Anda di halaman 1dari 24

FAKTOR YANG MENGUBAH SEORANG

MENJADI WIRAUSAHA DAN TIPE WIRAUSAHA

Nama : Della Aprila


NIM

: 1301018

Kelas : S1-VIA

Dosen :
Erniza Pratiwi, M.Farm., Apt

Program Studi S1 Farmasi


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas rahmat dan petunjuk-Nya saya dapat menyelesaikan karya tulis berupa
makalah yang berjudul Faktor Yang Mengubah Seseorang Menjadi Wirausaha
dan Tipe Wirausaha.
Sumber dari makalah ini diambil dari buku-buku yang berhubungan
dengan

Kewirausahaan dan lainnya yang ditambah dengan informasi yang

didapat dari pencarian

(browsing) di internet dan sumber-sumber lainnya.

Diantara sumber-sumber tersebut di susunlah semua informasi dalam

satu

makalah sehingga menurut saya makalah ini sudah cukup informatif.


Dalam penulisan makalah ini pastilah ada banyak kendala yang saya
temui namun saya berhasil menghadapinya dan menyelesaikan makalah ini tepat
waktu. Akhir kata jika ada sesuatu yang tidak berkenan di hati pembaca mohon
dimaklumi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Pekanbaru, Maret 2016

Penyusun

DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................................................................................i
Daftar Isi ............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan ...................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Faktor Yang Mengubah Seseorang Menjadi Wirausaha........................3
2.2 Tipe Wirausaha......................................................................................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan............................................................................................20
3.2 Saran .....................................................................................................20
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu memerlukan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan
untuk memilih dan bebas memilih jenis pekerjaan sesuai dengan minat dan
kompetensi yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani
kebutuhan masyarakat, mendapat keuntungan untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya sendiri dan meningkatkan harga dirinya. Secara sosial, individu
yang bekerja mendapat status sosial yang lebih terhormat daripada yang
tidak bekerja dan individu yang bekerja secara psikologis harga diri dan
kompetensi dirinya akan meningkat.
Individu yang mau menciptakan pekerjaan sesuai bidang pendidikan
dan keahliannya, memiliki, mengelola, dan melembagakan usahanya sendiri
itulah yang disebut wirausaha. Faktor yang mendorong seseorang
mengambil keputusan karier berwirausaha dapat diketahui melalui penilaian
kepribadian khususnya pengalaman dan latar belakangnya. Hal ini perlu
dilakukan untuk melihat keterampilan, dan kompetensi yang dimiliki
seorang wirausahawan, pengembangan nilai-nilai kewirausahaan, dan
mendorong untuk mencetuskan ide- ide kewirausahaan.
Terdapat

banyak

tantangan

yang

harus

dihadapi

seorang

wirausahawan yang ingin sukses dalam kariernya, antara lain modal, usia
dan bakat. Tantangan yang dihadapi para wirausahawan berbeda-beda,
maka hasilnya juga bervariasi tergantung kemampuan orang tersebut
dalam memecahkan masalahnya. Banyak orang yang memandang sebelah
mata pada wirausahawan karena bagi mereka, ketika memutuskan
berwirausaha mereka memerlukan modal yang besar, tempat usaha yang
luas, usia yang lebih muda atau lebih tua, kemauan untuk bekerja keras,
tekanan emosional yang tinggi, komitmen bahkan ada yang menganggap
berwirausaha itu adalah bakat yang diturunkan faktor genetik, sehingga
terkadang menjadi hambatan terbesar seseorang untuk berwirausaha.

Kewirausahaan

Beberapa

faktor

yang

menentukan

keberhasilan

seorang

wirausahawan dalam menjalankan usahanya, sehingga subjek beralih


profesi dari pekerjaan di sektor formal ke informal sebagai wirausaha
yang akhirnya mengantarkan mereka sukses seperti sekarang. Diharapkan
selanjutnya dapat menjadi masukan bagi berbagai pihak, terutama bagi
pekerja formal yang ingin mencoba berwirausaha, karena ketika seseorang
memutuskan untuk berwirausaha dan sukses, mereka tidak hanya akan
meningkatkan kualitas hidup keluarganya, tetapi juga mengubah
paradigma kesuksesan bagi individu disekitarnya, bahwa kesuksesan
bukan nasib seseorang tetapi karena hasil kerja keras, kemauan dan
komitmen orang tersebut untuk bisa sukses. Hanya sedikit individu yang
mampu mengubah paradigma mereka tentang mencari kerja dan mencoba
menjadi wirausaha yang sukses.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja faktor-faktor yang mengubah seseorang menjadi wirausaha?
2. Apa saja tipe-tipe wirausaha?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui informasi yang lebih mendalam mengenai faktor-faktor apa saja
mengubah seseorang menjadi wirausaha.
2. Mengetahui lebih jelas mengenai tipe-tipe wirausaha

BAB II

Kewirausahaan

PEMBAHASAN
2.1

FAKTOR YANG MENGUBAH SESEORANG MENJADI WIRAUSAHA

Untuk menjadi wirausaha yang sukses, seseorang harus memiliki ide


atau visi usaha yang jelas, kemauan dan keberanian dalam menghadapi
risiko. Apabila ada kesiapan dalam menghadapi risiko, langkah selanjutnya
adalah

membuat

perencanaan

usaha,

mengorganisasikan

dan

menjalankannya. Selain bekerja keras, agar usaha tersebut berhasil,


wirausaha harus mampu mengembangkan hubungan baik dengan mitra
usaha maupun pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan. Berikut
ini adalah tahapan dalam membangun kewirausahaan yang sukses yang
(Suryana, 2009).

Gambar. Tahap pembangunan


(Suryana, 2009) mengemukakan tiga faktor penyebab keberhasilan
seorang wirausaha, antara lain:
1. Kemampuan dan kemauan.
Orang yang memiliki kemampuan tetapi tidak memiliki kemauan
dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak memiliki kemampuan,
keduanya tidak akan menjadi seorang wirausaha yang sukses. Misalnya
seseorang yang memiliki kemauan untuk membuka toko tapi tidak memiliki
kemampuan untuk mengelolanya, maka lama kelamaan tokonya akan tutup.
Begitu juga dengan orang yang memiliki kemampuan mengelola usaha
tetapi tidak memiliki kemauan untuk membuka usaha, maka selamanya

Kewirausahaan

orang tersebut tidak pernah memiliki usaha.


2. Tekad yang kuat dan kerja keras.
Orang yang tidak memiliki tekad kuat tetapi mau bekerja keras dan
orang yang tidak mau bekerja keras tetapi memiliki tekad yang kuat,
keduanya tidak akan menjadi wirausahawan yang sukses.
3. Kesempatan dan peluang
Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihnya ketika ada
kesempatan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan
seorang wirausaha.
Selain keberhasilan, seorang wirausaha juga selalu dibayangi
kegagalan dalam berwirausaha, karena kegagalan maupun

keberhasilan

wirausaha tergantung pada kemampuan yang dimiliki wirausaha tersebut


dalam memanfaatkan peluang yang ada. Terdapat beberapa persyaratan
untuk mencapai keberhasilan wirausaha (Astamoen, 2005) diantaranya:
a) Mandiri tetapi bisa bekerja sama dengan orang lain dan mampu
berinteraksi dengan prinsip:
b) Mempunyai cita-cita, impian, visi, harapan, ambisi tapi bukan ambisius,
obsesi, tantangan dianggap sebagai titik awal untuk mencapai tujuan
dalam meraih kesuksesan
c) Selain bermanfaat bagi diri sendiri dan keluarganya, tetapi juga
bermanfaat bagi orang lain dan lingkungan.
d) Berusaha semaksimal mungkin untuk menghilangkan sifat negatif ketika
memandang dan memperlakukan orang lain.
e) Selalu berpandangan dan bersikap positif terhadap orang lain.
f) Berpikir sebagai wirausaha yang sukses, karena wirausaha yang sukses
harus berpikir seperti seorang wirausaha yang sukses dan bukan berpikir
selayaknya orang yang gagal.
g) Merubah kebiasaan, sifat, dan pola pikir sebagai pribadi yang unggul.

Kewirausahaan

Sedangkan menurut (Miner, 2003) mengelompokkan faktor psikologi secara


umum yang juga mempengaruhi tendensi seseorang untuk berkesempatan
memperluas berwiraswasta, yaitu sebagai berikut :
a. Aspek Kepribadian dan Motivasi.
Kepribadian dan motivasi adalah karakteristik dasar seseorang untuk bereaksi
terhadap cara tertentu. Kepribadian dan motivasi seseorang akan sangat
mempengaruhi terghadap kesempatan berwiraswasta, karena dengan aspek tersebut
pastinya bereaksi secara berbeda dengan yang lain pada beberapa situasi. Lebih
mudahnya peneliti mengidentifikasi lima aspek kepribadian dan motivasi yag
mempengaruhi kesempatan berwiraswasta antara lain:
1) Keterbukaan.
Wiraswastawan diidentifikasikan untuk tidak tertutup pada orang lain, sering
bertatap muka langsung dengan orang lain, dan mudah menyesuaikan diri terhadap
orang lain.
2) Ramah
Keramahtamahan adalah aspek individu yang bersifat sosial, toleransi, menghargai
orang lain dalam berbagai situasi dimanapun pribadi individu berada.
3) Kebutuhan untuk berprestasi.
Seorang wiraswastawan tersebut didorong oleh kebutuhan untuk berprestasi yang
tinggi karena dengan adanya prestasi yang tinggi mendorong individu untuk lebih
tertarik untuk melakukan suatu pekerjaan yang telah dipilih.
4) Berani Mengambil resiko
Usahawan tersebut harus siap ntuk menghadapi segala resiko atas pekerjaanya.
Individu tersebut harus mempersiapkan pribadi secara fisik maupun mantal untuk
menghadapi orang lain.
5) Keinginan untuk kemandirian / ketidaktergantungan
Seseorang dengan kekuatannya berkeinginan untuk bebas mengekspresikan
kesempatan berwiraswasta karena aktivitasnya diikuti oleh suatu pribadi
kepemimpinan.
b. Penilaian Diri
Penilaian diri diperlukan untuk dapat mengontrol pribadinya baik itu dari

Kewirausahaan

dalam maupun dari luar lingkungannya. Penilaian diri ini terdiri dari beberapa aspek
sebagai berikut:
1) Pengendalian Diri
Seseorang dengan pengendalian diri adalah harus mampu mengendalikan kekuatan
jiwanya untuk dapat mengendalikan lingkungan dalam dirinya dan lebih menyukai
kekuatan dalam dirinya daripada kekuatan yang datang dari orang lain.
2) Efisiensi diri
Efisiensi diri merupakan kepercayaan pada kemampuan pribadi untuk dapat
menyelesaikan tugas. Seseorang dengan efisiensi diri tinggi lebih menyukai untuk
mengekpresikan kesempatan berwiraswastanya daripada orang yang mempunyai
efisiensi rendah.
c. Karakteristik Kognitif
Karakteristik kognitif merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang
berfikir dan membuat keputusan. Diantara karakter kognitif yang mempengaruhi
adalah sebagai berikut:
1) Kepercayaan diri yang tinggi
Sesuatu yang umumnya digambarkan sebagai optimisme atau suatu anggapan
kepercayaan dari suatu kepemimpinan dan memberikan data yang nyata
2) Bersifat Mewakili
Wiraswastawan dapat dijadikan seseorang yang mewakili untuk menyelasaikan
permasalahan atau sebagai penyusun ide-ide kreatif dan inovatif yang dapat
dijadikan pegangan bagi orang lain.
3) Intuisi
Intuisi merupakan suatu kepercayaan atau perasaan bahwa sesuatu adalah benarbenar dapat dilakukan dengan menunjukkan ketelitian usaha secara nyata. Individu
dengan intuisinya akan meningkatkan kecenderungan seseorang agar mempunyai
kesempatan mengekspresikan usaha berwiraswasta..

(Sjabadhyni, 2001) mengatakan bahwa faktor yang dapat dilihat


untuk menilai keberhasilan wirausaha adalah pengalaman dalam pekerjaan,
latar belakang pendidikan, usia, jenis kelamin, latar belakang budaya,
motivasi, penerimaan risiko, serta nilai-nilai.

Kewirausahaan

a) Pengalaman dalam Pekerjaan


Belajar dari pengalaman lebih bermanfaat dari pada belajar dari
buku, seminar atau sekolah. Pengalaman yang dimiliki harus diperhatikan
oleh wirausaha terutama pengalaman diperusahaan/ organisasi, baik dalam
pengalaman teknis, pelaksanaan, pemasaran, pengalaman manajemen,
dan

pengalama berwirausaha. Untuk memulai usaha, risikonya sangat

besar, terutama tanpa pengalaman dan pengetahuan tentang perusahaan.


Penelitian yang dilakukan menyatakan banyak wirausaha gagal
karena tidak tepat dalam menentukan harga penjualan, tidak terampil dalam
menempatkan karyawan, dan buruknya hubungan dengan supplier.
Penelitian Ronstandt mengemukakan bahwa kurangnya pengalaman
berkorelasi dengan kariernya yang singkat sebagai wirausaha.. Hal ini dapat
dijelaskan karena kurangnya sinergi antara pengalaman masa lalu dengan
usaha baru yang sedang dikerjakan.
Wirausaha dikatakan sukses apabila dapat belajar dari pengalaman,
memanfaatkan sumber lain dan peluang yang menunjang keberhasilan
usahanya.

Keterampilan

yang

diperoleh

tersebut

nantinya

dapat

meningkatkan motivasi menjalankan usaha dan memperkecil risiko yang


akan ditemui dikemudian hari (Sjabadhyni, 2001).
b) Latar Belakang Pendidikan
Pendidikan yang menunjang keberhasilan wirausaha tidak harus
diartikan pendidikan formal dibangku sekolah. Pendidikan dapat diperoleh
dimana saja dalam kehidupan sosial masyarakat (Astamoen, 2005),
diantaranya:
1) Pendidikan keterampilan dasar di rumah dengan orang tua
sebagai pendidik/guru yang pertama dan utama.
2) Pendidikan formal di bangku sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi.
3) Pendidikan non formal, seperti kursus, pelatihan, seminar,
dan lain sebagainya.
4) Pendidikan di tempat kerja atau perusahaan pada waktu magang,
praktek kerja, kerja paruh waktu, dan lain sebagainya.

Kewirausahaan

Robinett dan Ronstadt dalam Sjabadhyni (2001: 272) merasa cukup


puas dengan pendidikan formal para wirausaha yang mengantar wirausaha
menjadi sukses. Sementara itu, hasil penelitian Hoard dan Rosko dalam
Sjabadhyni (2001: 272) menggambarkan bahwa para wirausaha perlu
pendidikan tetapi tidak setinggi pendidikan para manajer yang bekerja pada
perusahaan. Pelajaran perilaku kewirausahaan menyangkut hal-hal seperti
bagaimana menghadapi situasi yang berpotensi, keterampilan pribadi,
belajar meningkatkan kemandirian, belajar masalah pengendalian, tanggap
pada masalah, menghadapi dan menyelesaikan permasalahan yang
kompleks dan berorientasi pada konsumen.
c)

Usia
Usia seseorang untuk memulai usaha sulit ditentukan karena
rentangnya

teralu jauh, ada yang sudah memulai sejak masih dalam

pendidikan atau justru setelah pensiun dari pekerjaannya. Bagaimanapun


mengenai usia ini, Bird (dalam Sjabadhyni, 2001:273) memberikan
beberapa pendapat antara lain:
a)

Pertama, dipandang dari segi energi yang dimiliki manusia, masa muda
memiliki energi yang paling tinggi, dorongan serta daya tahan fisik kuat
sehingga jika ingin menekuni bidang wirausaha, ia harus memulai pada
masa ini.

b) Kedua, wirausaha yang memulai pada usia tua tidak memiliki masa
rentang yang panajang sebagai wirausaha sebagaimana orang yang
memulai di usia muda. Mereka biasanya lebih cepat berhasil karena faktor
pengalaman yang mereka miliki.
d) Jenis Kelamin
Dipandang dari segi jenis kelamin, Sexton dan Bowman dalam
Sjabadhyni (2001: 273) menyatakan bahwa antara laki-laki dan perempuan
tidak ada perbedaannya tentang kualitas kewirausahaannya. Perbedaan yang
ada hanya pada aspek dalam pemilihan usaha, wanita lebih banyak memilih
bidang usaha eceran, pelayanan dan melakukan bisnis dirumah. Wanita lebih
berkonsentrasi pada bisnis kecil, dalam arti volume penjualan dan jumlah

Kewirausahaan

karyawan kecil. Perbedaan lainnya adalah dalam perlakuan terhadap


karyawan, wanita lebih bersifat kekeluargaan pada pekerja daripada pria.
Sedangkan laki-laki cenderung menyenangi pekerjaan yang berhubungan
dengan orang banyak atau pekerja lapangan, lebih tegas dan keras pada
karyawan.
e)

Latar Belakang Budaya


Semua wirausaha dengan latar belakang budaya dan ras yang

berbagai macam memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja dibidang


apapun yang diinginkan sesuai dengan kualitas yang dimiliki individu
tersebut (Bird dalam Sjabadhyni, 2001: 273).
f) Motivasi
Hasil kerja dipengaruhi oleh motivasi yang dimiliki orang tersebut.
Dalam wirausaha, motivasi yang terpenting adalah motif berprestasi.
Clelland dalam Sjabadhyni (2001: 273) mengemukakan bahwa motif
prestasi adalah suatu kebutuhan
kecenderungan

perilaku

secara

yang

ditampilkan

dalam

stabil mengarah pada usaha untuk

menyelesaikan tugas yang menantang dan bekerja sebaik-baiknya untuk


mencapai standar tinggi yang diharapkan.
Kebutuhan yang mendasari motif tersebut adalah keinginan untuk
belajar lebih baik dengan apa yang sudah dilakukannya pada masa lampau
atau membandingkan dengan orang lain. Clelland dalam Sjabadhyni (2001:
273) mengemukakan suatu pendapat bahwa mereka yang memiliki prestasi
tinggi biasanya lebih inovatif, keingintahuannya tinggi untuk menghasilkan
sesuatu yang lebih lebih baik. Kondisi ini menimbulkan banyak pertanyaan
bagi wirausaha mengenai prinsip ekonomi wirausaha tentang cara
mendapatkan hasil yang sama dengan sedikit kerja atau memperoleh lebih
banyak dengan kerja yang sama, sehingga akan memacu wirausaha untuk
membuat strategi yang terkadang tidak selalu berkonotasi positif.
g) Penerimaan Risiko
Sikap wirausaha yang selalu optimis dapat memacu kreativitas
dalam penyusunan strategi usaha serta menanamkan kepercayaan dari orang

Kewirausahaan

lain terhadap kompetensinya. Keyakinan yang dimiliki wirausaha


disebabkan faktor pengendalian internal, bukan faktor dari luar seperti nasib
atau kebetulan pekerjaan yang menyangkut masalah kewirausahaan yang
merupakan masalah kompleks berisiko, seperti risiko finansial, kehilangan
kesempatan untuk bersosialisasi, kehilangan dukungan sosial, dan
emosional, risiko karier dalam bidang profesinya dan menyangkut masalah
keorganisasiannya (Sjabadhyni, 2001: 273).
h) Nilai
Penelitian

mengenai

nilai

instrumental

kewirausahaan

menggambarkan bahwa nilai yang melekat pada nilai kewirausahawan


adalah nilai exitemant, nilai independence, bebas bertindak dan kreatif (Kao
dalam Sjabadhyni, 2001: 273). Sedangkan nilai terminalnya adalah
kekayaan, kehidupan ekonomi yang terjamin dan terkenal (Kao dalam
Sjabadhyni, 2001: 274). Menjadi terkenal biasanya dihubungkan dengan
status dan kekuasaan yang ingin dicapai wirausaha.
Secara khusus Clelland menggolongkan dua faktor yang menentukan
keberhasilan wirausaha, antara lain:
a)

Faktor Internal, meliputi:


1. Motivasi
Keberhasilan kerja membutuhkan motif-motif untuk mendorong
atau memberi semangat dalam pekerjaan. Motif itu meliputi motif
untuk kreatif dan inovatif yang merupakan motivasi yang mendorong
individu mengeluarkan pemikiran spontan dalam menghadapi suatu
perubahan dengan memberi alternatif yang berbeda dari yang lain.
Motif lain yaitu motif untuk bekerja yang ada pada individu agar
mempunyai semangat atau minat dalam memenuhi kebutuhan serta
menjalankan tugas dalam pekerjaan.
2. Pengalaman atau pengetahuan
Kebutuhan akan pengalaman merupakan pengetahuan yang
harus dicari sebanyak mungkin. Pengalaman merupakan pengetahuan
atau keterampilan yang harus dikuasai atau diketahui sebagai akibat

Kewirausahaan

10

dari perbuatan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu


tertentu. Wirausaha yang berpengalaman lebih jeli dalam melihat lebih
banyak jalan untuk membuka usaha baru.
3. Kepribadian
Kepribadian yang rapuh akan berdampak negatif terhadap
pekerjaan. Kepribadian yang baik yaitu apabila wirausaha dapat
bekerjasama dengan baik serta dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya secara wajar dan efektif.
b) Faktor Eksternal, meliputi:
1) Lingkungan keluarga
Keadaan keluarga dapat mempengaruhi keberhasilan seseorang
dalam memulai usaha. Ketegangan dalam keluarga akan menurunkan
motivasi kerja dan pekerjaan menjadi terganggu. Lingkungan keluarga
yang harmonis dalam interaksinya akan menunjang kesuksesan serta
mengarahkan tenaga untuk bekerja lebih efisien.
2) Lingkungan tempat bekerja
Lingkungan tempat kerja mempunyai pengaruh yang cukup
penting dalam menjalankan usaha. Lingkungan ini dapat digolongkan
menjadi dua kelompok, yaitu:
(a) Situasi kerja secara fisik
Seorang wirausaha harus dapat menciptakan pekerjaannya dalam
situasi apapun melalui bakat dan keterampilan yang dimilikinya.
Namun yang utama bagi seorang wirausaha adalah dapat mencari
peluang atau mengambil inisiatif agar usahanya bisa maju.
(b) Hubungan dengan mitra kerja
Hubungan dengan teman sejawat atau teman kerja yang menjadi
mitra usaha dapat dijadikan pertimbangan untuk mewujudkan
harapan dan untuk memotivasi dalam menyelesaikan permasalahan
usaha dengan baik dan bijaksana.

Kewirausahaan

11

Gambar Alur Kerangka Berpikir

Belum ada kesepakatan yang jelas mengapa seseorang memilih untuk


berwirausaha daripada bekerja pada orang lain. Dalam suatu studi yang
dilakukan baru baru ini, ada empat faktor yang mempengaruhi kepribadian
seseorang untuk menjadi pengusaha.Empat faktor itu adalah: Individu, kultural,
masyarakat, dan gabungan dari ketiga faktor tadi.
1. Faktor Individual
Banyak ahli yang berpendapat bahwa studi mereka akan membuahkan
hasil apabila sifat wirausahawan dapat diungkap lebih jauh, meskipun
faktanya, sifat tersebut tidak bisa dijadikan indikator dalam mengukur perilaku
wirausahawan.

Kewirausahaan

12

a. Rasa antusias dalam berbisnis


Para pengusaha harus lebih bersemangat dalam menjalankan usahanya
karena akan ada banyak rintangan yang harus dilalui. Mereka yang
kehilangan semangat dalam bekerja tidak akan sukses.
b. Tidak putus asa meskipun gagal
Karena akan ada banyak rintangan yang harus dilalui, seorang pengusaha
tidak boleh menyerah begitu saja. Banyak cerita sukses dari para
pengusaha dimana mereka terus bangkit meskipun kegagalan yang diraih
sudah tak dapat dihitung lagi. Wirausahawan tidak dapat gagal, mereka
hanya mendapatkan pengalaman pahit. Mereka paham, bahwa kesukaran
akan menjadi peluang baru yang belum terlihat.
c. Percaya Diri
Para pengusaha percaya dengan kemampuan dan konsep bisnis mereka.
Mereka

percaya

bahwa

mereka

mempunyai

kemampuan

untuk

menyelesaikan apa yang mereka mulai. Rasa percaya diri ini, bukan hanya
omong kosong belaka. Banyak dari mereka yang memiliki pengetahuan
tentang pasar dan industri.Tak jarang dari mereka yang melakukan
berbagai investigasi untuk mencari informasi. Bukanlah hal yang aneh
apabila seorang pengusaha belajar dari usaha orang lain. Mereka pun
mengembangkan usahanya sembari bekerja dari orang lain. Dengan
demikian, mereka akan mendapatkan pengetahuan dan pengalaman untuk
belajar dari kesalahan orang lain pula. Seorang pengusaha yang sukses
mengatakan, Lebih baik saya belajar mengendarai motor dengan
menggunakan motor orang lain daripada milik saya sendiri.
d. Tekad yang kuat
Hampir setiap pengusaha mempunyai motivasi dan tekad yang kuat untuk
mencapai sukses. Para pengusaha percaya bahwa kesuksesan dan
kegagalan mereka disebabkan oleh diri sendiri. Kualitas diri ini juga
disebut sebagai internal locus of control. Seseorang yang percaya bahwa
takdir, ekonomi, dan faktor faktor eksternal lainnya merupakan kunci
kesuksesan tidak cocok menjadi pengusaha.
e. Pengolahan Risiko
Dalam kacamata orang awam, para pengusaha umumnya adalah orang
orang yang mudah mengambil risiko, itupun dalam jumlah yang sangat

Kewirausahaan

13

besar. Hal ini tidak selamanya benar. Pertama, seperti yang dikatakan
diatas, mereka bekerja terlebih dahulu secara penuh, atau paruh waktu.
Lalu kemudian memulai bisnisnya secara perlahan, hingga akhirnya
sampai pada puncak kesuksesan.
f. Melihat perubahan sebagai peluang
Oleh orang awam, perubahan merupakan sesuatu yang mengerikan dan
harus dihindari. Para pengusaha melihatnya sebagai sesuatu yang normal
dan perlu. Mereka mencari perubahan, dan menjawab perubaan itu,
kemudian mencari peluang, dan akhirnya menciptakan inovasi.
g. Toleransi akan Ambiguitas
Hidup seorang pengusaha sangatlah tidak terstruktur. Tidak ada yang
menetapkan jadwal dan proses langkah demi langkah. Tidak ada yang
menentukan berapa persentase kesuksesan. Banyak faktor faktor yang
tidak bisa diukur seperti ekonomi, cuaca, dan perubahan keiingan
konsumen yang seringkali membawa dampak yang drastis dalam usaha.
Hidup seorang pengusaha bisa dikatakan hidup yang penuh dengan
ambiguitas, tidak jelas. Namun, pengusaha yang sukses merasa nyaman
dengan semua itu.
h. Perlunya Inisiatif dan Pencapaian
Hampir setiap orang percaya bahwa pengusaha yang sukses mengambil
inisiatif penuh dalam situasi dimana yang lain tidak akan maju. Keinginan
para pengusaha untuk bertindak sesuai dengan ide mereka terkadang
sering mengaburkan pandangan mereka yang bukan pengusaha. Banyak
orang yang mempunyai ide brilian, namun ide ide ini tidak pernah
direalisasikan. Para pengusaha bertindak berdasarkan idealis mereka untuk
mencapai sebuah hasil, sebuah pencapaian. Pencapaian itu kemudian
diubah menjadi dorongan dan inisiatif.
i. Detil, dan perfeksionisme
Sebagian besar para pengusaha perfeksionis. Segala sesuatunya dilakukan
dengan sempurna, baik produk maupun servis. Namun, hal ini kerap kali
menjadi sumber frustasi pekerja yang bukan perfeksionis. Oleh karenanya,
para pekerja kerap melihat para pengusaha sebagai orang yang sulit.
j. Persepsi akan Menghabiskan Waktu

Kewirausahaan

14

Para pengusaha sadar bahwa waktu bergulir secara cepat dan, mereka pun
menjadi orang yang tidak sabaran. Karena hal inilah, segala sesuatunya
tidak pernah selesai dengan cepat dan mulailah masuk ke dalam krisis.
Orang orang yang tidak terbiasa akan merasa risih dengan hal ini.
k. Kreativitas
Salah satu alasan para pengusaha sukses adalah karena mereka mempunyai
imajinasi dan rencana rencana lain. Mereka memiliki kemampuan untuk
melihat peluang lebih dari apa yang orang awam lihat.
l. Kemampuan untuk melihat secara garis besar
Para pengusaha seringkali melihat sesuatu secara holistik, mereka dapat
melihat garis besar ketika yang lain hanya melihat bagian dari garis
tersebut. Berdasarkan sebuah studi, seorang pengusaha menjalankan
usahanya dengan mencari informasi yang lebih banyak tentang lingkungan
kerjanya dibanding mereka yang tidak sukses. Dengan proses ini,
pengusaha melihat lingkungan kerja secara keseluruhan, dan membuat
rancangan kerja untuk memperbesar aktivitas usahanya.
m. Faktor Faktor yang Memotivasi
Meskipun banyak orang yang percaya bahwa para pengusaha termotivasi
oleh uang, banyak faktor yang sebenarnya lebih penting, seperti perlunya
mencapai sebuah hasil yang maksimal (pencapaian) seperti yang telah
ditunjukkan diatas. Sebuah keinginan untuk mandiri lebih penting
dibandingkan motivasi akan uang itu sendiri. Para pengusaha pada
awalnya memulai usahanya karena tidak ingin memiliki bos / atasan.
Setidaknya, 3.000 pengusaha mengidentifikasi beberapa faktor dibawah ini
sebagai alasan mengapa mereka berwirausaha:
- Menggunakan ketrampilan dan kemampuan diri sendiri
- Mendapatkan kontrol dalam hidup mereka
- Ingin menghadiahkan sesuatu bagi keluarganya
- Karena dia suka akan tantangan
- Untuk hidup bebas dimana diri sendirilah yang menentukan
Sedangkan faktor yang lainnya adalah: ingin diakui, ingin mendapatkan
hadiah dan penghargaan, dan ingin memuaskan hasrat dan ekspektasi diri.
n. Kepercayaan Diri
Konsep kepercayaan

diri

mempengaruhi

keinginan

seseorang.

Kepercayaan diri didefinisikan sebagai kepercayaan seseorang dalam

Kewirausahaan

15

menyelesaikan pekerjaannya. Kepercayaan diri yang kuat dan akurat


sangat diperlukan untuk mengembangkan seluruh aspek kemanusiaan,
termasuk inisiatif dan ketekunan. Oleh karenanya, seseorang yang percaya
bahwa dia akan sukses sebagai pengusaha akan meraih impiannya.
2. Faktor Kultural
Sebuah penemuan yang sangat umum apabila kebudayaan dan
etnik dapat merepresentasikan sebuah jaringan usaha, yang tentunya,
orang orang yang tergabung didalamnya merupakan pengusaha. Namun,
kecenderungan kultur ini masih belum jelas, karena setiap individu dalam
suatu kelompok budaya tidak semuanya menjadi pengusaha dengan alasan
yang sama.
Efek dari kultur dan sifat etnis ini mungkin terangkai, karena
menurut berbagai studi, kebudayaan yang berbeda memiliki nilai dan
kepercayaan yang berbeda pula. Sebagai contoh, di Jepang dikenal ada
sebuah pencapaian kultur dimana seseorang harus terus berusaha sampai
mereka sukses. Faktur lain yang penting adalah bagaimana kultur tersebut
memiliki internal locus of control atau tidak. Sebagai contoh, kultur di
Amerika mendukung adanya internal locus, sedangkan di Rusia tidak.
Kultur juga mempengaruhi status kewirausahaan. Sebuah studi di
Kanada, menyatakan bahwa orang India melihat kewirausahaan sebagai
sesuatu yang positif, sedangkan orang orang Haiti melihatnya sebagai
kerjaan rendahan. Ekspektasi kultural merupakan penghalang untuk
seorang Wanita bernama Puerto Rican di Washington, D.C. Ketika dia
ingin memulai usahanya, kakaknya menyuruhnya untuk segera menikah
saja.
3. Faktor Masyarakat
Dalam semua lingkungan sosial, ada orang yang tidak ingin menjadi
pengusaha, tetapi karena situasi dan kondisi, mereka terpaksa menjadi
pengusaha. Para pekerja di Amerika dapat dikategorikan dalam grup ini. Hal
ini disebabkan karena perubahan pangsa pasar. Para imigran di berbagai
negara mencoba jalan ini apabila kemampuan berbahasa dan ketrampilan
mereka tidak sesuai. Ini disebut sebagai adaptasi. Sebuah studi faktor

Kewirausahaan

16

faktor etnokultural menyatakan bahwa tidak semua pengusaha muncul lewat


kelompok masyarakat yang menghargai kewirausahaan. Mereka memilih
untuk berwirausaha karena ada tekanan, dan juga merupakan asimilasi
sosial.
4. Kombinasi dari Ketiga Faktor
Karena ketekunan sangatlah sulit untuk diraih pada usia yang
dewasa, sebaiknya jiwa kewirausahaan ditanamkan pada anak anak.
Sebuah studi di sebuah TK mengindikasikan bahwa setiap satu dari empat
anak yang ada menunjukkan sifat kewirausahaan. Setelah beranjak ke usia
remaja, hanya 3 persen dari mereka yang masih mempertahankan sifat
tersebut. Pelajaran di sekolah tidak mengajarkan sifat kewirausahaan, dan
pada nyatanya lebih ke pengajaran teori dan individu. Kreativitas dan
kemampuan anak anak pun menjadi berkurang, padahal kreativitas itulah
yang menjadi senjata utama dari pengusaha.

2.2

TIPE WIRAUSAHA

1. Wirausaha Ahli (Craftman)


Wirausaha ahli atau seorang penemu memiliki suatu ide yang ingin
mengembangkan proses produksi sistem produksi, dan sebagainya.
Wirausaha ahli ini biasanya seseorang yang bekerja pada sebuah perusahaan
besar kemudian memutuskan untuk keluar sebagai pegawai dan memulai
bisnisnya sendiri. Dia cenderung bergerak dalam bidang penelitian membuat
model percobaan laboratorium dan sebagainya. Dia juga menjual lisensi
idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak
pada bidang teknis produksi dibandingkan pengetahuan di bidang
pengawasan, finance dan sebagainya. Misalnya seorang tukang mendirikan
sebuah perusahaan kontruksi seorang sopir truk membuka perusahaan
pengangkutan, seorang dokter membuka sebuah perusahaan klinik
kesehatan. Sebagian besar wirausaha berasal dari tipe-tipe individu seperti
ini.
2. The Promoter

Kewirausahaan

17

The promoter adalah seorang individu yang tadinya mempunyai


latar belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang
kemudian mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampialan yang sudah
ia miliki biasanya merupakan faktor pendorong untuk mengembangkan
perusahaan yang baru ia rintis.
3. General Manager
General manajer adalah seorang individu yang ideal yang secara
sukses bekerja pada sebuah perusahaan, dia banyak menguasai keahlian
bidang produksi, pemasaran, permodalan dan pengawasan.
Berdasarkan uraian di atas istilah entrepreneur mempunyai arti yang
berbeda pada setiap orang karena mereka melihat konsep ini dari berbagai
sudut pandang. Namun demikian ada beberapa aspek

umum yang

terkandung dalam pengertian entrepreneur yaitu adanya unsur risiko,


kreativitas, efisiensi, kebebasan dan imbalan.
Menurut Ciputra, terdapat empat kategori entrepreneur, yaitu sebagai
berikut :
a) Business Entrepreneur
1. Owner entrepreneur adalah para pencipta dan pemilik bisnis.
2. Professional entrepreneur adalah orang-orang yang memiliki daya
wirausaha namun mempraktikannya di perusahaan milik orang lain.
b) Government Entrepreneur
Seorang atau kelompok orang yang memimpin serta mengelola
lembaga negara atau instansi pemerintahan dengan jiwa dan kecakapan
wirausaha. Sebagai contoh adalah Lee Kuan Yew, mantan Perdana
Menteri Singapura, ia adalah seorang pemimpin yang mengelola dan
menumbuhkan Singapura dengan jiwa dan kecakapan wirausaha.
c) Social Entrepreneur
Yaitu para pendiri organisasi-organisasi sosial kelas dunia yang
menghimpun dana masyarakat untuk melaksanakan tugas sosial yang
mereka yakini.

Kewirausahaan

18

d) Academic Entrepreneur
Ini menggambarkan akademisi yang megajar atau mengelola lembaga
pendidikan dengan pola dan gaya entrepreneur sambil tetap menjaga
tujuan mulia pendidikan.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Faktor yang menentukan keberhasilan wirausaha antara lain faktor
internal dan eksternal. Faktor internal terdiri dari motivasi yang timbul dari
dalam diri pelaku usaha, pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha
serta kepribadian wirausaha tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari
dua faktor yaitu faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan kerja.

Kewirausahaan

19

Sedangkan faktor faktor yang mempengaruhi kepribadian seseorang


untuk menjadi pengusaha adalah: Individu, kultural, masyarakat, dan
gabungan dari ketiga faktor tadi. Yang menentukan keberhasilan wirausaha
dipengaruhi oleh dua kriteria yaitu aspek kewirausahaan dan karakteristik
wirausaha. Aspek kewirausahaan yang dimaksud adalah aspek ekonomi yang
berhubungan erat dengan modal awal usaha dan aspek teknis yang
berhubungan erat dengan tempat atau ruang kosong untuk menyelenggarakan
usaha. Sedangkan karakteristik wirausaha tersebut antara lain rasa percaya
diri dan optimis; berorientasi pada tugas dan hasil; berani mengambil risiko
dan menyukai tantangan; jiwa kepemimpinan tinggi; orisinil, inovatif, kreatif,
dan fleksibel; memiliki orientasi, visi dan perspektif pada masa depan;
kecerdasan spiritual; manajemen waktu dan keuangan. Aspek dan
karakteristik wirausaha tersebut juga mempengaruhi individu dalam
pemilihan jenis usahanya. Selain itu ada berbagai tipe wirausaha diantaranya
adalah wirausaha asli, the promoter, dan general manager.
3.2 Saran
Karena keterbatasan pengetahuan serta referensi, maka saya
menyarankan kepada para pembaca tidak hanya menjadikan makalah ini
sebagai panduan tapi sebaiknya dilengkapi dari berbagai sumber lain.

DAFTAR PUSTAKA

Astamoen, Moko P. 2005. Entrepreneurship Dalam Perspektif Kondisi


Bangsa Indonesia. Bandung: Alfabeta.
Clelland, David Mc. 1995. Memacu Masyarakat Berprestasi. Jakarta: CV.
Intermedia.
Miner, B. John. 2003. Industrial Organizational Psychology. New York:
The State University Of New York Buffalo.

Kewirausahaan

20

Suryana. 2009. Kewirausahaan, Pedoman Praktis: Kiat dan Proses


Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Sjabadhyni, Bertina; Graito, Indarwahyanti; Wutun, Rufus Patty. 2001.
Pengembangan Kualitas SDM dari Perspektif PIO. Depok : Bagian
PIO Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Kewirausahaan

21

Anda mungkin juga menyukai