Anda di halaman 1dari 4

PATOGENESIS KEJANG DEMAM

Kejang merupakan manifestasi klinik akibat terjadinya pelepasan muatan


listrik yang berlebihan di sel neuron otak karena gangguan fungsi pada neuron
tersebut baik berupa fisiologi, biokimiawi, maupun anatomi. Sel syaraf, seperti
juga sel hidup umumnya, mempunyai potensial membran. Potensial membran
yaitu selisih potensial antara intrasel dan ekstrasel. Potensial intrasel lebih negatif
dibandingkan ekstrasel. Dalam keadaan istirahat potensial membran berkisar
antara 30-100 mV, selisih potensial membran ini akan tetap sama selama sel
tidak mendapatkan rangsangan.
Mekanisme terjadinya kejang ada beberapa teori yaitu : (Fuadi, 2010)
1. Gangguan pembentukan ATP dengan akibat kegagalan pompa Na-K,
misalnya pada hipoksemia, iskemia, dan hipoglikemia. Sedangkan pada
kejang sendiri dapat terjadi pengurangan ATP dan terjadi hipoksemia.
2. Perubahan permeabilitas sel syaraf, misalnya
hipokalsemia

dan

hipomagnesemia.
3. Perubahan relatif neurotransmiter yang bersifat eksitasi dibandingkan
dengan neurotransmiter inhibisi dapat menyebabkan depolarisasi yang
berlebihan. Misalnya ketidakseimbangan antara GABA atau glutamat akan
menimbulkan kejang.
Demam atau dalam bahasa medis disebut dengan febris merupakan
suatu keadaan dimana terjadi peningkatan suhu tubuh melebihi dari suhu tubuh
normal. Suhu tubuh bisa meningkat atau menurun karena adanya sistem
pengaturan suhu tubuh yang diatur oleh pengatur suhu yang terletak di otak
tepatnya di bagian hipotalamus pre optik anterior (Brooks, 2005).
Hipotalamus sendiri merupakan bagian dari diensephalon yang
merupakan bagian dari otak depan (prosencephalon).Hipotalamus dapat
dikatakan sebagai mesin pengatur suhu (thermostat tubuh) karena terdapat
reseptor yang sangat peka terhadap suhu yang lebih dikenal dengan nama
termoreseptor. Dengan adanya termorespetor ini, suhu tubuh dapat senantiasa
berada dalam batas normal yakni sesuai dengan suhu inti tubuh. Suhu inti tubuh
merupakan pencerminandari kandungan panas yang ada di dalam tubuh.
Kandungan panas didapatkan dari pemasukan panas yang berasal dari proses

metabolisme makanan yang masuk ke dalam tubuh. Pada umumnya suhu inti
berada dalam batas 36,5-37,5C (Brooks, 2005).
Bila pemasukan panas lebih besar dari pengeluarannya, maka
termostatini akan memerintahkan tubuh untuk melepaskan panas tubuh yang
berlebih ke lingkungan luar tubuh salah satunya dengan mekanisme berkeringat.
Bila pengeluaran panas melebihi pemasukan panas, maka termostat ini akan
berusaha menyeimbangkan suhu tersebut dengan cara memerintahkan otot-otot
rangka kita untuk berkontraksi (bergerak) guna menghasilkan panas tubuh.
Kontraksi otot-otok rangka ini merupakan mekanisme dari menggigil.
Contohnya, saat kita berada di lingkungan pegunungan yang hawanya dingin,
tanpa kita sadari tangan dan kaki kita bergemetar (menggigil). Hal ini
dimaksudkan agar tubuh kita tetap hangat. Karena dengan menggigil itulah,
tubuh kita akan memproduksi panas (Brooks, 2005).
Patofisiologi kejang demam secara pasti belum diketahui, diperkirakan
bahwa pada keadaan demam terjadi peningkatan reaksi kimia tubuh. Dengan
demikian reaksi-reaksi oksidasi terjadi lebih cepat dan akibatnya oksigen akan
lebih cepat habis, terjadilah keadaan hipoksia. Transport aktif yang memerlukan
ATP terganggu, sehingga Na intrasel dan K ekstrasel meningkat yang akan
menyebabkan potensial membran cenderung turun atau kepekaan sel saraf
meningkat (Fuadi, 2010).
Saat kejang demam akan timbul kenaikan konsumsi energi di otak, jantung,
otot, dan terjadi gangguan pusat pengatur suhu. Demam akan menyebabkan
kejang bertambah lama, sehingga kerusakan otak makin bertambah. Pada kejang
yang lama akan terjadi perubahan sistemik berupa

hipotensi arterial,

hiperpireksia sekunder akibat aktifitas motorik dan hiperglikemia. Semua hal ini
akan mengakibatkan iskemi neuron karena kegagalan metabolisme di otak (fuadi,
2010).
Demam dapat menimbulkan kejang melalui mekanisme sebagai berikut : (Fuadi,
2010)

1. Demam dapat menurunkan nilai ambang kejang pada sel-sel yang belum
matang/immatur.
2. Timbul dehidrasi sehingga terjadi gangguan elektrolit yang menyebabkan
gangguan permiabilitas membran sel.
3. Metabolisme basal meningkat, sehingga terjadi timbunan asam laktat dan
CO2 yang akan merusak neuron.
4. Demam meningkatkan Cerebral Blood Flow (CBF) serta meningkatkan
kebutuhan oksigen dan glukosa, sehingga menyebabkan gangguan aliran ionion keluar masuk sel.
Gambar 1. Mekanisme terjadinya kejang demam

Daftar Pustaka
Fuadi, F.2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak. Universitas
Diponegoro, Semarang; Jawa Tengah.
Brooks GF, Butel JS, Morse SA. 2005. Mikrobiologi kedokteran. Jakarta: Salemba
Medika.

Anda mungkin juga menyukai