PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita mayarakat,
baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua.
Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena pendarahan, kekurangan
zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia
dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan
laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara
laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (HB) dalm darah
dari harga normal.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari RHD ?
2. Apa saja tanda dan gejala pada RHD ?
3. Apa saja etilogi dari RHD ?
4. Bagaimana patofisiologi dari RHD ?
5. Apa saja Manifestasi Klinis pada RHD ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik pada RHD ?
7. Bagaimana penatalaksanaan medis pada RHD ?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anemia.
2. Untuk mengetahui etilogi atau penyebab anemia.
3. Untuk mengetahui patofisiologi anemia.
4. Untuk mengetahui klasifikasi anemia.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala anemia.
6. Untuk mengetahui cara pencegahan anemia.
7. Untuk mengetahui pengobatan anemia.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian RHD
Adanya antigen limfosit manusia ( HLA ) yang tinggi. HLA terhadap demam
rematikmenunjukan hubungan dengan aloantigen sel B spesifik dikenal dengan
antibodi monoklonal dengan status reumatikus.
2. Umur
Umur agaknya merupakan faktor predisposisi terpenting pada timbulnya demam
reumatik / penyakit jantung reumatik. Penyakit ini paling sering mengenai anak
umur antara 5-15 tahun dengan puncak sekitar umur 8 tahun. Tidak biasa
ditemukan pada anak antara umur 3-5 tahun dan sangat jarang sebelum anak
berumur 3 tahun atau setelah 20 tahun. Distribusi umur ini dikatakan sesuai
dengan insidens infeksi streptococcus pada anak usia sekolah. Tetapi Markowitz
menemukan bahwa penderita infeksi streptococcus adalah mereka yang berumur
2-6 tahun.
3. Keadaan gizi dan lain-lain
Keadaan gizi serta adanya penyakit-penyakit lain belum dapat ditentukan apakah
merupakan faktor predisposisi untuk timbulnya demam reumatik.
4. Golongan etnik dan ras
Data di Amerika Utara menunjukkan bahwa serangan pertama maupun ulang
demam reumatik lebih sering didapatkan pada orang kulit hitam dibanding dengan
orang kulit putih. Tetapi data ini harus dinilai hati-hati, sebab mungkin berbagai
faktor lingkungan yang berbeda pada kedua golongan tersebut ikut berperan atau
bahkan merupakan sebab yang sebenarnya.
5. Jenis kelamin
Demam reumatik sering didapatkan pada anak wanita dibandingkan dengan anak
laki-laki. Tetapi data yang lebih besar menunjukkan tidak ada perbedaan jenis
kelamin, meskipun manifestasi tertentu mungkin lebih sering ditemukan pada satu
jenis kelamin.
6. Reaksi autoimun
Dari penelitian ditemukan adanya kesamaan antara polisakarida bagian dinding
sel streptokokus beta hemolitikus group A dengan glikoprotein dalam katub ini
mungkin mendukung terjadinya miokarditis dan valvulitis pada reumatik fever.
Faktor-faktor dari lingkungan itu sendiri :
1. Keadaan sosial ekonomi yang buruk
atrium
kiri
meningkat
karena
ketidakmampuan
atrium
untuk
melalui
pembuluh
paru-paru.Akan
tetapi,
hipertensi
pulmonalis
fungsi katup trikuspidalis. Katup ini akan mengalami insufisiensi. Kalau ventrikel
kanan mengalami kegagalan, maka darah yang mengalir ke paru berkurang.
Dilatasi ventrikel kanan akan bertambah, sehingga kemungkinan terjadinya
insufisisiensi katup trikuspid semakin besar pula.
Dari hal diatas, dapat disimpilkan bahwa sytenosis mitral menghalangi
aliran darah dari atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolik ventrikel.
Untuk mengisi ventrikel denan adekuat dan mempertahankan curah jantun, atrium
kiri harus menhasilkan tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah
melampaui katub yang menyempit. Karena itu selisih tekanan atau gradien
tekanan antara dua ruangan tersebut meningkat.Dalam keadaan normal selisih
kedua tekanan itu minimal.
2.5 Manifestasi Klinis
Perjalanan klinis penyakit demam reumatik/penyakit jantung reumatik dapat
dibagi dalam 4 stadium :
1. Stadium I
Berupa infeksi saluran nafas atas oleh kuman Beta Streptococcus
Hemolyticus Grup A.Keluhan: Demam, batuk, rasa sakit waktu menelan,
muntah, diare, peradangan padatonsil yang disertai eksudat.
2. Stadium II
Stadium ini disebut juga periode laten, ialah masa antara infeksi
streptococcus denganpermulaan gejala demam reumatik; biasanya periode ini
berlangsung 1-3 minggu,kecuali korea yang dapat timbul 6 minggu atau
bahkan berbulan-bulan kemudian.
3. Stadium III
Yang dimaksud dengan stadium III ini ialah fase akut demam reumatik,
saat ini timbulnya berbagai manifestasi klinis demam reumatik/penyakit
jantung reumatik. Manifestasi klinis tersebut dapat digolongkan dalam gejala
peradangan umum danmenifesrasi spesifik demam reumatik/penyakit jantung
reumatik. Gejala peradangan umum: Demam yang tinggi, lesu, anoreksia,
lekas tersinggung, berat badan menurun, kelihatan pucat, epistaksis, athralgia,
rasa sakit disekitar sendi, sakit perut.
4. Stadium IV
8
Disebut juga stadium inaktif. Pada stadium ini penderita demam reumatik
tanpa kelainan jantung/penderita penyakit jantung reumatik tanpa gejala sisa
katup tidak menunjukkan gejala apa-apa.
Pada penderita penyakit jantung reumatik dengan gejala sisa kelainan
katupjantung, gejala yang timbul sesuai dengan jenis serta beratnya kelainan.
Pada fase ini baik penderita demam reumatik maupun penyakit jantung
reumatik sewaktu-waktu dapat mengalami reaktivasi penyakitnya.
2.6 Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan laboratorium
Dari pemeriksaan laboratorium darah didapatkan peningkatan ASTO,
peningkatan laju endap darah (LED),terjadi leukositosis, dan dapat terjadi
penurunan hemoglobin.
b. Radiologi
Pada pemeriksaan foto thoraks menunjukan terjadinya pembesaran pada
jantung.
c. Pemeriksaan Echokardiogram
Menunjukan pembesaran pada jantung dan terdapat lesi
d. Pemeriksaan Elektrokardiogram
Menunjukan interval P-R memanjang.
e. Hapusan tenggorokan :ditemukan streptococcus hemolitikus grup A.
2.7 Penatalaksanaan Medis
1. Tirah baring dan mobilisasi bertahap sesuai keadaan jantung.
2. Pemberantasan infeksi streptococcus:
Pemberian penisilin benzatin intramuskuler dengan dosis :
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN ANEMIA
3.1 Pengkajian
A. Anamnesa
Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1. Keadaan sebelum sakit
Pasien tidak mau ke sekolah karena merasa sakit pada sendi lutut kiri.
10
B6 (Bone)
11
Intervensi
Pantau TD, nadi apikal, nadi perifer
Rasional
Indikator klinis dari keadekuatan curah
jantung. Pemantauan memungkinkan
deteksi dini/tindakan terhadap
dekompensasi.
Disritmia atrium paling umum,
berkenaan dengan peningkatan tekanan
dan volume atrium sehingga
Fowler
memaksimalkan curah jantung
Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi
Perilaku yang
12
bermanfaat
untuk
relaksasi,
ansietas,
meningkatkan
menurunkan
beban
kerja
jantung.
Berikan oksigen suplemen sesuai
miokard
dalam
upaya
untuk
mis,
antidisritmia,
obat
oksigen.
Pengobatan
disritmia
atrial
dan
vasidilator, diuretik
atau
meningkatnya
dan
menghilangkan
mungkin
perlu
untuk
meningkatkan
13
d. Pasien sadar/terorientasi
Intervensi dan Rasional:
Evaluasi
Intervensi
status mental.
Rasional
Perhatikan Indikator ynag menunjukkan embolisasi
sebagai
akibat
dari
penyakit
katup,
ekstremitas
paru.
terhadap Ketidakaktifan/tirah
baring
lama
untuk
pasien
dengan
latihan
aktif/bantu
resikonya
sendiri
tentang
balik
kerananya
menurunkan
resiko
pembentukan trombus.
Penggunaan kontroversial, tetapi dapat
meningkatkan sirkulasi vena dan
menurunkan risiko pembentukan trombus
14
vena superfisial/dalam
Berikan antikoagulan, contoh heparin,
warfarin (Coumadin)
ekspansi
dada.
Catat
pernapasan.
Kedalaman
pernapasan
dan
memudahkan
Penguabahan
posisi
pernapasan.
dan
mabulasi
berbeda
sehingga
memperbaiki
difusi gas.
Observasi pola batuk dan karakter Kongesti alveolar mengakibatkan batuk
sekret
15
oleh
paru)
kerusakan
atau
jaringan
antikoagulan
Dorong/bantu
berlebihan.
pasien dalam napas Dapat menigkatkan/banyaknya sputum
dalam dan latihan batuk. Penghisapan dimana gangguan ventilasi dan ditambah
per oral nasotrakeal bila diindikasikan. ketidaknyamanan upaya bernapas.
Kolaborasikan pemberian oksigen Mamksimalkan bernapas dan menurunkan
tambahan.
kerja napas
Bantu fisioterapi dada (mis,. Drainase Memudahkan upaya pernapasan dalam
postural dan perkusi area yang tak meningkatkan
sakit, tiupan botol/spirometri insentif)
drainase
sekret
dari
Kolaborasikan
persiapan
dengan batuk/penghisapan
bantu Kadang-kadang
berguna
bronkoskopi.
membuang
bekuan
untuk
darah
dan
perhatikan
diaforesis
sering mendahului puncak suhu.
Pantau denyut nadi dan frekuensi hipertermia karena proses infeksi dapat
pernapasan
disertai
denyut
nadi
dan
frekuensi
pernapasan meningkat
membantu
mengurangi
mungkin
menyebabkan
16
Ajarkan
dalam
pasien
atau
mengukur
400C
keluarga Pasien
suhu
perlu
memahami
cara
antipiretik
dengan
aksi
sentralnya
hipotalamus,meskipun
mungkin
dapat
pada
demam
berguna
dalam
nyeri
dan
keefektifan
dan
linen
tempat
tidur
sesuai besar
kebutuhan
akan
mencegah
pemeliharaan
17
dan
mungkin
dapat
mengurangi
kembali
perhatian,
untuk
mengatasi nyeri.
6. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh b/d mual dan muntah
Tujuan : dalam waktu 2-3 hari masalah ketidakseimbangan nutrisi dapat teratasi.
Kriteria Hasil:
a. pasien mampu menghabiskan makanan yang telah disediakan.
b. Pasien tidak mual dan muntah
c. Melaporkan tingkat energi yang adekuat
Intervensi dan Rasional:
Intervensi
Kaji faktor-faktor penyebab
Rasional
faktor penyebab,
Penentuan
menentukan
intervensi/
akan
tindakan
selanjutnya
Meningkatkan pengetahuan klien dan
keluarga
sehingga
klien
termotivasi
porsi kecil dan sering, jika tidak distensi perut yang berlebihan
muntah teruskan
Lakukan perawatan mulut yang baik Bau
setelah muntah
Ukur BB setiap hari
yang
tidak
enak
pada
mulut
klien
nutrisi klien
Konsul ahli gizi/nutrisi pendukung tim Metode makan dan kebutuhan kalori
untuk
memberikan
mudah
dicerna,
makanan
secara
yang didasarkan
nutrisi individu
pada
untuk
situasi/kebutuhan
memberikan
dengan
upaya
nutrisi
minimal
pasien/penggunaan energi.
Intervensi
Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas
Rasional
Parameter menunjukkan respons fisiologis pasien te
pingsan
Kaji kesiapan untuk meningkatkan Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk mema
aktivitas
contoh
penurunan
19
kelemahan/kelelahan, TD stabil/frekuensi
nadi, peningkatan perhatian pada aktivitas
tekanan abdomen seperti mengejan saat preload, tahanan vaskuler sistemis, dam beban jantung
4.
defekasi
Jelaskan pola peningkatan bertahap dari Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung, m
tingkat aktivitas, contoh bangun dari kursi, aktivitas berlebihan.
bila tidak ada nyeri, ambulasi, dan
5.
penggunaan
kursi
sebagainya.
Tingkatkan klien duduk di kursi dan Untuk meningkatkan aliran balik vena.
7.
8.
9.
aktivitas.
Pertahankan penambahan oksigen sesuai Untuk meningkatkan oksigenasi jaringan.
instruksi.
3.4
1.
a.
b.
c.
Implementasi
Evaluasi kesiapan untuk pulang. Faktor yang dikaji adalah sebagai berikut:
Kebutuhan obat yang stabil (memenuhi kebutuhan obat dengan stabil).
Masukan nutrisi dan pertumbuhan yang adekuat.
Rencana pengobatan medis yang realistik untuk di rumah
d. Orang tua dan pemberian asuhan lain dapat memberi perawatan di rumah,
(memberi pembelajaran kepada keluarga tentang cara menangani masalah jika di
rumah dan merawat pasien di rumah).
e. Sarana di rumah (menyediakan obat-obat yang perlu).
f. Istirahat yang pelu (dapat memenuhi pola istirahat dengan baik).
20
pertama, beri catatan tertulis tentang kapan janji itu kapan harus dilaksanakan.
b. Buat rujukan untuk kunjungan keprluan di rumah sesuai yang dibutuhkan pasien
dan keluarga.
BAB V
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Rheumatic Heart Disease (RHD) adalah suatu proses peradangan
yang mengenai jaringan-jaringan penyokong tubuh, terutama persendian,
jantung dan pembuluh darah oleh organisme streptococcus hemolitic-b
grup A. Demam reumatik adalah suatu sindroma penyakit radang yang
biasanya timbul setelah suatu infeksi tenggorok oleh steptokokus beta
hemolitikus golongan A, mempunyai kecenderungan untuk kambuh dan
dapat menyebabkan gejala sisa pada jantung khususnya katub.
21
1.2 Saran
Seseorang yag terinfeksi kuman streptococcus hemoliticus dan
mengalami demam reumatik, harus diberikan terapi yang maksimal
dengan antibiotika, hal ini untuk menghindari kemungkinanserangan
kedua kalinya bahkan menyebabkan penyakit jantung reumatik. Karena
kesehatan adalah nikmat yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan
Maha Esa, maka dari itu kesehatan perlu di pelihara, dan dipertahankan.
Sebelum mengobati lebih baik mencegah.
22
DAFTAR PUSTAKA
Guyton & Hall.2007.Fisiologi Kedokteran Edisi 11.Jakarta:ECG.
Muftaqqin,Arif.2012.Askep Klien dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular dan
Hematologi.Jakarta:Salemba Medika.
Doenges,Marilynn E.Rencana Asuhan Keperawatan.1999.Jakarta:ECG.
Wilkinson,Judith M dkk.2011.Diagnosis Keperawatan Edisi 9.Jakarta:ECG.
23
24