Pengertian Usaha Tani
Pengertian Usaha Tani
Perorangan
Faktor produksi dimiliki atau dikuasai oleh seseorang, maka hasilnya juga akan
ditentukan oleh seseorang
Kooperatif
Faktor produksi dimiliki secara bersama, maka hasilnya digunakan dibagi
berdasar kontribusi dari pencurahan faktor yang lain.
Kondisi lahan
Musim/iklim setempat
Pengairan
Kemiringan lahan
Kedalaman lahan
ditinggalkan karena paksaan menjadi kuli kontrak. Tidak hanya itu, demi menutupi
kejahatannya, perusahaan swasta pun diikutsertakan sebagai dalih untuk meningkatkan
daya beli penduduk pribumi. Maka tidaklah mengherankan, bahwa perusahaan
perkebunan ini memperoleh keuntungan yang luar biasa besarnya. Petani-petani
Indonesia hanyalah buruh dengan upah yang sangat rendah. Hal berlangsung terus hingga
zaman penjajahan berakhir.
Setelah Indonesia merdeka, maka kebijakan pemerintah terhadap pertanian tidak
banyak mengalami perubahan. Petani penggarap atau petani bagi hasil tidak dengan
mudah menentukan tanaman yang akan ditanam dan budidaya terhadap tanamannya pun
tak berkembang. Hingga pada tahun 1970-an pemerintah Indonesia meluncurkan suatu
program pembangunan pertanian yang dikenal secara luas dengan program Revolusi
Hijau. Tujuan utama dari program tersebut adalah meningkatkan produktivitas sektor
pertanian. Dampak dari revolusi hijau ini sangatlah berpengaruh terhadap petani karena
diterapkan kurang lebih 20 tahun. Perubahan sikap petani sangat berpengaruh terhadap
kenaikan produktivitas sub sektor pangan sehingga Indonesia mampu mencapai
swasembada pangan.
Meski swasembada pangan merupakan pencapaian yang baik di Indonesia, namun
menimbulkan banyak dampak negatif bagi lingkungan yang hingga saat ini masih kurang
dalam penanganannya. Hal ini dapat disebabkan oleh prinsip revolusi hijau yang telah
tertanam di benak petani yang mengaruskan penggunaan varietas unggul, pemberian
pupuk anorganik dan pemberian pestisida yang tidak sesuai dosis. Tak hanya itu,
pengolahan yang berhubungan dengan lingkungan pun kerap dilupakan oleh petani
dikarenakan hanya berfokus pada hasil produksi saja.
Pada tahun 1998 usahatani di Indonesia mengalami keterpurukan karena adanya
krisis multi-dimensi. Pada waktu itu telah terjadi perubahan yang mendadak bahkan
kacau balau dalam pertanian kita. Subsidi pertanian juga dicabut dan tarif impor komoditi
khususnya pangan dipatok maksimum 5%. Infrastruktur pertanian pedesaan khususnya
irigasi banyak yang rusak karena biaya pemeliharaan tidak ada. Tidak hanya itu, akibat
kerusuhan, jaringan distribusi bahan pangan dan sarana produksi pertanian lumpuh.
Kredit untuk petani ditiadakan, harga pupuk melambung dikarenakan pencabutan subsidi.
Perubahan mendadak waktu itu, tidak memberi waktu bagi para petani untuk
masyarakat
yang
mampu
mengembangkan
kebersamaan
dalam
masyarakat untuk dapat mengatasi masalah yang terjadi, merencanakan dan melakukan
tindakan bersama dalam mengatasi atau mengubah masalah-masalah yang sering terjadi
dalam pertanian di desa tersebut. Pengorganisasian tersebut tidak hanya bersifat jangka
pendek tetapi dalam jangka panjang dan berkelanjutan (Budiharga dkk, 2007).
Joglo tani menjadi wadah bagi setiap pemangku kepentingan dalam pertanian
untuk berdiskusi, belajar bersama, berlatih bersama mengenai pertanian, dan segala
sesuatu yang terkait dengan pertanian. Joglo tani dalam kesehariannya mempunyai tujuan
yang sama yaitu menjaga kesehatan lingkungan dalam mewujudkan pertanian yang
berteknologi. Joglo tani berdiri secara konseptual yang digagas oleh sang penggagas
joglo tani adalah pembelajaran secara terpusat untuk mendidik dan membina secara
terstruktur dan berkelanjutan yang berasal dari, dikelola, dan untuk petani. Dalam
pengembangan usaha taninya, joglo tani mempunyai berbagai pihak pendukung yang
dapat mendukung perkembangannya. Pihak tersebut adalah PPL, media massa, dan pasar
tradisional sebagai pelaku bisnis bidang pertanian. Peaku bisnis yang berperan dalam
pertanian organic tersebut adalah pihak pemasar produk organic yaitu pasar tradisionall,
koperasi tamu, dan tokoh saprodi. Lembaga pendukung lain yang sangat mendukung
joglo tani adalah media massa. Media massa yang digunakan adalah radio komunitas.
Akan tetapi, radio tersebut belum dapat digunakan dalam menyebarkan informasi
mengenai pertanian organic khususnya dalam menyebarkan informasi mengenai
pertanian organic.
DAFTAR PUSTAKA
Budiharga, dkk. 2007. Menguatkan Organisasi Masyarakat Sipil. Remdec Swaprakarsa:
Jakarta.
Dias, Totok Mardikanto, dan Erlyna Wida R. 2011. Peran Lembaga Joglo Tani dalam
Pengembangan Usahatani Padi Organik. Program Studi Agribisnis Fakultas
Pertanian Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Isaskar, Riyanti. 2012. Modul Pengantar Usaha Tani: Pendahuluan. Program Studi
Agribisnis FP UB: Malang.
Saragih, Juli Panglima. 2003. Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam
Otonomi. Cetakan Pertama. Penerbit Ghalia Indonesia: Jakarta.
Susanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius: Yogyakarta.