Anda di halaman 1dari 7

POLARIMETER

I.
II.

Tanggal Percobaan
Senin,
Tujuan Percobaan
Menentukan rotasi jenis zat yang menentukan kadar larutan zat ( larutan glukosa 5%
& 10%, vitamin C 10%)

III.

Teori
Jika sinar dilewatkan pada kristal anisotropik maka akan diuraikan menjadi
dua sinar yang terpolarisasi, yaitu dengan arah gerak tegak lurus satu sama lain. Sinar
yang melalui medium sodium kristal ini berbeda arah karena perbedaan indeks bias
medium terhadap masing-masing sinar terpolarisasi tersebut. Hal ini memungkinkan
untuk menghilangkan satu komponen menetapkan bidang polarisasi sinar.
Prisma nikol dibuat dari prisma kalisit yang dipotong diagonal dan direkatkan
kembali dengan balsam Canada. Pada permukaan antara kalsit dan balsam Canada
pemantulan total suatu komponen yang akann diserap oleh lapisan prisma.
Zat zat tertentu mempunyai daya memutar bidang polarisasi dari sinar
terpolarisasi. Sifat ini ditemukan pada beberapa gas, kristal, cairan, dan larutan. Pada
kristal sifat ini disebabkan oleh susunan atom pada molekul yang berlapis-lapis seperti
gambaran cermin adanya atom C asimetris pada molekul zat umumnya menyebabkan
sifat optik aktif
Rotasi optik adalah besar sudut putar bidang polarisasi yang terjadi jika sinar
terpolarisasi dilewatkan melalui cairan. Kecuali dinyatakan lain, pengukuran dilakukan
menggunakan sinar natrium pada lapisan cairan setebal 1 dm dan pada suhu 200 C.
Rotasi jenis adalah sudut putar bidang polarisasi

yang terjadi jika sinar

terpolarisasi dilewatkan melalui cairan setebal 1 dm, mengandung 1 gram zat tiap ml.
Besarnya rotasi optik dipengaruhi oleh tebal, kadar larutan larutan yang
dilalui sinar, panjang gelombang sinar, suhu dan kemurnian kelarutan. Untuk mengurangi

beberapa variabel, rotasi jenis ditetapkan pada panjang gelombang dan suhu tertentu
sehingga diperoleh hubungan sebagai berikut :
[ ] = 100
1c
Dimana :
[]

= Rotasi jenis

= Rotasi optic

= Tebal larutan yang dilalui sinar dalam dm

= Kerapatan larutan, g/ml

= Kadar larutan, g/100 ml

= Kadar larutan, g/100 ml


Besar rotasi optik diukur dengan polarimeter yaitu alat yang terdiri dari dua

buah prisma Nicol dimana antara dua prisma tersebut diletakkan zat yang ditetapkan
rotasi optiknya.
Gambar skema polarimeter

Keterangan :
A : Lampu, sumber sinar monokromatis
B : Lensa pengumpul sinar
C : Polarisator, untuk mempolarisasikan
D : Tabung Polarimeter
E : Analisator, untuk menganalisa sudut terpolarisasi atau untuk mengamati sudut putarnya
F : Lensa penyearah

G : Mata pengamat
Jika analisator diletakkan pada tempat yang sesuai, maka tidak ada sinar yang
melalui analisator, tetapi jika saat optic yang aktif diletakkan antara dua prisma nikol, sinar
dapat melalui analisator. Sudutnya harus diputar sedemikian rupa hingga didapat bidang
gelap yang pertama untuk menentukan sudut pemutaran bidang polarisasi ke kanan dan
sebaliknya jika ke kiri, maka zat pembacaan skala hingga 0,01.
IV.

Alat dan Bahan


Alat
1. Polarimeter, dilengkapi tabung polarimeter 2 dm
2. Alat-alat gelas
Bahan
1. Glukosa, vitamin C
2. Larutan glukosa, larutan vitamin C

V. PROSEDUR KERJA
1) Setiap percobaan, tabung polarimeter harus dalam keadaan bersih dan dibilas lebih
dahulu dengan zat yang akan ditetapkan rotasi optiknya.
2) Masukkan air suling ke dalam tabung polarimeter dan usahakan agar tidak ada
gelembung udara di dalam tabung. Letakkan diantara dua prisma nikol.
3) Putar analisator hingga diperoleh bidang bidang penglihatan kiri dan kanan sama
terang. Lakukan beberapa catat rata-ratanya dimana untuk air suling harus
menunjukkan angka nol, karena air suling bukan zat optik aktif.
4) Ganti air suling dengan larutan zat yang akan ditetapkan rotasi jenisnya (5 gr, 10 gr,
glukosa dan vitamin C yang dilarutkan dalam air suling hingga 100 ml) tetapkan
masing-masing rotasi optiknya seperti butir 3.
5) Hitung rotasi jenisnya (glukosa atau sakarosa) dengan di atas
6) Setelah tabung dibersihkan, larutan zat yang akan ditetapakan kadarnya (glukosa dan
vitamin C), tetapakan masing-masing rotasi optiknya seperti butir 3.
7) Hitung kadar zat dengan rumus seperti pada butir 5.
VI.

Hasil danPembahasan
Hasil

No
1.
2.
3.

Sampel
Dextrosa
Dextrosa
Vitamin C

FI III hal 268 (Glukosa)

Kadar
5%
10 %
10 %

Rotasi Optik
8,24
4,12
3,08

Rotasi jenis + 42,50 sampai 53,0 dihitung.


- Dextrosa 10 %
Timbang glukosa 10 gr + aquadest ad 100 ml
- Dextrosa 5 %
Timbang glukosa 5 gr + aquadest ad 100 ml
FI III hal 47 (vitamin C)
Rotasi jenis antara +20,50 dan 21,50 dihitung :
-

Vitamin C 10%
Timbang vitamin C = 10 gr + aquadest ad 100 ml

Rotasi Jenis :
1. Dextrosa 5 %

: []

= 100 = 100 . 4,12


1c
1. 5

= 82,40

2. Dextrosa 10 %

: []

= 100 = 100. 8,24


1c
1. 10

= 82,40

3. Vitamin C 10 %

: []

= 100 = 100. 3,08


1c
1. 10

= 30,80

Perhitungan Penyimpangan :
1) Kemurnian Dextrosa 5 %= 82,40 530 x 100%
= 55,4%
530
2) Kemurnian Dextrosa 10 % = 82,40 530 x 100% = 55,4%
530
3) Kemurnian vitamin C 10 % = 30,80 21,50 x 100% = 43,2%
530
Kemurnian 5 % = ( sampel) x 100% = 55,4 x 100%
( murni)
53

= 104,52%

Kemurnian 10 % = ( sampel) x 100% = 55,4 x 100% = 104,52%


( murni)

53

Kemurnian Vit C 10 % = ( sampel) x 100% = 43,2 x 100% = 81,5%


( murni)

53

Pembahasan
Berdasarkan praktikum polarimeter yang bertujuan untuk menentukan
rotasi jenis zat yang menentukan kadar larutan zat maka dilakukan percobaan
dengan menggunakan sampel berupa dextrosa 5%, dextrosa10% dan vitamin
C 10%. Dari percobaan tersebut maka diperoleh data-data sebagai berikut :
Rotasi jenis pada dextrosa 5% adalah 82,40; Rotasi jenis pada dextrosa 10%
adalah 82,40 dan Rotasi jenis pada vitamin C 10% adalah 30,80.

Penyimpangan yang terjadi pada sampel glukosa percobaan tersebut


adalah :
Pada kemurnian dextrosa 5% didapat penyimpangan sebesar 55,4% ; Pada
kemurnian dextrosa 10% didapat penyimpangan sebesar 55,4% dan Pada
kemurnian vitamin C 10% didapat penyimpangan sebesar 43,2%.

VII.

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan didapat kesimpulan bahwa :
Rotasi jenis dari tiap kadar zat uji adalah sebagai berikut
Rotasi jenis dextrosa 5% adalah 82,40
Rotasi jenis dextrosa 10% adalah 82,40
Rotasi jenis vitamin C 10% adalah 30,80
Perhitungan penyimpangan kemurniannya sebagai berikut
Pada kemurnian dextrosa 5% didapat penyimpangan sebesar
55,4%
Pada kemurnian dextrosa 10% didapat penyimpangan sebesar
55,4%
Pada kemurnian vitamin C 10% didapat penyimpangan sebesar
43,3%
Saran
a. Tabung polarimeter harus dipastikan dalam keadaan bersih dan dibilas
lebih dahulu dengan zat yang akan ditetapkan rotasi optiknya.
b. Lebih teliti dalam pembacaan angka pada waktu pengukuran sehingga
hasil yang diperoleh akurat.

VIII.

Daftar Pustaka
Buku Penuntun Praktikum Fisika Farmasi

Di susun oleh :
Nilla Puspitasari
Novita Sugianto

II B

KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA
II
Jalan Percetakan Negara No.23 Jakarta Pusat 10560
Telp.021 4244486. 4244795 Faks 021 4244795

Anda mungkin juga menyukai