Anda di halaman 1dari 3

Kalibrasi dan Tera

Terkadang kita masih bingung apa itu yang membedakan antara kalibrasi dan tera. Artikel pendek ini
mungkin bisa membantu menjelaskan apa perbedaan antara kalibrasi dan tera.
Dari segi metrologi, perbedaan mendasar antar kalibrasi dan tera adalah kalibrasi termasuk metrologi
industri sedangkan tera merupakan metrologi legal.

Perbedaan Tera dan Kalibrasi :


Metrologi Industri (Kalibrasi)
1. Sebagai jaminan Mutu yaitu untuk memastikan bahwa sistem pengukuran dan alat ukur di industri
berfungsi dengan akurasi yang memadai.
2. Untuk persiapan, proses produksi maupun pengujian.
3. Bersifat sukarela, walaupun menjadi bersifat wajib ketika suatu perusahaan menerapkan standar lain
seperti ISO 9001, ISO 14001, ataupun OHSAS 18001 karena kalibrasi tersebut tertuang dalam salah
satu klausul dari stadar tersebut.
4. Diaudit/ditinjau Assesor /auditor (BSN-KAN).
Metrologi Legal (Tera)
1. Bertujuan untuk melindungi konsumen
2. Untuk transaksi perdagangan
3. Bersifat wajib
4. Dikontrol oleh Pemerintah( DOM) -(Sumber: Kalibrasi.org)

Menentukan toleransi alat ukur


24 10 2011

Di milis forumkalibrasi@yahoogroups.com muncul sebuah pertanyaan: bagaimana cara menentukan


toleransi alat jika alat tersebut benar2 baru dan baru akan dikalibrasi?
Sebelum membahas bagaimana menentukan toleransi alat ukur, kita bahas dulu makna toleransi.
Tolerate yang menjadi akar kata tolerance (toleransi), oleh New Oxford American Dictionary diartikan
kira-kira mampu menanggung sesuatu (yang buruk) tanpa efek buruk. Kalau diartikan lebih bebas,
toleransi berarti: kemampuan menerima suatu penyimpangan (dari kondisi ideal) tanpa terjadinya efek
yang buruk.
Dalam dunia industri, toleransi merupakan bagian dari spesifikasi suatu produk. Dalam konteks ini,
toleransi dapat diartikan besarnya perbedaan antara kondisi aktual dibandingkan kondisi ideal, sejauh
bahwa perbedaan tersebut tidak sampai mengakibatkan kegagalan fungsi maupun penurunan fungsi
yang signifikan. Misalkan sebuah komponen mesin mempunyai spesifikasi ukuran 90 mm dengan
toleransi 0,1 mm. Ini berarti bahwa komponen tersebut masih dapat berfungsi dengan baik asalkan
ukurannya di antara 89,9 mm dan 90,1 mm.
Setelah melalui proses produksi, hasil yang diharapkan adalah suatu produk yang memiliki ukuran atau
sifat-sifat lain sesuai spesifikasi dan toleransi yang telah ditetapkan. Karena itu dilakukan pengujian

mutu terhadap produk tersebut, dengan cara melakukan pengukuran. Hasil pengukuran dibandingkan
dengan spesifikasi tadi. Jika hasil pengukuran menunjukkan bahwa produk tersebut mempunyai ukuran
sesuai dengan spesifikasi, maka produk tersebut dinyatakan sesuai dengan spesifikasi.
Di dalam proses pengukuran tadi, terdapat sumber-sumber ketidakpastian pengukuran, sehingga hasil
pengukuran pun mempunyai nilai ketidakpastian pengukuran. Maka dalam paradigma terbaru,
penilaian kesesuaian (conformity assessment) harus memperhitungkan nilai ketidakpastian dan nilai
pengukuran. Suatu produk baru dapat dikatakan sesuai dengan spesifikasi jika memenuhi ketentuan:
E+UT
dengan:
E = penyimpangan dari spesifikasi (absolut)
U = nilai ketidakpastian pengukuran (pada tingkat kepercayaan 95 persen)
T = toleransi untuk produk tersebut (absolut)
Dengan kata lain, nilai ketidakpastian pengukuran harus lebih kecil daripada toleransi yang diberikan
untuk produk yang diukur. Idealnya nilai ketidakpastian pengukuran besarnya sepersepuluh dari
toleransi, atau dalam kondisi terburuk, nilai ketidakpastian pengukuran diharapkan tidak lebih dari
sepertiga toleransi.
Uraian di atas menunjukkan bahwa toleransi berkaitan dengan produk yang diukur, bukan
dengan alat ukurnya. Untuk alat ukur, VIM (kosakata metrologi internasional) 2008 memberikan
istilah maximum permissible error (MPE). Antara MPE dan toleransi memang ada kesamaan makna,
tetapi dianjurkan untuk tidak dicampuraduk.
Kembali ke proses di atas, maka seharusnya urutan yang benar adalah:
spesifikasi dan toleransi (T1) untuk sebuah produk ditetapkan;
pengukuran terhadap produk tersebut dilakukan dengan sistem pengukuran yang mempunyai
ketidakpastian pengukuran (U1) cukup kecil dibandingkan toleransi T1;
alat ukur yang dipakai dalam sistem pengukuran tersebut dikalibrasi menggunakan sistem
kalibrasi yang dapat memberikan nilai ketidakpastian pengukuran (U2) lebih kecil daripada U1;
dan seterusnya.
Jadi, pada saat kita akan mengalibrasi alat ukur, harus sudah jelas dulu berapa MPE (bukan toleransi)
untuk alat ukur tersebut. Baru kita mengevaluasi ketidakpastian pengukuran dari kalibrasi tersebut,
supaya kita bisa menilai apakah ketidakpastian pengukuran tersebut memadai (cukup kecil)
dibandingkan MPE-nya.
Ibaratnya, kalau mau mengemudikan sebuah kendaraan, tentukan dulu tujuannya! Jangan mulai
menjalankan kendaraan kalau kita belum tahu ke mana tujuannya. Toleransi objek ukur adalah tujuan
yang ingin dicapai; pengukuran atau kalibrasi alat ukur dan evaluasi ketidakpastian adalah cara untuk
mencapai tujuan tersebut.(sumber : Blog LIPI)
Intinya: MPE untuk alat ukur dapat ditetapkan berdasarkan toleransi benda kerja yang akan diukur. Dan
toleransi benda kerja ditetapkan berdasarkan desain penggunaan benda tersebut. (Sumber: forum
kalibrasi)
Demikianlah adanya untuk penentuan unjuk kerja timbangan seperti yang Bapak sebutkan.
Hal ini mengacu pada AS TG2 Laboratory Balances Calibration Requirements yang
diterbitkan
International Accreditation New Zealand, Maret 2002. Disitu ada statemen sebagai

berikut :
These figures would apply to most balances although, as shown above, some semi-micro
balances, even when new, can demonstrate "Limits of performance" in the order of 7 to 10
times their readabilities.
Jadi, apakah timbangan Bapak termasuk semi-micro balances yang mungkin saja bisa LOPnya berada pada 7-10 kali readability-nya meskipun timbangannya masih baru.
Acuan lain yang bisa digunakan untuk penentuan unjuk kerja timbangan adalah OIML R76-1 Nonautomatic weighing instruments Part 1: Metrological and technical requirements - Tests.
Yth sdri Mimin
>
> Dikalibrasi tidaknya sebuah alat ukur merujuk dua hal:
>
> 1. Jika alat ukur digunakan sebagai alat transaksi maka tidak perlu
> dikalibrasi tetapi wajib ditera dan ditera ulang. Ini wewenang instansi
> metrologi setempat
>
> 2. Alat yang harus dikalibrasi adalah semua alat yang menentukan atau
> mempengaruhi mutu hasil uji, hasil produksi, atau jasa.
>
> Contoh penggaris yang digunakan untuk mengukur panjang produk dalam rangka
> pengendalian mutu produk. Penggaris ini harus dikalibrasi. Namun jika hanya
> digunakan untuk menggarisi buku catatan, ya ga perlu dikalibrasi.
>
> Setahu saya belum ada buku panduan tentang alat yg hrs dikalibrasi, kecuali
> dlm manual alat biasanya ada. Namun demikian kita dg mudah memilah alat
> mana yg perlu dikalibrasi.
>
> Demikian
>
> Endang Sumirat

Anda mungkin juga menyukai