DI SUSUN
OLEH :
SUBHAN
NIM 010030170 B
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Kasus Asuhan Keperawatan Klien dengan Luka Bakar
Di Ruang Bedah G RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Mahasiswa
Subhan
NIM. 010030170 B
Pembimbing Ruangan
Pembimbing Akademik
T J u T j u k, S.KP
NIP.
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN LUKA BAKAR (COMBUSTIO)
1. PENDAHULUAN
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka secara
langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa
keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu, seorang dengan luka
bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami komplikasi dari luka dan
pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal ini mempunyai harapan hidup
kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa dengan luas luka bakar 75%
mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan merupakan hal yang luar biasa untuk
memulangkanpasien dengan luka bakar 95% yang diselamatkan. Pengurangan
waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini untuk mencegah
komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka dan tehnik
rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-rata harapan
hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Beberapa karakteristik luka bakar yang terjadi membutuhkan tindakan
khusus yang berbeda. Karakteristik ini meliputi luasnya, penyebab(etiologi) dan
anatomi luka bakar. Luka bakar yang melibatkan permukaan tubuh yang besar
atau yang meluas ke jaringan yang lebih dalam, memerlukan tindakan yang lebih
intensif daripada luka bakar yang lebih kecil dan superficial. Luka bakar yang
disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn) mempunyai perbedaan prognosis
dan komplikasi dari pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia memerlukan pengobatan
yang berbeda dibandingkan karena sengatan listrik (elektrik) atau persikan api.
Luka bakar yang mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih
besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka bakar pada kaki
atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan fungsi kerja klien dan memerlukan
tehnik pengobatan yang berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Pengetahuan
umum perawat tentang anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat
diperlukan untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna
untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan
langsung dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status
kesehatan sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar
dan pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang
lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
Definisi
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang
lebih dalam (Irna Bedah RSUD Dr.Soetomo, 2001).
Etiologi
1. Luka Bakar Suhu Tinggi(Thermal Burn)
a. Gas
b. Cairan
c. Bahan padat (Solid)
2. Luka Bakar Bahan Kimia (hemical Burn)
3
3.
4.
Penyebab
Penampilan
Warna
Jilatan api, sinar ultra Kering tidak ada gelembung.
Bertambah merah.
violet (terbakar oleh Oedem minimal atau tidak ada.
matahari).
Pucat bila ditekan dengan ujung jari,
berisi kembali bila tekanan dilepas.
Perasaan
Nyeri
Blister besar dan lembab yang ukurannya Berbintik-bintik yang kurang Sangat nyeri
bertambah besar.
jelas, putih, coklat, pink,
Pucat bial ditekan dengan ujung jari, bila daerah merah coklat.
tekanan dilepas berisi kembali.
Ketebalan sepenuhnya
(tingkat III)
B. Sedang moderate:
a) Tingkat II
b) Tingkat III
: 15 30%
: 1 10%
C. Ringan minor:
a) Tingkat II
b) Tingkat III
: kurang 15%
: kurang 1%
Kebutuhan O2
Luka Bakar Luas Resiko Kerusakan Pertukaran Gas
Aldosteron
Depresi miokard/ MDF
Sekresi adrenal
Katekolamin
release
Insufisiensi miokard
Renal flow
cardiac output
Vasokontriksi
Splenic flow
H2O loss
hipovolemik
Gagal ginjal
Hipoksia hepar
Gagal hepar
1.
2.
3.
10
Tingkatan hipovolemik
Tingkatan diuretik
( s/d 48-72 jam pertama)
(12 jam 18/24 jam pertama)
Mekanisme
Dampak dari
Mekanisme
Dampak dari
Vaskuler ke insterstitial.
Hemokonsentrasi
oedem Interstitial ke vaskuler.
Hemodilusi.
pada lokasi luka bakar.
Fungsi renal.
Kadar
sodium/natrium.
Kadar
potassium.
Kadar protein.
Kehilangan
protein
waktu Hipoproteinemia.
berlangsung terus katabolisme.
Keseimbangan
nitrogen.
Keseimbnagan
asam basa.
nitrogen
11
hipermetabolisme
peningkatan
produk
metabolisme.
disertai
akhir
Respon stres.
Eritrosit
Lambung.
Curling ulcer (ulkus pada gaster), Rangsangan central di Akut dilatasi dan paralise usus.
perdarahan lambung, nyeri.
hipotalamus
dan
peingkatan jumlah cortison.
Jantung.
Tidak terjadi
pertama.
pada
hari-hari Hemokonsentrasi.
Peningkatan
cortison.
jumlah
12
Obat obatan:
o Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam sejak kejadian.
o Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
o Analgetik : kuat (morfin, petidine)
13
Antasida
: kalau perlu
14
1.
Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d) Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan mobilisasi
cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada; khususnya
pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan
motilitas/peristaltik gastrik.
e)
Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f)
Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan.
Tanda: perubahan orientasi; afek, perilaku; penurunan refleks tendon
dalam (RTD) pada cedera ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik);
laserasi korneal; kerusakan retinal; penurunan ketajaman penglihatan
(syok listrik); ruptur membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera
listrik pada aliran saraf).
g) Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan
suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara
respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada
keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
h) Pernafasan:
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar
dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan
laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema
paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi).
15
i)
Keamanan:
Tanda:
Kulit umum: destruksi jarinagn dalam mungkin tidak terbukti selama 35 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada beberapa
luka.
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan
pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung
sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.
Cedera api: terdapat area cedera campuran dalam sehubunagn dengan
variase intensitas panas yang dihasilkan bekuan terbakar. Bulu hidung
gosong; mukosa hidung dan mulut kering; merah; lepuh pada faring
posterior;oedema lingkar mulut dan atau lingkar nasal.
Cedera kimia: tampak luka bervariasi sesuai agen penyebab.
Kulit mungkin coklat kekuningan dengan tekstur seprti kulit samak
halus; lepuh; ulkus; nekrosis; atau jarinagn parut tebal. Cedera secara
mum ebih dalam dari tampaknya secara perkutan dan kerusakan
jaringan dapat berlanjut sampai 72 jam setelah cedera.
Cedera listrik: cedera kutaneus eksternal biasanya lebih sedikit di
bawah nekrosis. Penampilan luka bervariasi dapat meliputi luka aliran
masuk/keluar (eksplosif), luka bakar dari gerakan aliran pada proksimal
tubuh tertutup dan luka bakar termal sehubungan dengan pakaian
terbakar.
Adanya fraktur/dislokasi (jatuh, kecelakaan sepeda motor, kontraksi
otot tetanik sehubungan dengan syok listrik).
j)
Pemeriksaan diagnostik:
(1) LED: mengkaji hemokonsentrasi.
(2) Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium
dapat menyebabkan henti jantung.
(3) Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
(4) BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
(5) Urinalisis
menunjukkan
mioglobin
dan
hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
(6) Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
(7) Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
(8) Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
16
2.
Diagnosa Keperawatan
Sebagian klien luka bakar dapat terjadi Diagnosa Utama dan
Diagnosa Tambahan selama menderita luka bakar (common and additional).
Diagnosis yang lazim terjadi pada klien yang dirawat di rumah sakit yang
menderila luka bakar lebih dari 25 % Total Body Surface Area adalah :
1. Penurunan Kardiak Output berhubungan dengan peningkatan
permiabilitas kapiler.
2. Defisit Volume Cairan berhubungan dengan ketidak seimbangan
elektrolit dan kehilangan volume plasma dari pembuluh darah.
3. Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan Penurunan Kardiak
Output dan edema.
4. Ketidakefektifan Pola Nafas berhubungan dengan kesukaran bernafas
(Respiratory Distress) dari trauma inhalasi, sumbatan (Obstruksi) jalan
nafas dan pneumoni.
5. Perubahan Rasa Nyaman : Nyeri berhubungan dengan paparan ujung
syaraf pada kulit yang rusak.
6. Gangguan Integritas Kulit berhubungan dengan luka bakar.
7. Potensial Infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit.
8. Perubahan Nutrisi : Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan
dengan peningkatan rata-rata metabolisme.
9. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan luka bakar, scar dan
kontraktur.
10. Gangguan Gambaran Tubuh (Body Image) berhubungan dengan
perubahan penampilan fisik
Klien luka bakar mungkin dapat terjadi Diagnosa Resiko dari
satu atau lebih Diagnosa keperawatan berikut :
1. Ketidakefektifan coping keluarga berhubungan dengan kehilangan
rumah, keluarga atau yang lain.
2. Ketidakefektifan pertahanan coping individu berhubungan dengan
situasi krisis.
3. Kecemasan berhubungan dengan ancaman kematian, situasi krisis dan
kehilangan pengendalian.
4. Takut berhubungan dengan nyeri, prosedur terapi dan keadaan masa
depan yang tidak diketahui.
5. Kelebihan cairan berhubungan dengan pemberian cairan intra vena yang
terlalu banyak.
6. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan nyeri, kontraktur dan
kehilangan fungsi pada ekstrimitas dan bagian tubuh lain.
7. Gangguan fungsi (disfungsi) seksual berhubungan dengan luka bakar
perineum, genetalia, payudara, imobilisasi, kelelahan, depresi dan
gangguan dalam gambaran diri (body image).
8. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri, cara pengobatan dan
lingkungan yang gaduh.
9. Isolasi sosial berhubungan dengan cara pengobatan dan perubahan
dalam penampilan fisik.
10. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan gagal ginjal dan terapi
obat.
11. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan pengaruh luka bakar.
17
Marilynn E. Doenges dalam Nursing care plans, Guidelines for planning and
documenting patient care mengemukakan beberapa Diagnosa keperawatan
sebagai berikut :
1 Resiko tinggi bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka
bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
2 Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan. Kehilangan
perdarahan.
3 Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera inhalasi
asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka bakar
sirkumfisial dari dada atau leher.
4 Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5 Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6 Resiko tinggi kerusakan perfusi jaringan, perubahan/disfungsi
neurovaskuler perifer berhubungan dengan Penurunan/interupsi aliran
darah arterial/vena, contoh luka bakar seputar ekstremitas dengan
edema.
7 Perubahan nutrisi : Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
status hipermetabolik (sebanyak 50 % - 60% lebih besar dari proporsi
normal pada cedera berat) atau katabolisme protein.
8 Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskuler, nyeri/tak nyaman, penurunan kekuatan dan tahanan.
9 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma : kerusakan
permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka bakar
dalam).
10 Gangguan citra tubuh (penampilan peran) berhubungan dengan krisis
situasi; kejadian traumatik peran klien tergantung, kecacatan dan nyeri.
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan
pengobatan berhubungan dengan Salah interpretasi informasi Tidak
mengenal sumber informasi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth Edition.
J.B. Lippincott Campany. Philadelpia. Hal. 1293 1328.
Carolyn, M.H. et. al. (1990). Critical Care Nursing. Fifth Edition. J.B. Lippincott
Campany. Philadelpia. Hal. 752 779.
Carpenito,J,L. (1999). Rencana Asuhan Dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2
(terjemahan). PT EGC. Jakarta.
Djohansjah, M. (1991). Pengelolaan Luka Bakar. Airlangga University Press.
Surabaya.
Doenges M.E. (1989). Nursing Care Plan. Guidlines for Planning Patient Care (2 nd
ed ). F.A. Davis Company. Philadelpia.
Donna D.Ignatavicius dan Michael, J. Bayne. (1991). Medical Surgical Nursing. A
Nursing Process Approach. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Hal.
357 401.
Engram, Barbara. (1998). Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. volume
2, (terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Goodner, Brenda & Roth, S.L. (1995). Panduan Tindakan Keperawatan Klinik
Praktis. Alih bahasa Ni Luh G. Yasmin Asih. PT EGC. Jakarta.
Guyton & Hall. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. Volume I.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr. Soetomo Surabaya. (2001). Pendidikan
Keperawatan Berkelanjutan (PKB V) Tema: Asuhan Keperawatan
Luka Bakar Secara Paripurna. Instalasi Rawat Inap Bedah RSUD Dr.
Soetomo. Surabaya.
Jane, B. (1993). Accident and Emergency Nursing. Balck wellScientific
Peblications. London.
Long, Barbara C. (1996). Perawatan Medikal Bedah. Volume I. (terjemahan).
Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran. Bandung.
Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3.
Penerbit Buku Kedoketran EGC. Jakarta.
R. Sjamsuhidajat, Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Senat Mahasiswa FK Unair. (1996). Diktat Kuliah Ilmu Bedah 1. Surabaya.
Sylvia A. Price. (1995). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi
4 Buku 2. Penerbit Buku Kedokteran Egc, Jakarta
19
STUDY KASUS
PENGKAJIAN TANGGAL 15 APRIL 2002 JAM 10.00 WIB
RUANGAN : BEDAH G
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Suku/bangsa
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Ny. Jm
Tgl MRS : 3 April 2002
: 35 tahun
: Perempuan
: Jawa/Indonesia
: Islam
: Tidak bekerja ( Ibu Rumah tangga )
: SD ( tidak tamat/ klas 5 )
: Sepet, Lidah kulon 38 Surabaya.
Alasan dirawat:
Terbakar lampu templek karena tiba-tiba tidak sadar dan jatuh
Keluhan Utama sebelumnya :
Luka pada pantatnya yang terbakar tidak sembuh-sembuh.
Upaya yang telah dilakukan :
Berobat di Rumah Sakit daerah Wiyung tidak sembuh-sembuh akhirnya
diperiksakan ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Terapi/operasi yang pernah dilakukan :
Bulan Februari 2002 menjalani operasi daerah mandibula karena open fraktur
mandibula sequental.
II. RIWAYAT KEPERAWATAN
II.1 Riwayat Penyakit sebelumnya :
- Bulan Februari 2002 menjalani operasi mandibula oleh karena open fraktur
mandibula (sequental )
- Mempunyai penyakit Epilepsi, 2 bulan terakhir tidak pernah minum
obat/kontrol dengan alasan tidak ada biaya.
II.2 Riwayat Penyakit Sekarang :
Klien mengatakan :
Lukanya tidak sembuh-sembuh sejak terbakar 4 minggu yang lalu karena
tiba-tiba tidak sadarkan diri dan jatuh dekat lampu templek.
Sewaktu sadar klien mendapati pakaiannya sudah terbakar dan didapati luka
bakar pada daerah kedua pantatnya.
Klien segera diperiksakan oleh suaminya ke RS daerah Wiyung dengan cara
berobat jalan.
Karena lukanya tidak sembuh-2 dan keadaan klien yang gelisah, tidak mau
makan dan sulit tidur bahkan berteriak teriak akhirnya diperiksakan di
RSUD Dr. Soetomo Surabaya disarankan untuk rawat inap.
II.3 Riwayat Kesehatan Keluarga :
Dari keluarga ayah maupun ibunya tidak ada yang menderita sakit kencing
manis, Epilepsi ataupun sakit berat yang lainnya.
20
Genogram
Keterangan
= Laki laki
= Klien
= Perempuan
Eliminasi
Kebersihan diri
Sebelum Sakit
Makan 3 kali sehari, nasi,
sayur dan ikan, buah
kadang-kadang, tidak ada
makanan pantangan, semua
makanan yang ada disukai.
Minum air putih, sehari
1500-2000 cc.
BAK lancar 5 6 kali
sehari,
warna
kuning
jernih, jumlah 1500-2000
cc / hari. BAB setiap hari
konsistensi lunak.
Tidak pernah tidur siang
Di Rumah Sakit
Tidak mau makan, habis
seperempat porsi, dengan
cara disuap oleh suaminya.
21
Rekreasi
sore.
Bila ada waktu senggang
antara jam 10-00 12.00
menonton TV dirumah
tetangganya, tidak pernah
ketempat rekreasi.
Tanda Vital :
Suhu axilla 36 C Nadi 88 x/menit, Tensi 110/80 mmHg, RR 18 x/menit
22
(L 4,3 10
P 4,3 11,3)
(4,33 5,95) juta/ul
(L 13,4 17,7
P 11,4 15,1)
(L 40 47
P 38 42)%
(80 93)
(27 31)
(30 35) gr/dl
(150 350)
(25 33)%
(57 67)%
23
- LYMPH
- MXD
- NEUT
- RDW-CV
- PDW
- MPV
- P-LCK
Terapi :
- Tarivid 2 x 400 mg
- Katrasil 3 x 50 mg
- Clobazam 2 x 10 mg
- Vit BC 3 x 1
1,3
1,4
9,3
13,1
7,4fl
70
87%
(1,5 4,0)%
(2,0 7,5)%
(11,5 14,5)%
(65 12 fl)
(S u b h a n)
24
PENGELOMPOKAN
DATA
S : Klien mengatakan
Lukanya
tidak
sembuh-sembuh sejak
terbakar
lamou
templek 5 minggu
yang lalu karena tibatiba tidak sadar dan
jatuh.
Mempunyai
riwayat
penyakit
ayan
(Epilepsi).
Sudah berobat ke
RUMAH
SAKIT
DAERAH WIYUNG
tetapi belum sembeh.
O : Terdapat kerusakan
jaringan (Combustio)
pada daerah :
Pedis Dextra Gr II A
1%
Cruris Sinistra Gr II
AB 5%
Gluteus Dextra Sinistra
Gr II AB 3,5%
KEMUNGKINAN
MASALAH
PENYEBAB
Trauma
:
kerusakan Kerusakan integritas kulit
permukaan kulit karena
destruksi lapisan kulit
(parsial/luka bakar dalam).
S : Klien mengatakan
Malas makan karena
mual, badan tidak enak
semua.
Suami
klien
mengatakan
istrinya
sering teriak-teriak dan
gelisah bila diberi
makan langsung mual
O : Conjunctiva merah
muda
Menolak makan, diit
dari RS dimakan
porsi
Bising usus 10 X /mt.
Lab. Albumin serum
2,82 gr/dl
status
hipermetabolik Perubahan nutrisi : Kurang
(sebanyak 50 % - 60% dari kebutuhan tubuh
lebih besar dari proporsi
normal pada cedera berat)
atau katabolisme protein.
: Klien mengatakan
nyeri pada daerah luka
bakar
yang
terus
menerus,
bertambah
hebat bila bergerak
O : Gelisah, kadang
berteriak merintih.
Tensi 110/70 mmHg,
Nadi 88 X / mt
25
S : Klien mengatakan :
Malas
untuk
menggerakkan kakinya
dan tidur telungkup
karena
bertambah
nyeri.
Lebih senang tidur
dengan posisi miring
dan kaki ditekuk
Subyektif :
Klien mengatakan makan,
mandi, BAB dan BAK
dibantu
oleh
suami/kakaknya
dan
perawat.
Pembatasan gerak
Syndroma
perawatan diri
deficit
Obyektif :
Kebutuhan makan, mandi,
BAB dan BAK dibantu
Pertahanan primer tidak Resiko tinggi infeksi
adekuat;
kerusakan
perlinduingan
kulit;
jaringan
traumatik.
Pertahanan sekunder tidak
adekuat; penurunan Hb,
penekanan
respons
inflamasi
26
27
Rencana Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi
Memumjukkan
regenerasi Kaji/catat ukuran, warna, kedalaman luka,
jaringan
perhatikan jaringan nekrotik dan kondisi
Kriteria
hasil:
Mencapai sekitar luka.
penyembuhan tepat waktu pada Lakukan perawatan luka bakar yang tepat
area luka bakar.
dan tindakan kontrol infeksi.
Pertahankan penutupan luka sesuai
indikasi.
Tinggikan area graft bila mungkin/tepat.
Pertahankan posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila diindikasikan.
Rasional
Memberikan informasi dasar tentang kebutuhan
penanaman kulit dan kemungkinan petunjuk
tentang sirkulasi pada aera graft.
Menyiapkan jaringan untuk penanaman dan
menurunkan resiko infeksi/kegagalan kulit.
Kain nilon/membran silikon mengandung kolagen
porcine peptida yang melekat pada permukaan
luka sampai lepasnya atau mengelupas secara
spontan kulit repitelisasi.
Menurunkan pembengkakan /membatasi resiko
pemisahan graft. Gerakan jaringan dibawah graft
dapat mengubah posisi yang mempengaruhi
penyembuhan optimal.
Area mungkin ditutupi oleh bahan dengan
permukaan tembus pandang tak reaktif.
Kulit graft baru dan sisi donor yang sembuh
memerlukan
perawatan
khusus
untuk
mempertahankan kelenturan.
nutrisi
28
Nyeri
berhubungan Pasien
dapat Berikan anlgesik narkotik yang diresepkan Analgesik narkotik diperlukan utnuk memblok
29
dengan
Kerusakan
kulit/jaringan;
pembentukan edema.
Manipulasi
jaringan
cidera
contoh
debridemen luka.
Kerusakan
mobilitas
30
fisik
berhubungan
dengan
gangguan
neuromuskuler,
nyeri/tak
nyaman,
penurunan
kekuatan
dan tahanan.
Kurang
pengetahuan
31
tentang
kondisi,
prognosis
dan
kebutuhan pengobatan
berhubungan
dengan
Salah
interpretasi
informasi
Tidak
mengenal
sumber
informasi
Pantau:
32
berhubungan
dengan Kriteria evaluasi: tak ada - Penampilan luka bakar (area luka
Pertahanan primer tidak demam, pembentukan jaringan
bakar, sisi donor dan status balutan di
adekuat;
kerusakan granulasi baik.
atas sisi tandur bial tandur kulit
perlinduingan
kulit;
dilakukan) setiap 8 jam.
jaringan
traumatik.
- Suhu setiap 4 jam.
Pertahanan
sekunder
- Jumlah makanan yang dikonsumsi
tidak
adekuat;
setiap kali makan.
penurunan
Hb,
Bersihkan area luka bakar setiap hari dan
penekanan
respons
lepaskan jarinagn nekrotik (debridemen)
inflamasi
sesuai pesanan. Berikan mandi kolam
sesuai pesanan, implementasikan perawatan
yang ditentukan untuk sisi donor, yang
dapat ditutup dengan balutan vaseline atau
op site.
Lepaskan krim lama dari luka sebelum
pemberian krim baru. Gunakan sarung
tangan steril dan beriakn krim antibiotika
topikal yang diresepkan pada area luka
bakar dengan ujung jari. Berikan krim
secara menyeluruh di atas luka.
Beritahu dokter bila demam drainase
purulen atau bau busuk dari area luka
bakar, sisi donor atau balutan sisi tandur.
Dapatkan kultur luka dan berikan
antibiotika IV sesuai ketentuan.
Tempatkan pasien pada ruangan khusus dan
lakukan kewaspadaan untuk luka bakar luas
yang mengenai area luas tubuh. Gunakan
linen tempat tidur steril, handuk dan skort
untuk pasien. Gunakan skort steril, sarung
33
34
(penampilan
peran)
berhubungan
dengan
krisis situasi; kejadian
traumatik peran klien
tergantung, kecacatan
dan nyeri.
35
TINDAKAN KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM
15 4 2002 Dinas Pagi
07.00
07.30
11.00
12.00
12.30
15.30
18.45
17 4 2002 Dinas Pagi
TINDAKAN PERAWAT
Timbang terima klien
Merapikan / membersihkan tempat tidur dan lingkungan klien.
Bersama dengan dokter merawat luka padadaerah luka operasi
Melaksanakan observasi ensi 110/70 mmHg, Suhu 36 C, Nadi 84x/mnt, RR 18 x/mnt.
Membantu klien makan, tidak mau melanjutkan makan.
Memberi minum susu habis 1 gelas kecil (150 cc).
Membantu klien minum obat Tarivid 2 x 400 mg, Katrasil 3 x 50 mg dan Clobazam 2 x 10
mg dan Vit B Complek 3x1 tablet.
Menjelaskan pada klien tentang :
- Tehnik relaksasi untuk mengurangi nyeri
- Upaya untuk mencegah infeksi
- Pentingnya nutrisi dan kebutuhannya.
- Menjelaskan pada klien tentang pentingnya latihan gerak sendi.
Timbang terima klien
Merapikan / membersihkan tempat tidur dan lingkungan klien.
Mengobservasi Tensi 110/80 mmHg, Suhu 36 C, Nadi 88 x/mnt, RR 18 x /mnt.
Menganjurkan klien menarik nafas panjang saat nyeri
Mengisolasi klien dengan pakaian dan ruangan khusus.
Membantu klien minum susu habis 1 gelas
Memberikan diit dan membantu makan.
Membantu klien minum obat Tarivid 2 x 400 mg, Katrasil 3 x 50 mg dan Clobazam 2 x 10
mg dan Vit B Complek 3x1 tablet.
Melaksanakan latihan gerak sendi
NAMA PERAWAT
Subhan
Subhan
Subhan
36
07.00
07.30
08.30
08.45
09.00
12.00
12.30
13.30
18 4 - 2002 Dinas Pagi
07.00
07.30
08.30
08.45
09.00
12.00
12.30
19 4 - 2002 Dinas Pagi
07.00
07.30
08.30
12.00
Subhan
Subhan
37
EVALUASI
DIAGNOSA
TANGGAL
15-42002
NAMA
CATATAN PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
Kerusakan integritas kulit.
PERAWAT
S. Mengatakan lukanya masih belum sembuh dan kelihatan menakutkan saat mandi
kemarin .
O. Terdapat combusio pada gluteal 3,5%, Cruris S 5% dan pedis D 1%.
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan Rencana Tindakan Keperawatan 1-7
Nutrisi
S. Mengatakan makan habis dua sendok sudah mual dan nyeri hebat, minum susu
habis tiga gelas ( 07.00-13.00 )
O. Makan pagi habis dua sendok , minum susu tiga gelas
A. Masalah teratasi sebagian
P. Lanjutkan rencana tanggal 8
Kolaborasi dengan team medis Vit B Complek 3x1 tablet.
Nyeri
38
perawat
O. Segala aktivitas dibantu oleh keluarganya dan perawat
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan rencana.
Resiko infeksi
16=4-2002
17-4-2002
Nyeri
Mobilitas fisik
Resiko infeksi
Integritas kulit
Subhan
Subhan
39
18-4-2002
Nutrisi
S. Mengatakan makan habis dua sendok sudah mual dan nyeri hebat, menolak
minum susu
O. makan pagi habis dua sendok
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan rencana
Kolaborasi dengan team medis Vit B Complek 3x1 tablet..
Nyeri
Resiko infeksi
Integritas kulit
Subhan
40
S. mengatakan makan habis dua sendok sudah mual dan nyeri hebat, menolak
minum susu
O. makan pagi habis dua sendok
A. Masalah belum teratasi
P. Lanjutkan rencana tanggal 8
Kolaborasi dengan team medis Vit B Complek 3x1 tablet.
Nyeri
Resiko infeksi
Subhan
41