Nosokomial berasal dari bahasa yunani, dari kata nosos yang artinya penyakit dan
komeo yang artinya merawat. Jadi infeksi nosocomial dapat diartikan sebagai
infeksi yang diperoleh atau terjadi di rumah sakit.
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab meningkatnya angka
kesakitan (morbidity) dan angka kematian (mortality) di rumah sakit. Infeksi
nosokomial dapat menjadi masalah kesehatan baru, baik di negara berkembang
maupun di negara maju.
Seperti yang dijelaskan oleh WHO tahun 2005 dimana menyatakan:
Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya
angka morbiditas dan mortalitas, yang dapat menghambat proses penyembuhan
sehingga mengakibatkan masalah baru dalam bidang kesehatan, antara lain
meningkatnya hari rawat dan bertambahnya biaya perawatan serta pengobatan
pasien di rumah sakit
Mutu Pelayanan Rumah Sakit dapat diukur dengan salah satu indikator angka
kejadian infeksi nosokomial (NNIS, 1991). Infeksi nosokomial adalah infeksi
yang timbul di rumah sakit, di mana pasien tersebut sebelumnya tidak menderita
infeksi dan tidak dalam masa inkubasi infeksi tersebut (Karyadi, 2005).
Masyarakat yang menerima pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan dan
pengunjung di rumah sakit dihadapkan pada risiko terjadinya infeksi atau infeksi
nosokomial, sekitar 20% disebabkan karena perawatan atau datang berkunjung ke
rumah sakit.
Menurut tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS,
2007), beberapa faktor yang sering menimbulkan terjadinya infeksi nosocomial
antara lain; peningkatan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit, kontak
langsung antara petugas yang terkontaminasi kuman dengan pasien, penggunaan
peralatan kedokteran yang telah terkontaminasi kuman, dan kondisi pasien yang
lemah akibat penyakit yang sedang dialaminya. Hasil penelitian menunjukkan
32% infeksi nosokomial dapat dicegah.
Untuk masalah penanganan infeksi nosocomial di Indonesia, sebagai rumah sakit
pusat rujukan nasional, RSUP dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta dan RSUD dr.
Soetomo Surabaya pada tahun 1983-1984 mulai aktif meneliti dan menangani
infeksi nosocomial. Saat ini hampir dipastikan semua rumah sakit besar di
Indonesia telah membentuk dan memiliki panitia Medik Pengendalian Infeksi,
dengan tugas utamanya mencegah dan mengendalikan infeksi nosocomial.
Infeksi nosocomial tidak hanya merugikan penderita, tetapi juga merugikan pihak
rumah sakit serta perusahaan atau pemerintah dimana penderita bekerja.
1.4.2 Tahap kedua adalah upaya dari mikroba patogen untuk menginvasi
ke jaringan / organ penjamu (pasien) dengan cara mencari akses masuk
(port d’entrée) seperti adanya kerusakan / lesi kulit atau mukosa dari
rongga hidung, mulut, orifisium uretra, dan sebagainya.
(Darmadi,2008)
a) Mikroba patogen masuk ke jaringan/organ melalui lesi kulit. Hal ini
dapat terjadi sewaktu melakukan insisi bedah atau jarum suntik.
Mikroba patogen yang dimaksud antara lain virus Hepatitis B (VHB).
Mikroba patogen masuk melalui kerusakan/lesi mukosa saluran
urogenital karena tindakan invasif, seperti:
1. Tindakan kateterisasi, sistoskopi;
2. Pemeriksaan dan tindakan ginekologi (curretage);
3. Pertolongan persalinan per-vaginam patologis, baik dengan bantuan
instrumen medis,
maupun tanpa bantuan instrumen medis.
b) Dengan cara inhalasi, mikroba patogen masuk melalui rongga hidung
menuju saluran napas. Partikel in feksiosa yang menular berada di
udara dalam bentuk aerosol. Penularan langsung dapat terjadi melalui
percikan ludah (droplet nuclei) apabila terdapat individu yang
mengalami infeksi saluran napas melakukan ekshalasi paksa seperti
batuk atau bersin. Dari penularan tidak langsung juga dapat terjadi
apabila udara dalam ruangan terkontaminasi. Lama kontak terpapar
(time of exposure) antara sumber penularan dan penderita akan
meningkatkan risiko penularan. Contoh: virus Influenza dan Al.
tuberculosis.
c) Dengan cara ingesti, yaitu melalui mulut masuk ke dalam saluran
cerna. Terjadi pada saat makan dan minum dengan makanan dan
minuman yang terkontaminasi. Contoh: Salmonella, Shigella, Vibrio,
dan sebagainya.
Batasan infeksi nosocomial adalah infeksi yang didapat oleh penderita, ketika
penderita dalam proses asuhan keperawatan dirumah sakit.
Suatu infeksi pada penderita baru bisa dinyatakan sebagai infeksi nosocomial
apabila memenuhi beberapa kriteria/batasan tertentu, diantaranya: