Anda di halaman 1dari 101

PEDOMAN

OPERASI DAN PEMELIHARAAN


PRASARANA DASAR DESA

Jl. Melati No. 173A Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok Sleman


Telp : (0274) 433 2012, Fax : (0274) 433 2467
E-mail : Pengaduanjrf_nmc@yahoo.com
www.rekompakjrf.com

KATA PENGANTAR

Program Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman berbasis


masyarakat Java Reconstruction Fund (REKOMPAK-JRF) telah berhasil membangun
21.633 rumah dalam waktu 14 bulan di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
dan Jawa Tengah serta melakukan rehabilitasi dan pembangunan kembali
prasarana dan sarana dasar desa/kelurahan melalui penyusunan Rencana Penataan
Permukiman (RPP)/Community Settlement Plan (CSP) yang berorientasi pada
pengurangan risiko bencana secara partisipatif. Prasarana dan sarana dasar tersebut
diharapkan akan memberikan manfaat jangka panjang dan oleh karena itu,
masyarakat perlu diberi kemampuan dalam mengoperasikan dan memelihara
prasarana dan sarana dasar yang telah dibangun.
Faktor yang mempengaruhi berfungsinya prasarana dan sarana dasar selain kualitas
konstruksi adalah pengelolaannya, yang mencakup; organisasi pengelola, operasi
dan pemeliharaan serta pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengelolaan
yang baik, tepat guna dan efisien akan berpengaruh pada kualitas layanan dan umur
pengoperasian yang akhirnya mampu memberikan dampak langsung pada
kehidupan sosial ekonomi masyarakat secara berkesinambungan pada 265
desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF.
Melalui proses pemberdayaan REKOMPAK-JRF diharapkan dapat menumbuhkan rasa
memiliki dan memunculkan kesadaran dan tanggungjawab untuk memelihara serta
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengoperasikan dan memelihara
sarana dan prasarana dasar yang telah dibangun secara benar dan efisien agar
dapat bermanfaat untuk jangka waktu yang lama dan lestari. Untuk itu, diperlukan
adanya informasi dan panduan operasi dan pemeliharaan yang tepat dan efisien.
Pedoman Pengoperasian dan Pemeliharaan Prasarana dan Sarana Dasar (PPPPSD)
ini diharapkan dapat memberikan informasi dan panduan tersebut.
Akhir kata, semoga pedoman ini dapat menjadi acuan dalam mengelola prasarana
dan sarana dasar yang telah dibangun.
Jakarta, Oktober 2010
Direktur Jenderal Cipta Karya

Budi Yuwono
NIP. 110020173

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
DAFTAR TABEL DAN BAGAN
BAB I

BAB II

BAB III

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Landasan Hukum
1.3. Acuan Implementasi
1.4. Ruang Lingkup
1.5. Maksud dan Tujuan
1.6. Sasaran
1.7. Batasan dan Pengertian

ii i
v
vii
viii

1
2
3
3
3
4
4

TEKNIS OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA DASAR


DESA/KELURAHAN
2.1. Teknis Operasi dan Pemeliharaan
A. Jenis Prasarana
B. Tahap-tahap Pemeliharaan
C. Prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi
D. Prasarana Air Bersih dan Sanitasi
2.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Pengoperasian
A. Tahap Perencanaan
B. Tahap Konstruksi
C. Tahap Pasca Konstruksi
2.3 Ukuran Keberhasilan

7
7
8
10
23
43
43
44
44
44

ORGANISASI PENGELOLA
3.1. Organisasi Pengelola O dan P
3.2. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga
3.3. Pembentukan Tim Pengelola
A. Persiapan
B. Pelaksanaan Rembug Warga
C. Pengesahan dan Peresmian
3.4. Struktur Pengelola dan Tata Peran
A. Struktur Organisasi
B. Tugas dan Fungsi
C. Kegiatan Rapat
D. Pelaporan
E. Pelatihan
3.5. Ukuran Keberhasilan

45
46
48
48
48
49
50
50
52
53
53
54
53

BAB IV

PEMBIAYAAN
4.1. Klasifikasi Prasarana dan Pembiayaan untuk O dan P
4.2. Penganggaran Operasi dan Pemeliharaan
A. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
B. Perhitungan Anggaran Pendapatan
C. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya
D. Pencatatan Transaksi dan Pertanggungjawaban Keuangan
4.4. Ukuran Keberhasilan

LAMPIRAN
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran
Lampiran

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Tata Cara Penetapan Restribusi/Tarif


Penerimaan Tarif Komponen Pelayanan Air Bersih
Penerimaan Penyambungan Baru-Pelayanan Air Bersih
Penerimaan Tarif Komponen Pelayanan Persampahan
Penerimaan Tarif Komponen Pelayanan MCK
Buku Bank
Buku Kas
Buku Administarsi dan Umum
Buku BOP Air Bersih
Buku BOP Persampahan
Buku BOP Sanitasi/MCK
Laporan Laba (Rugi)
Laporan Keuangan Aliran Kas (Cash Flow)
Formulir Survei Kondisi Jalan - Perkerasan
Formulir Survei Kondisi Jalan Drainase dan Bahu
Jalan
Lampiran 16 Formulir Survei Kondisi Jembatan
Lampiran 17 Formulir Survei Kondisi Prasarana

55
56
56
64
64
65
67

DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN

ATK
AD/ART
BAPPD
BBM
BKM
BPMA
DMC
DPRD
DTPL
EWS
IPLT
JR F
KPP
KSM
KU/HU
LPMD/K
MCK
NMC
O dan P
PJOK
PLN
PMU
PP
PPK
Rekompak
RPP
RT/RW
SAH
SAL
TIP
TPK
TPS
UPL

Alat Tulis Kantor


Anggaran Dasar /Anggaran Rumah Tangga
Berita Acara Pencairan/Penggunaan Dana
Bahan Bakar Minyak
Badan Keswadayaan Masyarakat
Bangunan Penangkap Mata Air
District Management Consultant
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Dokumen Teknis Pembangunan Lingkungan
Early Warning System
Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja
Java Reconstruction Fund
Kelompok Pengguna Prasarana
Kelompok Swadaya Masyarakat
Kran Umum / Hidrant Umum
Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan
Mandi Cuci Kakus
National Management Consultant
Operasi dan Pemeliharaan
Penanggung Jawab Operasional Kecamatan
Perusahaan Listrik Negara
Project Management Unit
Panitia Pelaksana
Pejabat Pembuat Komitmen
Rehabilitasi dan Rekonstruksi Masyarakat dan Permukiman Berbasis
Komunitas
Rencana Penataan Permukiman
Rukun Tetangga / Rukun Warga
Saluran Air Hujan
Saluran Air Limbah
Tim Inti Perencana
Tim Pengelola Kegiatan
Tempat Pembuangan Sampah
Unit Pengelola Lingkungan

DAFTAR TABEL DAN BAGAN

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 4
Tabel 5
Tabel 6
Tabel 7
Tabel 8
Tabel 9
Tabel 10
Tabel 11
Tabel 12
Tabel 13
Tabel 14
Tabel 15
Tabel 16
Tabel 17
Tabel 18
Tabel 19
Tabel 20

Tanda-tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jalan


Tanda-tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jembatan
Tanda-tanda Kerusakan Konstruksi Talud Tembok Penahan Tanah
Perbaikan Pekerjaan Beton
Perbaikan Pekerjaan Pasangan Batu Kali
Perbaikan Pekerjaan Kayu
Rincian Kebutuhan O dan P BPMA
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Rincian Kebutuhan O dan P Sumur Bor Dalam
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Rincian Kebutuhan O dan P Mesin Diesel
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Rincian Kebutuhan O dan P KU/HU
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Rincian Kebutuhan O dan P Tangki Septik MCK
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Rincian Kebutuhan O dan P Bidang Resapan
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Identifikasi Jenis Sampah
Kemungkinan Kemudahan Penarikan Retribusi Berdasar Jenis Prasarana

14
16
18
20
21
22
25
25
27
28
31
31
33
34
36
37
40
40
42
55

Bagan 1
Bagan 2
Bagan 3
Bagan 4
Bagan 5

Tahapan Pemeliharaan
Pewadahan Sampah
Bagan Organisasi Pengelolaan O dan P Prasarana dibawah BKM/TPK
Struktur Tim Pengelola O dan P dengan Beberapa Prasarana
Struktur Organisasi Tim Pengelola O dan P dengan Satu Prasarana

8
41
46
51
51

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana lingkungan permukiman pasca bencana di wilayah
desa/kelurahan sasaran REKOMPAK-JRF diharapkan memberikan dampak langsung
terhadap kehidupan sosial ekonomi warga desa secara berkesinambungan. Prasarana yang
telah dibangun atau diperbaiki diharapkan tidak hanya memberikan manfaat jangka
panjang bagi warga tetapi juga dapat lestari dan terus tumbuh dan berkembang.
Selain faktor kualitas konstruksi yang dihasilkan, faktor-faktor penting yang
mempengaruhi berfungsinya suatu prasarana adalah pengelolaannya, yang mencakup
organisasi pengelola, operasi dan pemeliharaan serta pembiayaan yang sesuai dengan
kebutuhan. Bila salah satu hal tersebut tidak dipenuhi maka akan berpengaruh kepada
kualitas pelayanan dan umur pengoperasian yang akhirnya akan mengakibatkan tidak
tercapainya harapan dan tujuan dibangunnya prasarana tersebut.
Keberlanjutan suatu kegiatan pengelolaan prasarana sangat tergantung pada efisiensi dan
efektifitas dari operasi dan pemeliharaannya. Sementara itu efisiensi dan efektifitas operasi
dan pemeliharaan (O dan P) sebagai sistem sangat dipengaruhi oleh banyak faktor dan
proses yang muncul dan berlangsung dari tahapan ide atau program sampai sistem tersebut
terbangun dan beroperasi.
Ciri ciri suatu sistem dikatakan berkelanjutan jika:
(1) Berfungsi dengan baik dan menghasilkan manfaat dalam tingkat yang memadai dari
sisi (kualitas, kuantitas, kontinyuitas, kenyamanan, terjangkau, efisiensi, kehandalan,
kesehatan dan keamanan)
(2) Beroperasi dalam jangka waktu yang lama (minimal sesuai dengan usia pakai)
(3) Manajemennya dilembagakan (manajemen berbasiskan masyarakat, perspektif
gender, kemitraan dengan lembaga-lembaga pemerintah, keterlibatan sektor formal
dan informal)
(4) Biaya operasi dan pemeliharaan dan administrasi bisa dipenuhi masyarakat pengguna
sendiri (minimal cost recovery terhadap biaya O dan P)
(5) Perbaikan kerusakan dan penggantian suku cadang bisa dipenuhi di tingkat lokal.
(6) Bisa dioperasikan dan dipelihara di tingkat lokal dengan hanya dukungan terbatas dari
pihak luar ( bantuan teknis, pelatihan, pemantauan)
(7) Tidak mempengaruhi lingkungan secara negatif.
Mempertimbangkan kondisi tersebut, maka rehabilitasi dan rekonstruksi prasarana
lingkungan permukiman desa melalui proyek REKOMPAK-JRF yang mengedepankan
aspek pemberdayaan masyarakat dan berorientasi pengurangan risiko bencana
mengupayakan langkah pengembangan dan penguatan peran serta masyarakat mulai dari
tahap perencanaan, penyusunan rencana teknis, tahap pelaksanaan dan akhirnya pada

tahap pemanfaatan prasarana yang harus dioperasikan dan dipelihara dengan baik secara
mandiri agar selalu siap digunakan.
Dari mekanisme peran serta tersebut, maka rasa membutuhkan prasarana (tahap
perencanaan) dan rasa memiliki prasarana (tahap pelaksanaan) diharapkan
memunculkan kesadaran dan rasa tanggungjawab untuk memelihara prasarana yang
telah dibangun sehingga dapat memberikan manfaat yang berkesinambungan dan lestari.
Melaksanakan operasi dan pemeliharaan secara benar akan mendukung
keberlanjutan dari sistem pada masa pasca konstruksi, yang juga tergantung dari
rangkaian faktor dan proses yang dikembangkan dalam tahap perencanaan dan
konstruksi. Bisa dikatakan bahwa sustainabilitas operasi dan pemeliharaan suatu
sistem dimulai dari tahap perencanaan dan bahkan yang lebih dini yaitu ditahap
pengembangan gagasan atau penyusunan usulan.

1.2. Landasan Hukum


Peraturan perundangan yang menjadi landasan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan
prasarana desa adalah :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman.


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (SPPN).
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Pemerintahan Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan
Penanggulangan Bencana.
Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2008 tentang Pendanaan dan Pengelolaan
Bantuan Bencana.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2008 tentang Peran Serta Lembaga
Internasional dan Lembaga Asing Non Pemerintah dalam Penanggulangan Bencana.
Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 36 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.
Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010
tentang Rencana Nasional Penanggulangan Bencana (RENAS-PB) Tahun 20102014.

(16) Keputusan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 5 Tahun 2010
tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan Risiko Bencana (RAN-PRB) Tahun
2010-1012.

1.3. Acuan Implementasi


(1)

(2)
(3)

Grant Agreement Nr. TF 090014IND Java Reconstruction Fund (JRF) For


Community Based Settlement Rehabilitation and Reconstruction Project for Central
and West Java and Yogyakarta Special Region, beserta perubahannya.
Pedoman Operasional Umum (POU) Untuk Desa/kelurahanDalam Rekompak JRF,
2007.
Pedoman Operasional Teknis (POT) Untuk Desa/kelurahanDalam Rekompak JRF,
2007.

1.4. Ruang Lingkup


Buku ini disusun sebagai pedoman bagi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana
desa, khususnya prasarana pengurangan risiko bencana yang telah dibangun selama
program REKOMPAK-JRF, tetapi tidak termasuk prasarana dan sarana bangunan
pusaka. Untuk bangunan pusaka sudah disusun pedoman pelestarian pusaka dalam buku
terpisah.
Muatan dari pedoman ini adalah khusus memberikan arahan teknis, pengorganisasian
dan pembiayaan bagi pelaksanaan operasi dan pemeliharaan (O dan P). Hal-hal yang
tidak diatur dalam pedoman ini, harus tetap merujuk pedoman standar yang bersifat
umum dan baku. Selain itu, untuk hal-hal yang bersifat operasional dalam pelaksanaan
lapangan tetap harus merujuk pedoman operasional umum dan teknis serta SOP
REKOMPAK-JRF yang berlaku.

1.5. Maksud dan Tujuan


Maksud disusunnya pedoman O dan P ini adalah :
(1) Memberikan panduan kepada masyarakat warga dalam mengorganisasikan dan
melaksanakan O dan P prasarana desa,
(2) Memberikan panduan kepada konsultan pendamping REKOMPAK-JRF dalam
memfasilitasi pengorganisasian dan pelaksanaan O dan P prasarana desa,
(3) Memberikan arahan kepada pemerintahan desa, pemerintahan kabupaten/kota dan
pihak-pihak terkait dalam mendukung pengorganisasian dan pelaksanaan operasi dan
pemeliharaan prasarana desa,
(4) Mendorong terwujudnya fasilitas prasarana pengurangan risiko bencana yang handal
dan siaga,
(5) Mendorong terwujudnya kemandirian dalam pengelolaan (teknis, organisasi,
pembiayaan) prasarana desa yang berkelanjutan.

Tujuan dari pedoman O dan P ini adalah:


(1) Terwujudnya suatu sistem O dan P prasarana desa berbasis komunitas yang
berorientasi pada pengurangan risiko bencana,
(2) Terwujudnya kemandirian dan keberlanjutan pengelolaan (teknis, organisasi,
pembiayaan) prasarana desa,
(3) Terwujudnya fasilitas prasarana desa yang handal dan siaga untuk mendukung kesiapsiagaan menghadapi risiko bencana di wilayah desa dan sekitarnya.

1.6. Sasaran
Sasaran operasional pedoman O dan P ini adalah:
(1) Terlaksananya langkah-langkah pengorganisasian warga desa dalam pelaksanaan O
dan P prasarana desa yang handal, siaga dan mandiri,
(2) Terlaksananya kegiatan fasilitasi pengorganisasian dan penyiapan pelaksanaan O dan
P prasarana desa oleh konsultan pendamping REKOMPAK-JRF,
(3) Meningkatnya peran aktif pemerintah kabupaten/kota dalam memfasilitasi proses
pengorganisasian warga dalam pengembangan pelaksanaan O dan P prasarana desa.
Kelompok sasaran utama tata-cara operasi dan pemeliharaan ini adalah:
(1) Konsultan pendamping tingkat desa, yaitu para fasilitator pendamping masyarakat
desa/kelurahan;
(2) Komunitas, yaitu seluruh warga (pemakai prasarana), khususnya BKM/TPK, Tim Inti
Perencana (TIP), Panitia Pelaksana (PP) dan calon pengelola O dan P;
(3) Pemerintah desa/kelurahan, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan
(LPMD/K) dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD);
(4) Pemerintah Kecamatan, Penanggung Jawab Operasional Kecamatan (PJOK),
(5) Walikota/Bupati, Dinas/Instansi Terkait, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Kabupaten/Kota, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten/Kota;
(6) Gubernur, Dinas/Instansi Terkait, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Provinsi, Satuan Non Vertikal Tertentu (SNVT) Penataan Bangunan dan Lingkungan
(PBL) Provinsi, DPRD Provinsi;
(7) Konsultan REKOMPAK-JRF; National Management Consultant (NMC), District
Management Consultant (DMC);
(8) Serta pihak-pihak lain yang peduli atau memanfaatkan pedoman O dan P ini.

1.7. Batasan dan Pengertian


Pengertian dan pemahaman yang dipakai dalam pedoman ini merujuk pada sejumlah
sumber adalah sebagai berikut:
(1)

Operasi dan pemeliharaan adalah serangkaian kegiatan terencana dan sistematis,


yang dilakukan secara rutin, berkala maupun perbaikan sewaktu-waktu (insidentil)

untuk menjaga agar prasarana yang telah dibangun tetap dapat berfungsi dan
bermanfaat sesuai rencana.
(2)

Pemeliharaan secara umum dapat dikategorikan dalam tiga jenis, sebagai berikut :
a.

Pemeliharaan Rutin (preventive maintenance).


Pemeliharaan rutin ini dilakukan dengan mengontrol dan merawat prasaranasarana secara rutin/periodik sehingga tidak terjadi kerusakan atau berubah
fungsinya. Pemelihraa rutin sifatnya preventif, ringan dan dijadwalkan teratur
dalam satu tahun. Bagian penting dari pemeliharaan rutin antara lain adalah
pencegahan atau menjaga penggunaan prasarana yang tidak semestinya atau
penggunaan diluar fungsinya agar prasarana tidak cepat rusak.

b.

Pemeliharaan Sesudah Rusak (breakdown maintenance)


Pemeliharaan Sesudah Rusak meliputi perbaikan atau modifikasi dari
prasarana/sarana yang dilakukan setelah terjadi kerusakan saat digunakan.

c.

Pemeliharaan Ulang (corrective maintenance).


Pemeliharaan ulang meliputi perbaikan rehabilitasi dari prasarana-sarana yang
dilakukan untuk mengembalikan seperti fungsinya semula sesuai desain atau
standar awal. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan selang waktu yang cukup
lama, biasanya lebih dari satu tahun. Pemeliharaan ulang kadang disebut juga
perbaikan besar.

(3)

Tim Pengelola O dan P prasarana-sarana desa adalah sekelompok orang yang


dipilih dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat/komunitas desa, yang
telah diberi wewenang dan tanggung jawab mengelola prasarana-sarana yang
ditetapkan.

(4)

Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana-sarana desa ditujukan untuk


mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan O dan P
prasarana oleh tim pengelola prasarana desa, sehingga tidak muncul hambatan dan
kendala dari ketersediaan dana.

BAB II
TEKNIS OPERASI DAN PEMELIHARAAN
PRASARANA DASAR DESA/KELURAHAN

2.1. Teknis Operasi dan Pemeliharaan


A. Jenis Prasarana
Jenis-jenis prasarana dasar desa yang telah dibangun melalui program REKOMPAK-JRF
antara lain adalah:
(1) Jenis prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi
a. Jalan
1) Jalan aspal
2) Jalan makadam
3) Jalan beton
4) Jalan paving
5) Jalan telasah
6) Jalan sirtu
7) Jalan tanah
b. Jembatan
1) Jembatan beton
2) Jembatan komposit
3) Jembatan gantung
4) Jembatan kayu
5) Plat decker
c. Saluran Drainase / Saluran air hujan (SAH)
1) Saluran dengan pasangan
2) Saluran dengan buis beton
3) Saluran tanah
4) Gorong-gorong
5) Syphon
d. Sumur Resapan untuk Drainase/SAH
1) Sumur resapan buis beton
2) Sumur resapan pasangan batu bata
e. Bangunan penahan tanah
1) Talud pasangan batu kali
2) Bronjong
3) Beton bertulang
4) Revetment

f. Bendung
Bendung pasangan batu
g. Embung/ Waduk
1) Tembok/talud pasangan batu kali
2) Tanggul tanah
h. Lapangan Evakuasi
i. Hidran Pemadam Kebakaran (Fire Hidrant)
j. Peralatan Pendukung Peringatan Dini (EWS/ Early Warning System)
(2) Jenis prasarana Air Bersih dan Sanitasi
a. Air Bersih
1) Bangunan Penangkap Mata Air/BPMA
2) Sumur bor dalam
3) Bak Penampung Air Bersih (Reservoir)
4) Pipa Transmisi & Distribusi, dan Katup (valve)
5) Mesin Diesel Pembangkit Listrik (Genset)
b. Sanitasi/MCK (Mandi Cuci Kakus)
1) Bilik MCK
2) Tangki Septik
3) Resapan
c. Persampahan
1) Pengumpulan & pemilahan sampah
2) Komposting

B. Tahap-Tahap Pemeliharaan
Tahap-tahap proses pemeliharaan prasarana desa yang dilaksanakan oleh Tim Pengelola O
dan P prasarana dasar desa secara umum melalui proses yang dapat digambarkan sebagai
berikut :
Bagan 1
Tahapan Pemeliharaan
Inventarisasi,
Identifikasi

Evaluasi &
Perhitungan

Prioritisasi &
Penjadwalan

Pembiayaan

Pelaksanaan
Pemeliharaan &
Pelaporan

(1) Inventarisasi dan Identifikasi


Tahap ini adalah menginventarisasi prasarana yang akan dipelihara serta
mengidentifikasi masing-masing kondisi prasarana-sarana, dilakukan melalui survey
menggunakan formulir kondisi prasarana sebagai terlampir. Sebaiknya dalam
pendataan ini meminta juga informasi dari komunitas warga di sekitar lokasi atau
pengguna prasarana, karena mereka cukup tahu kondisi prasarana tersebut. Dalam
pendataan tersebut harus dicatat dengan lengkap kondisi bagian/komponen prasaranasarana yang akan dipelihara atau yang mengalami kerusakan. Sebagai acuan
pencatatan dapat dilihat Tabel1,2,3 Tanda-tanda kerusakan konstruksi prasaranasarana dan uraian prasarana dalam pedoman ini.
Pada tahap ini masalah kepemilikan/kewenangan atas prasarana dasar desa harus
sudah jelas, jika belum jelas perlu dicari informasi dan dikonfirmasi sesuai data pada
saat awal pembangunan prasarana. Prasarana yang bukan milik desa/lingkungan atau
diluar kewenangan desa maka operasi & pemeliharaannya, termasuk pembiayaannya
harus dikordinasikan dengan dinas/instansi terkait.
(2) Evaluasi dan Perhitungan
Pada tahap ini hasil invetarisasi dan identifikasi yang sudah disusun akan dievaluasi
untuk penentuan metoda dan cara pemeliharaan, perhitungan bahan, peralatan, tenaga
kerja/tenaga trampil dan biaya yang dibutuhkan. Sebagai acuan evaluasi dan
perhitungan dapat dilihat Tabel-4,5,6 (Prosedur) Perbaikan Pekerjaan. Disini
dievaluasi dan ditambahkan juga catatan jumlah yang memanfaatkan prasarana
tersebut serta kondisi sosial pemakai serta cakupan pelayanan.
Pada tahap ini juga perlu diseleksi prasarana mana yang akan dilakukan pemeliharaan
rutin, pemeliharaan perbaikan karena rusak atau masuk kategori rehabilitasi jika
kondisinya sudah sangat rusak. Untuk kategori rehabilitasi proses dilakukan terpisah
seperti membangun prasarana baru.
(3) Prioritisasi dan Penjadwalan
Prioritisasi dan penjadwalan secara keseluruhan dari semua prasarana dan komponen
yang sudah diinventarisasi, dapat dilakukan dengan melihat aspek-aspek seperti :
a.
b.
c.

d.
e.

Kemendesakan, yaitu: kondisi kerusakan prasarana dan kemendesakan karena


merupakan prasarana mitigasi bencana yang harus segera dipelihara,
Manfaat, yaitu semakin banyak jumlah orang yang menggunakan, semakin
prioritas;
Kapasitas desa, yaitu: kemampuan desa untuk melaksanaka pemeliharaan sendiri,
karena jika tidak mampu ditangani oleh tingkat desa maka perbaikannya perlu
diusulkan ke pemerintah kab/kota dan dinas/instansi lainnya, sehingga prosesnya
perlu waktu lebih lama,
Urutan logis, yaitu: urutan logis secara teknis tahap-tahap pemeliharaan atau
perbaikan,
Sosial, yaitu : pertimbangan kondisi sosial warga pengguna prasarana (misal
kaum jompo, difabel, kelompok perempuan)

(4) Pembiayaan
Setelah tahap perencanaan diatas diselesaikan oleh petugas teknis maka hasil
perencanaan O dan P tersebut harus dirembug bersama oleh seluruh pengurus untuk
diputuskan besaran biaya yang disediakan dan akan digunakan untuk pemeliharaan.
Pada kondisi karena dana terbatas, dapat dilakukan evaluasi dan perhitungan ulang
metoda pemeliharaan yang dipilih.
Untuk kondisi keputusan-keputusan tertentu (misal: honor/tunjangan/upah petugas
pemeliharaan) maka keputusan perlu diambil melalui rembug warga dan/atau
persetujuan pemerintah desa sesuai peraturan yang dibuat sebelumnya dalam
AD/ART Tim Pengelola atau aturan pemerintahan yang berlaku.
(5) Pelaksanaan Pemeliharaan dan Pelaporan
Pelaksanaa pemeliharaan dapat dilaksanakan sendiri oleh tim pengelola O dan P,
secara kerja bakti, gotong royong atau menyewa tenaga dari luar. Sebelum
pemeliharaan dilaksanakan, rencana pemeliharaan perlu ditempel di papan
pengumuman untuk dapat diketahui warga. Selama dan sesudah pemeliharaan tim
pengelola/petugas harus membuat laporan pelaksanaan pemeliharaan (pelaksanaan
kegiatan dan keuangan) untuk disampaikan kepada masyarakat dan ditempel pada
papan pengumuman.
(6) Pengawasan dan Evaluasi
Pengawasan pelaksanaan operasi dan pemeliharaan prasarana dilakukan oleh
BKM/TPK melalui UPL (unit pengelola lingkungan) dan oleh masyarakat komunitas
warga. Evaluasi atas hasil pelaksanaan O dan P dilakukan setelah prasarana
digunakan kembali atau sedikitnya dalam satu tahun sekali. Evaluasi dilakukan oleh
Tim Pengelola bersama komunitas warga dan perlu mengundang pihak luar untuk
memberi masukan ahli.

C. Prasarana Non Air Bersih dan Sanitasi


(1) Pemeliharaan Rutin Prasarana dan Sarana
Pemeliharaan rutin bertujuan mengontrol dan merawat prasarana/sarana serta menjaga
fasilitas tetap dalam kondisi baik untuk mencegah kegagalan (prasarana tidak
berfungsi secara tiba-tiba). Selain hal itu dengan pemeliharaan rutin kerusakan kecil
cepat diketahui, dapat segera diperbaiki dan tidak menjadi kerusakan besar atau
kegagalan fungsi. Pemeliharaan Rutin pada dasarnya menjaga prasarana dalam
keadaan seperti semula dan mencakup beberapa pekerjaan yang berulang, yang secara
teknis cukup sederhana. Pemeliharaan rutin harus dimulai pada waktu prasaranasarana selesai dibangun (masih dalam keadaan baru) dan dilanjutkan seumur
prasarana tersebut.

Lingkup pekerjaan pemeliharaan rutin/berkala prasarana adalah sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Pembersihan secara umum


Membuang tumbuhan liar dan sampah
Pembersihan dan melancarkan fungsi prasarana.
Penanganan kerusakan-kerusakan ringan
Pengecatan sederhana
Pemeliharaan permukaan konstruksi bangunan dan lantai kendaraan
Penggantian spare-part/suku cadang
Pemberian pelumas/oli

Dalam pemeliharaan rutin, ada hal penting yang harus dilakukan untuk menjaga agar
prasarana desa tidak cepat rusak yaitu melaksanakan pencegahan penggunaan
prasarana yang tidak semestinya atau penggunaan diluar fungsinya.
Pencegahan penggunaan prasarana diluar fungsi, antara lain:
a.

Jalan
1.

2.
3.
4.

b.

Mencegah dan melarang penggunaan jalan, untuk dilewati oleh kendaraan


dengan total berat melebihi klas jalan (jalan desa: Klas III beban < 8 ton,
jalan cor-beton swadaya beban maksimal sampai dengan 3 ton).
Tidak boleh membuat talud yang lebih tinggi dari berm/bahu jalan tanpa
dilengkapi saluran drainase sehingga terjadi genangan di jalan.
Tidak boleh memanfaatkan jalan menjadi tempat mencuci kendaraan atau
barang-barang.
Tidak boleh menanam pohon di berm/bahu jalan, selain rumput pelindung
bahu jalan.

Jembatan
1. Mencegah dan melarang dilewati kendaraan dengan total berat melebihi klas
jembatan yang direncanakan (lihat catatan no:1a)
2. Tidak boleh menambang material batu dan/atau pasir (galian C) pada
500 M dari hulu dan hilir jembatan.
3. Tidak boleh memanfaatkan jembatan menjadi tempat mencuci
kendaraan/barang.
4. Tidak boleh memanfaatkan ruang bawah jembatan, diluar tujuan untuk
perlindungan jembatan tersebut.

c. Talud
1. Mencegah dan melarang penanaman tanaman keras dan/atau tanaman
semusim sepanjang talud yang akarnya dapat mendorong ketidakstabilan
talud dan/atau merusak talud.
2. Tidak boleh memanfaatkan tanah yang ditalud sebagai pondasi dari
bangunan rumah atau bangunan lainnya
3. Dilarang mendirikan bangunan diatas atau dibawah talud sejauh 1,5 kali
tinggi talud dari talud.

4. Dilarang menggali tanah disekitar pondasi talud yang dapat melemahkan


konstruksi talud.
d.

Tanggul Tanah
1.

2.
3.
4.
5.

e.

Saluran drainase
1.
2.
3.
4.

f.

Mencegah dan melarang saluran drainase sebagai tempat memandikan dan


minum ternak yang bukan/tidak di tempat-tempat yang sudah disediakan.
Tidak boleh memanfaatkan dinding saluran sebagai tempat mendirikan
bangunan.
Tidak boleh membendung aliran air serta membongkar dinding talud saluran
drainase untuk pengambilan air.
Tidak boleh membuang sampah di saluran drainase.

Bendung
1.
2.
3.
4.

g.

Mencegah dan melarang penanaman tanaman keras dan/atau tanaman


semusim sepanjang puncak tanggul sehingga mengurangi kepadatan,
porositas dan kestabilan tanggul.
Tidak boleh memanfaatkan tanggul sebagai pondasi dari bangunan rumah
atau bangunan lainnya
Tidak boleh mengambil material badan tanggul dan kaki tanggul.
Tidak boleh menghilangkan rumput tanggul sebagai penahan longsor.
Tidak boleh mengambil material batuan, pasir atau sedimen di sekitar
tanggul (akan mengurangi kestabilan konstruksi tanggul dan menyebabkan
longsor).

Mencegah dan melarang pengambilan/penambangan material batuan, pasir


atau sedimen (galian C) di sekitar bendung.
Tidak boleh mendirikan bangunan disekitar bendung.
Pada bangunan rumah atau pelindung pintu air tidak boleh untuk tempat
pemeliharaan ternak, warung, tempat tinggal sementara/bedeng.
Melarang penggunaan dari bagian-bagian bangunan bendung, seperti: talud,
saluran drainase/irigasi, tanggul, jembatan, jalan, dll. diluar fungsinya, lihat
panduan nomor sebelumnya.

Waduk/embung
1.
2.
3.

Mencegah dan melarang waduk/embung sebagai tempat memandikan dan


minum ternak yang bukan/tidak ditempat-tempat yang sudah disediakan.
Tidak boleh memanfaatkan waduk/embung sebagai tempat pemeliharaan
ternak.
Melarang penggunaan dari bagian-bagian bangunan waduk/embung, seperti:
talud, saluran drainase/irigasi, tanggul, jembatan, jalan, pintu air, dll. diluar
fungsinya, lihat panduan nomor sebelumnya.

h.

Lapangan Evakuasi
1.
2.

i.

Mencegah dan melarang pemanfaatan lapangan evakuasi untuk lahan


pertanian.
Tidak boleh mendirikan bangunan warung/toko di lapangan evakuasi.

Hidran Pemadam Kebakaran (Fire Hidrant) :


1.
2.
3.

Mencegah dan melarang penggunaan hidran untuk mencuci kendaraan atau


barang-barang.
Mencegah dan melarang penggunaan hidran untuk menyiram tanaman.
Tidak boleh mendirikan bangunan atau meletakan barang-barang disekitar
hidran, ini dapat menghambat akses petugas pemadam dalam memanfaatkan hidran.

(2) Pemeliharaan Prasarana Sesudah Rusak


Pemeliharaan Sesudah Rusak adalah pemeliharaan atau perbaikan yang dilakukan
karena prasarana mengalami kerusakan. Pemeliharaan perbaikan pada prinsipnya
harus segera dilakukan jika prasarana mengalami kerusakan, karena kerusakan yang
tidak segera diperbaiki akan semakin bertambah kerusakannya dan pada akhirnya
prasarana rusak tidak bisa digunakan (gagal berfungsi). Namun dalam beberapa
situasi sering perbaikan tidak dapat segera dilakukan (misal: anggaran yang belum
siap), untuk kondisi ini diharapkan warga bisa mengadakan kerja bakti untuk
melakukan pemeliharaan melindungi dan perbaikan ringan atas bagian yang rusak
agar tidak semakin rusak.
Pada bagian berikut ditampilkan beberapa prosedur perbaikan jika suatu konstruksi
prasarana mengalami kerusakan (lihat tabel 4; 5 dan 6), antara lain pekerjaanpekerjaan perbaikan untuk:
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Konstruksi beton
Konstruksi pasangan batu kali
Konstruksi pasangan bata
Konstruksi aspal
Konstruksi paving
Konstruksi kayu

(3) Pemeliharaan Ulang dan Rehabilitasi


Pemeliharaan Ulang dan Rehabilitasi dilakukan untuk mengembalikan prasarana
seperti fungsinya semula (sesuai desain standar awal), ini termasuk pekerjaan
perbaikan besar tidak akan dibahas dalam pedoman ini. Rehabilitasi atau pekerjaan
perbaikan besar prosesnya hampir sama dengan prosedur tata laksana untuk
pembangunan infrastruktur baru.

Tabel 1
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jalan
NO

JENIS
KONSTRUKSI

PENAMPAKAN
VISUAL
(INDIKASI KERUSAKAN)

Jalan

Aspal

Retak garis dipermukaan

Stabilitas
melemah

lapisan

permukaan

mulai

Umur
Traffic (over load)

Terkelupas

Stabilitas
melemah

lapisan

permukaan

mulai

Umur
Traffic (over load)

Traffic management
(load)

Retak sarang laba-laba

Stabilitas lapisan permukaan dan base


course melemah

Drainase samping

Terbongkar

Stabilitas lapisan permukaan dan base


course melemah

Melendut (banyak)

Stabilitas tanah
melemah

Permukaan Berlumut

Peturasan tidak baik

Terbongkar

Stabilitas lapisan permukaan dan base


course melemah

Melendut (banyak)

Stabilitas lapisan permukaan dan sub


grade melemah

Pecah

Lapisan permukaan

Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Umur
Traffic (over load)

Berlumut
Tumbuh rumput

Peturasan tidak baik


Filler

Sistem drainase tidak baik

Berm/bahu jalan

Melendut melintang ataupun


memanjang

Stabilitas lapisan permukaan dan sub


grade melemah

Batuannya terlepas

Stabilitas lapisan permukaan dan sub


grade melemah

Beton

Paving Block

Makadam

Jalan

Telasah

Melendut melintang ataupun

PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN

PENCEGAHAN
KERUSAKAN
PERAWATAN

INFRASTRUKTUR

KERUSAKAN

dasar

(sub

grade

Stabilitas lapisan permukaan dan sub

Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Tidak dirawat (tumbuh rumput)
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Tidak dirawat (tumbuh rumput)
Umur

&

PERHATIAN
Konstruksi jalan harus
dilakukan :

Berm/bahu jalan

- Pembersihan
vegetasi yang tidak
perlu dan sampahsampah.
- Perawatan sistem
drainase/peturasan
samping dan
permukaan jalan
- Secara berkala
konstruksi jalan
harus dirawat.

Traffic management
(load)
Drainase samping
Batu pengunci/ batu
kancing ( kanstin)

Traffic management
(load)
Drainase samping
Berm/bahu jalan
Vegetasi (rumput dll)

NO

INFRASTRUKTUR

JENIS
KONSTRUKSI

Sirtu

Perkerasan
tanah

PENAMPAKAN
VISUAL
(INDIKASI KERUSAKAN)

KERUSAKAN

memanjang

grade melemah

Batuannya terlepas

Stabilitas lapisan permukaan dan sub


grade melemah
Batu pengunci (kanstin) rusak atau lepas

Melendut melintang ataupun


memanjang
Rumput tumbuh ditengah
badan jalan.

Stabilitas lapisan permukaan dan sub


grade melemah
Peturasan tidak baik

Melendut melintang ataupun


memanjang
Rumput tumbuh ditengah
badan jalan.

Stabilitas lapisan permukaan dan sub


grade melemah
Peturasan tidak baik

PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Tidak dirawat (tumbuh rumput)
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Tidak dirawat (tumbuh rumput)
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Tidak dirawat (tumbuh rumput)
Umur
Traffic (over load)
Sistem drainase tidak baik
Tidak dirawat (tumbuh rumput)

PENCEGAHAN
KERUSAKAN
PERAWATAN
Drainase samping
Batu pengunci/ batu
kancing ( kanstin)
Berm/bahu jalan
Traffic management
(load)
Drainase samping
Vegetasi (rumput dll)
Traffic management
(load)
Drainase samping
Vegetasi (rumput dll)

&

PERHATIAN

Tabel 2
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Prasarana Jembatan
NO

INFRASTRUKTUR
Jembatan
Beton
dengan
Pondasi Pasangan
Batu

KOMPONEN
KONSTRUKSI
Guard rail, Guard
post/safety post
(patok pengarah),
tembok sedada
(buuk)

Hand Rail

Gelagar beton

Gelagar beton
komposit (baja
beton);
gelagar baja I dan
lantai beton bertulang

Lantai beton
Jembatan

PENAMPAKAN VISUAL
(INDIKASI KERUSAKAN)

KERUSAKAN

PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN

Tiang/patok/buuk retak
atau hancur

Stabilitas konstruksi
melemah

Tiang/patok/buuk - Collaps,
condong, miring
Pipa atau besi rail melendut
atau lepas.

Stabilitas pondasi
melemah
Atau Stabilitas tanah dasar
melemah
Pasangan konstruksi
melemah

Tiang/patok - pecah, retak,


patah.

Stabilitas konstruksi
melemah

Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)

Mempertahankan fungsi
sesuai desain.

Pipa atau besi rail melendut

Pasangan konstruksi
melemah

Umur
Berubah fungsi atau load atau benturan
(beban berlebihan).

Mengatur /
pengendalian lalu-lintas
lewat jembatan.

Retak

Stabilitas konstruksi
melemah

Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Terkena gangguan kemis/kimia
Umur
Berubah fungsi atau beban berlebih
Baja berkarat banyak
Umur
Berubah fungsi atau beban berlebih

Melendut (banyak)

Stabilitas konstruksi
melemah

Pecah, hancur
Terlihat besi tulangan

Stabilitas konstruksi
melemah

Baja berkarat

Baja berubah, lapisan


mengelupas
Stabilitas konstruksi
melemah

Melendut (banyak)
Beton retak di bagian
komposit

Konstruksi beton melemah

Retak

Stabilitas konstruksi
melemah

Umur
Berubah fungsi atau load atau benturan
(beban berlebihan)
Daya rekat plesteran berkurang
(plesteran lapuk)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)

PENCEGAHAN
KERUSAKAN &
PERAWATAN

Umur
Berubah fungsi atau load atau benturan
(beban berlebihan)

Umur
Berubah fungsi atau load (beban

PERHATIAN

Mempertahankan fungsi
sesuai desain.

Konstruksi jembatan
harus dilakukan :

Mengatur /
pengendalian lalu-lintas
lewat jembatan

- Pembersihan vegetasi
yang tidak perlu dan
sampah-sampah.

Pengaturan drainase
dan pembersihan lumut
dan tumbuhan.

- Perawatan sistem
drainase/peturasan
sekitar konstruksi.
- Pengecatan baja &
besi (rail) berkala

Mempertahankan fungsi
sesuai desain.
Pengaturan drainase
dan pembersihan lumut
dan tumbuhan.
Mempertahankan fungsi
sesuai desain.
Perawatan sistem peturasan sekitar konstruksi
Secara berkala
konstruksi baja harus
dirawat.
Mempertahankan fungsi

- Secara berkala
konstruksi baja harus
dirawat dari
gangguan-gangguan
kemis (air laut, limbah,
air hujan, kencing
binatang), dan dari
gangguan biologis
(jamur, lumut, semak,
perdu).

NO

INFRASTRUKTUR

KOMPONEN
KONSTRUKSI

PENAMPAKAN VISUAL
(INDIKASI KERUSAKAN)
Melendut (banyak)

Stabilitas konstruksi
melemah

Pecah, hancur
Terlihat besi tulangan

Stabilitas konstruksi
melemah

Pas batu kali:

Retak

- Kepala jembatan
(abutment) dan pilar
(pier).

Collaps, condong, miring

- Pondasi untuk
kepala jembatan dan
pilar
- Perkuatan lereng
dan apron pada dasar
sungai.

KERUSAKAN

Stabilitas konstruksi
melemah
Stabilitas
pondasi
melemah
Atau Stabilitas tanah dasar
melemah

Pecah, hancur, batu-batu


lepas

Berlumut, ada tumbuhan

Pasangan
melemah

konstruksi

Peturasan tidak baik dan


plesteran/ siaran lepas

PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Daya
rekat
plesteran
berkurang
(plesteran lapuk)
Sistem drainase tidak baik,
Daya rekat plesteran / siaran melemah.

PENCEGAHAN
KERUSAKAN &
PERAWATAN
sesuai desain.
Pengaturan drainase
dan pembersihan lumut
dan tumbuhan.

Mempertahankan fungsi
sesuai desain.
Menjaga sekeliling
pondasi tidak terjadi
gerusan dasar sungai
(a.l. : tidak ada
penggalian material
sungai di sekitar
jembatan)
Membersihkan vegetasi
yang tidak perlu dan
membersihan sampah
di bawah jembatan.
Pengaturan drainase
dan pembersihan lumut
dan tumbuhan.

PERHATIAN

Tabel 3
Tanda-Tanda Kerusakan Konstruksi Talud Tembok Penahan Tanah
NO

INFRASTRUKTUR
Talud,
Tembok Penahan
Tanah

JENIS
KONSTRUKSI
Timbunan Tanah
(Tanggul)

Beton

PENAMPAKAN VISUAL
(INDIKASI KERUSAKAN)
Melendut

Stabilitas berkurang

Bekas tergerus

Kepadatan tanah
berkurang

Retak memanjang

Kepadatan tanah
berkurang
Terjadi sliding

Pohon, tiang pada tebing


condong

Longsor (Stabilitas
berkurang)

Retak

Stabilitas konstruksi
melemah

Melendut (banyak)

Stabilitas konstruksi
melemah
Stabilitas konstruksi
melemah
Stabilitas konstruksi
melemah

Pecah, hancur
Pasangan Batu Kali

Retak
Melendut (banyak)

Pecah, hancur

Berlumut
Bronjong kawat

KERUSAKAN

Stabilitas konstruksi
melemah
Atau Stabilitas tanah dasar
melemah
Stabilitas konstruksi
melemah
Atau Stabilitas tanah dsar
melemah
Peturasan tidak baik

Melendut/melengkung

Stabilitas konstruksi
melemah

Kawat putus / rusak

Kawat berkarat atau ikatan


lepas

PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Sistem drainase tidak baik,
Aliran air deras,
Rumput pelindung hilang/mati.
Pemadatan tidak sempurna
Rembesan air
Sistem drainase tidak baik,
Aliran air rembesan dibawah/ di dalam
timbunan,
Rumput pelindung hilang/mati.
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Sistem drainase tidak baik
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Umur
Berubah fungsi atau load (beban
berlebihan)
Sistem drainase tidak baik

PENCEGAHAN
KERUSAKAN &
PERAWATAN
Mempertahankan
Fungsi sesuai Design
Membersihkan Vegetasi
yang tidak perlu
Pengaturan Drainase

Konstruksi talud harus


dilakukan :
- Pembersihan
vegetasi yang tidak
perlu dan sampahsampah.
- Perawatan sistem
drainase/peturasan
sekitar dan samping
konstruksi talud.

Mempertahankan
Fungsi sesuai Design
Membersihkan Vegetasi
yang tidak perlu
Pengaturan Drainase
Mempertahankan
Fungsi sesuai Design
Membersihkan Vegetasi
yang tidak perlu
Pengaturan Drainase

Berubah fungsi atau load (beban


berlebihan)
Sistem drainase tidak baik
Sistem drainase tidak baik,
aliran air rembesan dibawah bronjong
menggerus pondasi tanah
Umur
Berubah fungsi atau load atau

PERHATIAN

Mempertahankan
Fungsi sesuai Design
Membersihkan vegetasi
yang tidak perlu dan

- Secara berkala
konstruksi talud harus
dirawat.

NO

INFRASTRUKTUR

JENIS
KONSTRUKSI

PENAMPAKAN VISUAL
(INDIKASI KERUSAKAN)
Hancur, batu lepas

KERUSAKAN
Kawat putus, batu longsor
(stabilitas berkurang)

PENCEGAHAN
KERUSAKAN &
PERAWATAN
sampah-sampah.

PENYEBAB UTAMA
KERUSAKAN
benturan/timbunan sampah.
Umur
Berubah fungsi atau load
benturan/timbunan sampah.
Pondasi tanah tergerus.

atau

Penguatan ikatan kawat


Pengaturan Drainase

PERHATIAN

Tabel 4
Perbaikan Pekerjaan Beton

NO
1

KOMPONEN
KONSTRUKSI

PENGGUNAAN

Beton Rabat
(Blind Concrete)

Perkerasaan jalan, car


port.
Perkerasan landasan
Perkerasan lantai

PENCEGAHAN AGAR TIDAK


TERJADI RUSAK

INDIKASI
KERUSAKAN

- Pengaturan batasan pembebanan.


- Jika digunakan untuk jalan harus
ada pengaturan lalu lintas untuk
membatasi pembebanan.
- Perawatan sistem drainase sekitar
konstruksi.
- Perawatan dari gangguan kemis
dan biologis.

Retak

Permukaan aus
( kerikil lepas )

Beton Bertulang
(Reinforced
Concrete)

Beton Komposit
(baja beton)

Beton struktur:
- Balok Jembatan
- Lantai jembatan
- Rangka rumah
- Lantai landasan
berat
- Pondasi berat
- Dinding penahan
tanah, dll.
Gelagar jembatan
(gelagar baja I dan
lantai beton bertulang)

Hancur

Patah/penurunan

PROSEDUR PERBAIKAN

PERHATIAN

- Jika kategori retak rambut tidak perlu


diperbaiki
- Jika retak konstruksi harus diperbaiki
dengan memperbesar retak hingga ukuran
lebih besar kerikil beton perbaikkan
sedalam retaknya >setengah tebal beton.
- Jika retak tidak dalam < setegah tebal isi
dengan mortar (campuran cemen pasir
komposisi setara betonnya)

- Teknik pencampuran material beton


- Kebersihan beton yang diperbaiki
- Beton lama disiram air bersih dulu
sebelum dilakukan pembetonan baru.

Beton di kupas sampai lapisan tanah


Tanah dipadatkan kembali dan dibersihkan
Siram tanah dengan air
Isi lubang tersebut dengan beton dengan
campuran setara beton lama.

- Pengaturan batasan pembebanan.


- Jika digunakan untuk jalan harus
ada pengaturan lalu lintas untuk
membatasi pembebanan.
- Perawatan sistem drainase sekitar
konstruksi
- Perawatan dari gangguan kemis
dan biologis.

- Retak
- Permukaan aus
kerikil lepas Hancur
Patah
- Sehingga terlihat
tulangannya

Idem di atas.
Jika terjadi rusak tulangan tidak banyak,
bengkok atau putus satu dua buah cukup
dilakukan penyambungan dengan cara
overlap. Kemudian ditutup dengan beton
berkomposisi setara beton aslinya.

- Pengaturan batasan pembebanan.


- Pembersihan vegetasi yg tidak
perlu dan sampah.
- Perawatan sistem drainse
peturasan sekitar konstruksi
- Pengecatan baja berkala
- Secara berkala konstruksi baja
harus dirawat dari gangguan
kemis/kimia (air laut, limbah, air
hujan, kencing) dan dari gangguan
biologis (jamur, lumut).

Baja berkarat

Pembersihan bagian-bagian yang berkarat


dan baja dicat ulang.

Melendut (banyak)

Jika melendut banyak atau lendutan


bertambah dari periode sebelumnya.
Konstruksi jembatan harus di periksa oleh
ahli dan jembatan tidak boleh digunakan.

Beton retak

Jika bagian beton komposit retak banyak


atau ada yang pecah lepas. Konstruksi
jembatan harus di periksa oleh ahli dan
jembatan tidak boleh digunakan.

Karena konstruksi beton komposit


memerlukan keahlian khusus, sebaiknya
perbaikan diserahkan kepada tenaga
trampil dan tukang ahli di bidangnya.
Jika jembatan kondisi rusak menunggu
perbaikan terpaksa tetap digunakan
maka harus diberi pilar-pilar penopang
pada bagian gelagarnya.

Tabel 5
Perbaikan Pekerjaan Pasangan Batu Kali

NO

KOMPONEN
KONSTRUKSI

PENGGUNAAN

Pasangan batu kali

Pondasi struktur

PENCEGAHAN
AGAR
TIDAK TERJADI RUSAK

INDIKASI
KERUSAKAN

Mempertahankan fungsi sesuai


desain

PROSEDUR PERBAIKAN

PERHATIAN

- Retak

- Retak diperbesar sampai kedalaman retak.


- Kemudian lubang diisi dengan adukan/spesi baru
sepenuhnya.
- Dilakukan finishing sebagaimana bagian lainnya
.

- Teknik pencampuran material


adukan/spesi
- Kebersihan pasangan yang diperbaiki
(termasuk dari adukan/spesi lama)
- Pasangan lama disiram air bersih dulu
sebelum dilakukan pemasangan baru.
- Keselamatan kerja.

- Patah

Jika terjadi penurunan disisi lain maka konstruksi


pasangan dibagian turun dibongkar untuk diganti dengan
yang baru (berlaku untuk tembok pelindung bahaya).

- Collaps, Condong

Konstruksi dibongkar dan diganti dengan yang baru.


Perlu dilakukan redesign.

- Pondasi tergerus air

- Jika tanah dasar adalah tanah keras maka dilakukan


suntikan beton pada bagian yang tergerus.
- Jika tanah dasar adalah tanah lunak (bukan keras)
maka dilakukan penggalian tanah dibagian bawah
yang aman kemudian disuntik dengan beton atau
pasangan batu baru.
- Jika kondisi tidak aman maka lebih baik dibuat
pasangan baru dengan kedalaman pondasi yang
memperhitungkan adanya gerusan.

Tembok Penahan Tanah


Dinding drainase

Membersihkan vegetasi/tumbuhan
yang tidak perlu

Dinding Bendung

Pengaturan aliran drainase

Pondasi Jembatan
Dll.

Tabel 6
Perbaikan Pekerjaan Kayu

NO
1

KOMPONEN
KONSTRUKSI
Konstruksi Kayu
menahan beban

PENGGUNAAN
Kuda-kuda
Kolom
Balok
Kusen

PENCEGAHAN AGAR TIDAK


TERJADI RUSAK
- Pembatasan pembebanan sesuai
dengan beban rencana atau
gangguan mekanis.
- Perawatan terhadap perubahan
kekencangan baut yang dapat terjadi
karena gaya mekanis.
- Secara berkala konstruksi bangunan
kayu harus dirawat dari gangguangangguan kemis (air laut, limbah, air
hujan, kencing binatang) , dan dari
gangguan biologis (jamur, lumut,
semak, perdu)

INDIKASI
KERUSAKAN
Retak/Pecah

Kayu untuk
Bangunan

Daun pintu
Daun jendela

Idem

Sambung atau tembel kayu dengan lem


kayu

Lapuk

Melengkung (berubah
bentuk)

- Pada titik titik yang sirkulasi


udaranya tidak bagus (sudut sudut
bangunan) secara berkala diberikan
sirkulasi agar material kayu terhindar Patah
dari pengaruh kelembaban.
Kelembaban akan menaikkan kadar
air dalam kayu yang dapat
menurunkan kekuatan kayu.
2

PROSEDUR PERBAIKAN

- Retak/Pecah
- Lapuk
- Melengkung(berubah
bentuk)
- Patah

- Bagian kayu yang rusak harus diganti


kayu dengan mutu yang sama
(kualitas dan jenis kayu)
- Sebelum penggantian kayu, harus
dipersiapkan penyangga atau
kontruksi sementara untuk penahan
beban terhadap bangunan.
- Pada saat perbaikan berlangsung,
prasarana tidak boleh digunakan.

- Kayu retak/pecah : Sambung atau


tembel kayu dengan lem kayu
- Kayu lapuk, melengkung, patah:
Bagian kayu yang rusak harus diganti
kayu dengan mutu yang sama
(kualitas dan jenis kayu)

PERHATIAN
Secara umum dikenal dua macam mutu kayu
dalam konstruksi, yaitu :
Kayu bermutu A, kayu yang mempunyai syarat
:
Kayu harus kering udara
Besar mata kayu tidak melebihi 1/6 lebar
balok atau < 3,5 cm.
Balok tidak mengandung wanvlak > 1/10
tinggi balok.
Miring arah serat kayu Tgn < 1/10
Reta dalam arah radial <1/4 tebal kayu
Retak menurut lingkaran tumbuh (kayu
tahun) < 1/5 tebal kayu.
Kayu bermutu B, ialah kayu yang tidak
termasuk dalam mutu di atas tetapi memenuhi
syarat :
Kadar lengas kayu < 30 %.
Besar mata kayu tidak melebihi 1/4 lebar
balok atau < 5 cm.
Balok tidak mengandung wanvlak > 1/10
tinggi balok.
Miring arah serat kayu Tgn < 1/7
Retak dalam arah radial <1/3 tebal kayu
Retak menurut lingkaran tumbuh (kayu
tahun) < 1/4 tebal kayu.

D. Prasarana Air Bersih dan Sanitasi


(1) Bangunan Penangkap Mata Air (BPMA)
a.

Gambaran Singkat
BPMA (broncaptering) berfungsi untuk mengumpulkan dan melindungi air tanah
yang keluar di permukaan (mata air) untuk kemudahan pemanfaatannya.
Bangunan tersebut terdiri dari bagian bagian utama sebagai berikut:
1)
Pipa berlobang (porus) yang berfungsi untuk pengambilan air yang dipasang di
bawah muka air terendah mata air. Pipa tersebut ditempatkan dalam lapisan
kerikil yang diatas lapisan kerikil diberi lapisan pasir. Pipa tersebut
mengalirkan air ke reservoir/penampungan.
2)
Bangunan pelindung, yang bisa terbuat dari beton, pasangan batu kali atau
batu bata serta lapisan kedap air yang biasanya terbuat dari lempung atau
plastik atau geo-membran. Bangunan pelindung berfungsi untuk memberikan
perlindungan dari sisi stabilitas struktur dan kekedapan yang diperlukan agar
bebas dari kontaminasi air permukaan.
3)
Pipa pelimpah yang berfungsi untuk menjaga agar air mata air mengalir bebas
setiap saat.
4)
Saluran drainase interseptor, yang berfungsi mencegah pencemaran oleh air
limpasan permukaan dengan cara mencegat dan membelokkan agar tidak
melimpas ke bangunan penangkap mata air.
5)
Pagar keliling untuk mencegah hewan berkeliaran di sekeliling lokasi mata air.
Terdapat banyak jenis bangunan penangkap mata air dari yang paling sederhana
berupa dinding keliling disertai dengan timbunan sampai dengan struktur yang lebih
rumit menggunakan jaringan perpipaan untuk mengumpulkan air dari areal yang
lebih luas. Contoh dan gambar berbagai jenis BPMA bisa dilihat pada Pedoman
Perencanaan Pengadaan Air Bersih untuk Proyek REKOMPAK-JRF.

b.

Operasi dan pemeliharaan


1) Pengoperasian
Air harus dijaga mengalir bebas setiap saat sehingga air tidak mencari jalan lain
yang berakibat mata air menghilang dan muncul di tempat lain. Pengoperasian
BPMA meliputi kegiatan seperti buka tutup katup yang digunakan untuk
mengalirkan air ke reservoir, lokasi sekitar BPMA harus dijaga tetap bersih.
2) Pemeliharaan
Meliputi kegiatan sebagai berikut:
-

Pencegahan pencemaran dari kegiatan buang air besar maupun kecil,


kotoran ternak, perstisida, serta bahan bahan kimia berbahaya lainnya di
daerah tangkapan mata air (jika mungkin) atau setidaknya daerah dalam
radius 300 m dari mata air.
Memeriksa
drainase
interseptor/pencegat,
pagar
keliling
dan
memperbaikinya jika terdapat kerusakan.
Membersihkan sekeliling mata air dari tanaman yang akarnya mungkin
merusak struktur bangunan BPMA atau mengakibatkan penyumbatan mata
air.
Memeriksa kekeruhan air yang keluar dari mata air setelah hujan. Jika
terjadi kenaikan kekeruhan air setelah terjadi hujan maka perlindungan
mata air harus diperbaiki.
Memeriksa debit/kuantitas air baku. Jika terjadi penurunan yang tidak
biasanya maka perlu diperiksa kemungkinan adanya penyumbatan di sistim
pengumpulannya. Jika perlu bongkar lapisan kerikil dan ganti dengan yang
baru atau jika pipa pengumpul yang tersumbat maka bersihkan dengan cara
menyemprot air balik.
Pengambilan sampel/ contoh air berkala (sebulan sekali) untuk dianalisa
kandungan e.coli untuk pemeriksaan ada tidaknya pencemaran kotoran
manusia atau hewan. Apabila ditemukan kandungan e.coli maka diperlukan
penambahan chlor (kaporit) secukupnya sesuai dengan dosis rata-rata 1
mg/l.
Lakukan penggelontoran setahun sekali untuk membuang lumpur. Setelah
selesai melakukan penggelontoran tutup kembali katup penggelontor.
Periksa semua saringan, bersihkan dari kotoran yang menyumbat, jika rusak
atau berkarat ganti dengan material baru yang tidak berkarat.
Setelah melakukan penggelontoran, pembersihan ataupun penggantian
saringan, pastikan untuk menutup kembali lubang pemeriksaan (manhole).
Periksa adanya erosi terhadap tanah disekitar BPMA, jika terjadi erosi
ataupun penurunan tanah lakukan perbaikan dengan menimbun untuk
mengganti tanah yang hilang atau turun.

3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan keterampilan yang dibutuhkan


dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 7 dan Tabel 8.
Tabel 7
Rincian Kebutuhan O dan P BPMA
Kegiatan

Frekuensi

Sumber Daya
Manusia
Lokal/desa

Bahan dan Suku


Cadang
-

Membersihkan sekitar
BPMA

Mingguan

Pemeriksaan kekeruhan
Pemeriksaan debit air

Setelah terjadi hujan lebat


Jika terjadi penurunan yg
tidak biasa
Saat terjadi kerusakan

Lokal/desa
Lokal/desa

Lokal/desa

Kayu, tambang,
kabel

Teratur

Dinas Kesehatan

Perbaikan perpipaan dan


katup

Saat terjadi kerusakan

Perbaikan retak retak

Tahunan

Lokal/desa atau
kecamatan atau
kabupaten
Lokal/desa

Bahan kimia
untuk analisa
laboratorium
Pipa, katup,
semen, pasir,
kerikil
Semen, pasir,
kerikil dan
lempung

Perbaikan pagar dan


pembersihan saluran
drainase.
Pemeriksaan kualitas air

Alat dan
Perlengkapan
Sapu lidi,
keranjang, cangkul,
sabit
Bak air, jam
tangan/stop watch
sabit,kapak, pisau,
cangkul, cetok,
sapu lidi
Peralatan
laboratorium
keranjang, kunci
pipa, cetok, timba
plastik
keranjang, cangkul,
cetok, timba plastik

Tabel 8
Pelaku dan Keterampilan O dan P BPMA
Pelaku
Pengguna / Konsumen
Pelaksana harian
Pengelola Air
Tukang Batu
Pendukung dari pihak luar

c.

Peranan
Memanfaatkan air, Melapor jika terjadi kerusakan, menjaga
kebersihan lokasi, membantu saat terjadi perbaikan besar
Menjaga kebersihan, memeriksa adanya kerusakan,
melaksanakan perbaikan kecil
Mengorganisir perbaikan yg lebih besar.
Perbaikan pasangan batu kali atau bata atau beton
Memeriksa kualitas air bersih, membimbing dan menstimulasi
organisasi pedesaan.

Keterampilan
Tidak memerlukan
Keterampilan khusus
Keterampilan dasar/
rendah
Kemampuan
mengorganisir
Pertukangan
Analisa mikrobiologis,
Pekerjaan perluasan

Permasalahan, Keterbatasan dan Catatan Penting


1) Permasalahan yang Sering Terjadi.
Erosi, runtuhnya BPMA, akibat desain maupun pelaksanaan yang kurang baik,
banjir dan kerusakan yang disebabkan oleh manusia atau hewan Pencemaran
mata air akibat bocor dan karena kesalahan pemasangan, atau perilaku manusia.
Kerusakan pipa akibat korosi (untuk pipa baja), kesalahan pemasangan atau
dirusak atau penyumbatan pipa akibat lumpur atau akar tanaman. Akses air yang
kurang baik bagi pengguna/pemanfaat air.

2) Keterbatasan.
Kuantitas dan kualitas air berfluktuasi dengan berubahnya musim. Tidak semua
mata air menghasilkan air yang mempunyai rasa yang bisa diterima masyarakat.
Mata air biasanya berlokasi jauh dari pemukiman. Atau berada dalam tanah
milik pribadi.
3) Catatan Penting.
-

Biasanya air mata air memiliki kualitas yang baik, namun perlu dilakukan
pemeriksaan kualitas karena tidak tertutup kemungkinan jika air mata air
berasal dari daerah tangkapan yang tercemar atau dari sungai yang tercemar
berat dan meresap ke dalam tanah lalu muncul kembali kepermukaan tanah
sebagai mata air.

Pada umumnya mata air bukan milik pribadi. Pengelolaan yang baik akan
bisa mencegah konflik atas satu atau lain hal yang mungkin terjadi. Untuk
pelaksanaan tugas O dan P di lokasi BPMA, bisa ditunjuk orang yang
tinggal atau sering beraktifitas di dekat lokasi BPMA. Orang tersebut juga
bisa diberi tugas tanggung jawab untuk pembagian air ke pengguna yang
tinggal di dekat lokasi BPMA serta tanggung jawab pelaksanaan kegiatan
monitoring. Tugas dan tanggung jawab dari orang tersebut harus jelas dan
bisa diterima oleh kelompok pengguna prasarana.

(2) Sumur Bor Dalam


a.

Gambaran Singkat
Sumur bor merupakan prasarana pengambilan air tanah yang berada dalam akuifer.
Pembuatan sumur ini bisa dilakukan dengan mesin atau peralatan yang dioperasikan
dengan tangan. Sumur bor dilengkapi dengan selubung yang berdiameter antara 10
cm s/d 25 cm dan biasanya terdiri dari 3 bagian utama:
1)
2)

3)

Di permukaan tanah, pelat beton sekeliling lubang bor yang melindungi air
limpasan permukaan tanah meresap kedalam lubang bor.
Di bawah permukaan tanah namun tidak sampai ke lapisan akuifer yang dituju,
bagian ini biasanya diberi selubung (casing) yang terbuat dari PVC atau pipa
GIP atau baja, untuk menjaga agar tanah tidak runtuh.
Di bawah permukaan air, didalam akuifer, terdapat bagian pipa yang bercelah
(screen) untuk masuknya air tanah ke dalam sumur. Di sekeliling screen
ditempatkan material kerikil yang berfungsi sebagai filter untuk mencegah
material tanah memasuki sumur.

Perpaduan yang baik antara ukuran celah pipa saringan (screen), kerikil filter dan
material pembentuk akuifer serta pemompaan yang intensif untuk membersihkan
pompa sebelum pompa berproduksi, akan menjamin kelangsungan operasinya dalam
jangka panjang.

b.

Operasi dan pemeliharaan


1) Pengoperasian
Pengoperasian sumur itu sendiri biasanya tidak diperlukan. Jika kapasitas
produksi menurun sampai dibawah kebutuhan, maka petugas perlu memantau
tinggi permukaan air sumur. Pengambilan (ekstraksi) air dilakukan dengan
menggunakan pompa sumur dalam yang dioperasikan oleh petugas dari
organisasi pengelola.
2) Pemeliharaan
Aktifitas pemeliharaan yang diperlukan hanyalah pembersihan lantai sekeliling
sumur dan drainase serta perbaikan pagar jika terjadi kerusakan. Kegiatan
pemeliharaan besar yang mungkin terjadi walau sangat langka adalah
pengurasan lumpur atau rehabilitasi sumur dan perbaikan pompa, dimana semua
perlengkapan sumur harus dibongkar dan pekerjaan ini harus dilakukan oleh
pihak yang memang mempunyai spesialisasi dan kompetensi tinggi dibidang
pekerjaan ini. Banyak jenis dan cara rehabilitasi salah satunya adalah
penyemprotan air dan udara. Hal yang sangat sulit dilakukan adalah
memperdalam sumur yang telah ada.
3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan
dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.
Tabel 9
Rincian Kebutuhan O dan P Sumur Bor Dalam

Kegiatan
Pembersihan
lokasi sumur
Pembersihan
Drainase
Perbaikan pagar
Perbaikan lantai
sumur
Rehabilitasi
sumur dalam

Harian

Sumber Daya
Manusia
Lokal

Saat kotor

Lokal

Saat terjadi
kerusakan
tahunan

Lokal
Local

Kayu , paku, kawat,


dll
Semen, pasir, kerikil

Sangat jarang

Regional

Kerikil, pipa, dll

Frekuensi

Bahan dan Suku


Cadang

Alat dan Perlengkapan


Sapu lidi, cangkul, sabit dll
Sekop, cetok, sapu lidi, gerobak
dorong
Gergaji, cangkul, palu, catut. dll.
Timba plastik, cetok, cangkul,dll
Peralatan lengkap rehabilitasi
sumur dalam

Tabel 10
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Pelaku
Pengguna Air
Pelaksana Harian
Organisasi Pengelola
Perusahaan Pembor Sumur
Dalam (spesialis)
Dukungan pihak luar (puskesmas,
himpunan pengelola air
pedesaan, PDAM dll)

c.

Peranan
Memakai air, menjaga lokasi tetap bersih,
bergotong royong saat terjadi pekerjaan perbaikan
besar.
Mencatat penggunaan air, melaksanakan
pekerjaan pembersihan
Mengawasi pelaksana harian, mengorganisir
pekerjaan perbaikan besar, mengumpulkan
retribusi
Rehabilitasi sumur

Keterampilan
Tidak perlu Keterampilan
khusus

Pemeriksaan kualitas air, membina dan


menstimulasi organisasi pengelola

Analisa mikrobiologis,
pekerjaan perluasan

Keterampilan dasar
Keterampilan Berorganisasi
Keterampilan khusus

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


1)

Permasalahan yang Sering Terjadi.


-

2)

Kualitas air menurun atau dinding runtuh akibat selubung pipa baja
terkorosi.
Debit air menurun karena pembersihan sumur yang kurang baik, partikel
tanah masuk ke dalam sumur karena screen yang kurang baik demikian
juga pembersihan sumur.
Air sumur tercemar karena kurang baiknya lantai pelindung atau
kurangnya pemeliharaan.
Dinding sumur runtuh karena tidak diberi selubung atau selubung kurang
kuat.
Kerusakan pompa yang diakibatkan tegangan listriknya tidak stabil.

Keterbatasan.
Pembuatan sumur tergantung pada kondisi geohidrologi, seperti besarnya
aliran didalam akuifer dan adanya batuan kedap air diatasnya. Sumur yang
dibangun dilokasi yang jauh dari pemukiman pengguna air atau terlalu sulit
dijangkau, akan sulit dipelihara dan dimanfaatkan. Lokasi sumur tidak boleh
berdekatan dengan cubluk dan atau kandang ternak dan sebaliknya.

3)

Catatan Penting.
a) Ada kemungkinan bahwa penggunaan sumur bor tidak hanya untuk
keperluan air bersih namun juga untuk irigasi. Mengingat hal tersebut
maka saat melaksanakan kajian potensi sumur bor bersama dengan
masyarakat maka perlu memikirkannya dalam konteks yang lebih luas,
termasuk semua kebutuhan air dan tentunya pengaruh terhadap
ketersediaan air baku.

b) Seandainya titik sumur bor yang harus dibangun berdekatan dengan


kandang ternak (sesuai rekomendasi geo-hidrologis) maka kandang
tersebut harus dipindahkan.
c) Tim pengelola perlu selalu memantau pencatatan penggunaan air,
pencegahan pencemaran air, pemantauan kualitas air.
d) Berdasarkan pengalaman, meskipun kegiatan O dan P sudah dilakukan
optimal, tidak tertutup kemungkinan ada sumur yang rusak disebabkan
oleh kejadian gempa atau akibat lain. Oleh sebab itu dalam pembiayaan O
dan P perlu dicadangkan dana yang cukup untuk mengantisipasi hal tsb.

(3) Mesin Diesel (Genset)


a.

Gambaran Singkat
Mesin diesel adalah mesin yang biasa digunakan sebagai mesin penggerak
pembangkit listrik sumberdaya cadangan atau tunggal, jika dilokasi tidak tersedia
sumber listrik dari PLN. Bagian utama mesin ini adalah silinder, piston, katup dan
sumbu putaran piston (crankshaft). Jumlah silinder bisa bermacam-macam mulai
dari satu (1) sampai dengan 6 (enam).
Piston bergerak akibat kompresi ruang silinder dan injeksi bahan bakar ke ruang
tersebut menimbulkan ledakan yang terkendali, yang menggerakkan piston.
Selanjutnya gerakan piston disalurkan ke sumbunya (crankshaft). Sumbu yang
berputar tersebut digunakan antara lain untuk menggerakkan generator listrik atau
pompa. Katup dalam silinder mengatur aliran masuknya udara dan bahan bakar serta
keluarnya gas buang. Bahan bakar dimasukkan ke ruang silinder oleh pompa yang
bertekanan tinggi dengan pengaturan waktu yang tepat.
Mesin diesel berbeda dengan mesin bensin dalam hal bahan bakarnya, mesin diesel
tidak menggunakan busi dan bekerja dengan tekanan ruang silinder yang jauh lebih
tinggi. Efisiensi mesin diesel lebih tinggi daripada mesin bensin dan membutuhkan
perawatan lebih rendah daripada mesin bensin. Mesin berbeda beda dalam ukuran,
kecepatan putaran, dalam hal jenis putaran (dua tak atau empat tak), sistem
pendinginan (udara atau air) dan lain lain.
Secara umum mesin dengan kecepatan putaran rendah dan jenis putaran 4 tak, lebih
awet, sementara mesin putaran tinggi 2 tak menghasilkan tenaga yang lebih per kg
berat mesin. Mesin dengan bahan pendingin air membutuhkan pemeliharaan yang
lebih rendah dari pada mesin dengan pendingin udara.

b.

Operasi dan Pemeliharaan


Uraian kegiatan O dan P dibawah ini bersifat umum sedangkan detil yang lebih baik
bisa didapatkan dari petunjuk (manual) dari fabrikan yang diberikan saat membeli
mesin.
1) Pengoperasian
Mesin harus dioperasikan oleh pelaksana yang telah dilatih. Setiap mesin
memiliki petunjuk pengoperasian yang tipikal mesin tersebut yang berasal dari
pabrik pembuatnya. Sebelum dihidupkan, periksa bahan bakar dan level oli
mesin serta air pendingin. Jika terlalu rendah maka tambahkan bahan bakar, oli
atau air.
Saat dioperasikan perhatikan indikator bahan bakar, tekanan oli mesin, juga
fungsi pompa, atau generator. Beberapa bagian mesin yang bergerak atau
berputar, perlu diberi pelumasan sesuai petunjuk yang ada dalam manual yang
diberikan fabrikan pembuat mesin. Jika mesin bekerja pada putaran mesin yang
terlalu rendah maka efisiensinya akan rendah dan terjadi pembentukan karbon
lebih cepat dari pada biasanya, yang memperpendek periode servis mesin.
Semua data mengenai level oli, bahan bakar dan air pendingin serta jam operasi
mesin harus dicatat dalam buku catatan pengoperasian mesin.
2) Pemeliharaan
Bagian luar mesin harus dibersihkan setiap hari (dengan cara mengelap), dan
pada lingkungan yang berdebu, filter udara harus diperiksa dan dibersihkan
setiap hari. Di lingkungan yang berdebu dengan tingkatan sedang, filter udara
jenis oil bath filter dibersihkan sekali seminggu sekali sementara filter udara
yang menggunakan kertas kering (dry paper filter) dibersihkan 2 minggu sekali.
Beberapa bagian mesin yang bergerak atau berputar perlu pelumasan manual.
Mesin perlu pemeliharaan rutin menurut jumlah jam kerja mesin. Setiap 250
jam bersihkan atau ganti jka perlu semua filter, ganti oli, periksa mur, baut dan
pipa pembuangan gas buang.
Setiap 1500 jam lakukan servis berkala, dengan melaksanakan pembersihan
silinder, mengatur bukaan katup, dll. Jika mesin dihubungkan dengan pompa
atau generator melalui V Belt, lakukan penggantian V Belt. Setiap tahun sekali
rumah mesin harus dicat dan lakukan perbaikan jika terjadi kerusakan.
Untuk generator pembangkit, operasi dan pemeliharaan disesuaikan dengan
manual yang diberikan oleh fabrikan pembuatnya.
3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan keterampilan yang dibutuhkan
dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 11 dan Tabel 12.

Tabel 11
Rincian Kebutuhan O dan P Mesin Diesel
Kegiatan
Periksa level bahn
bakar, oli, air radiator &
tambah- kan jika
kurang
Hidup dan matikan
mesin
Mengisi buku catatan
pengoperasian
Periksa filter udara,
bersihkan & ganti jika
perlu
Periksa kebocoran oli
Kencangkan mur dan
baut
Ganti oli mesin
Bersihkan atau ganti
mesin
Bersihkan silinder,
nozzles, atur katup, dll.
Ganti belt
Ganti suku cadang
mesin
Ganti dudukan mesin
dan perbaiki rumah
mesin

Harian

Sumber Daya
Manusia
Lokal

Harian

Lokal

Harian

Lokal

Kertas , ballpoin

Harian atau Mingguan

Lokal

Filter baru, atau


minyak tanah dan
oli mesin

Mingguan
Mingguan

Lokal
Lokal

Tiap 250 jam


mingguan

Lokal
Lokal

Tiap 500 s/d 2000 jam

Spesialis

Periodik sesuai petujuk


fabrikan
Jika terjadi kerusakan

Lokal

Belt mesin

Spesialis

Jika getaran & bu -nyi


mesin sudah terasa
kasar. Jika terdpt
kerusakan pd rumah
mesin

Lokal atau
Regional

Nozzle, injector,
gasket, bearings,
pompa b.bakar,
Semen,pasir,
kerikil, mur, baut,
paku, atap, kayu dll

Frekuensi

Bahan dan Suku


Cadang
Bahan bakar, oli
mesin, dan cairan
pendingin

Alat dan Perlengkapan


corong, wadah untuk
bahan bakar, oli atau
cairan pendingin

Kunci pemutar mur baut

Kunci inggris
Oli mesin
Filter oli, filter
bahan bakar

Kunci inggris
Kunci inggris, alat khusus
Kunci inggris, sikat baja,
alat khusus
Kunci inggris
Tergantung bagian yang
diganti
cetok, keranjang, paku,
tatah, gergaji, Kunci
inggris, dll.

Tabel 12
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Pelaku

Peranan

Pelaksana
harian
Pengelola air
Bengkel Mesin
Dukungan
pihak luar

c.

Mengoperasikan mesin, Melakukan pecatatan pengoperasian,


melaksanakan servis ringan, melaporkan jika terjadi kejanggalan
Mensupervisi pengelola harian, mengumpulkan retribusi, mengorganisir
perbaikan besar
Melaksanakan sevis & perbaikan besar
Melatih pelaksana harian

Keterampilan
O dan P mesin diesel dasar
dari pelatihan
Kemampuan mengorganisir
Keterampilan khusus
Pelatihan dan pengetahuan
teknis

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


1) Permasalahan yang Sering Terjadi.
Rusak parah akibat salah O dan P, pengabaian atau ketidak pahaman.
Pembentukan carbon dalam silinder berlangsung cepat dan efisiensi rendah
akibat menjalankan mesin jauh dibawah kapasitasnya. belt penggerak putus.

Pada umumnya sering terjadi pada alat pemanas bahan bakar dan nozle bahan
bakar sering rusak.
2) Keterbatasan.
Kebutuhan mekanik mesin diesel yang harus tersedia setiap saat terjadi
perbaikan. Tingginya biaya untuk bahan bakar. Memerlukan pemeliharaan yang
cukup sering.
3) Catatan Penting.
-

Mesin diesel paling sesuai sebagai mesin penggerak pembangkit listrik


(genset). Jika dipelihara dengan baik maka mesin tersebut bisa menjadi
sumber listrik yang bisa diandalkan. Penting untuk memilih mesin diesel
dari merek yang terkenal baik dengan suku cadang yang mudah didapat.
Mesin diesel butuh banyak pemeliharaan sederhana dan jika hal tersebut
dilakukan secara benar maka bisa dijamin mesin akan berusia panjang.
Untuk tugas pemeliharaan yang lebih rumit harus dilaksanakan oleh
mekanik yang lebih berpengalaman yang mengetahui sumber suku cadang
yang diperlukan.
Pemelihara harus bisa menjamin bahwa jadwal pemeliharaan dilaksanakan
dengan semestinya dan ada tindak perbaikan yang cepat jika terjadi
kerusakan.

(4) Kran Umum/Hidran Umum (KU/HU)


a.

Gambaran Singkat
Melalui KU/HU pengguna air bisa mendapatkan air dari satu atau lebih keran air.
Karena digunakan oleh banyak orang maka KU/HU ini biasanya kurang terurus.
1) Desain konstruksi KU
Desainnya harus lebih kokoh dibanding sambungan rumah. KU terdiri dari
dinding atau kolom yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran inchi
yang menjulur cukup jauh dari dinding atau kolom untuk memudahkan
pengisian timba atau jerigen air. Jenis keran bisa dari jenis globe/ball valve atau
stop kran. Kolom atau dinding bisa dari material pasangan batu bata, pasangan
batu kali atau beton.
Di bawah dinding atau kolom diberi lantai dari pasangan batu bata yang diberi
plaster beserta saluran drainase untuk menampung tumpahan air dan
mengalirkannya kesaluran drainase terdekat. Tekanan di KU adalah 7 m dan
maksimum 20 m.
2) Desain konstruksi HU
HU terdiri dari Tangki Fiber atau plastik atau beton atau pasangan dengan
kapasitas 2 m3 5m3 didudukkan diatas pondasi dengan ketinggian sekitar 1 m
yang dilengkapi dengan beberapa keran berukuran inchi yang menjulur cukup

jauh dari tangki untuk memudahkan pengisian timba atau jerigen air. Kapasitas
tangki tersebut tergantung jumlah pengguna yang dilayani. Keran bisa dari jenis
globe/ball valve atau stop kran. Disekeliling bagian bawah pondasi diberi lantai
dari pasangan batu bata yang diberi plaster beserta saluran drainase untuk
menampung tumpahan air dan mengalirkannya kesaluran drainase terdekat.
KU/HU harus diberi meter air untuk mengukur pemakaian air melalui KU/HU
tersebut. Jika perlu diberi pagar untuk mencegah ternak mendekati KU/HU.
Minimum lokasi dan desain KU/HU harus dimusyawarahkan dengan calon
pengguna.
b.

Operasi dan Pemeliharaan


1) Pengoperasian
Petugas harian harus memastikan bahwa tangki HU telah penuh atau sekurangkurangnya lebih dari bagian telah terisi namun jangan sampai airnya
melimpah (hanya untuk pengoperasian HU). Pengguna/pemakai membersihkan
dan mengisi wadah air mereka melalui keran. Mandi dan cuci tidak
diperkenankan di KU/HU. Petugas harian harus mencatat penggunaan air yang
terukur pada meter air KU/ HU.
2) Pemeliharaan
Lokasi sekitar keran termasuk drainasenya harus dibersihkan setiap hari. Perlu
dicegah terjadinya genangan. Jika terjadi kerusakan pagar perlu segera diganti.
Bangunan yang retak harus segera diperbaiki dan jika ada bagian bangunan dari
kayu yang telah lapuk harus segera diganti. Jika terdapat perpipaan atau keran
yang bocor harus segera diperbaiki.
3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan
dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 13 dan Tabel 14.
Tabel 13
Rincian Kebutuhan O dan P KU/HU

Menguras dan member


sihkan Tangki HU
Keran air
Membersihkan lokasi
Membersihkan
drainase
Memperbaiki atau
mengganti keran

3 bulanan

Sumber Daya
Manusia
Lokal

harian
harian
harian

Lokal
Lokal
Lokal

Jika terjadi
kerusakan

Lokal

Memperbaiki pagar

Jika terjadi
kerusakan
Jika terjadi
kerusakan
Jika terjadi
kerusakan

Lokal

Kegiatan

Memperbaiki dinding
atau kolom atau lantai
Memperbaiki pipa

Frekuensi

Lokal
Lokal

Bahan dan Suku


Cadang
Air, kaporit

Alat dan
Perlengkapan
Selang, sikat, sapu lidi,
timba air
Jerigen, timba dll.
Sapu lidi, sikat
Sekop, cetok

Seal/washer karet,
Teflon, keran
cadangan
kayu, kawat,paku

Kunci inggris, obeng,


kunci pipa

kayu, paku, semen,


pasir, air dll.
nipple, connector,
elbow dll., Teflon, lem
pipa, cat anti karat

palu, gergaji, cetok,


keranjang, dll.
Kunci pipa, gergaji,
mesin pembuat ulir pipa
galvanis

golok,tang, palu

Tabel 14
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Pelaku
Pengguna/pemanfaat
Pelaksana harian
Organisasi Pengelola
Tukang batu

Peranan
Keran air, menjaga kebersihan
Mebersihkan lokasi, memperbaiki kerusakan kecil,
mengumpulkan retribusi
Mengorganisir kerusakan besar,mengumpulkan retribusi
Memperbaiki dindin atau kolom dan lantai KU

Tukang pipa
Dukungan Pihak Luar

Memperbaiki pipa atau keran


Memantau kesehatan, melatih anggaota pengelola

c.

Keterampilan
Tidak perlu Keterampilan
Keterampilan dasar
Mengorganisir dan pembukuan
Memasang pasangan batu bata
atau batu kali
Perpipaan sederhana
Pelatihan dan uji mikrobiologis

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


1) Permasalahan yang Sering Terjadi.
Kesalahan dalam pengoperasian, kurangnya pemeliharaan, dan konflik karena
penempatan KU tanpa melalui proses musyawarah terlebih dahulu diantara
calon pengguna. Drainase yang kurang baik. Keran dibiarkan terbuka setelah
dipakai atau bahkan secara sengaja dibuka untuk mengairi ladang atau kolam
ikan. KU di lokasi terujung dari sistem sering bertekanan sangat rendah.
2) Keterbatasan/Hambatan.
Jika masyarakat mau membentuk organisai pengelola dan melaksanakan
pemeliharaan sistem maka satu-satunya hambatan hanyalah biaya.
3) Catatan Penting.
o

Perhatian khusus perlu diberikan pada cara penanganan air setelah keluar
dari KU/HU agar tidak terjadi kontaminasi sampai air tersebut dikonsumsi.

Harus ada penanggung jawab harian, yang menjalankan tugas kebersihan


KU/HU dan sekelilingnya, menjaga KU tetap berfungsi dan mencatat
penggunaan air untuk penarikan retribusi air. Retribusi ditarik berdasarkan
pencatatan air KU/HU.

(5) Katup (valve)


a.

Gambaran Singkat
Katup digunakan untuk melakukan penutupan pipa, mengendalikan/mengarahkan
aliran dan tekanan atau untuk mencegah aliran balik. Fungsi katup yang paling
umum dalam sistem distribusi adalah untuk menutup pipa. Mengingat pentingnya
fungsi katup, maka penandaan posisi katup sangat diperlukan agar mudah
ditemukan. Katup harus diperiksa dan dipelihara secara berkala dengan cara sebagai
berikut:
1.
2.

Jenis dan lokasi semua katup tercatat.


Semua katup bisa diakses dan bak katup tidak dalam keadaan tertimbun

3.
4.
5.
6.
7.

8.

Bak katup bersih, kering dan tidak ada kebocoran.


Katup bisa dioperasikan dengan baik.
Katup dalam keadaan sebagaimana yang diinginkan. (tertutup atau terbuka)
Arah putaran dan jumlah putaran katup diketahui petugas.
Membuka dan menutup katup dilakukan untuk mengikis sedimen atau karat
yang ada dibagian dalam katup yang bisa mempengaruhi kualitas air bersih,
serta pasir yang mungkin biasa mengganjal katup sehingga katup tidak bisa
menutup dengan sempurna
Pemeliharaan katup dilakukan secara berkala setiap 2 minggu untuk memastikan
bahwa katup masih beroperasi dengan baik

(6) Perpipaan Transmisi dan Distribusi


Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan perpipaan transmisi dan distribusi meliputi:
1.
2.
3.
4.

Pemeriksaan pipa inlet dan alat ukur debit secara berkala, satu bulan sekali
Pemeriksaan katup, pipa penguras secara berkala 3-4 bulan sekali
Penggantian komponen Jaringan Distribusi yang rusak sesegera mungkin, agar tidak
mengganggu operasi dan pasokan air ke pengguna air.
Pembuatan laporan berkala operasi dan pemeliharaan, harian, mingguan dan
bulanan.

(7) Bak Penampung Air Bersih (Reservoir)


Pelaksanaan operasi dan pemeliharaan reservoir meliputi:
1.
2.
3.
4.
5.

Pengoperasian alat ukur debit


Pemeriksaan dan pembersihan lingkungan bak penampung air bersih dari rumput
dan kotoran periode harian
Pembersihan kelengkapan sarana dan melakukan perbaikan jika ada kebocoran katup
dan pipa
Pembersihan endapan pasir/lumpur jika ada, bila perlu melakukan pengurasan
Pembersihan karat dan pengecetan

(8) MCK (Mandi Cuci Kakus) Komunal


a.

Gambaran Singkat
MCK ini berfungsi untuk melayani para pengungsi yang mengungsi akibat terjadi
bencana, lokasinya tidak jauh dari lokasi pengungsian (+/- 50 m dari lapangan
evakuasi). MCK juga berfungsi untuk melayani masyarakat kurang mampu yang
tidak memiliki tempat mandi, cuci dan kakus pribadi, sehingga memiliki kebiasaan
yang dianggap kurang sehat dalam melakukan kebutuhan mandi, cuci dan buang
airnya.
Komponen MCK terdiri dari :
1) Bangunan bilik MCK meliputi bilik untuk mandi, cuci dan keperluan buang air
besar atau kakus, kadang dilengkapi tempat untuk wudlu.
2) Pengolahan limbah yang terdiri dari:
- Tangki Septik
- Resapan dan Lahan Basah Buatan

3) Sumber air bersih (termasuk water toren). Sumber air bisa berasal dari jaringan
distribusi air bersih atau dari sumur dangkal setempat.
4) Utilitas pelengkap seperti listrik untuk penerangan dan kebutuhan pompa listrik
dan drainase air bekas mandi dan cuci.
Pemeliharaan bangunan bilik dan sarana MCK harus dilaksanakan dengan baik agar
selalu digunakan dengan rutin. MCK yang tidak terpelihara, kotor dan tidak ada air
maka akan ditinggalkan pengguna dan akhirnya rusak tidak terpakai. Selain
pemeliharaan bilik, pemeliharaan sarana pengolahan limbah (tangki septik, bidang
resapan/lahan basah buatan) harus dilakukan secara periodik agar tidak macet dan
mencemari lingkungan.
b.

Operasi dan Pemeliharaan


Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan dalam O
dan P dapat dilihat pada Tabel 15 dan Tabel 16.

Tabel 15
Rincian Kebutuhan O dan P MCK
Kegiatan

Frekuensi

Bersihkan lantai, jamban

Harian

Kuras bak air dan


bersihkan
Bongkar sumbatan Utrap jika tersumbat
Pemeriksaan atas
kerusakan bangunan
Pebaiki kerusakan
bangunan

Mingguan

Menguras tangki septic

Setiap 23 tahun
atau jika tinggi
lumpur mencapai 2/3
kedalaman cairan
tangki septik

Saat terjadi
penyumbatan
Bulanan
Saat terjadi
kerusakan

Sumber Daya
Manusia
Petugas kebersihan
MCK
Petugas kebersihan
MCK
Petugas kebersihan
MCK
Petugas kebersihan
MCK
Tukang lokal
Petugas penyedot
tinja

Bahan dan Suku


Cadang
Air
Air
Air

Semen, pasir, air,


paku, material
bangunan lain.
Bahan bakar dan
suku cadang truk tinja

Alat dan
Perlengkapan
Sikat, timba,
gayung, sapu lidi
Sikat, timba,
gayung, sapu lidi
Sikat dengan
pegangan kawat
Pengamatan
Timba, cetok,
cangkul,sekop,
gergaji, palu.
Truk tangki
penyedot tinja

Tablel 16
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Pelaku
Pengguna
Pelaksana harian

Organisasi pengelola

Jasa Layanan Truk Tinja

c.

Peranan
Menggelontor dan menjaga kebersihan,
Memeriksa ventilasi, memeriksa
kandungan lumpur tangki septik,
melaksanakan pembersihan disekitar
lokasi MCK umum, mengumpulkan
retribusi, membersihkan lantai dan
jamban serta bak air
Menghubungi kantor penyedia jasa
pelayanan truk tinja, membukukan
retribusi yang terkumpul, mengorganisir
perbaikan
Mengoperasikan truk penyedot tinja

Keterampilan
Memahami prinsip kebersihan dan kesehatan
Tahu bagaimana mengukur kedalaman
lumpur dan Keterampilan dasar kebersihan

Pembukuan dasar dan perngorganisasian

Mengelola, mengoperasikan dan memelihara


truk tinja

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


1) Permasalahan yang Sering Terjadi.
Kerusakan yang sering terjadi pada bilik MCK a.l. adalah : daun pintu &
gerendel, bak air, keran air, penerangan listrik, pompa air. Selain memilih
peralatan yang berkualitas dan kuat maka pemasangan pengaman-pengaman
dapat menghindari kerusakan/kehilangan peralatan tersebut.
Masalah lain yang sering muncul adalah mampet/macetnya lubang kakus, faktor
ketersediaan air dan perilaku pengguna sering menyebabkan hal ini.
Pemasangan tulisan peringatan dapat sedikit membantu hal tersebut.
2) Keterbatasan/Hambatan.
MCK yang digunakan untuk melayani pengungsi pada kondisi bencana sering
kapasitasnya tidak mencukupi, untuk keperluan tersebut perlu segera
ditambahkan MCK darurat atau MCK portable/mobile.
3) Catatan Penting.
-

Harus ada petugas harian yang menjalankan tugas kebersihan MCK secara
bergilir. Petugas tersebut dapat juga melaksanakan pengumpulan retribusi
penggunaan MCK umum.

(9) Tangki Septik (untuk MCK)


a. Gambaran Singkat
Tangki septik adalah tangki pengendapan kedap air yang memiliki satu atau dua
ruang. Di dalam ruang tersebut tinja terkumpul setelah digelontor dari jamban
melalui pipa masuk ke tangki septik.

Jamban biasanya dilengkapi perangkap bau yang berbentuk leher angsa. Tangki
septik merupakan sistem pemisahan buangan yang berupa padatan dan cairan.
Sebagian padatan mengapung dipermukaan cairan dan sebagian lainnya tenggelam
didasar dimana selanjutnya diurai bakteri dan membentuk tumpukan lumpur didasar
tangki. Cairan mengalir keluar dari tangki. Cairan tersebut masih berbahaya
sebagaimana limbah yang belum terolah dan harus melalui pengolahan lanjutan atau
melalui sistem pembuangan yang aman bagi kesehatan manusia yang biasanya
diresapkan kedalam tanah atau ke saluran air limbah kota yang selanjutnya dibawa
ke IPLT (instalasi pengolahan lumpur tinja) terpusat tingkat kabupaten/kota.
Lumpur yang terkumpul di dasar tangki harus dikuras 2 3 tahun sekali tergantung
desain kapasitasnya dan cara perlakuannya. Setiap tangki septik harus dilengkapi
ventilasi untuk melepas gas-gas yang terbentuk selama proses penguraian tinja oleh
bakteri.
b. Operasi dan Pemeliharaan
1) Pengoperasian
Tambahkan lumpur dari tangki septik lain kedalam tangki septik baru sebagai
starter untuk memasukkan mikroorganime dengan demikian proses
penguraian tinja secara an-aerobik bisa segera dimulai. Bahan pembersih
lantai/keramik, bahan pembunuh bakteri/antiseptik dan bahan bahan yang bisa
menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri sebisa mungkin dihindarkan
masuk ke tangki septik.
Masuknya bahan bahan tersebut membahayakan proses yang terjadi dalam
tangki septik yang menyebabkan tangki septik tidak bekerja baik dan cepat
penuh. Dilarang membuang pembalut wanita, filter rokok, barang barang plastik
dan barang lain yang tidak bisa membusuk secara alami dalam tangki septik.
Buangan yang berasal dari cucian sebaiknya dibuang ke peresapan yang terpisah
untuk meringankan beban septik tank atau peresapan, sedangkan air hujan yang
berasal dari saluran drainase, talang atap bisa langsung dibuang kesaluran
drainase.
2) Pemeliharaan
Pemeriksaan secara berkala perlu dilakukan untuk memeriksa apakah sudah
saatnya dilakukan pengurasan atau belum demikian juga pemeriksaan adanya
penyumbatan di outlet dan inlet. Tangki septik harus dikuras pada saat volume
lumpur sudah mencapai 2/3 kedalaman total antara muka air dan dasar tangki
septik. Jika septik tank tidak dikuras maka lumpur akan terbawa ke peresapan
yang bisa menyebabkan penyumbatan dan selanjutnya peresapan harus
dibongkar untuk memperbaikinya.

c. Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


1)

Permasalahan yang Sering Terjadi.

2)

Banyak masalah timbul karena kurangnya perhatian terhadap desain aliran


masuk ke tangki. Aliran kejutan/berfluktuasi tinggi yang mengalir ke tangki
dapat menyebabkan konsentrasi lumpur/padatan meningkat sementara/sebentar
pada efluen tangki dan menyebahkan gangguan pada lumpur yang sudah
mengendap.
Keterbatasan.

3)

Tangki septik tidak sesuai untuk daerah yang langka air dan daerah padat.
Daerah dimana ketersediaan lahan sangat terbatas sehingga tidak tersedia
tempat untuk membangun sumur peresapan atau bidang peresapan.
Catatan Penting.
- Aditif tangki septik yang banyak dijual untuk membantu proses penguraian
oleh bakteri belum terbukti efektif sedangkan harganya relatif mahal.

(10) Bidang Resapan


a.

Gambaran Singkat
Bidang resapan terdiri dari parit resapan, sumur resapan dan lahan basah buatan
(tergantung dari lahan yang tersedia, jenis tanah dan kondisi muka air tanah) yang
diisi dengan lapisan kerikil di bawah dan lapisan pasir diatasnya sedangkan di dalam
lapisan kerikil dipasang pipa PVC yang ber lobang lobang, dimana cairan dari tangki
septik mengalir keluar melalui pipa PVC tersebut untuk diresapkan kedalam tanah.
Pada awalnya peresapan akan berlangsung cepat namun sejalan dengan waktu pori
tanah akan tersumbat sampai pada titik yang disebut keseimbangan peresapan
tercapai. Jika aliran yang keluar dari tangki septik melebihi laju kesetimbangan
peresapan tanah maka cairan akan melimpah keluar dari bidang peresapan. Untuk itu
maka perlu dilakukan perencanaan yang memperhatikan keseimbangan antara air
yang meresap dengan luasan bidang resapan, dan disesuaikan dengan jenis tanahnya.
Dibanding sumur peresapan, bidang resapan lebih banyak dipakai terutama untuk
MCK umum yang memerlukan air dalam jumlah relatif besar dan muka air tanah
lebih tinggi.

b.

Operasi dan Pemeliharaan


1) Pengoperasian
Hampir tidak ada aktifitas pengoperasian yang diperlukan, kecuali memantau
apakah ada cairan yang melimpah keluar di permukaan bidang peresapan.
2) Pemeliharaan
Bersihkan sekitar bidang resapan dari tanaman yang mungkin akarnya masuk
kedalam bidang resapan dan pipa peresapan. Jika terdapat tanda bidang resapan
atau pipa resapan tersumbat, segera dibongkar dan diperbaiki.

3) Rincian kebutuhan O dan P serta pelaku dan Keterampilan yang dibutuhkan


dalam O dan P dapat dilihat pada Tabel 17 dan Tabel 18.
Tabel 17
Rincian Kebutuhan O dan P Bidang Resapan
Kegiatan

Frekuensi

Pembersihan tanaman

mingguan

Membersihkan bak
control

6 bulan
sekali

Sumber Daya
Manusia
Pelaksana harian

Bahan dan Suku


Cadang

Pelaksana harian

Batu bata atau


material penyumbat
lainnya

Alat dan Perlengkapan


Sekop, keranjang, sabit dan
cangkul
Linggis untuk membuka bak

Tabel 18
Pelaku dan Keterampilan O dan P
Pelaku
Pelaksana harian
Tukang

c.

Peranan
Memeriksa adanya kegagalan bidang resapan
dan membersihkan tanaman
Memperbaiki bagian bagian yang rusak

Keterampilan
Memahami fungsi dan cara kerja bidang
resapan
Pertukangan, perpipaan dan pengetahuan
fungsi sitem

Permasalahan yang Sering Terjadi, Keterbatasan dan Catatan Penting


1)

Permasalahan yang Sering Terjadi.


Melimpahnya air limbah, bau tidak sedap, pencemaran air tanah, protes warga
terdekat karena bau yang tidak sedap.

2)

Keterbatasan.
Tidak sesuai untuk daerah padat, kumuh dan kering (kesulitan air), serta
daerah dengan permeabilitas rendah.

3)

Catatan Penting.
Beban resapan bisa dikurangi dengan memisahkan air bekas dengan air
toilet/jamban (hanya air limbah jamban yang masuk ke tangki septik dan
berakhir dibidang resapan).

(11) Pengelolaan Persampahan


a.

Gambaran Singkat
Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah berbasis
masyarakat di tingkat desa adalah penerapan prinsip Reduce, Reuse dan Recycle.
1) Reduce - Mengurangi. Kurangilah jumlah sampah dan hematlah pemakaian
barang.
2) Reuse - Pakai ulang. Barang yang masih dapat digunakan jangan langsung
dibuang, tetapi sebisa mungkin gunakanlah kembali berulang-ulang.

3) Recycle - Daur ulang. Sampah kertas dapat dibuat bahan kardus, dll. Sampah
organik dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur tanaman.
b.

Operasi atau Pengelolaan Sampah


1)

Pemilahan/pemisahan sampah
Faktor keberhasilan pengelolaan sampah dengan prinsip diatas terletak pada
pemilahan sampah. Tanpa pemilahan atau pemisahan jenis-jenis sampah,
pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan berisiko tinggi mencemari
lingkungan dan membahayakan kesehatan. Minimal pemilahan menjadi dua
jenis: sampah organik dan non-organik. Sebab sampah organik yang menginap
satu hari saja sudah dapat menimbulkan bau, namun tidak demikian halnya
dengan sampah non organik.
Pemilahan paling baik dilakukan mulai dari sumbernya, yaitu rumah tangga.
Setiap anggota keluarga baik ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lainnya
memiliki tanggung jawab yang sama dalam pemilahan sampah dan di rumah
tangga.
Berbagai bentuk dan bahan wadah pemilahan dapat digunakan. Setiap pilihan
memiliki kelebihan dan kekurangan. Prinsipnya: disesuaikan dengan kondisi
lingkungan dan kemampuan masyarakat yang akan memilah. Umumnya
pemilahan adalah sebagai berikut:
Bagan 2
Pewadahan Sampah

Jenis-jenis sampah yang ada di rumah tangga pada umumnya dapat


diidentifikasi sebagai tabel dibawah.
Tabel 19
Identifikasi Jenis Sampah
(contoh prosentase sampah dalam berat di perdesaan)
No
Jenis Sampah
1. Sampah Organik
Sisa sayur, daging, ikan, nasi, daun, ranting, potongan
rumput, kotoran ternak
2. Sampah Non-organik
Plastik, kertas, karton, kardus, kaleng, logam, gelas, kaca
3.

Persentase % (dlm berat) *)


Sekitar 79%
Sekitar 20%
(plastik =7%, kertas/koran=7%
kain=4%, kaleng=1%, aqua=1%)
Sekitar 1-2 %

Sampah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)


Baterai, cairan kimia pembersih, pestisida, racun serangga
/tikus, botol aerosol, obat-obatan
4. Sampah Lainnya
Sekitar 1-2 %
Duplex, Styrofoam, kain, karet, popok, pembalut, kabel, dll.
Total
*) Penelitian ITS Th 2009 di Kecamatan Kedungkandang, Malang

Gambar: Pemilahan dengan tong logam terpisah yang dihiasi


dengan gambar menarik (lokasi: Sukunan, Sleman, Yogyakarta)

2) Komposting
Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang
berasal dari jasad hidup, dapat dibuat kompos dan digunakan sebagai penyubur
tanaman. Mengingat di daerah perdesaan prosentase jumlah sampah organik dan
kotoran ternak cukup tinggi maka pengelolaan sampah melalui komposting
sangat tepat. Sistem komposting bermacam-macam begitu pula pengelolaan
dapat dilakukan di tingkat rumah tangga atau komunal (RT, RW, dusun, atau
desa).
Cara membuat kompos dapat mengacu pada panduan-panduan yang ada, a.l.:
Modul Pelatihan Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat, ESP-USAID.

2.2. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Pengoperasian


Pada tahap sebelum suatu prasarana dioperasikan ada hal-hal yang perlu diperhatikan dan
menjadi pertimbangan sehingga prasarana yang dibangun hasilnya baik dan optimal,
sehingga lebih mudah dalam pengoperasian dan pemeliharaan.
A.

Tahap Perencanaan
(1) Pemilihan opsi teknologi dan komponen sistem yang tepat, efisien dan efektif serta
tanggap bencana.
a)

Opsi teknologi yang dipakai harus berorientasi teknologi tepat guna

b)

Desain dan opsi teknologi yang dipilih harus berorientasi terhadap tanggap
bencana dan dapat berfungsi sebagai prasarana mitigasi bencana.

c)

Mampu dioperasikan oleh masyarakat sendiri dengan tingkat Keterampilan


dan pengetahuan masyarakat setempat setelah melalui pelatihan.

d)

Dipilih dari opsi dengan kebutuhan energi yang rendah untuk menekan biaya
operasi.

e)

Lebih dipilih opsi dengan biaya investasi tinggi namun biaya operasi dan
pemeliharaan rendah, dibanding biaya investasi rendah tapi biaya operasi dan
pemeliharaan yang tinggi.

f)

Perlu dikaji adanya konflik kepentingan atas penggunaan suatu prasarana.

(2) Perencanaan dimensi dan kapasitas


Dimensi dan kapasitas dihitung untuk keperluan/kebutuhan minimal 10 tahun
kedepan agar masyarakat yang masih dalam tahap pembelajaran dan
penghimpunan dana tidak dibebani dengan biaya perluasan dan penambahan
kapasitas sistem dalam memenuhi kebutuhan yang berkembang.
(3) Aksesibilitas prasarana
Semua prasarana beserta seluruh komponennya harus bisa diakses baik untuk
tujuan O dan P maupun pemanfaatannya.
(4) Pemilihan material dan peralatan
a)

Dipilih material bahan baku dan peralatan serta yang mudah didapat
dipasaran lokal demikian juga pertimbangan layanan purna jualnya.

b)

Kualitas yang baik agar tahan lama sehingga masyarakat tidak direpotkan
dengan perbaikan atas kerusakan yang terjadi selama masyarakat masih
dalam tahap pembelajaran mengelola sistem.

c)

Kebutuhan energi peralatan yang minimal untuk menekan biaya operasi


serendah rendahnya.

d)

Pemilihan material/bahan
diprioritaskan dari jenis yang jika terjadi
kerusakan, maka perbaikan yang diperlukan bisa dilaksanakan oleh
masyarakat sendiri.

B. Tahap Konstruksi
Diperlukan pengawasan yang baik agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan yang telah
direncanakan dengan tetap melibatkan masyarakat untuk memberikan pemahaman pada
masyarakat mengenai bagaimana suatu pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan kaidahkaidah teknis yang baik (good practices) dan yang terpenting adalah masyarakat bisa
memahami secara lebih baik sistem yang akan dikelolanya.
C. Tahap Pasca Konstruksi
Hal hal penting yang harus dilaksanakan dengan adanya suatu pembangunan prasaranasarana adalah membentuk dan mempersiapkan Tim Pengelola serta pelatihanpelatihannya, hal ini akan dibahas pada bab selanjutnya.
Selain hal itu dengan beroperasinya suatu prasarana perlu diperhatikan dan dipantau
masalah konservasi sumber alam serta dampak lingkungan, antara lain :
1) Perlindungan daerah sekitar terhadap polusi,
2) Perlidungan daerah sekitar terhadap kerusakan sumber alam saat masa konstruksi
maupun pengoperasian,
3) Menjaga kelestarian vegetasi daerah tangkapan air,
4) Mencegah pemborosan energi, sumber air, kayu, pohon dan material lainnya.

2.3. Ukuran Keberhasilan


Untuk melihat keberhasilan O dan P pada aspek teknis dapat dilihat dari:
(1) Jumlah prasarana yang ada (misal : jalan/saluran/pipa dalam meter, jembatan/keran
umum/gorong-gorong/MCK dalam unit)
(2) Jumlah prasarana yang berfungsi baik.
(3) Jumlah prasarana yang rusak/tidak berfungsi, dibandingkan total jumlah prasarana yang
ada.
(4) Jumlah warga yang terlayani (pengguna/pemanfaat prasarana) dibandingkan total jumlah
penduduk desa.

BAB III
ORGANISASI PENGELOLA

3.1. Organisasi Pengelolaan O dan P


Di desa/kelurahan yang telah mendapatkan program REKOMPAK-JRF dan melaksanakan
pembangunan prasarana BDL disyaratkan harus memiliki kelompok/tim pengelola O dan P
prasarana desa. Kelompok/tim pengelola O dan P terorganisasi ini diperlukan untuk
memberikan jaminan keberlanjutan fungsi dan manfaat prasarana yang telah dibangun, dalam
arti akan terjadi estafet pengelolaan dari PP saat perencanaan dan pelaksanaan fisik ke
kelompok ini saat pasca-pembangunan.
Pada prinsipnya organisasi pengelola prasarana dasar desa adalah kelompok swadaya
masyarakat yang merencanakan, melaksanakan pembangunan dan mengelola sarana dan
prasarana itu sendiri. Secara sederhana adalah masyarakat atau suatu komunitas masyarakat
yang telah merencanakan kegiatan infrastruktur adalah juga yang melaksanakan
pembangunan fisiknya, maka juga harus betanggung jawab melaksanakan operasi dan
pemeliharaan prasarana yang telah dibangunnya tersebut.
Pendekatan tersebut adalah untuk meletakkan dasar komitmen bagi sebanyak-banyaknya
warga masyarakat untuk terlibat dan bertanggungjawab dalam melaksanakan pemeliharaan
atas bangunan yang merupakan prioritas kebutuhannya yang telah disepakati bersama dan
dibangun sendiri oleh masyarakat. Dalam pendekatan ini maka akan sangat efektif bilamana
setiap kelompok pengelola O dan P prasarana yang sudah dibangun dapat berjalan dengan
baik.
BKM/TPK dan Panitia Pembangunan (PP) wajib memfasilitasi warga masyarakat untuk
membentuk kelompok atau tim pengelola pemeliharaan dan pengoperasian prasarana.
Kelompok/tim pengelola O dan P dapat menggunakan organisasi pengelola yang sudah ada
dan sudah berjalan atau membentuk tim pengelola yang baru.
Pada tahap perencanaan pembangunan prasarana atau penyusunan DTPL yang lalu, pada
umumnya telah dibentuk dan dipilih calon kelompok pengelola prasarana. Kelompok tersebut
jika telah berjalan baik dan lancar sebaiknya terus berfungsi sebagai tim pengelola O dan P
dengan penyempurnaan mengacu pada pedoman ini dan jika belum berjalan baik perlu di
revitalisasi atau jika diperlukan dapat membentuk yang baru.
Lembaga pengelola O dan P prasarana yang terbentuk meskipun merupakan kelompok
swadaya masyarakat yang mandiri namun tetap dibawah koordinasi, pembinaan dan
pengawasan BKM/TPK dan Pemerintahan Desa/Kelurahan serta masyarakat yang dapat
diwakili oleh perwakilan pemakai prasarana. Adapun koordinasi dan pelaporan manajemen
rutin pelaksanaan kegiatan O dan P dilakukan Tim Pengelola kepada Unit Pengelola
Lingkungan (UPL) dari BKM/TPK.

Hubungan organisasi pengelola O dan P di tingkat desa adalah sebagaimana digambarkan


dalam bagan di bawah ini:

Bagan 3
Bagan Organisasi Pengelolaan O dan P Prasarana di bawah BKM/TPK

PEMBINAAN / PENGAWASAN
MASYARAKAT
(wakil pengguna)

BKM / TPK

KEPALA DESA
(KaDusun/RW)

SEKRETARI
S

UPL

TIM
PENGELOLA
AIR BERSIH

TIM
PENGELOLA
JALAN &
JEMBATAN

TIM
PENGELOLA
DRAINASE &
TALUD

UPS

UPK

TIM
PENGELOLA
MCK &
SAMPAH

3.2. Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga


Beberapa peraturan yang diperlukan untuk berjalannya suatu organisasi tim pengelola
O dan P, antara lain adalah:
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

Visi, Misi, Asas, Tujuan.


Anggaran Dasar/AD
Anggaran Rumah Tangga/ART
Keputusan dan pengesahan susunan Tim pengelola O DAN P
Keputusan tarif retribusi/iuran dan sumbangan

Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan program kerja tahunan maupun
kebijakan-kebijakan penting terkait lainnya seperti adanya tarif iuran/retribusi, harus dibuat
oleh pengelola O dan P dan disepakati secara bersama-sama oleh masyarakat pemanfaat
melalui forum musyawarah warga pemanfaat atau rembug warga (bukan ditentukan sendiri
oleh tim pengelola). Dalam penyusunan ketentuan organisasi ini dipengaruhi juga oleh

kelompok masyarakat pemanfaat prasarana itu sendiri. Setiap desa/kelurahan dapat


mengembangkan peraturan sesuai dengan kondisi sosial-budaya, adat-istiadat pada daerah
tersebut.
Anggaran Dasar organisasi pengelola O dan P setidaknya meliputi hal-hal sebagai berikut:
(1)

(2)

(3)
(4)

(5)
(6)

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)

Nama Organisasi Pengelola dan Daerah Kerja


a. Lokasi organisasi
b. Lingkup pelayanan prasarana
Asas, Tujuan dan Tugas Organisasi
a. Asas dan Prinsip organisasi
b. Tujuan organisasi
c. Tugas organisasi
Ruang Lingkup
a. Cakupan penanganan kegiatan
Keanggotaan/Pengguna Prasarana
a. Persyaratan Keanggotaan
b. Kewajiban dan Tanggung Jawab Anggota/Pengguna Prasarana
c. Hak Anggota/Pengguna Prasarana
Rapat Anggota atau Rembug Masyarakat/Warga Pengguna Prasarana
Kepengurusan :
a. Syarat-syarat kepengurusan
b. Susunan anggota pengurus
c. Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
d. Hak pengurus
Pembina dan Pengawas
Pengelolaan Usaha Operasi dan Pemeliharaan
Pembiayaan O dan P
Pelaporan dan Evaluasi
Pembubaran
Sanksi
Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus O dan P
Penutup

Hal-hal penting yang harus diperhatikan :


(1) Dalam pembentukan tim pengelola O dan P, pemilihan pengurus dan operasional
organisasi harus menerapkan prinsip yang demokratis, partisipatif, transparan dan
akuntabel.
(2) Prasarana yang dibangun melalui pendanaan program Rekompak JRF terutama ditujukan
sebagai prasarana mitigasi bencana sehingga organisasi pengelola harus tahu persis
panduan tata-cara (standar operating procedure) dalam memanfaatkan prasarana
mitigasi bencana.
(3) Bilamana pengelola telah memiliki aturan dasar organisasi pengelola sebelumnya,
seperti AD/ART, yang belum mengakomodir/mencakup kegiatan O dan P maka untuk
pengaturan terkait O dan P dapat dilakukan dengan menyempurnakan aturan yang sudah
ada atau membuat peraturan tambahan khusus untuk O dan P.

(4) Peraturan-peraturan yang bersifat operasional untuk menjalankan pengelolaan O dan P


dituangkan dalam Anggaran Rumah Tangga/ART atau Peraturan Khusus, misal: tata cara
pengaduan, tata cara pendaftaran dan pembayaran, dll.

3.3. Pembentukan Tim Pengelola


Dalam upaya menjamin pemanfaatan prasarana yang berkelanjutan, pengelolaan sebaiknya
dilakukan oleh masyarakat pengguna itu sendiri. Untuk dapat menciptakan mekanisme
pengelolaan O dan P yang bertumpu pada masyarakat dan berkelanjutan, pengelolaan
prasarana terbangun seyogyanya dilaksanakan oleh sebuah kelompok/tim pengelola yang
dibentuk oleh masyarakat itu sendiri. Dilakukan melalui forum musyawarah warga pemanfaat
dan difasilitasi oleh pihak BKM/TPK, PP, konsultan pendamping dan kepala desa/lurah.
Waktu pelaksanaan pembentukan kelompok/tim pengelola ini sebaiknya dilakukan sejak
awal pelaksanaan pembangunan prasarana.
Adapun langkah-langkah mekanisme pembentukan kelompok/tim pengelola O dan P adalah
sebagai berikut:
A. Persiapan
Dengan difasilitasi oleh BKM/TPK, PP dan fasilitator pendamping, sebagai inisiator
pembentukan perlu menyusun rancangan pembentukan kelompok/tim pengelola sebagai
kerangka acuan di dalam rembug warga, yang antara lain mencakup :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Cakupan kegiatan (prasarana dan sarana) yang akan dikelola


Opsi bentuk struktur organisasi (susunan kepengurusan)
Tujuan pembentukan organisasi pengelola
Tugas dan wewenang organisasi pengelola
Syarat-syarat kepengurusan
Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
Hak pengurus
Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat
Hak anggota pemanfaat

B. Pelaksanaan Rembug Warga


BKM/TPK dan PP sebagai inisiator mengundang seluruh warga masyarakat terutama
pemanfaat prasarana terkait untuk mengadakan rembug warga dalam rangka
pembentukan kelompok/tim pengelola, dimana dalam rembug tersebut diundang pula
aparat pemerintah desa, tokoh masyarakat, dan bila perlu mengundang dari dinas terkait
seperti PDAM, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan dan lain-lain. Beberapa hal
yang disampaikan dalam rembug warga:
(1)

Rembug warga diawali dengan penjelasan umum oleh BKM/TPK dan PP kepada
masyarakat pengguna prasarana perihal pentingnya pembentukan organisasi untuk
mengelola prasarana yang dimiliki oleh desa. Dalam hal ini perlu disampaikan
untung ruginya bila pengoperasian prasarana dilaksanakan oleh suatu tim pengelola
dan sebaliknya bila tidak ada tim pengelola.

(2)

Setelah penjelasan umum, maka dilanjutkan dengan penjelasan terkait dengan


rancangan organisasi pengelola yang telah dibuat, antara lain mencakup :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

(3)

Tahapan selanjutnya adalah mengajak seluruh anggota pemanfaat yang hadir dalam
pertemuan tersebut untuk mengambil keputusan secara musyawarah dan mufakat.
Apabila secara musyawarah tidak dapat diambil mufakat maka pengambilan
keputusan dapat dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak melalui
vooting, dimana setiap anggota masyarakat pemanfaat berhak memberikan satu
suara dalam setiap keputusan yang diambil. Adapun pokok-pokok yang perlu
diambil keputusan dalam rembug warga adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

(4)

Cakupan kegiatan (prasarana dan sarana) yang akan dikelola


Opsi bentuk struktur organisasi (susunan kepengurusan)
Tujuan pembentukan organisasi pengelola
Tugas dan wewenang organisasi pengelola
Syarat-syarat kepengurusan
Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
Hak pengurus
Masa jabatan pengurus
Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat
Hak anggota pemanfaat

Bentuk struktur organisasi


Tugas dan wewenang kelompok/tim pengelola O dan P
Kewajiban dan tanggung jawab pengurus
Hak pengurus
Masa jabatan pengurus
Kewajiban dan tanggung jawab anggota pemanfaat
Hak anggota pemanfaat
Pemilihan pengurus yang akan duduk dalam kelompok/tim pengelola

Setelah ada kesepakatan terkait dengan hal-hal tersebut, maka tahap berikutnya
adalah penyusunan Berita Acara Pembentukan Kelompok/Tim Pengelola O dan
P yang ditandatangani oleh ketua BKM/TPK, perwakilan dari masyarakat
pemanfaat dan disaksikan oleh aparat pemerintah desa, tokoh-tokoh masyarakat
dan fasilitator pendamping. Sebagai bentuk dukungan dari seluruh peserta rembug
warga dalam keputusan tersebut, daftar hadir dilampirkan dalam berita acara.

C. Pengesahan dan Peresmian


Untuk mendukung keabsahan kelompok/tim pengelola O dan P tersebut harus segera
menyusun AD/ART Tim Pengelola O dan P, selanjutnya AD/ART tersebut dapat
disahkan melalui beberapa macam cara, yaitu :
(1)
(2)

Ditetapkan melalui keputusan BKM/TPK (kolektif-kolegial) organisasi tim


pengelola O dan P langsung berada di bawah payung BKM/TPK.
Untuk tujuan tertentu sering juga ditetapkan melalui Akte Notaris jika organisasi
pengelola bersifat usaha mandiri atau dipersyaratkan oleh pihak donor. Disini
unsur BKM/TPK dan Pemerintah Desa/Kelurahan bertindak sebagai Badan
Pembina & Pengawas.

(3)

Untuk tujuan tertentu kadang juga ditetapkan dalam sebuah Peraturan Desa
(Perdes) atau Keputusan Kepala Desa/Lurah dengan pertimbangan prasarana
dibangun sebagian menggunakan dana anggaran pemerintah desa atau biaya O dan
P berasal dari anggaran pemerintah desa atau dibangun pada lahan milik desa.

Untuk mendorong pengakuan secara luas, kelompok/tim pengelola O dan P perlu


diresmikan dengan mengundang camat, tim konsultan, fasilitator pendamping, kepala
desa/lurah, tokoh masyarakat, dinas/lembaga terkait (seperti PDAM, Dinas Pekerjaan
Umum, Dinas Kesehatan dan lain-lain) agar keberadaannya dapat lebih diakui dan
diperhatikan.

3.4. Struktur Organisasi dan Tata Peran


A.

Struktur Organisasi

Untuk melaksanakan tugas, maka pengelola O dan P memerlukan suatu tim/kelompok atau
satuan kerja, yaitu orang-orang yang dipilih dan bertanggungjawab atas O dan P prasarana.
Bentuk struktur pengelola O dan P dapat disusun sesuai dengan kebutuhan prasarana,
kemampuan warga pemanfaat dan karakteristik kelompok penerima manfaat (gender).
Dari beberapa bentuk yang sudah diterapkan, setidaknya terdapat dua pendekatan untuk
setiap struktur pengelola O dan P, yaitu :
1.
2.

Satu tim pengelola untuk beberapa jenis prasarana, atau


Satu tim pengelola untuk setiap jenis prasarana.

Pertimbangan untuk menetapkan struktur tim pengelola O dan P adalah:


1.
2.
3.
4.
5.

6.

Jenis prasarana, jumlah prasarana dan lokasi-lokasi prasarana berada,


Komunitas masyarakat pengguna prasarana
Kemampuan dan jumlah SDM calon pengelola O dan P
Sumber pembiayaan/pendanaan utama untuk O dan P
Kemungkinan subsidi silang
Catatan: prasarana air bersih dan MCK, bila pengelolaannya dilakukan sendiri-sendiri
maka potensi memperoleh pembiayaan untuk air bersih cukup tinggi dibandingkan
dengan MCK, tetapi bila pengelolaannya satu maka dapat dilakukan subsidi silang,
yaitu dana yang diperoleh dari air bersih dapat disisihkan sebagian untuk pemeliharaan
MCK.
Struktur tim pengelola O dan P hendaknya dibuat sederhana, terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, petugas teknis/lapangan.

Berikut ini adalah alternatif struktur tim pengelola O dan P :


Bagan 4
Struktur Tim Pengelola O dan P dengan Beberapa Prasarana
(contoh : Drainase, Jalan dan Jembatan)
PEMBINA / PENGAWAS
(unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur Masy.)

KETUA
TIM

SEKRETARIS

PETUGAS LAPANGAN1
PRASARANA DRAINASE

BENDAHARA

PETUGAS LAPANGAN2
PRASARANA JALAN

PETUGAS LAPANGAN3
PRASARANA JEMBATAN

Bagan 5
Struktur Tim Pengelola O dan P dengan Satu Prasarana
(contoh : Air Bersih)

PEMBINA / PENGAWAS
(unsur BKM/TPK, Unsur Pem.Desa, unsur Masy.)

KETUA
TIM

SEKRETARIS

PETUGAS LAPANGAN1
AIR BERSIH DUSUN 1

BENDAHARA

PETUGAS LAPANGAN2
AIR BERSIH DUSUN 2

B. Tugas dan Fungsi


Sejalan dengan tujuan O dan P, maka tugas pokok pengelola selaku penggerak utama
kegiatan O dan P, adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Menyusun Rancangan AD/ART


Menyusun program kerja
Menghitung dan memfasilitasi penetapan tarif retribusi/iuran
Mencari dan mengupayakan sumber-sumber pembiayaan untuk O dan P
Menyusun rencana penerimaan dan belanja pengelola O dan P
Menyusun rencana tahap-tahap kegiatan operasi dan pemeliharaan
Mengorganisasikan pelaksanaan kegiatan operasi dan pemeliharaan
Membuat laporan pertanggungjawaban kerja pengelolaan O dan P
Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan, pengumuman terkait kegiatan O dan P
Menyelengarakan pertemuan evaluasi secara periodik

Sejalan dengan tugas pokok tersebut, maka tugas-tugas dari setiap unit kerja organisasi
pengelola O dan P (tim pengelola), adalah:
(1) Ketua
Memimpin tim pengelola O dan P dan bertanggung jawab atas seluruh kegiatan O dan P
sesuai peraturan organisasi serta program kerja yang telah diputuskan bersama, yang
antara lain mencakup tugas :
a.
b.
c.

d.
e.
f.
g.

Mengkoordinir tim pengelola O dan P;


Mengundang dan menyelenggarakan rapat-rapat rutin atau musyawarah
Melakukan kerjasama kemitraan dengan pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi
terkait dan pihak swasta atau lainnya guna meningkatkan perolehan pembiayaan
pemeliharaan atau pengembangan layanan prasarana
Mendorong peningkatan kesadaran dan kontribusi warga untuk melakukan
pemeliharaan prasarana
Bersama seluruh tim pengelola membuat laporan baik secara berkala maupun
pertanggungjawaban kegiatan pengelola
Bersama seluruh tim pengelola, mensosialisasikan kegiatan-kegiatan
pengoperasian dan pemeliharaan, khususnya kepada warga pemanfaat
Bersama seluruh tim pengelola menyusun draft peraturan dasar, program kerja O
dan P dan rencana pendanaan O dan P untuk ditetapkan dalam musyawarah warga
(bila belum ditetapkan sebelumnya)

(2) Sekretaris atau bagian administrasi


Melaksanakan kegiatan administrasi/ketatausahaan O dan P, antara lain mencakup :
a.
b.
c.
d.
e.

Menyiapkan surat menyurat


Mengarsip surat masuk dan surat keluar
Menyimpan dan memelihara dokumen/dokumentasi kegiatan
Membuat notulen rapat/musyawarah warga pemanfaat
Menginventarisasi anggota atau warga pengguna/pemanfaat

(3) Bendahara atau bagian keuangan


a.
b.
c.
d.
e.

Menerima dan menyimpan uang/dana O dan P


Mengeluarkan uang dengan persetujuan ketua
Membuat dan menyimpan bukti penerimaan dan bukti pengeluaran
Mencatat pembukuan keuangan O dan P
Membuat laporan keuangan secara periodik dan pertanggungan jawab keuangan.

(4) Petugas Lapangan atau bagian teknik


a.
b.
c.
d.
e.

Inventarisasi, identifikasi dan survey kondisi prasarana,


Menyusun rencana kebutuhan, biaya dan jadwal pemeliharaan dan perbaikan
prasarana
Membimbing, mengordinir dan mengawasi pelaksanaan pemeliharaan yang
dilakukan oleh warga atau tenaga kerja
Mengoperasikan dan memantau/monitor operasi dan pemeliharaan prasarana
Melaporkan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan.

C. Kegiatan Rapat
Rapat atau pertemuan dapat dilakukan tiap bulan atau periode waktu tertentu yang disepakati,
dilakukan untuk melihat atau mengevaluasi hasil-hasil kegiatan pemeliharaan yang telah
dilakukan dan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang ditemukan
(memutuskan rencana penyelesaian masalah), atau agenda lain yang dianggap penting untuk
dibahas. Pertemuan ini dipimpin oleh ketua, jika memang diperlukan peserta rapat rutin tidak
hanya pengurus namun juga dapat mengundang wakil masyarakat, UPL, Aparat Desa atau
instansi terkait yang dapat memberi masukan bagi kepentingan kegiatan pemanfaatan dan
pemeliharaan prasarana. Pada setiap rapat harus selalu dibuat daftar hadir peserta dan catatan
notulen hasil rapat disiapkan dan diarsipkan oleh sekretaris.

D.

Pelaporan

Pelaporan kegiatan operasi dan pemeliharaan merupakan tanggungjawab ketua kelompok


dibantu tim pengelola. Dalam laporan tersebut terkandung unsur-unsur sebagai berikut:
1.

Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan dilakukan oleh bendahara. Dalam kaitan dengan kegiatan tersebut
bendahara melaporkan penerimaan dan pengeluaran baik berkaitan dengan administrasi
pengelola maupun yang terkait dengan kegiatan pengoperasian dan pemeliharaan.
Laporan ini minimal mencakup : keadaan kas, laporan penerimaan yang diperoleh dari
sumber-sumber pendanaan (seperti iuran, retribusi, donatur, dll), laporan pengeluaran
baik itu kegiatan administrasi maupun kegiatan pemeliharaan/perbaikan, dll.

2.

Pelaporan Pelaksanaan Kegiatan


Laporan kegiatan, mencakup laporan hasil pelaksanaan pemeliharaan rutin, berkala dan
insidentil, termasuk hasil inventarisasi kondisi prasarana maupun hasil-hasil pertemuan
yang dilaksanakan.

3.

Data Mengenai Barang Inventaris dan Prasarana-Sarana


Data dan penggunaan prasarana-sarana dan barang inventaris kelompok perlu dilaporkan
untuk mengetahui jumlah, jenis dan kondisi prasarana dan barang yang ada. Hal ini
dilakukan untuk memperkirakan kebutuhan penambahan ataupun perbaikan prasaranasarana dan barang untuk masa yang akan datang.

E.

Pelatihan
Pelatihan merupakan faktor penting dalam keberhasilan operasi dan pemeliharaan
sarana-prasarana desa, sehingga harus dilakukan pada awal masa penugasan tim
pengelola O dan P dan dilakukan juga secara periodik untuk penyegaran dan jika ada
perkembangan.
Pelatihan untuk tim pengelola O dan P meliputi, pelatihan :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Aspek kelembagaan/organisasi
Aspek manajemen O dan P
Teknis pengoperasian dan pemeliharaan prasarana dan sarana
Penentuan tarif atau iuran/andilan/sumbangan sukarela.
Pengelolaan keuangan
Pelaporan keuangan
Administrasi dan pelaporan
Perencanaan pengembangan sistem dan pendanaan.

3.5. Ukuran Keberhasilan


Dari aspek kelembagaan, beberapa tolok ukur untuk melihat keberhasilan O dan P adalah
sebagai berikut :
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

Kegiatan bersama, mampu menumbuhkan kesetiakawanan dalam operasi dan


pemeliharaan prasarana agar prasarana tersebut dapat berkesinambungan.
Ketentuan kelompok/tim pengelola, tertulis dan menjadi aturan kerja kelompok yang
saling ditaati.
Kepengurusan mantap, semua pengurus tahu akan hak dan kewajibannya.
Rapat dan pertemuan, berjalan rutin dan dihadiri pengurus serta masyarakat.
Administrasi dan pelaporan, dikerjakan dengan tertib, tahu manfaatnya.
Ada usaha/upaya peningkatan O dan P, yang berorientasi kepada pasar, keuntungan,
efisiensi, dan kebersamaan, yang ditujukan untuk pemeliharaan prasarana dan sarana.
Interaksi antar pengurus dan dengan masyarakat hidup, terarah, saling menunjang, dan
saling memperkembangkan satu sama lain.
Pengurus aktif menggerakkan dan memotivasi masyarakat agar kegiatan dapat berjalan.

BAB IV
PEMBIAYAAN

4.1. Klasifikasi Prasarana dan Pembiayaan untuk O dan P


Pembiayaan operasi dan pemeliharaan prasarana lingkungan perdesaan ditujukan untuk
mengupayakan dan menjamin ketersediaan dana bagi pengelolaan operasi dan pemeliharaan
prasarana oleh kelompok/tim pengelola prasarana desa sehingga tidak muncul hambatan dan
kendala dari ketersediaan dana. Mudah tidaknya menarik retribusi atau iuran untuk
pemeliharaan prasarana sering sangat berkaitan dengan klasifikasi prasarana.
Berdasarkan pada cakupan layanan, secara umum prasarana desa yang dibangun melalui
REKOMPAK-JRF dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua), yaitu:
a.

Prasarana Umum - Publik


Prasarana yang dapat dipergunakan oleh setiap orang tanpa perlu mendaftar terlebih
dahulu. Dalam arti bahwa tidak ada orang yang dapat dikecualikan dalam
penggunaannya, misalnya jalan dan jembatan, drainase, lapangan evakuasi, bangunan
gedung publik (heritage), dll.

b. Prasarana Umum - Kelompok


Prasarana yang dapat dipergunakan warga dengan mendaftar terlebih dahulu dan
memenuhi persyaratan tertentu. Prasarana ini hanya dapat dimanfaatkan oleh
sekelompok orang/komunitas yang sudah terdaftar, misalnya MCK, penyediaan air
bersih, embung penampung air, dan kandang komunal. Biaya O dan P prasarana ini
umumnya dapat dipenuhi dari tarif retribusi/iuran para pemakainya atau disebut cost
recovery.
Klasifikasi prasarana berdasarkan jenisnya ini akan menentukan mudah tidaknya pembiayaan
untuk operasi dan pemeliharaan prasarana, sebagaimana contoh lihat tabel berikut.
Tabel 20
Kemungkinan Kemudahan Penarikan Restribusi Berdasarkan Jenis Prasarana
Uraian
Kemungkinan Mudah
Menarik Retribusi

Prasarana - Publik
- Jalan ber-retribusi
- Waduk yg airnya dijual umum
- KU/ air bersih yg dijual umum

Kemungkinan Sulit Menarik


Retribusi

- Jalan
- Jembatan
- Bangunan gedung publik
(heritage)
- Lapangan evakuasi
- Drainase

Prasarana - Kelompok
Air Bersih
MCK
Pelayanan Sampah
Kandang komunal
Embung komunal

4.2. Penganggaran Operasi dan Pemeliharaan


A. Penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan
(1) Identifikasi Sumber-Sumber Pendapatan
Dana pemeliharaan dapat berasal dari berbagai sumber, namun perlu usaha untuk
menggali sumber-sumber dana tersebut. Sumber dana potensial pendanaan kegiatan
operasi dan pemeliharaan prasarana dapat diperoleh dari kontribusi masyarakat
pengguna dan sumber lainnya yang sah misal bantuan dari kantor/instansi pemerintah,
pihak swasta yang juga turut memetik manfaat dari pembangunan prasarana tersebut,
serta pemerintah desa/kelurahan, dinas/instansi terkait setempat.
Untuk penyusunan rencana anggaran O dan P, kelompok/tim pengelola perlu
mengidentifikasi sumber-sumber pendapatan yang mempunyai potensi untuk turut
membiayai anggaran O dan P.
(2) Kontribusi Warga Penerima Manfaat
Sebagai wujud kemandirian dan keberlanjutan, sumber pembiayaan O dan P yang
potensial untuk digali adalah kontribusi warga sesuai dengan budaya setempat dan
kesepakatan yang telah dilakukan. Hal ini merupakan bentuk kompensasi komunitas
pemanfaat terhadap penggunaan prasarana tersebut.
Adapun jenis kontribusi atau sumbangan warga pemanfaat adalah :
a.
Sumbangan berupa uang, yang didapatkan dari iuran anggota kelompok operasi
dan pemeliharaan, ataupun retribusi dari penggunaan prasarana secara langsung.
b.
Sumbangan berupa material, penyediaan fasilitas penunjang, tenaga kerja,
peralatan dalam rangka kegiatan pemeliharaan.
Sedangkan cara pengumpulan dana yang berupa uang adalah bergantung pada kondisi
sosial budaya masyarakat setempat, yang secara umum terbagi atas tiga golongan sebagai
berikut :
a. Retribusi/Iuran
Retribusi/iuran yang besarnya sudah ditetapkan lebih dulu, ditarik secara langsung
pada saat menggunakan prasarana yang bersangkutan maupun tidak langsung
(retribusi/iuran bulanan). Retribusi/iuran dapat diberlakukan untuk para pengguna
yang secara rutin atau tidak secara rutin menggunakan prasarana. Retribusi/iuran bisa
diterapkan untuk individu perseorangan, kelompok, KK atau perusahaan/instansi/
badan usaha yang menjadi pengguna prasarana. Sebagai contoh adalah pelayanan air
bersih, retribusi jalan, MCK, dan kandang komunal.
Besarnya iuran atau retribusi yang akan dikenakan baik perorangan atau per
keluarga/kelompok, baik rutin atau setiap kali penggunaan, kepada warga pemanfaat
tetap atau dari luar, bagi warga kurang mampu atau mampu, hendaknya
dimusyawarahkan dan disepakati secara bersama-sama oleh seluruh anggota warga

pemanfaat yang ada sehingga tidak terlalu membebani dan semua warga pemanfaat
tetap dapat memperoleh hak-hak yang sama dalam pengoperasian prasarana (adil).
b. Sumbangan/Donasi
Sumbangan/donasi yang sifatnya sukarela, dapat diberlakukan atau diminta dari
warga masyarakat yang menggunakan prasarana yang bersangkutan atau warga
masyarakat yang tidak langsung menerima manfaat atau masyarakat/instansi secara
umum. Hal yang penting diperhatikan berkaitan dengan penerapan sumbangan yang
akan diberlakukan oleh tim pengelola O dan P adalah bahwa hendaknya disesuaikan
dengan situasi budaya dan kemampuan ekonomi warga pemanfaat dan kebutuhan
akan biaya pemeliharaan atau perbaikan.

c. Sumber Pendapatan Lain Yang Sah


1) Bantuan Pemerintah
Sumber pendapatan ini dapat berasal dari anggaran pemerintah desa, anggaran
pemerintah kecamatan, anggaran pemerinah daerah (APBD) dan atau anggaran
pemerintah pusat (APBN) atau dari pihak lain yang sah. Bantuan dari pemerintah
umumnya dapat digali jika terjadi kerusakan berat yang memerlukan perbaikan
besar pada fasilitas umum atau fasilitas vital seperti jalan, jembatan, dan saluran
drainase, ataupun prasarana lainnya. Terdapat satu sumber dana yang belum
digunakan secara optimal untuk O dan P prasarana desa yaitu dana yang berasal
dari ADD (Alokasi Dana Desa) atau DAD (Dana Alokasi Desa).
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam upaya memperoleh dukungan
pemerintah, khususnya dinas-dinas di kabupaten/kota adalah harus memahami
instansi mana yang dapat dituju oleh masyarakat, sebab setiap instansi telah
mempunyai wewenang tertentu, misalnya Dinas Pekerjaan Umum untuk prasarana
umum, Dinas Pendidikan untuk prasarana pendidikan, Dinas Kesehatan untuk
prasarana kesehatan, Dinas Kebersihan untuk prasarana persampahan.

2) Bantuan Pihak Lain Yang Tidak Mengikat


Bantuan yang dimaksudkan disini, seperti dari organisasi lain atau perusahaan
swasta. Umumnya potensi bantuan ini akan ada bilamana terjadi pengoperasian
bersama suatu prasarana. Misalnya jalan yang dibangun masyarakat juga
dipergunakan oleh pihak lain tersebut. Meskipun demikian tidak menutup
kemungkinan, bahwa perusahaan tertentu yang berada di sekitar wilayah tersebut
dapat saja memberikan bantuan sumbangan.
3) Usaha Lain Yang Sah
Potensi sumber pembiayaan disini dapat berasal dari upaya pengembangan
prasarana misalnya dari biaya pemasangan baru air bersih, penjualan air bersih
atau adanya keuntungan dari hasil usaha bersama kelompok.

(3) Pendataan Anggota Penerima Manfaat


Pendataan anggota ini sangat penting, selain untuk mengetahui jumlah dan siapa saja
warga pemanfaat juga akan berkaitan dengan potensi kontribusi dalam pemeliharaan
prasarana yang dikelola.
Hal-hal yang perlu dicatat:
- Nama
- Jenis Kelamin
- Alamat
- Pekerjaan
- Jumlah anggota keluarga
(4) Penetapan Tarif Retribusi
Tarif pelayanan dikenakan bagi pemakai prasarana yang bersifat cost recovery, seperti
air bersih, persampahan, MCK, kandang komunal dan jalan beretribusi. Penerimaan dari
tarif ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan prasarana
bersangkutan termasuk untuk biaya operasi dan pemeliharaan.
Penentuan tarif harus dilakukan dengan dan oleh masyarakat karena akan membuat
masyarakat bertanggung jawab penuh atas keputusan yang telah dibuat dan bisa diterima
lebih baik karena masyarakat tahu mengapa tarif ditetapkan sebesar itu. Sejalan dengan
waktu tidak bisa dihindarkan adanya penyesuaian tarif akibat inflasi, perubahan biaya
dan harga barang, kebutuhan dana untuk perluasan sistem dan lain lain. Keterlambatan
penyesuaian tarif akan berakibat serius pada jaminan keberlanjutan keuangan. Karena itu
peninjauan ulang tarif yang layak perlu dilakukan paling tidak 2 tahun sekali.
a. Prinsip-Prinsip Penetapan Tarif
Terdapat beberapa prinsip yang harus dipegang dalam penetapan tarif, antara lain:
1) Kecukupan dana (cost recovery), dengan prinsip ini maka tarif yang akan
ditetapkan harus mencerminkan tingkat kecukupan dana yang diperlukan untuk
pengelolaan prasarana dan sarana perdesaan secara memadai.
2) Satu obyek pungut satu jenis pungutan, untuk menghindari terjadinya
pungutan ganda yang membingungkan para penerima manfaat, maka satu obyek
pelayanan dikenakan satu pungutan tarif.
3) Transparan dan mudah dipahami, dalam penetapan besarnya tarif, maka
pembebanan biaya yang diperhitungkan harus dilakukan secara transparan dan
mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
4) Sederhana dan Jelas, artinya bahwa penetapan tarif harus menggunakan
rumusan yang tidak rumit, dan mudah diperoleh serta hitungan mudah dilakukan.
5) Partisipatif, artinya bahwa dalam penentuan tarif harus melibatkan semua pihak
yang berkepentingan, termasuk semua calon penerima manfaat, sehingga tarif
yang ditetapkan merupakan keputusan bersama.
6) Adil, artinya bahwa orang yang menerima manfaat lebih banyak harus dikenakan
tarif yang lebih tinggi dibandingkan orang yang menerima manfaat lebih sedikit.
Dalam hal ini dapat ditetapkan dengan tarif progresif.

b. Jenis-Jenis Tarif
Secara garis besar terdapat dua jenis tarif bila dilihat dari cara penentuannya, yaitu:
1) Tarif Tidak Berdasarkan Volume
Tarif ini tidak melihat berapa jumlah manfaat yang diterima oleh setiap rumah
tangga atas penggunaan prasarana tertentu. Struktur tarif yang seperti ini tidak
membutuhkan adanya perhitungan berapa manfaat yang telah diterima oleh
masing-masing penerima manfaat, tetapi dikenakan sama rata untuk setiap rumah
tangga/penerima manfaat. Tarif yang demikian memiliki keuntungan bahwa
dalam perhitungan penerimaan tarif lebih mudah dilakukan, karena hanya
mengalikan besarnya tarif dengan jumlah penerima manfaat, tanpa harus
menghitung berapa banyak manfaat yang diterima oleh setiap pemakai jasa
layanan.
Di sisi lain memiliki kelemahan, bahwa tarif tersebut tidak mencerminkan
keadilan, karena pihak yang menerima manfaat kecil dibebani tarif yang sama
dengan pihak yang menerima manfaat lebih banyak. Tarif ini lebih cocok
digunakan untuk pelayanan yang sulit untuk di kuantifikasi, misalnya pelayanan
pembuangan sampah, MCK, pembuangan air limbah.
Dalam kasus pelayanan pembuangan sampah dan pembuangan air limbah, maka
pengelola akan sulit menentukan berapa banyak sampah yang telah dibuang oleh
setiap rumah tangga, sehingga kasus ini lebih tepat jika tarif ditetapkan sebesar
rupiah tertentu pada setiap rumah tangga. Kalaupun akan diterapkan prinsip
subsidi silang, maka perlu dipertimbangkan aspek pendapatan rumah tangga.
Semakin tinggi pendapatan rumah tangga maka dapat dikenakan tarif yang lebih
besar dibandingkan dengan yang berpendapatan lebih rendah.
Dalam kasus pelayanan MCK juga memiliki kriteria yang sama, dimana akan
sulit dilakukan pengukuran besarnya manfaat yang diterima secara kuantitatif.
Sehingga tarif pelayanan MCK lebih tepat dikenakan dalam rupiah per sekali
pakai atau dalam rupiah per bulan per rumah tangga pemakai.
2) Tarif Berdasarkan Volume (Volumetrics Tarif)
Dalam metode ini, alokasi biaya yang akan dibebankan sebagai tarif
diperhitungkan secara proporsional berdasarkan kriteria fisik penggunaan jasa
layanan, antara lain dalam volume. Dengan demikian tarif
ditentukan
berdasarkan volume pelayanan yang benar-benar digunakan secara individual
atau rumah tangga. Tarif ini lebih sesuai digunakan untuk penetapan tarif
pelayanan penyediaan air bersih, sehingga setiap sambungan rumah tangga harus
dilengkapi dengan meter air.

3) Formula Perhitungan Tarif


a.

Tarif Pelayanan Air Bersih


Secara umum Perhitungan Tarif/Harga Pokok Pelayanan air bersih dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan (Rp)
Tarif Air Bersih = -------------------------------------------------------------Jumlah Air Yang Terjual Dalam 1 Bulan (M3)
Biaya O dan P yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai
pada operasi dan pemeliharaan:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)


Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)
Honor pengelola (bila disepakati warga)
Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik,
dll)
Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola
Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam satuan Rp per
M3.
b.

Tarif Pelayanan Persampahan


Untuk mencapai pemulihan biaya pada tingkat operasi dan pemeliharaan,
maka tarif pelayanan persampahan dapat ditetapkan dengan formula sebagai
berikut:
Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan
Tarif Persampahan = -------------------------------------------------Jumlah Pelanggan (Rumah Tangga)
Biaya yang diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada
operasi dan pemeliharaan:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)


Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)
Honor pengelola (bila disepakati warga)
Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik,
dll)
Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola
Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah
Per Rumah Tangga Per Bulan.

a)

Tarif Pelayanan MCK


Seluruh Biaya O dan P Dalam 1 Bulan
Tarif Pelayanan MCK = ------------------------------------------------------Jumlah Rumah Tangga Yang Dilayani
Biaya yang perlu diperhitungkan untuk tingkat pemulihan biaya sampai pada
operasi dan pemeliharaan:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)

Biaya administrasi (ATK, foto copy, dsb)


Biaya umum (misalnya konsumsi rapat, kontribusi ke pemerintah desa)
Honor pengelola (bila disepakati warga)
Biaya pengoperasian prasarana yang dikelola (misalnya BBM, listrik,
dll)
Biaya perawatan dan perbaikan ringan prasarana yang dikelola
Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Dari formula tersebut akan dapat diperoleh tarif dasar dalam saruan Rupiah
Per Rumah Tangga Per Bulan.
b) Tarif Pungutan Jalan Ber-retribusi
Sebenarnya komponen jalan bukanlah prasarana yang bersifat cost recovery,
karena jalan merupakan prasarana publik yang siapa saja bisa menikmatinya.
Akan tetapi dalam pembangunan jalan yang difasilitasi melalui
REKOMPAK-JRF, ada yang pemanfaatannya melebihi dari kapasitas desain,
yaitu dilewati truk-truk bermuatan tinggi (truk pasir), sehingga
mengakibatkan kerusakan jalan menjadi lebih cepat dari yang semestinya.
Dalam kasus ini pengguna jalan, khususnya truk-truk yang bermuatan tinggi
wajib dikenakan iuran guna perawatan jalan, sehingga ada jaminan bahwa
unur teknis pemanfaatan jalan dapat dicapai sesuai dengan yang
direncanakan.
Dalam menentukan tarif iuran/retribusi jalan ini dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
Seluruh Biaya O dan P 1 Bulan
Tarif Pungutan Jalan = --------------------------------------------------------------------Jml Truk Bermuatan Berat Yang Lewat Dalam 1 Bulan

Biaya O dan P yang perlu diperhitungkan:


- Biaya honor pengelola (bila disepakati warga)
- Biaya pemeliharaan (perawatan kerusakan)
- Biaya perawatan rutin (upah pembersihan jalan, saluran disekitar jalan)
- Biaya penggantian investasi (depresiasi/penyusutan)
- Biaya lain-lain yang menjadi beban dalam pelayanan

Apabila tarif pelayanan dirancang untuk memulihkan biaya O dan P dan


biaya pengembalian investasi, maka dari biaya-biaya tersebut ditambahkan
beban biaya depresiasi (biaya penyusutan alat dan bangunan). Biaya
depresiasi adalah alokasi sejumlah dana yang dicadangkan untuk penggantian
prasarana yang dikelola pada saat umur ekonomisnya habis karena
pengoperasian. Biaya depresiasi dapat dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus, yaitu dengan cara membagi nilai perolehan asset (prasarana dan
sarana) dengan perkiraan umur teknis.
Apabila tarif pelayanan dirancang untuk menggalang dana yang akan
digunakan untuk pengembangan pelayanan, maka beban biaya yang
diperhitungkan selain biaya O dan P dan depresiasi, juga harus dialokasikan
beban biaya cadangan pengembangan, yang besarnya dapat disepakati
melalui rembug warga. Biasanya biaya cadangan pengembangan ditentukan
sebesar persentase tertentu dari keuntungan.
8) Mekanisme Penetapan Tarif
Penetapan tarif dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
a.

b.
c.

d.

e.

Tim pengelola yang telah dibentuk menyusun draft penetapan tarif yang
dihitung berdasarkan perkiraan biaya yang akan dibebankan, yaitu biaya
operasi dan pemeliharaan, biaya penggantian investasi (depresiasi/
penyusutan) dan lain-lain.
Tim pengelola yang diprakarsai ketua tim mengumpulkan semua anggota tim
pengelola dan semua warga pemanfaat.
Lalu dijelaskan perlunya pembiayaan untuk operasi dan pemeliharaan
prasarana yang dikelola, dijelaskan untung ruginya bila dikelola dengan
biaya yang memadai dan bila dikelola dengan biaya yang tidak memadai.
Anggota pemanfaat/warga pemanfaat diminta pendapatnya dan masukannya
terkait dengan perhitungan perkitraan biaya (dan perkiraan penggunaan air
oleh pemanfat dalam satu bulan, untuk komponen air bersih) yang telah
disusun oleh pengurus.
Kemudian semua peserta yang hadir diajak menghitung bersama besaran tarif
berdasarkan rumusan yang digunakan dan diminta kesepakatannya.
Kesepakatan penetuan tarif ini harus dituangkan dalam berita acara.

Mekanisme penetapan tarif secara lebih jelas dapat dilihat dalam Tata Cara
Penetapan Tarif Retribusi pada Lampiran 1.
9) Struktur Tarif Progresif
Penerapan struktur tarif yang bersifat progresif bertujuan untuk menghindari
terjadinya pengoperasian sumber daya yang berlebihan. Dengan menerapkan
struktur tarif progresif maka konsumen cenderung akan mempertimbangkan
penggunaan sumber daya yang berlebihan, karena konsumen akan berfikir apabila
tidak mengendalikan pemakaian sumber daya berarti akan membayar pada
tingkat tarif yang lebih tinggi.

Penerapan struktur tarif progresif cocok diterapkan untuk komponen pelayanan


prasarana yang tarifnya ditetapkan dalam rupiah per volume yang dikonsumsi,
misalnya komponen air bersih. Dengan tarif progresif akan diperoleh keuntungan
sebagai berikut:
a.
b.

c.

Akan menjadi alat kendali bagi konsumen agar tidak terjadi pengoperasian
sumberdaya yang berlebihan.
Akan terjadi pemupukan keuntungan pengelola, karena akan diperoleh
penerimaan tarif yang melebihi kebutuhan biaya pengelolaan terutama
berasal dari konsumen yang mengkonsumsi melebihi batas jumlah tertentu.
Akan terwujud prinsip keadilan, dimana yang banyak menggunakan
pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih tinggi dan sebaliknya yang
sedikit menggunakan jasa pelayanan akan membayar dalam tarif yang lebih
rendah.
Contoh Struktur Tarif Progresif untuk Air Bersih:
No

Pemakaian Air Per Bulan


(M3)

Satuan

Besarnya
Tarif

0 10

Rp./M3

11 20

Rp./M3

1,5 A

21 30

Rp./M3

2A

30 40

Rp./M3

2,5 A

41 ke atas

Rp./M3

3A

10) Peninjauan Tarif Secara Berkala


Minimal setiap 2 (dua) tahun sekali perlu dilakukan peninjauan kembali tingkat
tarif yang berlaku, yaitu bertujuan untuk mengakomodir adanya kenaikan biayabiaya pengelolaan sebagai akibat dari adanya kenaikan inflasi. Peninjauan
kembali terhadap tarif ini harus dilakukan melalui rembug warga (anggota
penerima manfaat) dengan mekanisme yang sama seperti ketika penentuan tarif
awal, yaitu dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menghitung kembali kebutuhan biaya operasi dan pemeliharaan sesuai
dengan harga-harga yang paling terakhir, termasuk penyesuaian upah (gaji)
pengelola maupun tenaga kerja lainnya.
b. Untuk komponen air bersih, perlu pemutahiran volume air terjual rata-rata
bulanan berdasarkan data realisasi beberapa bulan sebelumnya.
c. Untuk komponen persampahan dan MCK, perlu pemutakhiran jumlah
pelanggan sesuai dengan data terakhir.
d. Menghitung tarif dasar berdasarkan data pengeluaran (biaya) yang up to
date, dan menyusun struktur tarif sesuai dengan yang ditetapkan bersama
dalam rembug warga.
e. Menetapkan pemberlakuan tarif.

B. Perhitungan Anggaran Pendapatan


Berdasarkan tarif yang disepakati serta kemungkinan-kemungkinan adanya sumber
pendapatan yang lain, maka tim pengelola bersama dengan warga pemanfaat menyusun
rencana anggaran pendapatan, baik pendapatan usaha maupun di luar usaha. Untuk
mempermudah dalam menyusun rencana anggaran pendapatan, apabila beberapa prasarana
cost recovery dikelola oleh satu lembaga pengelola, maka perlu dikelompokkan ke dalam
beberapa sumber pendapatan sebagai berikut:
(1) Pendapatan Usaha
a.

b.
c.

Pendapatan Pelayanan Air Bersih:


- Pendapatan Penjualan Air
- Pendapatan dari biaya penyambungan baru
Pendapatan Pelayanan Persampahan
Pendapatan Pelayanan MCK

(2) Pendapatan diluar usaha


a.
b.
c.

Pendapatan bunga
Pendapatan hasil penjualan asset
Pendapatan lain-lain yang sah

Untuk menjamin transparansi dalam mengelola pendapatan, maka:


a.
b.
c.

Penerimaan pendapatan tersebut harus dicatat dan dibukukan secara tertib sesuai
dengan tanggal terjadinya transaksi.
Setiap transaksi harus dibuat bukti penerimaan.
Setiap akhir bulan harus direkap dan dilaporkan kepada anggota penerima manfaat,
baik itu melalui media papan informasi maupun melalui forum pertemuan anggota
penerima manfaat.

C. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya


Dalam menyusun rencana anggaran biaya perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
(1) Dana yang berhasil dihimpun melalui pungutan tarif pelayanan, maka harus digunakan
sesuai dengan tujuan pengenaan tarif, yaitu :
- Prioritas pertama adalah untuk membiayai operasi dan pemeliharaan prasarana yang
mendatangkan pendapatan (cost recovery),
- Prioritas kedua adalah untuk membiayai penggantian investasi,
- Prioritas ketiga adalah untuk membiayai investasi pengembangan (bila diperlukan)
atau untuk membiayai kebutuhan operasi dan pemeliharaan komponen lain yang
menjadi tanggung jawab masyarakat setempat, misalnya pemeliharaan jalan dan
jembatan, saluran drainase dan lain-lain.
(2) Setiap pengeluaran yang dilakukan oleh pengelola harus dicatat dan dibukukan pada saat
terjadinya transaksi.
(3) Untuk memudahkan dalam mengendalikan biaya, maka dalam pencatatan pengeluaran
secara sederhana perlu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu:

a.

Biaya operasi dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi beban
organisasi pengelola dalam rangka menjalankan tugas dan fungsi. Biaya operasi dan
pemeliharaan ini dikelompokkan menjadi :
1. Biaya administrasi dan umum
2. Biaya gaji pegawai dan upah tenaga kerja
3. Biaya bahan (misal: bahan kimia untuk pengolahan air)
4. Biaya listrik (diesel)
5. Biaya pemeliharaan
6. Dan lain-lain

b.

Biaya non operasional dan pemeliharaan, mencakup seluruh biaya yang menjadi
beban organisasi pengelola dalam rangka menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi,
misal: biaya asuransi.

D. Pencatatan Transaksi dan Pertanggungjawaban Keuangan


(1) Prinsip Pencatatan/Pembukuan
Secara sederhana pembukuan dapat diartikan sebagai pencatatan transaksi keuangan
secara kronologis dan sistematis. Tujuan pencatatan adalah agar tersedia informasi
pemasukan dan pengeluaran dana oleh pengelola yang transparan dan akuntabel (dapat
dipertanggung-jawabkan).
Pencatatan dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip sebagai berikut:
a.
b.
c.
d.

Kronologis (menurut urutan waktu)


Sistematis (menurut cara-cara tertentu)
Informatif (dapat dimengerti / difahami/logis)
Auditable (dapat diperiksa atau di audit)

(2) Pelaporan
Beberapa laporan terkait dengan pengelolaan keuangan yang harus disediakan oleh tim
pengelola adalah sebagai berikut:
a. Laporan Pendapatan, merupakan buku bantu yang digunakan untuk mencatat
pemasukan dana dari pelanggan (penerima manfaat) sebagai penerimaan atas tarif
yang dikenakan bagi pengguna jasa pelayanan. Apabila pengelola sekaligus
menangani beberapa sumber pendapatan (prasarana cost recovery), maka perlu
dipisah-pisahkan antara pendapatan dari pelayanan prasarana yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini akan membantu dalam melakukan kontrol/pengendalian dan
menyusun rekapitulasi bulanan, yang pada gilirannya akan dimasukkan dalam laporan
keuangan bulanan.
b. Buku Bank, Apabila pengelolaan prasarana telah berkembang, maka diwajibkan
membuka rekening bank, terkait dengan penyimpanan dana yang lebih aman
dibanding dengan penyimpanan secara tunai dalam jumlah yang besar. Dengan
demikian diperlukan buku bank yang digunakan untuk mencatat transaksi penyetoran
dana ke rekening bank, penarikan dana tunai dari rekening bank dan saldo di bank.

c. Buku Kas, Digunakan untuk mencatat penerimaan uang di Kas (dapat berasal dari
penarikan uang tunai dari bank atau sumbangan tunai lain) serta pengeluaran untuk
biaya operasional, belanja material dan upah tenaga kerja dan saldo kas. Setiap
pemasukan dan pengeluaran uang kas harus ada bukti penerimaan atau pengeluaran
kas dan diberi penomoran. Pelaporan dalam kelompok ini secara bulanan.
d. Buku Biaya Administrasi dan Umum, merupakan buku bantu untuk mencatat segala
transaksi yang terkait dengan pengeluaran dana untuk keperluan administrasi dan
umum, diantaranya pengeluaran biaya pegawai (gaji pengelola), biaya kantor (ATK),
biaya hubungan pelanggan, biaya penelitian dan pengembangan, biaya keuangan
(bunga), biaya pemeliharaan prasarana kantor, biaya penyusutan prasarana kantor dan
rupa-rupa biaya umum lainnya. Dalam pencatatan belanja ini setiap akhir bulan harus
dilakukan penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran
untuk kelompok ini secara bulanan.
e. Buku Biaya Operasi dan Pemeliharaan Prasarana, merupakan buku bantu yang
digunakan untuk mencatat segala transaksi yang terkait degan pengeluaran biaya
operasi dan pemeliharaan prasarana utama yang dikelola (air bersih, persampahan,
MCK, dll). Dalam pencatatan belanja ini setiap akhir bulan harus dilakukan
penutupan buku, sehingga dapat diketahui seberapa besar pengeluaran untuk
kelompok ini secara bulanan.
f. Laporan Keuangan, merupakan laporan rekapitulasi kegiatan keuangan bulanan,
yang mencatat saldo awal kas dan di bank, mencatat pemasukan dana, pengeluaranpengeluaran dana dan mencatat saldo akhir kas dan di bank. Laporan keuangan ini
harus dibuat setiap akhir bulan dan diumumkan kepada penerima manfaat, baik itu
melalui media papan informasi maupun melalui forum-forum pertemuan warga.
1) Laporan Neraca, merupakan laporan yang menggambarkan posisi asset yang
dikelola, baik itu yang berupa aktiva lancar, aktiva tetap, hutang dan modal.
Laporan neraca dibuat secara periodik bulanan dan disampaikan kepada para
pemanfaat (pelanggan pengguna pelayanan) baik melalui media papan informasi
maupun melalui forum-forum pertemuan warga, sehingga tetap terjadi
transparansi dalam pengelolaan asset.
2) Laporan penunjang lainnya yang diperlukan, misalnya laporan rencana dan
realisasi pendapatan, laporan rencana dan realisasi pengeluaran.

(3) Pertanggungjawaban
Untuk menjamin transparansi atas pengelolaan dana (penerimaan dan pengeluaran),
maka setiap bulan harus dilaporkan kepada para pemanfaat (konsumen) dan masyarakat
sekitar melalui media papan informasi maupun forum-forum pertemuan warga, sebagai
bentuk pertanggungjawaban.

4.3. Ukuran Keberhasilan Pengelolaan O dan P


Prestasi kegiatan operasi dan pemeliharaan dari aspek keuangan dapat dilihat dari:
(1) Jumlah pendapatan yang dihasilkan (retribusi atau sumbangan/iuran), dibandingkan total
jumlah pengeluaran untuk operasi dan pemeliharaan,
(2) Jumlah pendapatan yang dihasilkan, dibandingkan total jumlah pengeluaran untuk
operasi dan pemeliharaan ditambah dana cadangan untuk penyusutan prasarana dan
sarana,
(3) Jumlah biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan tersebut dibandingkan
total jumlah pendapatan yang dihasilkan.

LAMPIRAN

LAMPIRAN - 1

Tata Cara
Penetapan Tarif Retribusi/Iuran
Tarif retribusi/iuran pelayanan dikenakan bagi pengguna prasarana-sarana desa. Penerimaan
dari tarif/iuran ini akan dijadikan sebagai sumber utama dalam membiayai pengelolaan O dan
P yang bersangkutan termasuk sebagai pengumpulan dana penggantian investasi
(penyusutan/depresiasi).
Adapun mekanisme penetapan tarif/iuran pelayanan prasarana adalah sebagai berikut:

1. Persiapan
Dengan difasilitasi oleh fasilitator pendamping, lembaga pengelola O dan P yang telah
dibentuk menyelenggarakan proses penentuan tarif retribusi dengan terlebih dahulu
menyusun rancangan perhitungan tarif prasarana yang akan dikenakan tarif retribusi/iuran
sebagai bahan dalam melaksanakan rembug warga, yang antara lain mencakup :
a.
b.
c.
d.

Prasarana/pelayanan yang akan dikenakan tarif retribusi/iuran


Tujuan pengenaan tarif retribusi/iuran
Perhitungan kebutuhan biaya yang akan dibebankan dalam perhitungan tarif.
Jumlah penerima manfaat dan (untuk air bersih perhitungan perkiraan jumlah air
terjual).
e. Besarnya tarif dasar
f. Rencana penerapan tarif progresif (bila diperlukan)
g. Rencana peninjauan kembali

2. Pelaksanaan Rembug Warga


Lembaga pengelola O dan P mengundang seluruh warga masyarakat pemanfaat prasarana
dan sarana terkait untuk mengadakan rembug warga dalam rangka penetapan tarif,
dimana dalam rembug tersebut perlu diundang pula unsur LKM/BKM, PP, aparat
pemerintah desa dan perwakilan pengguna prasarana atau tokoh masyarakat. Beberapa
hal yang disampaikan dalam rembug warga:
a. Penjelasan umum oleh ketua lembaga pengelola O dan P kepada masyarakat
pengguna prasarana dan sarana perihal pentingnya penetapan tarif terhadap
penggunaan prasarana dan sarana yang akan dikelola.
b. Setelah penjelasan umum, maka dilanjutkan dengan penjelasan terkait dengan
rancangan penetapan tarif yang telah dibuat, antara lain mencakup :
1) Perhitungan kebutuhan biaya yang akan dibebankan dalam perhitungan tarif.
2) Jumlah penerima manfaat dan (untuk air bersih perhitungan perkiraan jumlah air
terjual).
3) Besarnya tarif dasar

4) Rencana penerapan tarif progresif (bila diperlukan)


5) Rencana peninjauan kembali
c. Tahapan selanjutnya adalah mengajak seluruh anggota pemanfaat yang hadir dalam
pertemuan tersebut untuk menghitung bersama besaran tarif berdasarkan rumusan
yang digunakan dan diminta kesepakatannya. Kesepakatan tarif dapat diambil dengan
cara musyawarah, dan apabila secara musyawarah tidak dapat diambil mufakat maka
pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara pengambilan suara terbanyak
(aklamasi) melalui voting, dimana setiap anggota masyarakat pemanfaat berhak
memberikan satu suara dalam setiap keputusan yang diambil. Dalam rembug warga
ini diharapkan dapat disepakati tentang:
1) Besarnya tarif dasar yang akan diberlakukan
2) Penerapan tarif progresif (bila diperlukan)
3) Periode waktu peninjauan kembali tarif yang ditetapkan.
d. Setelah ada kesepakatan terkait dengan hal-hal tersebut, maka tahap berikutnya adalah
penyusunan Berita Acara Penetapan Tarif Retribusi/Iuran Pelayanan yang
ditandatangani oleh Ketua Pengelola O dan P, BKM/TPK, wakil dari masyarakat
pengguna dan disaksikan oleh aparat pemerintah desa dan fasilitator pendamping.
Sebagai bentuk dukungan dari seluruh peserta rembug warga dalam keputusan
tersebut, daftar hadir dilampirkan dalam berita acara.

3. Pengesahan
Untuk memperkuat penerapannya, tarif retribusi/iuran yang telah disepakati tersebut perlu
ditetapkan dalam sebuah Keputusan Ketua Pengelola O dan P Prasarana dan disetujui
oleh BKM/TPK serta Kepala Desa/Lurah.

Catatan: Dalam kasus dimana lembaga Pengelola O dan P berada dibawah


Pemerintah Desa atau prasarana merupakan asset Pemerintah Desa, maka tarif
retribusi ditetapkan melalui Peraturan Desa (Perdes)

LAMPIRAN - 2

PENERIMAAN TARIF
KOMPONEN PELAYANAN : AIR BERSIH
BULAN : ___________________________________

No

Nama Pelanggan

TOTAL

Volume
Pemakaian
Air (M3)

Jumlah Uang
Yang Dibayar
(Rupiah)

(.1..)

Keterangan

LAMPIRAN - 3

PENERIMAAN PENYAMBUNGAN BARU


KOMPONEN PELAYANAN : AIR BERSIH
BULAN : ___________________________________
No

Nama Pelanggan

TOTAL

Jumlah Uang
Dibayar (Rupiah)

(.2.)

Keterangan

LAMPIRAN - 4

PENERIMAAN TARIF
KOMPONEN PELAYANAN : PERSAMPAHAN
BULAN : ___________________________________
No

Nama Pelanggan

TOTAL

Jumlah Uang
Dibayar (Rupiah)

(.3.)

Keterangan

LAMPIRAN - 5

PENERIMAAN TARIF
KOMPONEN PELAYANAN : MCK
BULAN : ___________________________________
No

Nama Pelanggan

TOTAL

Jumlah Uang
Dibayar (Rupiah)

(.4.)

Keterangan

LAMPIRAN - 6

Buku Bank

Nama Lembaga Pengelola

: _____________________

Alamat

: _____________________

Jenis Kegiatan

: _____________________

Tanggal

Uraian

No.Bukti

Masuk (Rp)

Keluar (Rp.

Saldo (Rp)

Saldo Awal

(5a)

(5b)

LAMPIRAN - 7

Buku Kas

Nama Lembaga Pengelola

: _____________________

Alamat

: _____________________

Status / Bulan Laporan

: _____________________

Tangga
l
1

Uraian

No.Bukti

Saldo Awal

Saldo Akhir Bulan

Masuk
(Rp)
4

Keluar
(Rp)
5

Saldo
6
(...6a...)

(...6b...)

LAMPIRAN - 8

Buku Administrasi dan Umum

Nama Lembaga Pengelola

: _____________________

Alamat

: _____________________

Status / Bulan Laporan

: _____________________

Tanggal
1

Nama Toko/
Penerima Dana
2

No Bukti
3

Uraian transaksi,
Jumlah Unit dan Harga
4

Total Akhir Bulan

Total
Pembayaran
5

(7)

LAMPIRAN - 9

Buku BOP AIR BERSIH

Nama Lembaga Pengelola

: _____________________

Alamat

: _____________________

Status / Bulan Laporan

: _____________________

Tanggal
1

Nama Toko/
Penerima Dana
2

No Bukti
3

Uraian transaksi,
Jumlah Unit dan Harga
4

Total Akhir Bulan

Total
Pembayaran
5

(8)

LAMPIRAN - 10

Buku BOP PERSAMPAHAN


Nama Lembaga Pengelola

: _____________________

Alamat

: _____________________

Status/Bulan Laporan

: _____________________

Tanggal
1

Nama Toko/
Penerima Dana
2

No Bukti
3

Uraian transaksi,
Jumlah Unit dan Harga
4

Total Akhir Bulan

Total
Pembayaran
5

(9)

LAMPIRAN 11

Buku BOP SANITASI / MCK

Nama Lembaga Pengelola

: _____________________

Alamat

: _____________________

Status/Bulan Laporan

: _____________________

Tanggal

Nama Toko/
Penerima Dana

No Bukti

Uraian transaksi,
Jumlah Unit dan
Harga
4

Total Akhir Bulan

Total
Pembayaran
5

(10)

LAMPIRAN - 12

LAPORAN LABA (RUGI)


Nama Lembaga Pengelola : _____________________
Alamat
: _____________________
Status/Bulan Laporan
: _____________________
==========================================================================
1. PENDAPATAN:
1.1

Pendapatan Operasional
a. Pendapatan Air Bersih
:
- Pendapatan Penjualan Air
- Pendapatan Penyambungan Baru
b. Pendapatan Persampahan
c. Pendapatan Sanitasi/MCK
Jumlah Pendapatan Operasional

: Rp.___(...1...)___________
: Rp. __ (...2...)__________
: Rp.___(...3...)___________
: Rp.___(...4..)___________
: Rp. ..............(A).......................

1.2. Pendapatan Non Operasional


a. Pendapatn Bunga
b. Pendapatan lain-lain
Jumlah Pendapatan Non Operasional

: Rp. ...................................
: Rp. ..................................
: Rp. .............(B)........................

TOTAL PENDAPATAN
:Rp.______________________
2. PENGELUARAN :
2.1. Biaya Operasional
a. Administrasi dan Umum
b. BOP Prasarana Air Bersih
c. BOP Prasarana Persampahan
d. BOP Prasarana Sanitasi/MCK
Jumlah Biaya Operasional

: Rp_____(...7..)__________
: Rp_____(...8..)__________
: Rp_____(...9..)__________
: Rp_____(...10..)__________
: Rp. ____(C)______________

23.2.
Biaya Non Operasional
a. Biaya depresiasi
b. Biaya lain-lain
Jumlah Biaya Non Operasional

: Rp. ..
: Rp. ..
: Rp. ____(D)_____________

TOTAL PENGELUARAN

:Rp.____________________

3. LABA (RUGI)

: Rp. __________________

LAMPIRAN - 13

LAPORAN KEUANGAN ALIRAN KAS (CASH FLOW)


Nama Lembaga Pengelola
: _____________________
Alamat
: _____________________
Status/Bulan Laporan
: _____________________
===================================================================
1.

SALDO AWAL
a. Bank
b. Kas
c. Jumlah Saldo Awal

:Rp._____(5a)____________
:Rp. _____(6a)____________
:Rp. ____________________

2. PENERIMAAN:
2.1 Penerimaan Operasional
2.2. Penerimaan Non Operasional

:Rp._____(A)____________
:Rp._____(B)____________

TOTAL PENERIMAAN
:Rp.______________________
3. PENGELUARAN :
3.1. Pengeluaran Operasional
3.2. Pengeluaran Non Operasional

:Rp.______(C)___________
:Rp.______(D)___________

TOTAL PENNGELUARAN
:Rp.____________________
4. SALDO AKHIR
a. Bank
b. Kas
c. Jumlah Saldo Akhir

:Rp._____(5b)____________
:Rp. _____(6b)____________
:Rp. ____________________

====================================================================
Catatan : Jumlah Saldo Awal + Jumlah Penerimaan Harus Sama Dengan Jumlah Pengeluaran +
Jumlah Saldo AKhir

LAMPIRAN 14

FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN - PERKERASAN


Kab :
Kec :
DESA :

NO

Tgl. Survei :
Dusun/Dukuh/RW :

Surveyor

NAMA JALAN
(atau Ruas Jalan)

TI PE
PERKERASAN

KEKASARAN

LUBANG
JUMLAH
LUAS

Keterangan:
TIPE PERKERASAN:
A=
Aspal
M=
Makadam
B=
Beton
P=
Paving
T=
Telasah
S=
Sirtu
TN =
Tanah
LUBANG :
Jumlah buah dan Luas m2
TAMBALAN :
Jumlah buah dan Luas m2

KONDI SI PERKERASAN JALAN


TAMBALAN
JUMLAH
LUAS
TI PE
6

RETAK
PANJANG
7

LEBAR

ALUR
PANJANG
DALAM
8

KEKASARAN:
G = Kegemukan (fatty) - permukaan perkerasan baik/licin
R = Pelepasan Butir (ravelling) - banyak batu/paving lepas bahan pengikat aspal/semen/beton tidak mengikat batu/kerikil/paving
K = Kekurusan (hungry) -permukaan jalan hancur, hampir sebagian besar bahan pengikat aspal/semen/beton hilang.
P = Pengelupasan (disintegration) - pelepasan permukaan jalan secara lempengan/bongkah

RETAK :
P = Memanjang
L = Melintang
A = Acak
B = Buaya
Panjang . m ; dan Lebar ..m

ALUR :
Panjang ..m , dan Dalam . M

AMBLAS:
Jumlah ..m , dan Dalam . M

AMBLAS
JUMLAH
DALAM
9

LAMPIRAN - 15

FORMULIR SURVEI KONDISI JALAN - DRAINASE DAN BAHU JALAN


Kab :
Kec :
DESA :

Tgl. Survei :
Dusun/Dukuh/RW :

Surveyor

SEBELAH KI RI
No

NAMA JALAN

SEBELAH KI RI

DRAI NASE

DRAI NASE

(atau Ruas Jalan)

SELOKAN

BAK

TROTOAR

SAMPI NG
3

KONTROL
4

(PJLN KAKI )
5

Keterangan:
SALURAN DRAINASE:
- Ada (A) / Tidak Ada (TA)
- Tersumbat (T) / Tidak Tersumbat (TS)
- Teratur (TR) / Tidak Teratur (TTR)
- Mamadai (M) / Tidak Memadai (TM)
BAK KONTROL :
- Ada (A) / Tidak Ada (TA)
- Tersumbat (T) / Tidak Tersumbat (TS)

BAHU
6

KEREB

SELOKAN

BAK

TROTOAR

BAHU

KEREB

SAMPI NG
8

KONTROL
9

(PJLN KAKI )
10

11

12

TROTOAR/ PEJALAN KAKI:


- Ada (A) / Tidak Ada (TA)
- Rata (RT) / Tidak Rata (TRT)
BAHU :
- Terlalu Tinggi (TT) / Terlalau Rendah (TR)
- Miring (M) / Tidak Rata (TRT)
- Diperkeras (D) / Tidak Diperkeras (TD)

KEREB :
- Ada (A) / Tidak Ada (TA)
- Rusak (R) / Baik (B)

LAMPIRAN - 16

FORMULIR SURVEI KONDISI - JEMBATAN


Kab :
Kec :
DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW :
Nama Jalan :
Nama Jembatan :

Tgl. Survei :
Surveyor :

DATA UMUM :
Bentang (m) :
Kelas Pembebanan :
Kelas Jalan :
Tahun Pembuatan :
LHR / Lalu Lintas Harian Rata2 :
BANGUNAN ATAS :
Tipe Bangunan Atas :
Jenis Lantai :

Lebar :

Jenis Kerusakan
1 Struktur Bangunan Atas :

2 Lantai :

3 Kondisi :

Sketsa :

( ....) Rusak ringan

( ....) Rusak

( ....) Rusak berat

( ....) Hancur/Putus

Kab :
Kec :
DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW :
Nama Jalan :
Nama Jembatan :

Tgl. Survei :
Surveyor :

DATA BANGUNAN BAWAH DAN BANGUNAN PENGAMAN


ABUTMEN

PONDASI

Bahan :

Bahan :

Panjang/ Tinggi :

Panjang/ Tinggi :

Kondisi :

Kondisi :

Jenis :

PONDASI

Jenis :

Bahan :

Bahan :

Dimensi :

Dimensi :

Kondisi:

Kondisi:

Kerusakan :

Bangunan Pengaman :

Skesa :

PILAR

Kerusakan :

Kab :
Kec :
DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW :
Nama Jalan :
Nama Jembatan :

Tgl. Survei :
Surveyor :

DATA - SUNGAI
Lebar Sungai :

Arah sungai :

Muka air rendah terhadap muka jbt.lama :

Sifat tebing sungai :

Muka air normal terhadap muka jbt.lama :

Sifat aliran sungai :

Muka air banjir terhadap muka jbt.lama :

Sedimentasi material :

Sudut antara arah


aliran & jembatan :

Benda hanyutan :

Bangunan Pengendali Sungai:


Sketsa denah sungai dgn dilengkapi
data-data pada jembatan lama:

LAMPIRAN - 17

FORMULIR SURVEI KONDISI - PRASARANA


Kab :
Kec :
DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW :
Nama Jalan :
Nama Prasarana/Bangunan :

Tgl. Survei :
Surveyor :

DATA UMUM :
a.
b.
c.
d.

BANGUNAN ATAS :
Tipe Bangunan :

Jenis Kerusakan
1.

2.

3.

Sketsa :

Kondisi :

( ....) Rusak ringan

( ....) Rusak

( ....) Rusak berat

( ....) Hancur/Putus

Kab :
Kec :
DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW :
Nama Jalan :
Nama Prasarana/Bangunan :

Tgl. Survei :
Surveyor :

DATA BANGUNAN BAWAH DAN BANGUNAN PENGAMAN


Bahan :

Bahan :

Panjang/ Tinggi :

Panjang/ Tinggi :

Kondisi :

Kondisi :

Jenis :

Jenis :

Bahan :

Bahan :

Dimensi :

Dimensi :

Kondisi:

Kondisi:

Kerusakan :

Bangunan Pengaman :

Skesa :

Kerusakan :

Kab :
Kec :
DESA :

Lokasi/Dusun/Dukuh/RW :
Nama Jalan :
Nama Prasarana/Bangunan :

DATA LOKASI ( KONDISI, TOPOGRAFI, GEOLOGI - LOKASI)


1

10

Sketsa denah lokasi prasarana/bangunan :

Tgl. Survei :
Surveyor :

Anda mungkin juga menyukai