Kebanyakan intususepsi adalah ileokolik dan ileoileokolik, sedikit sekokolik dan jarang hanya ileal.
Pathogenesis dari intususepsi dipercayai sebagai akibat dari ketidakseimbangan kekuatan kontraksi
longitudinal sepanjang dinding usus halus. Ketidakseimbangan ini dapat diakibatkan oleh adanya massa
sebagai lead point atau bentuk disorganisasi dari peristaltik (contohnya ileus periode post-operasi).
Sebagai akibat dari ketidakseimbangan tersebut, sebuah area pada dinding usus halus mengalami
invaginasi ke lumen, mengikuti waktu istirahat usus halus. Bagian yang mengalami invaginasi pada usus
halus (intususeptum) menginvaginasi secara lengkap pada bagian yang menerima invaginasi tersebut
(intususipiens).Proses ini berlanjut terus dan diikuti oleh bagian proksimal, mulai dari bagian
intususeptum sampai sepanjang lumen intususipiens.Jika mesenteri dari intususeptum lax dan
progresifitasnya cepat, intususeptum dapat terjadi sampai kolon distal atau sigmoid dan dapat prolaps
keluar dari anus. (sjamsuhidayat,2005)
Mesenteri dari intususeptum diinvaginasi oleh usus halus, mengacu proses patofisiologi klasik dari
obstruksi usus besar. Awal proses ini, aliran balik limfatik mengalami gangguan;kemudian, dengan
peningkatan tekanan dalam dinding intususeptum, drainase vena juga mengalami gangguan. Akhirnya,
tekanan meningkat hingga sampai dimana aliran arteri mengalami hambatan, dan terjadi infark. Mukosa
menjadi sangat mudah untuk mengalami iskemia karena bagian ini yang paling cepat menerima suplai
arteri. Iskemik mukosa sloughs off, ditandai dengan sisa heme-positif dan kemudian currant jelly stool
klasik (campuran dari mukosa sloughed, darah dan mucus). Jika tidak tertangani, proses ini akan progres
hingga menjadi gangrene transmural dan perforasi hingga ujung intususeptum.(Behrman,2004)
berupa pemberian obat-obatan. Hal yang sulit untuk diketahui adalah jenis obat yang diberikan, apakah
suatu antidiare (suatu spasmolitik), obat yang sering kali dicurigai sebagai pemicu terjadinya invaginasi.
Sehingga keberadaan diare sebagai salah satu gejala invaginasi atau pengobatan terhadap diare sebagai
pemicu timbulnya invaginasi sulit ditentukan.
Muntah reflektif terjadi tanpa penyebab yang jelas, mulai dari makanan dan minuman yang terakhir
dimakan sampai muntah bilus. Muntah bilus suatu pertanda ada refluks gaster oleh adanya sumbatan di
segmen usus di bagian. Hal ini menunjukkan telah terjadi suatu obstruksi, gejala ini dijumpai pada + 75%
pasien invaginasi. Muntah dan nyeri sering dijumpai sebagai gejala yang dominan pada sebagian besar
pasien. Gejala lain berupa kembung, suatu gambaran adanya distensi sistem usus oleh suatu sumbatan
didapatkan pada 90% kasus.
Gejala lain yang dijumpai berupa distensi, pireksia, Dances Sign dan Sousage Like Sign, terdapat darah
samar, lendir dan darah makroskopis pada tinja serta tanda-tanda peritonitis dijumpai bila telah terjadi
perforasi. Dances Sign dan Sousage Like Sign dijumpai pada 60% kasus, tanda ini patognomonik pada
invaginasi. Masa invaginasi akan teraba seperti batang sosis, yang tersering ditemukan pada daerah
paraumbilikal. Daerah yang ditinggalkan intususeptum akan teraba kosong dan tanda ini disebut sebagai
Dances Sign. (Hay,2003)
Sumber:
Sjamsuhidayat R, de Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran.
2005. p627-629
Behrman RE,etc. Intussusception. Textbook of Pediatrics. 17th Ed.Saunders. 2004. P1242-3
Hay, WW, etc. Intussusception. Current Pediatrics Diagnosis & Treatment. 16th ed. Mc.graw Hill. 2003.
p.626