Gigi Impaksi
Gigi Impaksi
II
2010
JUDUL
GIGI IMPAKSI
ANGGOTA KELOMPOK
1. NURUL FADILAH RERY
(04071004001)
2. NADIA IZZATI
(04071004002)
3. ADE IRAWAN
(04071004003)
4. RANDA SASTIA
(04071004004)
5. MERY YUNIAR
(04071004005)
6. FETTY FATIMAH
(04071004006)
7. SABRINA INTAN ZORAYA
(04071004008)
8. WINDA VALENTINA
(04071004010)
9. MAULIDYA SARI ISKANTIWI
(04071004011)
10.SELLY DINIA PARAMITHA
(04071004012)
11.TARA DELPINIA
(04071004013)
12.IMARTA HAMELIA
(04071004014)
BAB I.PENDAHULUAN
OLEH KELOMPOK
1
PSKG FK UNSRI
2/27/2010
I.1.Latar Belakang
Gigi geligi dalam rongga mulut akan mengalami erupsi menurut urutan waktu erupsi
masing-masing jenis gigi,mulai dari fase gigi sulung sampai mengalami pergantian menjadi fase
gigi permanen. Proses erupsi masing-masing gigi baik pada'fase gigi sulung maupun permanen
akan terjadi secara fisiologis dan jarang sekali mengalami gangguan. Gangguan empsi pada
umumnya terjadi pada fase pergantian dari gigi sulung menuju fase gigi permanen, sehingga gigi
permanen tertentu tidak dapat mengalami erupsi.
Gigi kaninus merupakan gigi kedua setelah gigi molar ketiga yang berfrekuensi tinggi
untuk mengalami impaksi,' meskipun demikian gigi anterior di rahang atas lainnya seperti gigi
insisivus pertama dan kedua rahang atas juga dapat mengalami kesulitan tumbuh akibat terletak
salah di dalam rahang. Frekuensi terjadinya kaninus impaksi sebesar 0-2,8 persen.Ditinjau dari
letaknya, 85 persen posisi gigi kaninus yang impaksi terletak dtdaerah palatal lengkung gigi,
sedangkan 15 persen nya terletak di bagian labial atau bukal.Ada beberapa bukti yang
menyatakan, bahwa penderita dengan maloklusi kelas I1 divisi 2 dan gigi aplasia merupakan 2
kelompok yang mempunyai risiko tinggi untuk terjadinya kaninus ektopik.
Pertumbuhan gigi molar ketiga permanen rahang bawah juga memerlukan perhatian
khusus pada penderita anak sampai remaja. Gigi molar ketigarahang bawah yang belum erupsi
akan dapat mempunyai posisi yang sedemikian sehingga pada proses pertumbuhannya dapat
diperkirakan akan dapat menimbulkan gangguan pada alignment gigi di rahang bawah oleh
karena daya dorong erupsi gigi tersebut ke arah anterior. Padaposisi benih gigi molar ketiga
rahang bawah yang diperhitungkan terletak miring, terutama dalam posisi mesio versi, tindakan
germinectomy pada benih gigi molar ketiga tersebut perlu dipertimbangkan agar pada proses
pertumbuhan selanjutnya tidak menimbulkan kelainan terhadap posisi gigi di sebelah
anteriornya.
Menurut Bisharas etiologi gigi impaksi dapat disebabkan oleh faktor primer dan faktor
sekunder. Faktor primer meliputi trauma pada gigi sulung, benih gigi rotasi, tanggal prematur
gigi sulung, dan erupsi gigi kaninus dalarn celah pada kasus celah langit-langit. Faktor sekunder
adalah faktor selain faktor primer.
Ada banyak orang yang mengalami gigi impaksi,terkadang ini terabaikan oleh
mereka.Padahal gigi impaksi terkadang dapat menimbulkan masalah serius jika tidak
ditangani.Melihat hal ini maka penting juga untuk mengetahui dan menggali lebih dalam lagi
tentang gigi impaksi,penyebab impaksi,klasifikasi,perawatan dan hal-hal lain yang menyangkut
gigi impaksi.
I.2.Rumusan Masalah
1. Apa pengertian gigi impaksi?
2. Mengapa gigi impaksi dapat terjadi?
I.3.Tujuan
1. Mengetahui pengertian gigi impaksi dan klasifikasinya
2. Mengetahui prevalensi gigi yang paling sering terjadi
3. Mengetahui cara menegakan diagnosa pada gigi impaksi
4. Mengetahui dan memahami etiologi gigi impaksi
5. Memahami penatalaksaan gigi impaksi
6. Memahami teknik pencabutan secara bedah pada masing-masing gigi yang impaksi
BAB II PEMBAHASAN
1
7-8
6-7
2
8-9
7-8
3
4
5
11-12
10-11
10-12
9-10
10-12
11-12
Tabel 1.Masa Erupsi Gigi Permanen
6
6-7
6-7
7
12-13
11-13
8
17-21
17-21
Apabila gigi geligi tersebut belum erupsi pada masa erupsinya tersebut,sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter gigi.
B. Kausa Umur
Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun tidak ada kausa
lokal antara lain:
1. Kausa Prenatal
a. Keturunan
b. miscegenation
2. Kausa Postnatal
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Syphilis congenital
d. TBC
: Seluruh atau sebagian besar molar ketiga berada dalam ramus mandibula.
Posisi B
: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis oklusal tapi
masih lebih tinggi daripada garis servikal molar kedua.
Posisi C
: Bagian tertinggi gigi molar ketiga berada dibawah garis servikal molar
kedua.
Vertical
Horizontal
Inverted
Mesioangular(miring ke mesial)
distoangular(miring ke distal)
bukoangular(miring ke bukal)
linguoangular(miring ke lingual)
posisi tidak biasa lainnya yang disebut unusual position
Pell
dan
Kelas A
Kelas B
Kelas C
Klasifikasi diatas didasarkan pada klasifikasi untuk gigi molar tiga yang impaksi dan
berbeda dengan pengklasifikasian gigi lain..Namun klasifikasi gigi lain juga hampir
mirip,klasifikasi diatas untuk menunjukkan klasifikasi umum yang sering ditemui.Sedangkan
klasifikasi masing-masing gigi akan dibicarakan pada pembahasan frekuensi impaksi masingmasing gigi,baik gigi molar,caninus,premolar maupun insisivus.
II.5.Pemeriksaan Klinis Gigi Impaksi
Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang diketahui adanya gigi
impaksi pada seseorang diawali karena adanya keluhan,namun tidak semua gigi impaksi
menimbulkan keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada
gigi geliginya.Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui dengan
pemeriksaan klinis,meliputi :
II.5.1.Keluhan
Keluhan yang ditemukan dapat berupa :
1. Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala :
1. Rasa sakit di region tersebut
2. Pembengkakan
3. Mulut bau (foeter exore)
4. Pembesaran limfe-node sub-mandibular
2. Karies pada gigi tersebut
Dengan gejala ; pulpitis,abses alveolar yang akut.Hal yang sama juga dapat
terjadi bila suatu gigi mendesak gigi tetangganya,hal ini dapat menyebabkan
terjadinya periodontitis.
3. Pada penderita yang tidak bergigi
Rasa sakit inin dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi
perikonitis.
4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah
Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin disebabkan
karena tekanan pada n.mandibularis.Tekanan pada n.mandibularis dan dapat juga
menyebabkan rasa sakit pada gigi premolar dan kaninus.
II.5.2.Pemeriksaan Ekstra Oral
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Adanya pembengkakan
2. Adanya pembesaran limfenode(KGB)
3. Adanya parastesi
II.5.3.Pemeriksaan Intra Oral
Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
II.5.4.Pemeriksaan Ro-Foto
1. Dental foto (intra oral)
2. Oblique
3. Occlusal foto/bite wing
II.6. Gambaran Umum Perawatan Gigi Impaksi
Secara umum sebaiknya gigi impaksi dicabut baik itu untuk gigi molar
tiga,caninus,premolar,incisivus namun harus diingat sejauh tidak menyebabkan terjadinya
gangguan pada kesehatan mulut dan fungsi pengunyahan disekitar rahang pasien maka gigi
10
impaksi tidak perlu dicabut.Pencabutan pada gigi impaksi harus memperhatikan indikasi dan
kontraindikasi yang ada.Indikasi dan kontra indikasi pencabut,meliputi :
II.6.1.Indikasi
1. Pencabutan Preventif/Propilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi
yang berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak
sempurna,serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika
gigi itu dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang,misalnya karena celah ligamentum
mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
2. Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan kerusakan
dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi pencabutan pada
gigi yang impaksi.Adapun tindakan pencegahan itu meliputi:
1. Pencegahan penyakit periodontal
2. Pencegahan caries dental
11
1. Usia muda
2. Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan
stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
3. Kepentingan prostetik dan restoratif
II.6.2.Kontraindikasi
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul,ada pasienpasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan,adapun
kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
gigiatau
di dalam tulang. Keadaan inilah yang disebut impaksi. Impaksi adalah suatu keadaan di mana
gigi mengalami hambatan dalam arah erupsinya / tumbuhnya, sehingga tidak dapat mencapai
posisi yang seharusnya.
Impaksi gigi molar tiga dapat timbul dalam berbagai posisi, bisa benar-benar
terperangkap dan berada dalam gusi atau tulang, sehingga tidak nampak bila dilihat dalam mulut.
Atau bisa juga sudah menembus gusi tapi hanya tumbuh separuh jalan. Arahnya bisa horizontal,
miring dengan mahkota ke arah gigi molar dua atau sebaliknya, atau malah menghadap ke arah
dalam atau ke luar rahang.
13
: a. Disto angular
b. Erupsi +
c. V3 (akar 3)
Gigi Molar Tiga angular terhadap Molar Dua. Maka gigi Molar Dua
perlu dicabut dan gigi Molar Tiga dibiarkan.
b) Gigi Molar Dua dan Molar Tiga karies. Maka gigi Molar Dua diekstraksi
terlebih dahulu, kemudian ekstraksi gigi Molar Tiga. Pada keadaan ini,
kadang-kadang memerlukan pembukaan flep. Hal ini tergantung dari
banyaknya tulang yang mengelilingi gigi.
c)
Gigi Molar Dua yang memiliki karies pada bagian distal. Karies
tersebut terjadi akibat tekanan kronis dari gigi Molar Tiga. Maka gigi
Molar Dua diekstraksi, kemudian gigi Molar Tiga diambil.
b. Penyebab
Impaksi disebabkan tidak tersedianya cukup ruangan pada rahang,
sehingga gigi molar tiga tidak memiliki tempat untuk tumbuh dengan normal.
c. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Indikasi dan kontra indikasi sama dengan indikasi dan kontraindikasi
perawatan umum untuk gigi impaksi.
II. Rencana perawatan
Rencana perawatan yang dilakukan pada impaksi gigi molar tiga adalah
pengangkatan gigi molar tiga tersebut. Gigi molar yang impaksi atau
tumbuh miring tidak berfungsi dengan baik dalam pengunyahan dan
menyebabkan berbagai macam gangguan. Itulah mengapa gigi tersebut lebih
baik diangkat daripada dipertahankan.
Semakin cepat mengangkat gigi molar tiga impaksi akan semakin baik
daripada harus menunggu sampai timbulnya komplikasi dan rasa sakit yang
lebih lanjut. Bila Anda menunggu sampai timbul rasa sakit dan keluhan
lainnya, resiko terjadinya komplikasi pada saat pengangkatan tentunya akan
lebih tinggi, bahkan proses penyembuhan mungkin akan lebih lama.
Semakin muda usia pasien, proses pengangkatan akan jauh lebih mudah dan
proses penyembuhannya akan jauh lebih cepat.
III. Prosedur perawatan/prosedur operasi
a. Anestesi
15
Pengambilan tulang
Bila gigi yang terpendam tersebut seluruhnya dilapisi tulang, maka
tulang dapat dibuang dengan bur. Bur yang dipakai adalah bur bulat dan
tajam. Bur yang besar dengan nomor 3-5 dapat digunakan jika banyak
tulang yang harus dibuang. Bur yang kecil digunakan untuk membuang
tulang penghalang. Lakukan irigasi sambil membor untuk mengurangi
panas yang timbul pada saat mengebor agar tidak terjadi nekrosis tulang.
Setelah pengambilan tulang cukup, maka dicoba untuk mencongkel gigi
keluar.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
o Gigi Molar Tiga terpendam lebih mengarah ke lingual. Tulang
bagian lingual tidak diambil, namun dilakukan modifikasi. Untuk
mempercepat pengambilan gigi tersebut dapat dibuat suatu mukoosteo-flep di sebelah lingual.
Pengambilan gigi
Cara atau teknik kerjanya tergantung pada posisi gigi, keadaan
gigi, dan jaringan sekitarnya,
Pengambilan gigi dapat dilakukan secara :
o Intoto (utuh)
Tulang yang mengelilingi gigi diambil secukupnya, sehingga
didapatkan cukup ruangan untuk dapat meletakkan elevator di
bawah korona. Kemudian dengan elevator tersebut dilakukan
gerakan mengungkit gigi tersebut.
Jika gigi ini tidak bergerak dengan tekanan yang sedikit, maka
dicari bagian tulang yang masih menghalangi. Kita tidak boleh
mencongkel gigi dengan tenaga yang besar tetapi berusaha
menggerakkan gigi dengan tekanan minimal.
Bila mahkota gigi terpendam belum bisa digerakkan dan terletak
di bawah mahkota gigi Molar Dua, maka tulang alveolar pada
bagian distal Molar Tiga diambil lebih banyak. Sehingga gigi
17
Molar Tiga dapat dicongkel ke arah distal.
Jika tulang yang diambil telah cukup tetapi gigi belum bisa
dikeluarkan, maka mungkin masih terdapat tulang atau akar gigi
yang menghalangi.
o In separasi (terpisah)
Pada metode ini, pengambilan gigi impaksi dilakukan dengan
membuang sedikit tulang. Gigi yang impaksi tersebut diambil
dengan cara diambil sebagian-sebagian (dibelah terlebih dahulu).
Sehingga dengan metode ini, pembuangan tulang bagian distal
Molar Tiga dapat diminimalisir dan gigi diambil sepotongsepotong dengan elevator, kemudian dikeluarkan dengan tang sisa
akar.
Pengambilan dengan metode ini jangan dipaksakan karena dapat
menyebabkan fraktur tulang rahang atau fraktur Molar Dua.
Pada gigi Molar Tiga dengan posisi vertikal (biasanya dihalangi oleh
ramus asenden mandibula), dibutuhkan pengambilan tulang lebih banyak
jika mengambil secara intoto. Oleh karena itu, hal-hal yang perlu
diperhatikan :
o Apakah Molar Tiga tersebut dibiarkan karena diharapkan dapat
tumbuh normal. Sebelumnya dilakukan pembuangan tulang
terlebih dahulu.
o Molar Tiga diambil.
Selain itu keadaan antagonisnya juga harus diperhatikan, yaitu:
o Apakah antagonisnya ada
o Apakah antagonisnya berada pada posisi yang baik
18
Pembersihan luka
Setelah gigi dikeluarkan, soket harus benar-benar dibersihkan dari
sisa-sisa tulang bekas pengeboran. Folikel dan sisa enamel organ harus
dibersihkan atau dibuang karena jika masih tertinggal dapat menyebabkan
kista residual. Tepi tulang yang runcing harus dihaluskan dengan bur atau
bone-file. Kemudian dibersihkan dengan semprotan air garam fisiologis
0,9% agar pecahan partikel-partikel tulang dapat keluar semua.
Selanjutnya dihisap dengan suktor.
Kemudian alveolus dapat diisi dengan :
o Terragas (drain)
Gambar
potts
17.Elevator
pada waktu melakukan pencabutan. Fungsinya sama dengan tangtang mandibula yaitu untuk menghantarkan tekanan terkotrol pada
gigi, dilatasi alveolus, luksasi.
Jarum Lane
Untuk menjahit flap dengan benang.
Needle holder
Untuk memegang jarum dalam menjahit flap.
Tahap-tahap dalam pencabutan gigi molar tiga impaksi maksila:
1. Sedasi
Persyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi
adalah pasien yang relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien
yang teranastesi dengan selamat. Seringkali anastesi umum merupakan
pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai
yaitu pleksus anastesi dan sub mukus infiltrasi anastesi.
2. pembukaan flap
Flap harus didesain dengan baik dan dalam ukuran yang
cukup.Insisi di bagian oklusal tuber maksila yang berjalan ke anterior 21
kemudian melanjut ke bukal molar dua dan dilanjutkan dengan insisi
verikal ke anterior di sebelah bukalmolar satu. Setelah insisi selesai
buka muko perios flap dan kemudian flap dipegang dengan pinset
chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca
mulut karena sukar dilihat langsung, dismpang itu penerangan harus
cukup baik.
atau jahitan matras horizontal. Jarum yang digunakan jarum Lane yang
dipegang dengan alat pemegang jarum (needle holder).
Gigi molar tiga yang impaksi pasti menimbulkan masalah di kemudian hari. Masalah yang
umumnya timbul yaitu:
1.
Karies gigi. Gigi molar tiga yang tumbuh ke arah gigi molar dua (dengan posisi mahkota
yang miring dan bersandar pada mahkota gigi molar dua), menyebabkan sisa makanan dan
plak mudah menumpuk di tempat tersebut. Akibatnya gigi-gigi tersebut akan lebih mudah
terkena karies akibat sulitnya pembersihan pada daerah tersebut.
2.
Infeksi gusi. Pada gigi molar tiga yang hanya tumbuh sebagian di atas gusi, akan
menyebabkan mudah masuknya makanan ke celah gusi dan berkumpulnya bakteri di tempat
tersebut. Ini akan menyebabkan terjadinya infeksi pada gusi, sehingga tampak adanya
pembengkakan gusi pada daerah tersebut, rasa sakit, dan bau mulut. Bahkan pada infeksi
yang cukup berat dapat menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut.
23
Rasa sakit dan kerusakan pada gigi molar dua karena tertekan gigi molar tiga.
Berjejalnya gigi lain dalam lengkung rahang. Karena pada saat gigi molar tiga bergerak
untuk tumbuh, gigi-gigi lain akan terdorong oleh gerakan gigi molar tiga tersebut.
5.
Pada beberapa kasus, gigi molar tiga yang dibiarkan dalam keadaan impaksi dapat
menyebabkan terbentuknya kista dan menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada rahang
dan gigi tetangganya.
Klas II
Klas III
Klas IV
Klas V
b. Perawatan
I. Indikasi dan kontra indikasi perawatan
Indikasi pengambilan
Kontraindikasi pengambilan
24
Apabila letak gigi lebih mengarah ke lingual maka kita mengambilnya dari
sebelah lingual ( bentuk flep segitiga, ahti-hati jangan sampai mengenai arterie
lingualis ).
Dari sebelah lingual tulang tidak perlu terlalu banyak diambil, sebab
biasanya gigi terletak di bawah mukosa.
Premolar Maksila Terpendam
Pengambilannya sesuai dengan gigi kanisus (bila letak gigi di sebelah platina1,
diambil dari platinal) dan sebagainya.
27
Radiografis panoramik
-
Rencana Perawatan
Pembedahan Dan Orthodosi
-
Ekstraksi gigi
Penarikan kedua gigi insisivus sentralis dan memfiksasinya dengan
perawatan orthodontik
Buka flap mukoperiosteal
Angkat gigi supernumerari
Agar gigi insisivus sentralis maksila yang impaksi dapat terlihat,
maka sejumlah tulang diangkat dengan menggunakan bur bulat
Traksi orthodontik dari kedua gigi insisivus sentralis yang impaksi
dilakukan dengan menggunakan alat lepasan maksila yang terdiri
dari high labial arch wire
Ketika kedua gigi insisivus tersebut telah mencapai dataran oklusal,
alat yang diaplikasikan pertama kali dilepas dan dipasang alat
orthodontik
Memperbaiki hubungan molar kelas ii dan membuka ruang untuk
erupsi gigi-gigi permanen di rahang atas lainnya
5 bulan kemudian -> hubungan molar kelas I
Total waktu perawatan adalah 32 bulan
29
Bila rasa sakit ini timbul setelah 3 hari maka dikhawatirkan terjadi Dry socket .
4. Pembengkakan
5. Parastesi regio yang diinervasi nervus (nervus terpotong parastesi berlangsung lama ).
6. Bibir, mukosa mulut terluka oleh gesekan dari alat retraksi mulut.
7. Kerusakan pada mukosa, misalnya waktu jahitan terbuka dan terjadi inflamasi
sekitarnya.
8. Fraktur pada prosesus alveolaris.
9. Molar dua yang terkena trauma sehingga dapat menjadi :
- gangren
- nekrose
- goyang
10. Osteomyelitis
11. Perforasi sinus biasanya pada gigi-gigi C & P atas
12. Masuknya gigi terpendam ke dalam sinus maksilaris
13. Pada pengmbilan kaninus terjadi patahnya insisivus dua atau Premolar satu.
Fraktur mandibula
Pendarahan, terlukanya arteri alveolaris inferior
Bekerja tidak bersih sehingga dapat menjadi kista yang berlanjut enjadi tumor.
Bekerja tidak bersih dapat menyebabkan osteomilitis
Traua pada gigi m2
Terlukanya n. Alveolaris inferior sehingga terjadi parestesi
30
III.1.Kesimpulan
Gigi impaksi atau gigi terpendam adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang
atau terhambat,biasanya oleh gigi didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut
tidak keluar dengan sempurna mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi
geligi lain yang sudah erupsi.
Penyebab atau etiologi gigi impaksi ada banyak hal,namun umumnya dikarenakan
kurangnya tempat untuk erupsi bagi gigi tersebut dalam lengkung rahang,sehingga
erupsinya terhalang dan mengganggu gigi tetangga.
Penegakan diagnose untuk gigi impaksi dilakukan dengan anamnes,Riwayat
Medik,Pemeriksaan klinik,Palpasi dan ditunjang dengan Pemeriksaan radiografi.
Pengklasifikasian gigi impaksi
bagi masing-masing gigi berbeda,tujuan
pengklasifikasian gigi ini adalah untuk membantu dokter gigi dalam melakukan perawatan
gigi impaksi.
Gigi yang prevalensinya tinggi untuk impaksi berdasarkan urutannya adalah gigi 31
molar ketiga mandibula,maksila,kaninus atas dan kaninus bawah,premolar atas,premolar
bawah dan insisivus sentral atas.
Teknik pencabutan pada masing-masing gigi yang impaksi memang berbeda tapi
secara garis besar memiliki tahapan yang sama.
III.2.Saran
Apabila ada gigi geligi yang belum erupsi pada masa erupsinya sebaiknya
dikonsultasikan ke dokter gigi kemungkinan gigi tersebut impaksi.
Gigi yang impaksi sebaiknya dilakukan pencabutan jika menimbulkan keluhan
dan potensial menimbulkan penyakit bagi gigi tetangga dan jaringan disekitarnya.
Sebelum melakukan pencabutan dengan pembedahan pada gigi impaksi seorang
operator harus benar-benar menguasai anatomi,alat dan teknik dalam pembedahan.
Dalam pembedahan untuk mengeluarkan gigi impaksi harus dilakukan dengan
atraumatis dan se asepsis mungkin untuk mendukung keberhasilan dalam perawatan gigi
impaksi.
DAFTAR PUSTAKA
32