit yang utuh, yang berfungsi sebagai barier yang efektif
untuk mikroorganisme. Pada sebagian besar kasus, membersihkan, atau jika
tampak kotor, membersihkan diikuti oleh desinfeksi yang telah terdaftar pada
EPA-rumah sakit sudah memadai.

Kategori

Definisi

Instrumen dental/barang

Kritis

Penetrasi jaringan lunak, berkontak Instrumen bedah, periodontal


dengan tulang, masuk kedalam atau scaler, scalpel blades, bur bedah
berkontak dengan aliran darah atau
jaringan lunak lainnya.

Semikritis

Kontak membran mukosa atau kulit Kaca mulut, kondensor amalgam,


yang tidak utuh; tidak berpenetrasi sendok cetak reusable, dental
pada jaringan lunak, tidak berkontak handpiece*
dengan tulang, tidak masuk kedalam
atau berkontak dengan aliran darah
atau jaringan lunak lainnya

Non-kritis

Berkontak dengan kulit yang utuh

Head/cone radiograf, manset


tensi, facebow, pulse oximeter.

* Walaupun dental handpiece masuk dalam kategori barang semicritical,


sterilisasinya harus menggunakan panas dan bukan sekedar disinfektan highlevel
Tabel 7. Infection-control categories of patient-care instrumentses
Kohn dkk (2003)
15

Menurut Kohn dkk (2003), instrumen dental yang tahan panas biasanya
disterilisasi menggunakan alat-alat dibawah ini yang telah mendapatkan sertifikasi
kelayakan penggunaan medis oleh FDA.
1.

Uap dibawah tekanan (autoclaving)


Di antara metode sterilisasi, sterilisasi uap adalah yang paling
diandalkan dan ekonomis. Sterilisasi uap digunakan barang-barang critical
dan semicritical yang tidak sensitif terhadap panas dan kelembaban.
Sterilisasi uap memerlukan pemaparan langsung dari setiap item untuk
langsung menguapinya pada suhu dan tekanan pada jangka waktu tertentu
untuk membunuh mikroorganisme. Dua tipe dasar sterilisasi uap adalah
perpindahan gravitasi dan high-speed prevacuum sterilizer.
Menurut Lakshamn dkk (2002), prinsip kerja autoclave adalah pada
saat air dipanaskan pada lingkungan yang tertutup, titik didihnya naik
bersamaan dengan suhu uap keseluruhan, contohnya apda 104kPa (15
p.s.i) suhu uap adalah 121 (tabel 8). Fenomena ini dimanfaatkan sterilisasi
uap oleh autoclave.

Sederhananya, sebuah autoclave memanfaatkan

tekanan cooker dengan ruangan double-walled atau jacketed; uap


bersirkulasi dibawah tekanan dalam chamber, dimana objek yang
disterilisasi (muatan) telah ditaruh. Setelah sterilisasi selesai, pengeringan
muatan bersamaan dengan evakuasi uap. Pengeringan dapat dipercepat
dengan penyedotan udara yang hangat dan terfiltrasi dalam chamber.

Gambar 2. Autoclave
(Anonimd, 2009)
16

Gambar 3. Prinsip kerja autoclave pada kedokteran gigi


(Samaranayake dan Jones, 2002)

Tekanan
kPa

Waktu tunggu
minimal (min)

Waktu siklus
keseluruhan
(min)

30

69

20

126 - 129

20

104

10

30

121 -124

15

138

15

40

Temprature
(0C)

p.s.i

134 -138

115 - 118
10
207
30
50
Tabel 8. Kombinasi waktu-Suhu yang dibutuhkan strerilisasi
dengan autoclave
(Samaranayake dan Jones, 2002)
2.

Dry Heat
Menurut Kohn dkk (2003), strerilisasi dry heat digunakan untuk
sterilisasi material yang dapat rusak oleh sterilisasi panas yang lembab
(misalnya, bur dan beberapa instrumen ortodontik). Walaupun dry heat
memiliki keuntungan biaya operasional yang rendah dan tidak korosif,
namum membutuhkan waktu proses yang lama dan tempratur yang tinggi
sehingga tidak cocok untuk beberapa barang dan instrumen.
17

Parameter
Tempratur

Slow Cycle
1600C (320oC)

Fast Cycle

Rapid Heat

170oC (340oF) 190o C (375oF)

Waktu sterilisasi 120 menit


60 menit
6-12 menit
Tabel 9. Parameter Sterilisasi Dry-Heat
(Kohli dan Puttaiah, 2007)
Sterilisasi dry heat yang digunakan dalam kedokteran gigi meliputi
static-air dan forced-air types:

Tipe static-air

biasanya disebut tipe sterilisasi oven . Kumparan

pemanas di bagian bawah atau sisi unit menyebabkan udara panas naik
ke dalam ruangan melalui konveksi alami.

Tipe forced-air types ini dikenal juga sebagai sterilisasi rapid heattransfer. Udara panas disirkulasikan ke seluruh ruang pada kecepatan
tinggi, hal ini memungkinkan transfer energi dari udara ke instrumen
yang lebih cepat, sehingga mengurangi waktu yang diperlukan untuk
sterilisasi.

Gambar 4. Dry Heat Sterilizer. Manufactured by Alpha Medical


(Anonime, 2009 )
3.

Unsaturated chemical vapor


Menurut Kohn dkk (2003), sterilisasi unsaturated chemical vapor
melibatkan pemanasan larutan kimia alkohol primer dengan 0.23%
18

formaldehyde pada ruangan tertutup bertekanan. Unsaturated chemical


vapor mensterilisasi instrumen carbon steel (misal bur dental)
menghasilkan korosi yang lebih sedikit dibandingkan sterilisasi uap karena
rendahnya tingkay air yang terdapat selama siklus. Instrumen harus dalam
keadaan kering sebelum sterilisasi.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Jamani dkk (1995), dilakukan evaluasi
kinerja dari 2 autoclave, 27 dry-heat oven dan 2 boiling-water device yang
digunakan untuk sterilisasi instrumen gigi. Selain itu, penelitian ini juga
menggunakan metode kultur untuk menguji efisiensi sterilisasi kimia. Dalam
menguji dry-heat oven, yang semuanya adalah model Aesculap, 1 dari 27 gagal
untuk menghasilkan sterilisasi yang memadai. Terdapat isolasi Staphylococcus
epidermidis dan Micrococcus sp. Sebuah studi yang dilakukan oleh Field dkk
(1988) mengevaluasi kinerja dari 157 otoklaf menemukan bahwa 6 dari 157 gagal
menghasilkan sterilisasi yang memadai.
Kita dapat menyimpulkan bahwa kinerja dari oven panas kering dapat
diterima sebagai metode sterilisasi namun butuh waktu yang panjang untuk
mencapai suhu 160oC. Kerugian lain adalah bahwa sebagian dry-heat oven tidak
memiliki uninterrupted cycle, yang mengamankan terhadap gangguan sterilisasi.
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus terisolasi dari alat-alat
disterilkan dengan boiling-water device. Hal ini menunjukkan bahwa boilingwater device bukanlah metode yang efektif untuk sterilisasi. Martin dkk (1985),
mengevaluasi efisiensi perangkat air mendidih menunjukkan bahwa boiling-water
device bahkan tidak dapat bertindak sebagai disinfekatan dan harus ditolak
sebagai metode sterilisasi.
Pada 100 instrumen dental disterilkan dengan cara kimia (Savlon hospital
concentrate solution; chlorohexidine gluconate 1.5% w/v and cetrimide 15% w/v)
dengan laju pengenceran 35 ml dibuat hingga 1 liter dengan air (yang tidak
diperiksa sterilitasnya). Terdapat isolasi bakteri dan jamur dari 60 sampel.
Mikroorganisme yang diidentifikasi adalah:

Gram + ve: Staphylococcus aureus, Staph. epidermidis, Bacillus sp.,


19

Strept. Enterococci.

Gram-ve: Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter sp.

Fungi: Aspergillus sp., Candida albicans.


Pada penelitian Martin (1990), evaluasi efisiensi boiling-water device yang

digunakan di bawah pengawasan seorang ahli mikrobiologi, diidentifikasi adanya


81% mikroorganisme. Hal ini menunjukkan bahwa air mendidih bahkan tidak
dapat sebagai disinfektan. Praktisi yang masih menggunakan boiling-water device
untuk sterilisasi menunjukkan bahwa mereka terus-menerus mengekspos pasien
terhadap risiko infeksi silang.
Hasil penelitian Jamani dkk (1995), menunjukkan bahwa bahan-bahan
desinfektan sterilisasi tidak memberikan sterilisasi yang cukup. Jadi, sterilisasi
kimia tidak dianjurkan dalam praktek gigi untuk alasan berikut:
Secara umum, kurang mematikan organisme patogen dibandingkan
sterilisasi dengan cara lain
Tidak dapat dipantau secara biologis
Instrumen harus ditangani secara aseptik, dibilas dalam air steril dan
dikeringkan dalam handuk steril setelah sterilisasi kimia
Instrumen disterilkan dengan larutan kimia tidak dibungkus dan karenanya
harus digunakan segera disimpan dalam wadah steril
Terlalu banyak waktu yang dibutuhkan, tidak kurang dari tiga jam dan
biasanya dari enam sampai sepuluh jam
Dapat menimbulkan karat dan korosi dari instrumen
Agen kimia dapat dengan mudah disalahgunakan oleh asisten gigi
Pada dunia kedokteran gigi, digunakan beberapa jenis disinfektan.
Beberapa germisida yang umum digunakan dalam kedokteran gigi digolongkan
dalam tiga kategori utama seperti cairan sterilants/disinfektan tingkat tinggi,
disinfektan permukaan tingkat menengah & rendah, dan antiseptik.

20

1. Sterilants

Glutaraldehyde

Chlorine dioxide

Hydrogen Peroxide

2. Disinfectants (Intermediate and Low Level)

Hydrogen peroxide

Sodium Hypochlorite

Chlorine Dioxide

Iodophors

Synthetic Phenols

Quaternary Ammonia Compounds

3. Antiseptik (untuk penggunaan oral dan non-oral)

Active Chlorine Dioxide Germicides

Essential oil compunds

Chlorhexidine Compounds

Cetylpiridium compounds

Sanguinarine based compounds

Parachlorometaxylenol compounds

Other bacteriostatic/bactericidal compounds

Pada tabel berikut menyajikan beberapa sifat yang dimiliki oleh beberapa
jenis

disinfektan

(tabel

10)

dan

beberapa

penggunaannya (tabel 11).

21

disinfektan/antiseptik

serta

Disinfektan

Aktivitasnya Terhadap
GPC GNB

Spora

TB

Tidak
Teraktivasi oleh Aksi korosif
Protein Sabun

Glutaraldehyde

++

++

++

++

Chlorine
compounds

++

++

++

++

++ atau

Iodophos

++

++

atau -

Phenolics

++

++

+ atau

Alkohol (70%)

++

++

++

Chlorhexidine
++
+
+
++
larutan buffer; GPC: Gram Positive Cocci; GNB: Gram Negative Bacilli; TB:
Tubercle Bacilli
++: tinggi, +: sedang, -:rendah
Tabel 10. Sifat Disinfektan yang Digunakan di Kedokteran gigi
(Samaranayake dan Jones, 2002)

Tipe Disinfektan/
Antiseptik

Nama Dagang

Penggunaan pada Dental Surgery

CHLORHEXIDINES
Chlorhexidine
gluconate liquid 4%

Hibiscrub
surgical scrub

Cuci tangan

Chlorhexidine 2.5% / Hibisol


70% alcohol solution handrub
in a glycerine base

Hand rub

Chlorhexidine 0.5% in Alcoholic


70% alcohol
chlorhexidine

Disinfektan kulit sebelum biopsy perioral, bedah impaln, dan bedah


periodontal

Bio Blue

Biocide untuk disinfeksi dental unit


waterline dan botol penampungan

IODOPHORS
Povidone iodine 7.5% Betadine
solution
surgical scrub

22

Cuci tangan

Tipe Disinfektan/
Antiseptik

Nama Dagang

Penggunaan pada Dental Surgery

ALCOHOLS
Alcohol gel/solutions

Purell,
Sterillium,
Desderman

Hand rub

70% Isopropyl alcohol Azowipes


wipes
Cliniwipes

or Disinfektan permukaan keras bedah


atau permukaan luar handpiece

Ethanol
and
1- Mikrozoid
propanol alcohol spray

Disinfektan permukaan keras bedah

CHLORINE RELEASING AGENTS


Sodium
Dichloroisocyanurate
solution tablets 4.75 g
(= 2.5 g available
chlorine) or granules

Haz-Tabs
Tumpahan darah atau cairan tubuh
tablet
or lainnya
granules
Presept tablets
or granules

Sodium hypochlorite + Chloros


detergent

Disinfektan permukaan keras bedah

TRICLOSAN
Triclosan 2%

Aquasept

Disinfektan tangan

Stericol

Disinfektan permukaan lingkungan,


misal lantai

PHENOLIC
Hycolin 2% solution

Halogenic alkyl +aryl Orotol


phenolic

Disinfektan saluran suction

PERACETIC ACID
Peracetic acid

Nu-cidex
Gigasept PA

Disinfektan tingkat tinggi untuk


instumen yang labil terhadap panas,
hanya untuk prosedur dengan resiko
sedang dan rendah

23

Tipe Disinfektan/
Antiseptik

Nama Dagang

Penggunaan pada Dental Surgery

SUPEROXIDISED WATER
Electrolysed
salt Sterilox
solution produced by a
dedicated generator

Biocide untuk disinfeksi waterline


dental unit dan tabung penampungan

ALKALINE PEROXIDE
Alkaline
based

peroxide Sterilex ultra, Biocide untuk disinfeksi waterline


Dentisept
dental unit dan tabung penampungan

CITRIC ACID BASED


Edentin
acid, Alpron
Biocide untuk disinfeksi waterline
tosychloramide sodium
dental unit dan tabung penampungan
phenylalamine
Tabel 11. Disinfektan dan Antiseptik Tangan
(Anonimf, 2009)

Kontrol Infeksi Lingkungan


Dalam praktek dokter gigi, permukaan lingkungan (yaitu, permukaan atau
peralatan yang tidak berkontak langsung dengan pasien) dapat menjadi
terkontaminasi selama perawatan. Permukaan tertentu, terutama yang sering
tersentuh (misalnya, light handle, unit switches, dan tombol laci) dapat berfungsi
sebagai tempat penampungan kontaminasi mikroba, meskipun tidak berhubungan
langsung dengan penularan infeksi pada pasien ke pekerja kesehatan, maupun
sebaliknya. Permukaan lingkungan dapat dibagi menjadi 2, yaitu clinical contact
surfaces dan housekeeping surfaces (Kohn dkk, 2003).
Clinical contact surfaces dapat terkontaminasi langsung dari material
pasien baik dengan semprotan langsung atau percikan yang terakumulasi selama
prosedur dental atau melalui kontak dengan gloves pekerja kesehatan. Contohcontoh yang termasuk dalam clinical contact surfaces antara lain: light handle,
switches, peralatan dental radiografi, sisi kursi komputer dental, tempat
penyimpanan material dental yang reusable, pegangan laci, countertops, pena,
24

telefon dan pegangan pintu (Kohn dkk, 2003). Menurut Kohli dan Puttaiah (2007),
beberapa barang/peralatan yang memerlukan pelindung antara lain:
1. Dental Unit Light handles
2. Dental Unit electrical or mechanical controls
3. Dental Chair Head Rest
4. Dental Chair Arm Rests
5. Dental Unit controls including the Bracket Table
6. Highspeed Handpiece couplings and hose (extended 6 inches below the
coupling covering the hoses)
7. Slow speed motor, coupling and hose (extended 6 inches below the
coupling covering the hoses)
8. Air/water syringe and hose (extended 6 inches below coupling covering
the hose)
9. Saliva ejector handpiece and hose (extended 6 inches below coupling
covering the hose)
10. HVE handpiece and hose (extended 6 inches below coupling covering the
hose)
11. X-ray unit handles and cone
12. X-ray Unit controls
13. Bite Block of the Panoramic X-ray Unit
14. Intra Oral Digital Sensors
15. RVG equipments
16. Apex locators
17. Endosonic Ultrasonic Units
18. 18. NITI Torque control hand pieces
Lapisan pelindung permukaan dan peralatan dapat mencegah kontaminasi
clinical contact surfaces, tetapi ini sangat efektif bagi permukaan yang sulit
dibersihkan. Yang termasuk lapisan pelindung adalah bungkus plastik bening, tas,
seprai, tabung, dan plastic-backed kertas atau bahan lain yang tahan terhadap
kelembaban. Karena penutup tersebut dapat terkontaminasi, mereka harus dihapus
25

dan dibuang dengan kondisi tangan yang masih bersarung. Setelah menghilangkan
lapisan pelindung, periksa permukaan untuk memastikan tidak ada yang kotor.
Permukaan harus dibersihkan dan didesinfeksi hanya jika terdapat kontaminasi
yang jelas (Kohn dkk, 2003).

Gambar 5. Light handles dan switch lampu harus dilapisi selama


mengerjakan pasien dan dibuang setelah tiap satu pasien
(Kohli dan Puttaiah, 2007)

26

Gambar 6. Air/water syringe, HVE, dan Air liur Ejector Syringe / kopling dapat
dibungkus setidaknya 6 inci di bawah penghunbungnya. Pilihan lain adalah
untuk disinfeksi antara kunjungan pasien. Keyboard dan Mouse komputer yang
tahan air dapat baik didesinfeksi atau dilindungi antara pasien
(Kohli dan Puttaiah, 2007)
Bukti tidak mendukung bahwa permukaan rumah tangga (misalnya, lantai,
dinding, dan tenggelam) menimbulkan risiko penularan penyakit dalam perawatan
kesehatan gigi. Sebenarnya, penghilangan fisik mikroorganisme dengan menyeka
atau menyikat mungkin sama pentingnya, jika tidak lebih begitu, daripada efek
antimikroba disediakan oleh agen digunakan. Sebagian besar housekeeping
surface perlu dibersihkan hanya dengan deterjen dan air atau desinfektan /
detergen yang sudah terdaftar EPA, tergantung pada sifat permukaan dan jenis dan
tingkat kontaminasi (Kohli dan Puttaiah, 2007).
Pertimbangan Khusus
1. Dental Handpiece
Meskipun tidak ada bukti epidemiologi menyangkut transmisi penyakit
pada

instrumen

ini,

penelitian

tentang

high-speed

handpiece

yang

menggunakan dye expulsion menunjukkan adanya potensi tarikan kembali


cairan oral kedalam kompartemen internal handpiece. Hal ini menunjukkan
bahwa material yang berasal dari pasien dapat dikeluarkan dalam mulut orang
lain

pada

penggunaan

selanjutnya.
27

Penelitian

menggunakan

model

laboratorium juga menunjukkan kemungkinan untuk retensi virus DNA dan


virus lainnya di dalam kedua handpieces berkecepatan tinggi dan prophylaxis
angles (Kohn dkk, 2003).
Metode panas dapat mensterilkan gigi handpieces dan perangkat
intraoral lainnya yang melekat pada dental unit air atau waterlines. Untuk
memproses setiap perangkat dental yang dapat dilepas dari dental unit air atau
waterlines, baik desinfeksi permukaan dengan bahan kimia atau pencelupan
bahan germisida adalah metode yang dapat diterima. Gas etilen oksida tidak
dapat secara memadai mensterilkan komponen internal handpieces. Pada
evaluasi klinis pada high-speed handpieces, pembersihan dan pelumasan
adalah faktor paling penting dalam menentukan kinerja dan keawetannya.
Instruksi pabrik untuk pembersihan, pelumasan, dan sterilisasi harus diikuti
erat dengan baik memastikan efektivitas proses dan handpieces berumur
panjang (Kohn dkk, 2003).
2. Saliva Ejector
Aliran balik dari volume saliva yang rendah terjadi ketika tekanan
dalam rongga mulut pasien kurang dari tekanan dalam evacuator. Penelitian
menunjukkan bahwa aliran balik dalam pipa low-volume suction dapat terjadi
dan adanya mikroorganisme dalam pipa yang ditarik kembali ke dalam mulut
pasien pada saat terciptanya seal disekitar ujung saliva ejector (misal, pada
saat pasien menutup bibir maka membentuk partial vacuum disekitar ujung
ejector). Aliran balik inni merupakan sumber yang potensial untuk terjadinya
kontaminasi silang; kejadian ini tidak pasti karena tergantung kualitas seal
yang terbentuk berbeda-beda diantara pasien (Kohn dkk, 2003).
3. Dental Radiography
Pada saat mengambil radiografi, potensi kontaminasi silang antara
peralatan dan permukaan lingkungan dengan darah atau saliva sangat lah
tinggi jika tidak mempraktekkan teknik aseptik. Gloves harus dipakai pada
28

saat mengambil gambar radiografi dan memegang paket film yang


terkontaminasi. Perlindungan personal lainnya (misal masker, protective
eyewear, dan gaun) harus dikenakan jika sepertinya terdapat percikan darah
atai cairan tubuh lainnya. Aksesoris radiograf intraoral yang toleran terhadap
panas telah tersedia dan barang-barang semicritical ini (misal film holding dan
positioning device) harus disterilkan dengan panas sebelum digunakan (Kohn
dkk, 2003).
Menurut Kohn dkk (2003), pada alat radiografi juga harus digunakan
bahan pelindung, dan setiap permukaan yang terkontaminasi harus dibersihkan
dan didisinfektan dengan

EPA-registered hospital disinfectant aktivitas

rendah (misal, HIV dan HB) hingga intermediate-level (misal, tuberculocidal).

29

BAB III
KESIMPULAN
Pada pencegahan infeksi dalam bidang kedokteran gigi, para klinisi dan
perkerjanya

harus

memberlakukan

prinsip

universal

precaution,

yakni

memperlakukan semua pasien dengan sama seperti jika mereka memiliki penyakit
infeksi.
Pada uraian tentang alat-alat strerilisasi di bidang kedokteran gigi, maka
dapat disimpulkan bahwa:
Proses autoclaving merupakan metode pilihan untuk sterilisasi instrumen gigi
karena efektif, cepat, aman dan menggunakan uninterrupted cycle
Dry-heat oven efektif, tetapi dianjurkan menggunakan uninterrupted cycle
Cold sterilization-chemical disinfectant is tidak cocok untuk sterilisasi dalam
praktek gigi
Boiling-water device tidak efektif untuk sterilisasi instrumen gigi, maka
boiling-water device harus disingkirkan

30

Daftar Pustaka
Anonima , 2008, Infection control routine for dental office,
http://www.healthmantra.com/hctrust/art4.shtml, Accessed 27/11/2009
Anonimb
,
2009,
Jadwal
imunisasi
di
Indonesia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Jadwal_imunisasi, Accessed 27/11/2009
Anonimc
,
2009,
Infections
Control
In
Dentistry,
http://rapidshare.com/files/21206537/Infection_Control_in_Dentistry.rar
Anonimd, 2009, Autoclave Vitale Plus 12, http://www.cristofoli.com/cristofoli/en/,
Accessed 27/11/2009
Anonime,
2009,
Dental
Equipment
and
Supplies,
http://www.mchoralhealth.org/SEAL/step4.html, Accessed 27/11/2009
Anonimf, 2009, Zoning of Work Areas, use of Barrier for Protection of Equipment
and
Surface
Disinfection,
http://www.infectioncontrolservices.co.uk/dental_surgery_disinfection_zon
ing.htm, Accessed 27/11/2009
Field EA, Field JK, Martin MV. Time, steam, temperature (TST) control
indicators to measure essential sterilization criteria for autoclaves in
general dental practice and the community dental service. British Dental
Journal, 1988, 164(7):183-5.
Jamani, F., Rababah, T., Qsous, R., Daameh, D., 1995, Testing Several Methods of
Sterilization in Dental Practice, Eastern Mediterranean Health Journal,
Volume 1 (1): 80-86
Kohli A., Puttaiah R., 2007, Infections Control And Occupational Safety
recommendations For Oral Health Professional, Dental Council of India,
India
Kohn, W.G., Collins, A.S., Cleveland J.L., Harte J.A., Eklund K.J., Malvitz D.M.,
2003, Guidelines for Infection Control In Dental Health-Care Settings,
MMWR; 23(17): 1-76
Martin MV, 1990, New concepts in cross infection control in dentistry, British
Dental Journal
Martin MV, Bartzokas CA. The boiling of instruments in general dental practice: a
misnomer for sterilization. British Dental Journal, 1985, 159(1):18-20.

31

Samaranayake, L.P., Jones, B.M., 2002, Essential Microbiology for Dentistry, 2nd
Ed, Elsevier, China

32

Anda mungkin juga menyukai