Anda di halaman 1dari 47

Penanganan Aritmia

Amel Onisa Zatalini, S. Ked.

BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Aritmia adalah gangguan irama jantung yang paling sering
ditemukan dalam praktek sehari-hari. Aritmia dialami oleh 1-2%
populasi dan meningkat dalam 50 tahun ke depan.
Di Amerika Serikat diperkirakan 2,3 juta penduduk
menderita aritmia dengan >10% berusia di atas 65 tahun dan
diperkirakan akan terus bertambah menjadi 4,78 juta pada tahun
2035. Aritmia digambarkan sebagai suatu epidemi
kardiovaskular yang menyebabkan beban ekonomi pada negara
berkembang.

Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui definisi, etiologi, patogenesis,


manifestasi klinis, diagnosis, pemeriksaan penunjang,
komplikasi terutama penata laksanaan aritmia secara tepat
dan benar.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Jantung
A. Anatomi Jantung
Jantung berbentuk seperti pir/kerucut seperti
piramida terbalik dengan apeks berada di bawah dan
basis berada di atas. Jantung sebagai pusat sistem
kardiovaskuler terletak di sebelah rongga dada
(cavum thoraks) sebelah kiri yang terlindung oleh
costae tepatnya pada mediastinum. Berat jantung
pada orang dewasa antara 250-350 gram.

Jantung
Batas-batas jantung diantaranya :
1. Anterior berhubungan dengan sternum dan kartilago kostalis
setinggi SIC III-I.
2. Lateral berhubungan dengan paru dan fasies mediastilais.
3. Superior setinggi VT IV dan VS II berhubungan dengan aorta
pulmonalis, bronkus dekstra dan bronkus sinistra.
4. Dorsal alat-alat mediastinum posterior, esophagus, aorta
desendes, vena azigos, dan kolumna vetebrata torakalis.
5. Inferior berhubungan dengan diafragma.

Jantung

1.
2.
3.

Jantung terdiri atas 3 lapisan otot yaitu :


Pericardium pada bagian luar
Miokardium pada bagian tengah
Endokardium pada bagian dalam

.
1.
2.
3.
4.

Jantung terdiri atas 4 ruangan yaitu :


Atrium dekstra
Atrium sinistra
Ventrikel dekstra
Ventrikel sinistra

Jantung
B. Fisiologi Jantung
Pada dasarnya jantung mempunyai 3 sistem
kerja yaitu :
1. Otomaticity
2. Conductivity
3. Contractility

Jantung
Otomaticity
Jantung dipersarafi oleh saraf otonom
simpatis dan parasimpatis. Sistem saraf
automatis simpatis untuk meningkatkan
heart rate, parasimpatis untuk menurunkan
heart rate

Jantung
Conductivity
Sinoatrial node (SA-Node)
merupakan
pace maker jantung alami, memberikan
automatik/
intrinsik
rate
jantung
Atrioventrikular node (AV-node) Bundle of his
dan serabut purkinje.

Cors Conductivity

Jantung
Contractility
Bekerja dengan melakukan kompresi
dengan bantuan otot-otot jantung . Adanya
proses kompresi akan menghasilkan daya
pompa jantung untuk mengalirkan darah.

ARITMIA
A. Definisi
Aritmia adalah pola dan/atau perubahan yang cepat dari
denyut jantung normal.
1. Irama yang berasal dari bukan nodus SA;
2. Irama yang tidak teratur , meskipun berasal dari nodus SA,
misalnya sinus aritmia;
3. Frekuensi kurang dari 60x/menit ( bradikardia) atau lebih
dari 100x/menit ( takikardia);
4. Terdapatnya hambatan implus supra atau intra ventricular.

ARITMIA
B. Tipe-tipe aritmia meliputi :
1. Premature Atrial Contractions
2. Premature Ventricle Contractions
3. Atrial Fibrilasi
4. Atrial Flutter
5. Paroxysmal supraventricular tachycardia (PSVT)
6. Accessory pathway tachicardia
7. Ventricular fibrilasi
8. Long QT syndrome
9. Bradiaritmia
10. Tachyaritmia

ARITMIA
C. Epidemiologi
Aritmia mempunyai angka insidensi mencapai
0,09%. Laki-laki mempunyai prevalensi lebih tinggi
daripada wanita dengan ratio 2:1. Resiko aritmia
meningkat seiring bertambahnya usia. Di Amerika Serikat
diperkirakan 2,3 juta penduduk menderita aritmia dengan
>10% berusia di atas 65 tahun dan diperkirakan akan terus
bertambah menjadi 4,78 juta pada tahun 2035

ARITMIA
D. Etiologi
a. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan
miokard (miokarditis karena infeksi)
b. Gangguan sirkulasi koroner (aterosklerosis koroner atau spasme
arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
c. Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan
obat-obat anti aritmia lainnya
d. Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia)

ARITMIA
e. Gangguan pada pengaturan susunan saraf autonom yang
mempengaruhi kerja dan irama jantung
f. Ganggguan psikoneurotik dan susunan saraf pusat.
g. Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
h. Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme)
i. Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor
jantung
j. Gangguan irama jantung karena penyakit degenerasi (fibrosis
sistem konduksi jantung)

ARITMIA
E. Patogenesis
Gangguan SA/AV node sinyal listrik seolah
terperangkap di atrium/ ventrikel dextra
impuls berulang pada atrium/ ventrikel dextra
denyutan atrium lebih banyak dari ventrikel
atau sebaliknya

ARITMIA
F. Faktor Resiko
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penyakit Arteri Koroner


Tekanan Darah Tinggi
Penyakit Jantung Bawaan
Masalah pada Tiroid
Obat dan Suplemen
Obesitas
Diabetes

h. Obstructive Sleep Apnea


i. Ketidakseimbangan
Elektrolit
j. Terlalu Banyak Minum
Alkohol
k. Konsumsi Kafein atau
Nikotin

ARITMIA
G. Manifestasi Klinis
Peningkatan denyut jantung
Ketidakstabilan
hemodinamik
Ketidakteraturan irama
jantung
Palpitasi (perasaan yang
kuat dari detak jantung yang
cepat atau "berdebar" dalam
dada)

Kelemahan atau kesulitan


beraktifitas sehari-hari
Nyeri dada
Pusing atau pingsan
(syncop)
Kelelahan
Kebingungan
Sesak napas

ARITMIA
H. Diagnosis
Anamnesis lengkap,
Pemeriksaan tanda-tanda
vital,
Pemeriksaan penunjang
lengkap :
- foto rontgen thorax,
- DL, UL, LFT
- EKG

USG abdomen (Liver,


Spleen),
Enzim Jantung (CPK,
CKMB, Troponin C/I/T,
dll.)

TATA LAKSANA

ARITMIA

Tujuan
1. Pencegahan kejadian tromboemboli,
2. Mengatasi simptom aritmia,
3. Tata laksana jika ada penyakit lain yang
menyertai (terutama jantung),
4. Mengontrol laju jantung
5. Memperbaiki gangguan irama.

Prinsip Tata Laksana


Mengembalikan

Kontrol Irama Jantung


(Rhythm Control)
Keuntungan
1. Meningkatkan efi siensi jantung
secara umum
2. Mengurangi risiko tromboemboli
3. Mengurangi risiko penggunaan terapi
antikoagulan
. Kerugian
1. Efek samping proaritmia dari obat
anti aritmik
2. Risiko efek samping obat
3. Relaps akut yang disertai gagal
jantung
4. Risiko akibat penghentian obat
antikoagulan

Hasil yang didapat


1. Pengurangan penggunaan
antikoagulan
2. Rekurensi yang sering terjadi
3. Membutuhkan lebih banyak prosedur
kardioversi
4. Risiko kejadian stroke lebih tinggi
5. Meningkatnya angka hospitalisasi
karena gagal jantung

Kontrol Laju Jantung


(Rate Control)
Keuntungan
1. Tidak membutuhkan obat
antiaritmia
2. Keuntungan dengan penggunaan
terapi antikoagulan yang terus
menerus
. Kerugian
1. Risiko perdarahan akibat
penggunaan antikoagulan
2. Risiko takikardiomiopati apabila
laju jantung tidak adekuat

Hasil yang didapat


1. Angka kematian cenderung
lebih rendah
2. Biaya yang lebih rendah
3. Simtom yang lebih banyak
karena aritmia

Faktor Faktor Pemilihan Terapi


Kontrol Irama
(Rhytm Control)

Pasien simtomatik
Pasien usia yang lebih muda
Lone AF
Aritmia sekunder dengan
penyebab dapat diidentifi
kasi (contoh: tirotoksikosis,
alkohol, dan kafein)

Kontrol Laju Jantung


(Rate Control)
Pasien asimtomatik
Usia 65 tahun
Kontraindikasi atau efek
samping terhadap
antiaritmia
Tidak sesuai untuk
kardioversi

Anti Aritmia Farmakologis


1.
.

Menurut Vaughan Williams, obat antiaritmia dikasifikasikan menjadi 4 klas, yaitu :


Anti aritmia Kelas 1 (Sodium Channel Blocker)
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk
mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter. Procainamide untuk ventrikel
ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi. Dysopiramide untuk
SVT akut dan berulang.
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT Aritmia.
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi

Anti Aritmia Farmakologis


2.

Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)


Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina
pektoris dan hipertensi

3.

Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)


Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang

4.

Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)


Verapamil, indikasi supraventrikular

KARDIOVERSI
Definisi
Kardioversi adalah merupakan tindakan pengobatan non
farmakologi yang direncanakan untuk menghentikan dysritmia/
aritmia
selain
Ventrikel
Fibrilasi,
menggunakan
aliran listrik secara singkat & sinkron. Sinkron, yaitu energi yg
diberikan jatuh beberapa detik setelah defibrilator menangkap
gelombang QRS dari EKG & waktu terjadi 0,02 0,04 detik setelah
gelombang R. Tindakan ini dilakukan pada pasien dengan Takikardi
supraventrikel, takikardi ventrikel nadi teraba. Energi yang diperlukan
100, 200, 300 dan 360 Joule.

Pre Kardioversi
1. Antikoagulan, diberikan pada dysritmia kronik, seperti : A.
fibrilasi, A.flutter untuk mencegah emboli.
2. Anestesi, untuk menidurkan pasien & mengurangi rasa sakit
kardioversi, misalnya: diprivan 1-2 mg/kg BB
3. Digitalis, dapat diteruskan sebagai dosis pemeliharaan.
4. Cordaron, diberikan 2 jam sebelum kardioversi, dosisnya
200- 400 mg ( supaya energi yg diberikan tahan lama )
5. Bila terpasang pacemaker maka jarak dari generator 10 cm.

KARDIOVERSI
Prosedur Kardioversi
Prosedur tindakan kardioversi sama dengan prosedur tindakan
defibrilasi, hanya yang membedakannya dalam hal :
1. Siapkan alat-alat resusitasi
2. Bila pasien masih sadar berikan sedasi dengan atau tanpa analgesik
3. Pasang infus dengan Dex.5 % & O2 nasal
4. Siapkan peralatan, dekatkan pasien & yakinkan alat2 siap pakai
5. Hubungkan defibrilator dg sumber listrik, nyalakan dan pasang monitor
EKG
6. Monitor ABC
7. Tekan tombol sinkron, yakinkan tanda sinkron ada pada setiap gelob. QRS
8. Pilih energi yang diperlukan sesuai dengan jenis dysrythmia maksimal 360j

KARDIOVERSI
9. Pegang kedua padle dengan satu tangan, beri jelly dan ratakan pada bagian
metal dari paddle
. Posisi padle anterolateral
a. Padle letakkan dekat sternum bagian atas pd ICS ke2 & ke3
b. Padle anterior kiri pdgrs axilarry tepat di ICS ke5
. Letak Anteroposterior
a. Diapex
b. Diintra scapula (punggung belakang)
10. Letakkan padle pada dada pasien dengan posisi standart atau anteroseptal
dan anteroposterior dan tekan tombol charge.
11. Jika energi sudah terisi & defribilator menunjukkan tanda siap pakai, beri
perhatian dg suara yg jelas KARDIOVERSI SIAP

KARDIOVERSI
12. Beri tekanan 10 kg pada kedua padle, kaji ulang EKG,
13. Tekan tombol discharge di kedua padle secara bersamaan sampai
energi terisi kembali
14. Padle jangan diangkat, kaji ulang gambaran EKG kalau perlu
dilakukan utk yg ke2 atau ke3 dg enrgi yg lebih tinggi
15. Kaji ABC selama & setelah melakukan kardioversi
16. Jika berhasil (irama synus), bersihkan dada pasien & padle dr jelly
17. Perhatikan dada pasien apakah ada luka bakar
18. Beritahukan pd pasien bahwa tindakan sudah selesai
19. Rapikan pasien , alat & dokumentasi keadaan pasien

Post Tindakan Kardioversi


1.

Obs. K/U pasien dengan ketat (dapat terjadi reflek vagus: untuk menghindari pasang
goudel: bersihkan lendir di jalan nafas, kaji gerakan pernafasan dangkal/dalam.
2. Monitor TTV (TD, nadi, RR, kesadaran) dan EKG: sampai stabil 15 menit pertama dan 30
menit kedua.
3. Pertahankan posisi pasien tidur terlentang tanpa bantal & kepala extensi keatas
4. Hitung intake cairan dan output
5. Jika pasien sdh bangun (kesadaran baik), orientasikan kesekeliling ruangan
6.
Minuman / makanan kecil dpt diberikan
7. Kaji ulang keluhan pasien
8. Obat digoxin mulai diberikan setelah sadar spt biasanya sbg dosis pemeliharaan
9. Amiodaron 1 mg/menit untuk 6 jam untuk 18jam berikutnya 0,5 mg/menit 18 jam setelah
sadar biasanya sbg dosis pemeliharaan
11. Pemberian antikoagulan diteruskan jika diberikan

Tujuan Dan Indikasi Kardioversi


Tujuan :
1. Menghentikan SVT dan VT;
2. Optimalkan fungsi jantung
pasca bedah jantung atau
BMV dg irama A. Fibrilasi
A. Flutter kronik

Indikasi :
1. Dysritmia akut terminal
2. SVT & VT dengan nadi
yang tidak respon terhadap
obat anti disritmia yg
dapat hemodinamik
3. Menghentikan dysritmia
kronik A.fibrilasi/ A.
flutter

KARDIOVERSI
Syarat kardioversi
a. Amplitudo QRS tinggi
b. Gelombang & interval EKG jelas, sehingga
gelombang P, QRS, T dapat dibedakan
c. Dindaing dada terbuka atau letak elektrode tidak
mengganggu letak paddle
d. Direncanakan, agar kondisi fisik & mental optimal.

DEFIBRILASI
Definisi
adalah suatu tindakan pengobatan menggunakan aliran listrik dlm waktu
yg singkat secara asynkron.
Tujuan:
1. Menghentikan VF & VT tanpa nadi (pulseless).
2. Bila defibrilasi pada VF berhasil, tapi timbul VF lagi maka defibrilasi
menggunakan energi terakhir yang digunakan.
3. Bila defibrilasi harus dilakukan 3 berturut-turut, maka tindakan harus
dilakukan dengan cepat tanpa diselingi dengan ventilasi atau kompresi.

DEFIBRILASI
Defibrilasi harus segera dilakukan karena:
1. Pasca henti jantung umumnya irama VF;
2. Pengobatan paling efektif untuk VF;
3. Makin lambat defibrilasi dilakukan, makin kurang
kemungkinan keberhasilannya;
4. VF cenderung berubah menjadi asistole dalam beberapa
detik.

DEFIBRILASI
Defibrilasi dibagi menjadi dua yaitu :
a. Monofasik
Menghantarkan neregi dengan satu polaritas.
Gelombang monofasik sinusidal kembali ke nol
secara bertahap atau mendadak.
b. Bifasik
Menggunakan satu dari dua gelombang dan setiap
gelombang terbukti efektif untuk menghilangkan VF
pada dosis tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
Go AS, Hylek EM, Phillips KA, Chang Y, Henault LE, Selby JV, et.al. Prevalence
of diagnosed atrial fi brillation in adults: national implications for rhythm
management and stroke prevention:the AnTicoagulation and Risk Factors in Atrial
Fibrillation (ATRIA) Study. JAMA. 2001;285(18):2370-2375.
Benjamin EJ, Wolf PA, DAgostino RB, Silbershatz H, Kannel WB, Levy D.
Impact of atrial fi brillation on the risk of death: the Framingham Heart Study.
Circulation. 1998;98(10):946-952.
Dries DL, Exner DV, Gersh BJ, Domanski MJ, Waclawiw MA, Stevenson LW.
Atrial fi brillation is associated with an increased risk for mortality and heart failure
progression in patients with asymptomatic and symptomatic left ventricular systolic
dysfunction: a retrospective analysis of the SOLVD trials. Studies of Left
Ventricular Dysfunction. J Am Coll Cardiol. 1998;32(3):695- 703.

DAFTAR PUSTAKA
Luderitz B, Jung W. Quality of life in patients with atrial fi brillation. Arch Intern
Med. 2000;160(12):1749-1757.
Wattigney WA, Mensah GA, Croft JB. Increasing trends in hospitalization for atrial
fi brillation in the United States, 1985 through 1999: implications for primary
prevention. Circulation.
2003;108(6):711-716.
Camm AJ, Kirchhof P, Lip GY, Schotten U, Savelieva I, Ernst S, et. al. Guidelines
for the management of atrial fi brillation: the Task Force for the Management of
Atrial Fibrillation of the European Society of Cardiology (ESC). Eur Heart J.
2010;31(19):2369-2429.
Crijns HJ. Rate versus rhythm control in patients with atrial fi brillation: what the
trials really say. Drugs. 2005;65(12):1651-1667.
Borggrefe M, Breithardt G. Maintenance of sinus rhythm as a therapy goal.
Europace. 2000;1 Suppl C:C1-5.

DAFTAR PUSTAKA

Boriani G, Biffi M, Diemberger I, Martignani C, Branzi A. Rate control in atrial fi


brillation: choice of treatment and assessment of effi cacy. Drugs.
2003;63(14):1489-1509.
Hohnloser SH, Kuck KH, Lilienthal J. Rhythm or rate control in atrial fi brillation-Pharmacological Intervention in Atrial Fibrillation (PIAF): a randomised trial.
Lancet. 2000;356(9244):1789-1794.
Van Gelder IC, Hagens VE, Bosker HA, Kingma JH, Kamp O, Kingma T, et.al. A
comparison of rate control and rhythm control in patients with recurrent persistent
atrial fi brillation. N Engl J Med. 2002;347(23):1834-1840.
Wyse DG, Waldo AL, DiMarco JP, Domanski MJ, Rosenberg Y, Schron EB, et.al. A
comparison of rate control and rhythm control in patients with atrial fi brillation. N
Engl J Med. 2002;347(23):1825-1833.

DAFTAR PUSTAKA
Carlsson J, Miketic S, Windeler J, Cuneo A, Haun S, Micus S, et.al. Randomized
trial of rate-control versus rhythm-control in persistent atrial fi brillation: the
Strategies of Treatment of Atrial Fibrillation (STAF) study. J Am Coll Cardiol.
2003;41(10):1690-1696.
Opolski G, Torbicki A, Kosior DA, Szulc M, Wozakowska-Kaplon B, Kolodziej P,
et.al. Rate control vs rhythm control in patients with nonvalvular persistent atrial fi
brillation: the results of the Polish How to Treat Chronic Atrial Fibrillation (HOT
CAFE) Study. Chest. 2004;126(2):476-486.
Roy D, Talajic M, Nattel S, Wyse DG, Dorian P, Lee KL, et.al. Rhythm control
versus rate control for atrial fi brillation and heart failure. N Engl J Med.
2008;358(25):2667-2677.
Ogawa S, Yamashita T, Yamazaki T, Aizawa Y, Atarashi H, Inoue H, et.al. Optimal
treatment strategy for patients with paroxysmal atrial fi brillation: J-RHYTHM
Study. Circ J. 2009;73(2):242- 248.

DAFTAR PUSTAKA

Testa L, Biondi-Zoccai GG, Dello Russo A, Bellocci F, Andreotti F, Crea F.


Rate-control vs. rhythm-control in patients with atrial fi brillation: a metaanalysis. Eur Heart J. 2005;26(19):2000- 2006.
Corley SD, Epstein AE, DiMarco JP, Domanski MJ, Geller N, Greene HL, et.al.
Relationships between sinus rhythm, treatment, and survival in the Atrial
Fibrillation Follow-Up Investigation of Rhythm Management (AFFIRM) Study.
Circulation. 2004;109(12):1509-1513.
Steinberg JS, Sadaniantz A, Kron J, Krahn A, Denny DM, Daubert J, et.al.
Analysis of cause-specifi c mortality in the Atrial Fibrillation Follow-up
Investigation of Rhythm Management (AFFIRM) study. Circulation.
2004;109(16):1973-1980.

Anda mungkin juga menyukai