Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS RASIO KEUANGAN

PT ULTRAJAYA MILK INDUSTRY & TRADING COMPANY Tbk

Disusun oleh :
Hilma Rizki Marista

120110130056

Firda Tyastari

120110130062

Sarasati Dhiwya Prabaswari

120110130128

Erika Handayani

120110130132

Mustika Riskafuri

120110130140

Akuntansi
Fakultas Ekonomi danBisnis
Universitas Padjadjaran
2016

Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas digunakan untuk mengukur efektivitas manajemen
secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan
yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi.
Semakin baik rasio profitabilitas maka semakin baik menggambarkan
kemampuan tingginya perolehan keuntungan perusahaan.

Gross Profit Margin


Gross profit margin merupakan

rasio

yang

mengukur

efisiensi

pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, dan mengindikasikan


kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir, 2009:18).
Rumus Gross Profit Margin:
Gros s Profit
Gross Profit Margin=
Net Sales
Perhitungan Gross Profit Margin pada PT. Ultra Jaya
- 2012
Rp . 901.742.000 .000
Gross Profit Margin=
Rp.2 .809 .851.000 .000
Gross Profit Margin
-

2013
Gross Profit Margin=

Gross Profit Margin


-

2014
Gross Profit Margin=

Gross Profit Margin

0.320921643 = 32.09%

Rp.1 .013 .783.000 .000


Rp. 3.460 .231.000 .000
0.292981307 = 29.3%

Rp.936 .990 .000 .000


Rp. 3.916 .789 .000.000
0.239224017 = 23.92%

Nilai Gross Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013,
dan 2014 secara berturut-turut sebesar 32.09%; 29.3%; 23.92% artinya dari

volume penjualan bersih akan menghasilkan laba kotor sebesar persentase


tersebut. Nilai Gross Profit Margin PT. Ultra Jaya cenderung mengalami
penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan terbesar terjadi pada tahun
2014

yaitu

sebesar

5.38%.

Menurunnya

nilai

Gross

Profit

Margin

menunjukkan bahwa produk PT. Ultra Jaya mempunyai kemampuan yang


kurang baik dalam menghasilkan laba kotor. Penurunan tersebut terjadi
karena peningkatan penjualan yang diikuti dengan peningkatan harga pokok
penjualan yang lebih tinggi sehingga laba kotor yang dihasilkan semakin
rendah.

Operating Profit Margin


Operating Profit Margin merupakan perbandingan antara keuntungan

operasi

perusahaan

dibandingkan

dengan

penjualan

perusahaan.

Keuntungan operasi dihitung dari laba kotor perusahaan dikurangi dengan


biaya penjualan, biaya umum dan administrasi, serta biaya-biaya lainnya.
Rumus Operating Profit Margin:
Operating Profit Margin=

Operating Profit
Net Sales

Perhitungan Operating Profit Margin pada PT. Ultra Jaya


-

2012
Operating Profit Margin=

Rp . 429.342 .000.000
Rp.2 .809 .851.000 .000

Operating Profit Margin


-

2013
Operating Profit Margin=

Operating Profit Margin


-

2014

0.152798849 = 15.28%

Rp . 423.195 .000 .000


Rp.3 .460 .231.000 .000
0.122302528 = 12.23%

Operating Profit Margin=

Rp. 374.126 .000 .000


Rp.3 .916 .789 .000.000

Operating Profit Margin

0.095518548 = 9.55%

Nilai Operating Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012,
2013, dan 2014 secara berturut-turut sebesar 15.28%; 12.23%; 9.55%
artinya dari volume penjualan bersih akan menghasilkan laba operasi
sebesar persentase tersebut. Nilai Operating Profit Margin PT. Ultra Jaya
cenderung mengalami penurunan dari tahun ke tahun dan penurunan
terbesar terjadi pada tahun 2013 yaitu sebesar 3.05%. Menurunnya
operating profitmargin dari tahun ke tahun menunjukkan bahwa laba operasi
PT. Ultra Jaya mengalami penurunan yang memperlihatkan bahwa kinerja PT.
Ultra Jaya kurang baik di tahun yang bersangkutan.

Net Profit Margin


Net profit margin merupakan rasio perbandingan antara laba bersih

setelah pajak dengan penjualan (Warsosno,2003:37). Besarnya perhitungan


margin laba bersih menunjukkan seberapa besar laba setelah pajak yang
diperoleh perusahaan untuk tingkat penjualan tertentu. Rumus Net Profit
Margin:
Net Profit Margin=

Net Profit
Net Sales

Perhitungan Net Profit Margin pada PT. Ultra Jaya:


- 2012
Rp .353.432 .000.000
Net Profit Margin=
Rp .2.809 .851.000 .000
Net Profit Margin
-

2013

0.125783227 = 12.58%

Net Profit Margin=


Net Profit Margin
-

2014
Net Profit Margin=

Net Profit Margin

Rp .325.127 .000 .000


Rp .3.460 .231 .000.000
0.093961068 = 9.4%

Rp .283.361 .000 .000


Rp .3.916 .789 .000 .000
0.07234523 = 7.23%

Nilai Net Profit Margin pada PT. Ultra Jaya pada tahun 2012, 2013, dan
2014 secara berturut-turut sebesar 12.58%; 9.4%; 7.23% artinya dari volume
penjualan bersih akan menghasilkan laba bersih sebesar persentase
tersebut. Net profit margin PT Ultra Jaya selama tahun 2012 sampai tahun
2014 mengalami penurunan setiap tahunnya. Menurunnya net profitmargin
dari tahun ke tahun menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik
karena laba bersih dari setiap penjualan yang diperoleh oleh PT Ultra Jaya
semakin tahun semakin menurun.

Return On Asset
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas. Dalam

analisis laporan keuangan, rasio ini paling sering disoroti, karena mampu
menunjukkan keberhasilan perusahaan menghasilkan keuntungan. ROA
mampu mengukur kemampuan perusahaan manghasilkan keuntungan pada
masa lampau untuk kemudian diproyeksikan di masa yang akan datang.
Assets atau aktiva yang dimaksud adalah keseluruhan harta perusahaan,
yang diperoleh dari modal sendiri maupun dari modal asing yang telah
diubah perusahaan menjadi aktiva-aktiva perusahaan yang digunakan untuk
kelangsungan hidup perusahaan.
Menurut Brigham dan Houston (2001), pengembalian atas total aktiva
(ROA) dihitung dengan cara membandingkan laba bersih yang tersedia untuk
pemegang saham biasa dengan total aktiva.

ROA= (Net Profit/Total asset) Semakin besar nilai ROA, menunjukkan


kinerja perusahaan yang semakin baik pula, karena tingkat pengembalian
investasi semakin besar. Nilai ini mencerminkan pengembalian perusahaan
dari seluruh aktiva (atau pendanaan) yang diberikan pada perusahaan
(Wild, Subramanyam, dan Halsey, 2005:65).

Return On Asset = (Net Profit)/(Total Asset)


2012
353.432.000.000/

2013
325.127.000.000/

2014
283.361.000.000/

2.420.794.000.000=0.1

2.811.621.000.000=0,11

2.917.084.000.000=0,

45998379

56368515

09713844

14,59%

11,56%

9,71%

Jika dilihat dari perhitungan diatas atas perbandingan antara tahun


2012-2014 nilai ROA PT Ultrajaya mengalami penurunan,hal ini menunjukkan
kinerja perusahaan memburuk dari tahun ke tahun karena laba yang
diperoleh perusahaan dari tahun ke tahun sangat sedikit.

Return On Equity
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang membandingkan

antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan aset bersihnya (ekuitas
atau modal). Rasio ini mengukur berapa banyak keuntungan yang dihasilkan
oleh Perusahaan dibandingkan dengan modal yang disetor oleh Pemegang
Saham.
Berikut adalah rumus dari ROE.

2012
353.432.000.000/

2013
325.127.000.000/

2014
283.361.000.000/

1.676.519.000.000=

2.015.145.000.000=0,1

2.265.097.000.000=0,1250

0.210813

747402

988368

21,08%

16,13%

12,51%

Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa nilai rasio semakin


menurun, jika semakin menurun berarti kinerja kerja perusahaan tersebut
dari sisi pengelolaan ekuitasnya memburuk.

Rasio Likuiditas

Current Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan

kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk
mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya.
Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajibankewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban
lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka
pendeknya.

Current Ratio = (Current Asset)/(Current Liabilites)

2012
1.196.427.000.000/

2013
1.565.511.000.000/

592.823.000.000

= 633.795.000.000

2014
1.642.102.000.000/
= 490.967.000.000=3,344

2,018185867

2,470058931

62805

201,82%

247,01%

334,46%

Menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan aktiva lancar dan


kewajiban lancar maka semakin tinggi kemampuan PT Ultrajaya menutupi
kewajiban jangka pendeknya.

Quick Ratio atau Acid Test Ratio


Adalah rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar

kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan aktiva lancar yang


lebih likuid (Liquid Assets).Nilai ideal dari analisa rasio ini ini adalah minimum
sebesar 150%, semakin besar adalah semakin baik dan perusahaan dalam
kondisi sehat.

Quick Ratio=

Current AssetInventory
Current Liabilites

Quick Ratio 2014=

Rp . 1.642.101 .746 .819Rp .714.411 .455 .060


Rp . 490.967 .089.226

1,889517106 = 188,95%
Quick Ratio 2013=

Rp .1.565 .511 .000 .000Rp .534.977 .217 .239


Rp . 633.795.000 .000

1,625973355 = 162,59%

Quick Ratio 2012=

Rp. 1.196 .427 .000 .000Rp .334.169 .035 .934


Rp . 592.823 .000.000
= 1,454494789 = 145,44%

Dari ketiga data diatas menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2014
persentasenya makin meningkat, tetapi pada tahun 2012 perusahaan belum
dapat dikatakan dalam kondisi sehat sebab belum mencapai nilai minimum
sebesar

150%

sedangkan

tahun-tahun

setelahnya

perusahaan

dapat

dikategorikan dalam keadaan sehat.

Cash Ratio
Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban finansial jangka pendek dengan mengunakan kas yang tersedia
dan berikut surat berharga atau efek jangka pendek.Nilai ideal dari
analisa rasio ini ini adalah minimum sebesar 150%, semakin besar adalah
semakin baik dan perusahaan dalam kondisi sehat.
Cash Ratio=

Cash
Current Liabilites

Cash Ratio 2014=

Rp .489.284 .795.925
Rp .490 .967.089 .226

0,9965735111 = 99,65%
Cash Ratio 2013=

Rp .611 .624 .871.676


Rp.633 .795 .000 .000

= 0,9650200328 = 96,50%
Cash Ratio 2012=

Rp.535 .889 .526.748


Rp.592 .823 .000.000

= 0,9039621046 = 90,39%
Dari ketiga data diatas menunjukan bahwa dari tahun 2012 hingga 2014
persentasenya makin meningkat tetapi perusahaan belum dapat dikatakan
dalam kondisi sehat sebab belum mencapai nilai minimum sebesar 150%

Rasio Solvabilitas

Rasio

untuk

mengukur

seberapa

besar

kemampuan

perusahaan

memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang.Semakin tinggi nilai


persentase

Rasio

Solvabilitas

ini

adalah

semakin

buruk

kemampuan

perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjangnya, maksimal


nilainya adalah 200%.
Debt to Equity Ratio
Total Liabilites
Debt Equity Ratio=
Total Equity
Debt Equity Ratio 2014=

Rp .651.985 .807 .625


Rp .2 .265.097 .759 .730

0,2878406532 = 28,78%
Debt Equity Ratio 2013=

Rp.796 .476 .000 .000


Rp .2.015 .145 .000.000
= 0,3952450072 = 39,52%

Debt Equity Ratio 2012=

Rp .744 .275 .000 .000


Rp.1 .676 .519.000 .000
= 0,443940689 = 44,39%

Dari ketiga data diatas dapat disimpulkan bahwa persentase rasio


solvabilitas perusahaan semakin rendah yang mana mengindikasikan
bahwa perusahaan memiliki kemampuan pembayaran kewajiban jangka
panjang yang makin baik.

Debt Capital to Asset Ratio


Menurut

Syamsuddin

(2006:30) Debt

to

Total

Assets

Ratio (DAR)

digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah aktiva perusahaan


dibiayai dengan total hutang. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin besar
jumlah modal pinjaman yang digunakan untuk investasi pada aktiva guna
menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Debt to Total Assets Ratio (DAR) adalah salah satu rasio yang digunakan
untuk

mengukur

tingkat

solvabilitas

perusahaan.

Tingkat

solvabilitas

perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban


jangka panjang perusahaan tersebut. Suatu perusahaan dikatakan solvabel
berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva dan kekayaan yang cukup untuk
membayar hutang-hutangnya. Rasio ini menunjukkan besarnya total hutang
terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini
merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan.
Rasio hutang bisa berarti buruk pada situasi ekonomi sulit dan suku
bunga tinggi, dimana perusahaan yang memiliki rasio hutang yang tinggi
dapat mengalami masalah keuangan, namun selama ekonomi baik dan suku
bunga rendah maka dapat meningkatkan keuntungan. Nilai rasio yang tinggi
menunjukkan peningkatan dari resiko pada kreditor berupa ketidakmampuan
perusahaan membayar semua kewajibannya. Menurut Darsono (2005), dari
pihak pemegang saham, rasio yang tinggi akan mengakibatkan pembayaran
bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan mengurangi pembayaran
dividen.

Debt Capital to Asset Ratio = Total Liabilities/Total Asset

2014
=

2013
=

2012
=

651.987.000.000/2.917

796.476.000.000/2.811

744.275.000.000/2.420

.084.000.000

.621.000.000

.794.000.000

0,2235064194243292

0,2832800011096801

0,3074507785462125

(22,35%)

(28,33%)

(30,75%)

Debt Capital to Asset Ratio PT. Ultrajaya dari tahun 2012-2014


mengalami penurunan, yang berarti mencerminkan bahwa PT. Ultrajaya
mampu membayar kewajibannya dari tahun ke tahun.

Rasio Aktivitas
Rasio

aktivitas

adalah

rasio

yang

mengukur

seberapa

efektif

perusahaan dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada padanya.


Semua rasio aktivitas ini melibatkan perbandingan antara tingkat penjualan
dan investasi pada berbagai jenis aktiva. Rasio-rasio aktivitas menganggap
bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan
beragam unsur aktiva misalnya persediaan, aktiva tetap dan aktiva lainnya.

Total Asset Turnover


Asset turnover ratio (ATO) atau disebut juga rasio perputaran total

aktiva merupakan rasio yang mengukur tingkat efisiensi dan efektivitas dari
perputaran

maupun

pemanfaatan

total

aktiva

dalam

menghasilkan

penjualan. Rasio ini menunjukkan banyaknya penjualan yang dapat diperoleh


perusahaan

untuk

tiap

rupiah

yang

telah

ditanamkan

pada

aktiva

perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin baik bagi perusahaan.


Rasio ini dapat menjelaskan seberapa sukses suatu perusahaan dalam
memanfaatkan aset nya untuk menghasilkan laba. Jika suatu perusahaan
dapat melakukan penjualan dengan menggunakan aset secara minimal
maka akan menghasilkan rasio perputaran aktiva yang lebih tinggi. Dengan
ini dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat menjalankan operasi dengan
baik karena mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya secara efisien.
Rasio perputaran aktiva yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan
memanfaatkan aset nya secara tidak efisien dan optimal. Asset turnover
ratio (ATO) merupakan salah satu faktor penting yang berpengaruh
pada Return on Equitymenurut dari analisis Dupont.
ATO mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan. Indikator yang dapat digunakan untuk
mendeteksi adanya masalah pada aktivitas perusahaan serta berpengaruh
pada rasio ini antara lain pangsa pasar produk kunci menurun, berpindahnya
penguasaan pangsa pasar pada pesaing, modal kerja yang menurun drastis,

perputaran persediaan yang menurun drastis, kepercayaan konsumen


berkurang, dan beberapa indikator lainnya.

Total Asset Turnover = Sales/Total Asset

2014
=

2013
=

2012
=

3.916.789.000.000/2.9

3.460.231.000.000/2.8

2.809.851.000.000/2.4

17.084.000.000

11.621.000.000

20.794.000.000

= 1,342706963529333

= 1,230688986886924

(134, 27%)

(123, 07%)

= 1,160714625036248
(116, 07%)

Total Asset Turn Over pada PT. Ultrajaya mengalami peningkatan dari
tahun 2012 2014, yang menandakan bahwa PT. Ultrajaya tiap tahunnya
melakukan penjualan dengan menggunakan asset secara minimal. Berarti,
PT. Ultrajaya dapat menjalankan operasi dengan baik karena mampu
memanfaatkan asset yg dimiliki secara efisien.

Fixed Asset Turnover


Rasio ini merupakan perbandingan antara penjualan dengan aktiva

tetap. Fixed assets turn overmengukur efektivitas penggunaan dana yang


tertanam pada harta tetap seperti pabrik dan peralatan, dalam rangka
menghasilkan

penjualan,

atau

berapa

rupiah

penjualan

bersih

yang

dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan pada aktiva tetap (Sawir,
2003:17).
Rasio

ini

berguna

untuk

mengevaluasi

kemampuan

perusahaan

menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan.


Kalau perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat kapasitas
terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat, atau
mungkin disebabkan halhal lain seperti investasi pada aktiva tetap yang
berlebihan dibandingkan dengan nilai output yang akan diperoleh. Jadi
semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap
tersebut.

Fixed Assets Turn Over = Sales/Fixed Asset

2014
=

2013
=

2012
=

3.916.789.000.000/1.00

3.460.231.000.000/965

2.809.851.000.000/979

3.229.000.000

.975.000.000

.512.000.000

= 3,904182395046395

= 3,582112373508631

= 2,868623355303457

(390, 42%)

(358, 21%)

(286, 86%)

Fixed Asset Turn Over PT. Ultrajaya dari tahun 2012-2014 mengalami
peningkatan tiap tahunnya, yang berarti mencerminkan bahwa PT. Ultrajaya
tiap tahun semakin efektif dalam penggunaan aktiva tetap nya.

Inventory Turnover
Inventory turnover

merupakan

rasio

efisiensi

yang

menunjukan

seberapa efektif inventory dikelola dengan membandingkan harga pokok


penjualan dengan rata-rata inventory untuk suatu periode. Rasio ini
mengukur berapa kali rata-rata inventory berubah atau terjual selama
periode. Dengan kata lain, mengukur berapa kali perusahaan menjual ratarata total persediaan selama periode.
Rasio ini penting karena totral omset tergantung pada dua komponen
utama kinerja. Komponen pertama adalah pembelian saham. Jika jumlah
yang lebih besar dari persediaan yang dibeli selama tahun ini, perusahaan
harus menjual jumlah yang lebih besar dari persediaan untuk meningkatkan
omset. Jika perusahaan tidak dapat menjual jumlah persediaan yang lebih
banyak, hal tersebut akan menyebabkan biaya lagi.
Komponen kedua adalah penjualan. Penjualan harus sesuai pembelian
persediaan, apabila tidak, persediaan tidak akan efektif. Hal itu mengapa
departemen pembelian dan penjualan harus sama.
Perputaran persediaan adalah ukuran dari seberapa efisien perusahaan
dapat mengontrol barang dagangan , sehingga sangat penting untuk
memiliki giliran tinggi . Hal ini menunjukkan perusahaan tidak mengeluarkan
terlalu banyak uang dengan membeli terlalu banyak sumber persediaan dan
limbah dengan menyimpan persediaan non - laku . Hal ini juga menunjukkan
bahwa perusahaan secara efektif dapat menjual persediaan yang dibelinya
Pengukuran ini juga menunjukkan investor seberapa lancer persediaan
yang ada dalam perusahaan tersebut. Persediaan merupakan salah satu aset
terbesar sebuah laporan pengecer pada neraca. Jika persediaan tidak dapat
dijual, barang tersebut tidak berharga untuk perusahaan. Pengukuran ini
menunjukkan tingkat kemudahan perusahaan dapat mengubah persediaan
menjadi kas.

Cara menghitung Inventory Turnover :


COGS
Inventory Turnover=
(Inventory t + Inventory t 1 )/2
Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2014:
Inventory Turnover=
Inventory Turnover

Rp. 2.979 .799.459 .658


( Rp .714.411 .455 .060+ Rp .534.977 .217 .239)/2

47.70011774280838

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2013:


Inventory Turnover=
Inventory Turnover

Rp.2 .446 .448.128 .599


( Rp .534 .977 .217.239+ Rp .334 .169 .035.934 )/2

5.269543059451111

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2012:


Inventory Turnover=
Inventory Turnover

2014
47.70011774280838

Rp . 1.908.109 .047 .237


(Rp .334 .169.035 .934+ Rp .368 .496 .687.848)/2

5.431057706833542

2013
5.269543059451111

2012
5.431057706833542

Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya dari tahun 2012 hingga 2014
memiliki penurunan dan peningkatan. Pada 2013, inventory turnover PT.
Ultra Jaya mengalami penurunan yang dapat terjadi karena peningkatan
inventory. Sedangkan pada tahun 2014 PT. Ultra Jaya memiliki inventory
turnover yang jauh dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 47,70%. Hal ini
menunjukkan bahwa perputaran persediaan pada PT. Ultra Jaya mengalami
peningkatan yang signifikan.
Account Receivable Turnover

Piutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan mempunyai hubungan yang


erat dengan volume penjualan kredit, karena timbulnya piutang disebabkan
oleh penjualan barang-barang secara kredit dan hasil dari penjualan secara
kredit netto dibagi dengan piutang rata-rata merupakan perputaran piutang.
Nilai dari perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran
piutang tersebut. Makin lunak atau makin lama syarat pembayaran yang
ditetapkan berarti makin lama modal terikat dalam piutang. Mengenai
perputaran piutang.
Pendapat

mengenai

perputaran

piutang

menurut Drs.

Munawir

(2004:75)mengatakan bahwa: Posisi piutang dan taksiran waktu


pengumpulannya

dapat

perputaran piutang

dinilai

dengan

menghitung

tingkat

turn over receivable yaitu, dengan membagi

total penjualan kredit neto dengan piutang rata-rata.


Menurut Warren

Reeve

(2005:407) perputaran

adalah Usaha (account receivable turn over) untuk


seberapa

sering

piutang

usaha

berubah

menjadi

piutang
mengukur
kas

dalam

setahun.
Dari dua pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa perputaran
piutang itu ditentukan dua faktor utama, yaitu penjualan kredit dan rata-rata
piutang. Rata-rata piutang dapat diperoleh dengan cara menjumlahkan
piutang awal periode dengan piutang akhir periode dibagi dua. Adakalanya
angka penjualan kredit untuk suatu periode tertentu tidak dapat diperoleh
sehingga yang digunakan sebagai penjualan kredit adalah angka total
penjualan.

Cara menghitung Account Receivable Turnover :


Account Receivable Turnover=

Sales
( Account Receivablet + Account Receivablet 1)/ 2

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2014:


Rp .3.916 .789 .366 .423
Account Receivable Turnover=
(Rp .395.101 .722.940+ Rp .368 .549.136 .075)/2
Account Receivable Turnover

10,62759068740477

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2013:


Rp . 3.460.231 .249 .075
Account Receivable Turnover=
(Rp .368.549 .136 .075+ Rp .297.400 .522 .080)/2
Account Receivable Turnover

10,39187033645006

Perhitungan Inventory Turnover pada PT. Ultra Jaya 2012:


Rp .2 .809.851 .307 .439
Account Receivable Turnover=
(Rp .297 .400.522 .080+ Rp.255 .494 .585 .569)/2
Account Receivable Turnover

2014
10,62759068740477

10,16413879799713

2013
10,39187033645006

2012
10,16413879799713

Account Receivable Turnover pada PT. Ultra Jaya dari tahun 2012 hingga
2014 mengalami peningkatan mulai dari 10,16% hingga pada tahun 2014
memiliki account receivable turnover 10,62%. Hal ini menunjukkan bahwa
pada setiap tahunnya PT. Ultra Jaya memiliki account reveivable yang terus
meningkat terhadap penjualannya.

Sumber
Weygandt, J. J., Kieso, D. E., & Kell, W. G. (1996). Accounting
Principles (4th ed.). New York, Chichester, Brisbane, Toronto, Singapore: John
Wiley & Sons, Inc. p. 802

Anda mungkin juga menyukai