Anda di halaman 1dari 25

Pemeriksaan Fisik Bedah Plastik

Pembimbing :
dr. Huntal Sp.BP-RE
Presentan:
Syah Muhammad Reza
1102011271
Nely Halidiyah 1102011192
FK YARSI
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah
RS Tk. I Bhayangkara Raden Said Sukanto

LUKA
DEFINISI LUKA
Terputusnya kontinuitas jaringan tubuh
Sebab-sebab :
1.

Fisik

2.

Mekanik

3.

Kimia,

4.

Termal

. Luka terbuka atau luka tertutup


. Luka akut atau kronis

PENILAIAN TERHADAP PASIEN


Anamnesis :
Riwayat luka
Keluhan yang dirasakan saat ini : nyeri, infeksi
Lokasi luka dan nyeri
Riwayat
kesehatan
dan
penyakit
pasien
keseluruhan
Riwayat penanganan luka yang sudah diperoleh

secara

Konsekuensi luka dan bekas luka bagi pasien (fungsional,


kosmetik, psikologis)

PENILAIAN TERHADAP PASIEN


Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital

Pemeriksaan fisik umum : bertujuan mencari tanda


adanya faktor komorbid
Penilaian tanda umum & tanda lokal adanya infeksi
Penilaian terhadap terjadinya kerusakan struktur di
bawah luka (pembuluh darah, syaraf, ligamentum, otot,
tulang, jaringan)

INSPEKSI LUKA
1. Menentukan jenis luka :
Akut & Kronis : beda luka akut & kronis
Penyebab luka : fisik, mekanik (abrasio, kontusio,
laserasio, kombinasi), chemical, termal
Tingkat
kontaminasi
(luka
bersih,
luka
bersih
terkontaminasi,
luka
terkontaminasi,
luka
kotor/
terinfeksi)
risiko infeksi, penatalaksanaan, bekas luka 2.
2. Penilaian status lokalis

Trauma maksilofasial
trauma jaringan keras
Yaitu dilihat dari tipe fraktur
fraktur sederhana, fraktur compound, fraktur comminuted
dan fraktur patologis
perluasan tulang yang terlibat
Complete / incomplete
konfigurasi (garisfraktur)
tranversal, bisa horizontal atau vertikal, oblique (miring),
spiral (berputar) dan comminuted (remuk)
hubungan antara fragmen
perpindahan tempat dan tidak ada perpindahan tempat

trauma jaringan lunak


kerusakan anatomi, diskontinuitas suatu jaringan oleh
karena trauma dari luar. Dapat diklasifikasikan
berdasarkan jenis luka dan penyebab seperti
ekskoriasi, luka sayat, luka robek, luka bacok, luka
bakar dan luka tembak. Serta berdasarkan ada atau
tidaknya kehilangan jaringan.

Diagnosis

Anamnesis
riwayat trauma
mulai dari kapan
kejadian
penyebab trauma
bagaimana mekanisme
kejadiannya
pertolongan pertama
yang sudah dilakukan
jumlah perdarahan

PF : inspeksi
Derajat tinggi fraktur
LeFort
Asimetri
Deformitas dan injuri
nervus cranial
Intranasal
(hematoma)
Intraoral (gigi)

Palpasi
Seluruh tulang
craniofasial untuk
melihat :
Tenderness
Facial stability
Crepitus
Cutaneous
anesthesia

Klasifikasi fraktur maksilofasial


Fraktur Frontal
Deformitas,
laserasi,
kontusio, nyeri
facial,
hematoma
pada dahi
Disertai
krepitasi
supraorbital,
pareestesia
supraorbital
Rhinorea CSF

Fraktur
kompleks
nasal
Riwayat
trauma pada
hidung
Pf : hidung
edema,
epistaksis,
nyeri, deviasi,
krepitasi dan
fraktur
Inspeksi
intranasal
(hematoma
septum)

Fraktur kompleks
zygoma
Teraba defek
pada palpasi
sepanjang
orbital
lateral/infraorbit
al rim.
Nyeri
Perdarahan
subkonjungtiva,
diplopia,
trismus,
epistaksis,
ekimosis
intraoral, cedera
gusi

Fraktur Mandibula
- nyeri saat rahang
bawah bergerak
- sulit buka
mulut/gigit ke arah
bawah
- maloklusi gigi
- palpasi dirasakan
mobilitas dan
krepitasi sepanjang
simpisis, sudut,
corpus
- dapat disertai
edema intraoral,
ekimosis dan
perdarahan gusi

Fraktur maksila

Fraktur yang melepaskan maksila dr


dasar tengkorak, maksila jd mobile
Klasifikasi :

Le fort I
Edema wajah, pergerakan hard
palate
Lefort II
Edema wajah, telekantus,
perdarahan subkonjungtiva
pergerakan maksila, epitaksis,
rhinorea CSF
Le fort III
Edema massif, elongasi wajah,
epistaksis, rhinorea CSF, gerakan
seluruh tulang wajah

Labiopalatoschisis
Labioschisis : Terjadi akibat tonjolan nasal
media gagal menyatu dengan tonjolan
maksila (yang merupakan pembentuk bibir
atas). Yang menyebabkan otot orbicularis
oris tidak dalam satu kesatuan otot,
sehingga
menimbulkan
gangguan
fungsional dan estetik.
Palatoschisis : terjadi akibat tonjolan
palatine gagal menyatu. Dapat terjadi pada
palatum mole atau durum atau keduanya.

Diagnosis
Pemeriksaan fisik
Inspeksi luar untuk melihat bibir
Inspeksi dalam untuk melihat palatum

Pada saat kehamilan trimester kedua dapat di


lihat saat USG

LIPOMA

DEFINISI
Lipoma adalah tumor jinak jaringan lemak yang di
kelilingi kapsul fibrosa tipis. Sering dijumpai didaerah
kepala, leher, bahu dan punggung.
Etiologi belum pasti, kecendrungan genetik.
Dapat dijumpai disegala usia. Palig sering pada usia
40-60 tahun.
Lipoma soliter perbandingan Laki-laki = perempuan.
Lipoma multipel laki-laki > perempuan.

KLASIFIKASI
ANGIOLIPOMA
LIPOMA NEOMORFIK
ADENOLIPOMA

DIAGNOSIS
Lipoma tumbuh lambat dan hampir selalu jinak.
Biasanya tampak sebagai benjolan bulat, tidak nyeri
dan dapat digerakkan.
Dapat ditemukan pada jaringan yang lebih dalam
misalnya septum intermuskular, organ abdomen,
rongga mulut, kanal auditori interna, sudut
serebelopontin dan rongga dada.
Bila terdapat keraguan dapat dilakukan biopsi jarum
halus atau CT scan.

TATALAKSANA
Pada umumnya tidak memerlukan tindakan apapun
kecuali bila lipoma membesar dan nyeri atau
mengganggu kenyamanan pasien.
Pilihan terapi yang dapat dilakukan adalah
pembedahan.
Tindakan bedah dengan melakukan eksisi atau enuklas

PERSIAPAN BEDAH
1. Gambar batas lipoma dan rencana eksisi pada
permukaan kulit
2. Bersihkan dengan povidone iodine atau klorheksin,
kemudian dipasang duk steril.
3. Anastesi lokal menggunakan lidokain 2% dengan
epinefrin, dilakukan dengan field block, dengan cara
menginfiltrasika subkutan di sekeliling daerah operasi.

ENUKLEASI
Lipoma ukuran kecil dapat diangkan dengan cara
enukleasi.
Insisi dilakukan sepanjang 3-4 mm diatas benjolan.
Tumor dikeluarkan melalui celah insisi.
Jahitan biasanya diperlukan, dan digunakan balut
bertekanan untuk mencegah terjadinya hematoma.

EKSISI (1)
Lipoma yang lebih besar diangkan dengan eksisi.
Prosedurnya sebagai berikut :
1. Insisi dilakukan pada kulit diatas benjolan dengan bentuk elips mengikuti garis
tegangan kulit, dengan ukuran lebih kecil dati benjolan bawahnya
2. Kulit bagian tengah yang akan dieksisi dipegang dengan klem allis atau
hemostat untuk memberikan traksi agar tumor dapat diangkat
3. Pemotongan dilakukan diluar lemak subkuan tumor menggunakan skapel no 15
atau gunting, dengan menghindari saraf atau pembuluh darah yang mungkin
terdapat di sekeliling tumor
4. Setelah lipoma dilepaskan dari jaringan sekitar,
dipindahkan ke tumor untuk memegang tumor.

klem

hemostat

dapat

5. Lipoma dikeluarkan secara utuh, dan dipastikn tidak ada jaringan tumor yang
tertinggal.

EKSISI (2)
6. Dilakukan hemostasis terhadap perdarahn yang mungkin terjadi.
7. Ruang dibawah kulit ditutup dengan jahitan satu-satu menggunakan
benang yang diserap 2-5 bulan.
8. Kulit kemudian ditutup dengan ahitan satu-satu menggunakan benang
yang tidak diserap.
9. Digunakan balut bertekanan untuk mencegah terjadinya hematoma.
10. Luka diperiksa setelah 2-7 hari
11. Benang dapat diangkat setelah 7 hari, bergantung pada lokasi di tubuh.
12. Lipoma yang dikeluarkan diperiksa secara histopatologis.

KOMPLIKASI
Komplikasi pengangkatan lipoma jarang terjadi,
diantaranya infeksi, terbentuk hematoma, cidera saraf
atau pembuluh darah sekitar, deformitas, parut bekas
operasi, cidera atau iritasi otot, emboli lemak,
periostitis atau ostiomielitis, atau kekambuhan.
Komplikasi bekas operasi yang tidak baik berupa parut
tebal atau garis-garis bekas jahitan dapat dihindarkan
dengan metode bekerja standar bedah plastik.

Sekian terima kasih..

Anda mungkin juga menyukai