Anda di halaman 1dari 23

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Opini

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini melalui


Aktivitas dan Permainan yang Menyenangkan

Hilda Karli*)

Abstrak
embaca dan menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki
lembaga pendidikan. Akan tetap tidak jarang terjadi guru mengalami kesulitan dalam
membelajarkan anak dalam membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD. Di lain pihak,
banyak anak merasa jenuh belajar membaca dan menulis karena metode yang dipakai
guru tidak monoton dan tidak menarik. Tulisan ini membahas berbagai teknik dan kegiatan
membelajarkan membaca dan menulis sehingga membuat proses pembelajaran menarik dan
menyenangkan bagi siswa misalnya dengan bermain kartu, bermain peran, panggung boneka,
bernyanyi, dan keterampilan tangan. Berdasarkan analisis, dalam menerapkan teknik itu perlu
memperhatikan perkembangan ppsikologi dan karakter anak, kemampuan berbahasa anak, dan
tahapan membaca dan menulis untuk tahap pemula.

Kata-kata kunci: membaca, menulis, psikologi perkembangan anak, perkembangan motorik anak,
pola permainan, pembelajaran bahasa.
Abstract
Reading and writing are basic skills to be learned and practiced by the children as they enter primary school.
However the teacher often faces some problems to teach them to read and write. On the other hand many children find reading and writing classes monotone and dull. This article discusses a number of techniques and
activities to make reading and writing class interesting, motivating, and joyful. The techniques introduced in
this article among others are playing card, role playing, puppet show, singing, and crafting. This article suggests to make the techniques effective, the teacher should well consider the psychological development and
characte-ristics of the children, the childrens language ability, and the learning procedure for reading and
writing for early ages.
Keywords: reading, writing, child psychological development, child physical development, game model,
language teaching.

Pendahuluan
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas
awal terutama kelas 1 dan 2 SD merupakan dasar
untuk memperoleh kemampuan bahasa secara
baik. Namun, pendidik menjadi salah kaprah
tidak lagi memperhatikan kemampuan anak usia
dini yang baru mengenal baca dan tulis di masa
prasekolah. Guru kelas 1 SD menginginkan agar

*) Dosen Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta

62

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

anak didiknya harus sudah bisa baca dan tulis


dengan baik. Guru kelas 1 SD menganggap guru
TK yang harus membelajarkan baca dan tulis.
Sementara dalam kurikulum TK kegiatan baca
dan tulis bukan merupakan fokus bagi pembelajaran di TK. Mereka perlu diperkenalkan huruf,
angka dan membaca secara umum bukan
menjadi titik fokus yang harus dikuasai oleh anak
TK. Tekanan dari orang dewasa terutama orang
tua pada anaknya terlalu berlebihan sehingga

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

membuat anak menjadi takut baca dan tulis.


Orang tua akan bangga jika anak TK sudah
lancar baca dan tulis seperti anak SD kelas 1-2.
Sebenarnya kapan waktu tepat untuk membelajarkan baca dan tulis permulaan pada anak?
Banyak orang tua sibuk membeli buku
untuk membelajarkan baca dan tulis lalu anak
diminta untuk belajar, atau diberi kursus baca
tulis agar cepat menguasai. Tanpa mengindahkan perkembangan anak itu sendiri. Pada
dasarnya anak itu senang bermain karena itu
dunia mereka. Melalui pembelajaran bahasa
yang menyenangkan diharapkan dapat membantu anak untuk memperoleh kemampuan
bahasa secara lebih baik sesuai dengan
karakteristik usia.
Berbagai aktivitas dan permainan yang
menyenangkan dapat diterapkan untuk
membelajarkan membaca dan menulis bagi anak
usia dini seperti: bermain kartu, bercerita,
menggambar, dll. Kegiatan membaca dan
menulis tidak lepas dari kegiatan untuk melatih
motorik halus seperti menganyam, menarik
garis, mewarnai, dll. Kegiatan melatih motorik
tangan, mata dan kemampuan mengenal huruf
digabung menjadi satu kegiatan yang menarik.
Perkembangan anak usia TK (masa awal)
dan SD (masa akhir) tentu berbeda. Untuk
membelajarkan baca dan tulis dengan kegiatan
yang menyenangkan, perlu diperhatikan
beberapa aspek seperti: psikologi perkembangan

karakteristik anak ditinjau dari perkembangan


fisik/motorik, permainan, dan emosi.

Kajian Pustaka
1. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
Konsep perkembangan dirumuskan oleh
H.Werner (Gunarsa, 1990:22) dengan mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu
proses yang mula-mula global, masif, belum
terpecah atau terperinci kemudian semakin lama
semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi
integrasi yang hirarkis. Penggunaan istilah
masa awal anak-anak (early childhood) menyebutnya usia prasekolah ketika anak masuk sekolah
untuk persiapan masuk ke sekolah formal yaitu
SD. Pada masa itu anak perlu mendapatkan
selain pengetahuan juga keterampilan dan budi
pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada
kehidupan dewasa. Umumnya orang Indonesia
menggo-longkan masa awal anak itu pada usia
7-12 tahun ( Sekolah Dasar kelas 1-6).
a. Perkembangan fisik/motorik
Menurut Hurlock (1980:110), proses tumbuh
kembang kemampuan gerak seorang anak
disebut perkembangan motorik. Secara umum
perkembangan ini dibagi dua yaitu
perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Keterampilan ini pada dasarnya berkembang
sejalan dengan kematangan saraf dan otot.

Tabel 1: Keterampilan Motorik Kasar dan Keterampilan Halus


Keterampilan Motorik Kasar
1.
2.
3.
4.

Faktor genetik (normal)


Kondisi prenatal (saat ibu hamil baik)
Kondisi kesehatan (nutrisi cukup)
Adanya stimulasi, dukungan dan
kesempatan.
5. Urutan keluarga (anak pertama lebih
diperhatikan).
6. Kelahiran yang sulit (trauma di kepala)
7. IQ anak rendah
8. Orang tua terlalu protektif
9. Kelahiran prematur
10. Cacat fisik
11. Perbedaan pola asuh anak laki beda
dengan perempuan

Keterampilan Motorik Halus


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.

Kesiapan anak belajar fisik maupun


p s i ki s
Kesempatan untuk belajar
Kesempatan untuk berlatih
Contoh yang baik dan benar
Bimbingan
Motivasi
Setiap keterampilan perlu dipelajari
khusus (cara pegang sendok beda
dengan cara pegang pinsil)
Setiap keterampilan perlu dipelajari
satu demi satu (melempar bola sambil
makan anak bingung)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

63

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Setiap anak mempunyai proses kematangan


yang berbeda, oleh karena itu perkembangan
motorik mereka juga akan berbeda setiap anak.
Keterampilan motorik kasar adalah bagian dari
aktivitas motorik yang mencakup keterampilan
otot-otot besar seperti merangkak dan berjalan.
Keterampilan motorik halus melibatkan gerak

gerik otot-otot kecil seperti mencoret, melempar,


dan menjahit. Hal-hal yang perlu diperhatikan
untuk mempelajari kedua keterampilan motorik
dapat di lihat pada tabel 1.
Sementara itu, perkembangan motorik kasar dan
halus berdasarkan usia anak dapat dilihat pada
tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2: Perkembangan Motorik Keterampilan Kasar dan Keterampilan Halus


Usia

Keterampilan Motorik Kasar

1-2

1. Merangkak.
2. Berdiri dan berjalan beberapa langkah
(usia 12 bulan).
3. Berjalan cepat (15 bulan)
4. Cepat duduk agar tidak jatuh
5. Merangkak di tangga
6. Berdiri di kursi tanpa pegangan
7. Menarik dan mendorong benda keras
seperti meja dan kursi
8. Melempar bola

Tahun

Keterampilan Motorik Halus


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

2-3
Tahun

3-4
Tahun

64

1. Melompat di tempat
2. Berjalan mundur hingga 3 meter
3. Menendang bola dgn mengayunkan
k ak i
4. Memanjat mebel dan berdiri di
atasnya
5. Langsung bangun tanpa berpegangan
ketika berbaring
6. Berjalan jinjit
7. Naik tangga dengan kaki
8. Lompat dari anak tangga terakhir
9. Mengayuh sepeda

1.

1. Berdiri dengan tumit, tangan di samping tanpa kehilangan keseimbangan


2. Melompat dengan satu kaki
3. Berdiri dengan satu kaki selama 5
detik
4. Menggunakan bahu dan siku pada
saat melempar bola hingga 3 meter
5. Menangkap bola besar
6. Mengendarai sepeda roda tiga

1.
2.
3.
4.
5.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Mengambil benda kecil dengan ibu


jari dan telunjuk.
Mengambil benda kecil dalam
mangkuk
Membuka 2-3 halaman buku secara
bersamaan
Menyusun beberapa balok menjadi
menara
Menuang cairan dari satu wadah ke
wadah lain
Memakai kaus kaki, sepatu sendiri
dengan hasil kurang sempurna
Memutar tombol radio atau TV
Mengupas pisang dengan hasil
kurang sempurna
Melakukan kegiatan dengan satu
tangan seperti mencoret-coret
Menggambar garis lurus serta
lingkaran tak bertaruran
Membuka gerendel pintu
Mengenggam pensil
Menggunting dengan hasil kurang
sempurna
Mengancingkankan baju dan
restleting
Membuka tutup toples
Memakai baju lengkap sendiri
Menggambar badan manusia
Menyendok cairan
Mencuci dan melap tangan
Makan dengan sendok garpu
Membawa wadah tanpa
menumpahkan isinya

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia
4-5
Tahun

Keterampilan Motorik Kasar

Keterampilan Motorik Halus

1. Menuruni tangga langkah demi


langkah
2. Tetap seimbang ketika berjalan
mundur
3. Melompat selokan selebar 0,5 meter
dengan satu kaki
4. Melempar bola melebihi 4 meter
5. Membuat belokan tajam dengan
sepeda roda tiga
6. Memanjat tangga di lapangan
bermain

1.

Menggunakan gunting dengan baik


meski belum lurus
2. Memasukkan surat ke dalam
amplop
3. Membawa secangkir kopi beberapa
meter tanpa tumpah
4. Memasukkan benang ke dalam
jarum Mengoleskan selai di atas roti

Sumber : Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak", (2002)

Keterampilan motorik atau istilah


pendidikan aspek psikomotor adalah masa paling penting dan ideal karena pada masa ini anak
dengan senang hati mengulang-ulang suatu
aktivitas hingga terampil, anak bersifat
pemberani artinya tidak takut sakit atau tidak
malu ketika diejek oleh temannya. Tubuh mereka
masih lentur, keterampilan yang dikuasai sedikit
sehingga ketika belajar keterampilan yang baru
tidak mengganggu keterampilan yang sudah
ada. Pada usia empat tahun sudah dapat menggerak motorik secara tepat karena sudah diatur oleh
cortex dalam otak untuk mengerakkan otot.
Lingkungan dapat mempengaruhi
kematangan anak untuk mempelajari sesuatu
aktivitas. Anak yang berada di lingkungan yang
kurang dapat perhatian dari orang tuanya akan
lebih cepat matang dan menguasai keterampilan
lebih cepat daripada anak yang berada di
lingkungan baik. Mereka sudah dapat mengikat
tali sepatunya, menulis huruf abjad, berjalan,
berlari, mewarnai, meronce, dll. Mereka juga
dapat menunjukkan keterampilan motorik yang
baik seperti memotong dengan gunting,
menggunakan pensil warna untuk mewarnai
sebuah gambar. Mereka juga mulai belajar
menulis kalimat dan kata-kata. Setelah enam
atau tujuh tahun semua keterampilan dasar
dapat dikuasai.
b. Perkembangan emosi
Pada masa awal kanak-kanak emosinya sangat
kuat karena ketidakseimbangan sehingga
mudah terbawa ledakan-ledakan sehingga sulit

untuk dibimbing. Hal ini dipengaruhi karena


kegiatan terlalu lelah bermain, tidak mau tidur
siang dan makan terlalu sedikit sehingga ada
gangguan fisiologis. Emosi memegang peranan
penting dalam hidup seorang anak. Tiap bentuk
emosi pada dasarnya membuat hidup terasa
lebih menyenangkan. Oleh karena itu kehangatan perasaan, rasa persahabatan, simpati yang
ditujukan pada orang lain. Setiap orang punya
kebutuhan memberi dan menerima afeksi. Saat
yang terpenting ketika masa awal kanak-kanak,
bila kedua orang tua kurang memberikan kasih
sayangnya maka anak akan mengalami berbagai
macam gangguan seperti terlihat pada tabel 3.
Bila kebutuhan emosional anak terpenuhi
secara seimbang dalam awal kehidupannya
maka ia akan berkembang menjadi anak yang
mampu mewujudkan potensi secara optimal.
c. Perkembangan bermain
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang demi kesenangan tanpa ada
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai.
Bermain sebagai suatu kegiatan yang muncul
atas motivasi dan kehendaknya sendiri dan tak
perlu diajarkan. Manfaat bermain ditinjau dari
3 aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor
menurut yaitu: (1) aspek kognitif (berhubungan
dengan kecerdasan-berpikir), (2) aspek afektif
(sosial-emosional) , dan (3) aspek psikomotor
(fisik-gerakan) . Ketiga aspek tesebut harus
seimbang karena penelitian longitudinal, yang
dilakukan di USA, terhadap anak TK antara
kelompok yang diberikan 3M (Membaca,
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

65

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 3: Gangguan pada Diri Anak dan Penyebabnya


No

Gangguan berupa

Men y eb ab k an

1.

Perkembangan fisik yang


lambat

Anak depresi akibatnya terjadi hambatan sekresi


(pengeluaran) hormon pituitary yaitu hormon yang
mengatur metabolisma dan pertumbuhan badan. Sehingga
anak terganggu perkembangan fisiknya

2.

Keterlambatan
perkembangan motorik

Gangguan motorik kasar dan halus seperti duduk, berdiri,


jalan, nulis tidak luwes seperti anak lannya. Bahkan
gagap pada bicara pun bisa terjadi.

3.

Sulit mempelajari
hubungan

Sulit berkomunikasi dengan orang di sekitarnya dan sulit


konsentrasi dan mudah teralih perhatiannya. Sehingga
tampak agresif dan nakal. Lebih penuntut, menarik diri,
egois, kurang minat bergaul dengan orang lain.

4.

Gangguan jiwa

Ada gangguan dari masalah kejiwaannya jika hal ini


terjadi pada anak dalam waktu lama dan pola asuh yang
tidak baik dari waktu ke waktu.

Sumber: Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak" , (2002)


Menulis dan Menghitung) sangat baik pada
anak yang menekankan kognitif saja,
kenyataannya 10 tahun kemudian kemampuan
akademis mereka sama dengan kelompok anak

TK yang diberikan 3M yang tidak optimal.


Bahkan anak yang terlalu dini dirangsang 3M
akan mengalami gangguan emosi, berperilaku
menyimpang, tidak mau sekolah dan

Tabel 4: Pola Permainan Anak


Usia

Pola permainan

0-1
Tahun

Bermain
b e b as
d an
spontan

Tahapan bermain
Usia 3-4 bulan
Gerakan diulang-ulang
Gerakan dari anggota
tubuhnya sendiri seperti
bermain ludah, tersenyum
Usia 4-8 bulan
Tertarik dengan objek luar
dan gerakan yang diulang
untuk kesenangan .
Usia 7-8 senang melihat TV
karena bergerak dan warna
dominan .
Usia 8 - 12 bulan
Bermain dengan sengaja
dan gerakan lebih majemuk
Mencoba-coba untuk
menggerakkan bola

66

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Jenis bermain

Alat bermain

Peran orang tua

B e b as d an
spontan.
Melakukan
aktivitas
spontan tanpa
tujuan dan
terus
bereksplorasi
seperti
merangkak dan
berjalan kian
kemari

Warna yang
cerah dan
warna-warni.
Permainan
yang
mengeluarkan
bunyi-bunyian
Permainan
yang bergerak

Sebagai teman
bermainnya dan
al at
permainannya.
Orang tua harus
peka melihat
kondisi anak
ketika bermain.

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

memberontak. Sebaiknya anak yang kegiatan


fisiknya sangat aktif harus juga diseimbangkan
dengan kegiatan yang tidak membutuhkan
kegiatan fisik terlalu banyak agar ketekunan,
Usia

Pola permainan

Tahapan bermain

konsentrasi dan kesabaranpun akan tumbuh


dalam diri anak. Pola permainan berdasarkan
usia anak dan jenis permainan dan peran orang
tua dapat dilihat pada tabel 4.

Jenis bermain

Alat bermain

Peran orang tua

1-2
Bermain
Tahun eksplorasi

Senang mengigit, dipencet,


diraba, dipukul, diremas,
dicorat-coret tanpa tujuan.
Belum bisa bicara banyak
tetapi ekspresi wajahnya
bisa dilihat senang atau
marah saat bermain.
Senang bermain berpurapura (menyisir pakai sisir
boneka, minum pakai
gelas kosong).
Nonton TV karena orang
lain tertawa maka ia
menirukan walaupun
tidak tahu apa yang
diketawakan.

Bermain
eksplorasi
Kemampuan
fisiknya sudah
makin
berkembang
dan mulai
tertarik dengan
segala sesuatu
di luar dirinya
d an
kemampuan
kognitifnya
terbatas
sehingga peran
orang tua
sangat kuat

Permainan
yang melatih
motorik dan
mengasah
k e p e k aan
panca indera.
Ukuran mainan
besar, aman,
bersih. Mainan
berbu-nyi saat
dige-rakkan,
mainan
gantungan
(untuk merangsang berdiri) mainan
yang dapat
digerakkan
(merangsang
belajar jalan)
mainan gigitan
senang
menggigit dan
memasukkan
kemulut)

Orang tua harus


ketat perhatian
karena anak
sudah senang
dengan
lingkungan di
luar dirinya
tetapi belum
bisa kontrol
diri.
Jangan terlalu
over protec tive
dapat menyebabkan anak
terhambat perkembangannya
Pendampingan
dari orang tua
sehingga tahu
perkembangan
anaknya.

2-3
Dikenal-Tahun kan
permainan
konstruktif

Memasuki tahap praoperasional Teori Piaget:


mereka mempresentasikan
dunianya melalui katakata dan imajinasi
(bermain purapura/simbolik).

Permainan
konstruktif
yang dapat
melatih
koordinasi
motorik halus
d an k e s ab ar annya. Bermain
paralel dengan
teman artinya
mereka bermain
bersama tetapi
tidak saling
berinteraksi
karena sibuk
dengan
permainan
masing- masing.

Warna yang
menyolok,
ukuran besar,
bersih dan
tidak tajam.
Permainan
yang menggunakan
pikiran seperti
l e g o , b al o k ,
plastisin, alat
menggambar,
kertas lipat,
tanah liat, gips.

Sebagai teman
bermain karena
ingin mandiri
dalam bermain.
Sebagai
pengawas tetapi
b u k an
pengkritik.
Pemberi
motivasi ketika
g ag al
melakukan
kegiatan karena
motivasinya
sering berubahu b ah

Usia 2,6 tahun


Kebutuhan bicara dengan
orang lain walau
pembendaharaan terbatas .
Usia 3 tahun
Pembendaharaan meningkat sehingga dapat bicara
lebih dimengerti.
Permainan kognitif seperti
menyusun balok, membuat karya dari plastisin.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

67

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia

Pola permainan

Tahapan bermain

Jenis bermain

Alat bermain

Peran orang tua

3-4
PermainTahun an dengan aturan
sederha-na

Anak sudah terampil


motorik kasar dan halus
tetapi harus lebih diasah
supaya lebih berkembang.
Permainan role play sangat
disenangi mereka karena
mereka dapat berimajinasi,
selain itu melatih sosioemosianal , motorik serta
bahasa dan belajar
menunggu giliran.
Permainan yang
menggunakan aturan
sederhana

Keterampilan
motorik kasar
dan halus
s u d ah b ai k
mulai
bersosialisasi.
Melalui
permainan
aturan
sederhana anak
dapat dilatih
motorik dan
sosial-emosinya
serta bahasa

Permainan
yang dapat
mengklasifikasi bentuk, warna, ukuran.
Permainan role
play seperti
dokter-dokter-an, pasarpasaran.
Permainan
yang mengasah motorik
halus seperti
mengancing
baju, meronce,dll.
Permainan
yang melatih
motorik ka-sar
seperti bermai n s e p e d a,
ayunan

Sebagai fasilitator dalam


mendampingi
anak bermain
role play artinya
ikut juga terlibat
d al am
permainan itu
sambil
membelajarkan
anak mematuhi
aturan
permainan yang
ad a

4-5
Bermain
Tahun sosial

Permainan yang bersifat


kompetetif artinya ada
unsur menantang dalam
diri untuk berlomba
dengan teman sebaya.
Senang mengobrol denga
teman sebaya dan
menyukai bermain peran
dengan teman sebaya

Bermain sosial
karena sudah
d ap at
bersosialisasi
dengan baik.
Sudah tidak
bermain paralel
l ag i

Permainan
yang bersifat
bermain peran
Permainan
orang dewasa
misalnya adu
kelereng,
lempar tangkap bola, bergulat, memasak. Permainan
olahraga seperti lompat
kodok, meniti
trotoar, melemp ar b o l a k e
kaki meja,
berenang.

Menghargai
pilihan anak
jangan melarang
anak untuk
bermain dengan
siapa atau
bermain apa.
Mengarahkan
anak untuk
berkompetensi
sehat .
Keterlibatan
orang tua jangan
sampai
mengurangi
kebebasan anak.

Memasuki tahap
operasi-onal Teori
Piaget: mereka sudah
berpikir logis dan dapat
mengkaitkan beberapa
konsep tetapi masih
perlu bantuan benda
nyata.

Bermain dengan teman


gengnya
artinya kegiatan yang dilakukan teman
sebaya (geng)
untuk mengisi

Peralatan
menjahit,
peralatan
untuk menggambar/melukis, peralatan untuk tukang, peralat-

Pemberi
motivasi
ketika gagal
melakukan
kegiatan
karena
motivasinya
sering
berubah-ubah

7-9

Bermain

Tahun konstru-

ktif

68

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Usia

Pola permainan

Tahapan bermain

Jenis bermain

Alat bermain

Peran orang tua

Permainan kognitif lebih


disukai mereka seperti
membuat karya dari
kayu/balok untuk anak
laki-laki.
Menjahit, menggambar,
membentuk perhiasan dari
tanah liat atau kancing dan
bernyanyi untuk anak
perempuan

waktu mereka
ketika kosong

an listrik atau
peralatan
musik

motivasinya
sering berubahu b ah

Bermain
menjelaj ah

Pada masa akhir kanakkanak anak sudah tidak


senang menjelajah di
dalam lingkungan rumah
tetapi lingkungan yang
lebih luas seperti
lingkungan tetangga.
Kegiatan ini senang
dilakukan bersama teman
sebaya satu gengnya.

Permainan
menjelajah
d i l ak u k an
karena rasa
ingin tahu anak
tentang segala
yang terjadi di
lingkungan
sekitar di luar
dirinya.

Kegiatan
pramuka,
kegiatan
kemah di luar
halaman
rumah,
kegiatan,
kegiatan
berbelanja
bersama teman.

Mengawasi dan
mengarahkan
pada berbagai
kegiatan di luar
rumah.

Mengumpulk an

Sebagai salah satu


kegiatan bermain yang
s u d ah d i l ak u k an s e j ak
kecil.
Mengumpulkan benda
yang menjadi favoritnya
dilakukan karena iri hati
pada teman, gengsi dan
memberikan kesenangan
bagi kolektornya.

Mengkoleksi
benda awalnya
anak akan
mengumpulkan
segala benda
yang menjadi
perhatiannya
tetapi berangsur
usia maka anak
ak an
menfokuskan
pada satu
benda yang
akan disenangi
dan berbeda
deng-an temanteman untuk
dikumpulkannya dan
menyimpannya secara
sistematis dan
dipajang

Koleksi boneka
barbi, koleksi
yang berbau
Superman,
ko l e ks i
perhiasan,
k o l e k s i j am
tangan, dll

Memberi
kepercayaan
dan kesempatan
kepada anak
untuk dapat
mengoleksi
benda
kesayangan
dengan tujuan
positif dan
didapat dengan
cara yang baik

7-9
Bermain
Tahun konstruktif

Sumber: Majalah Nakita "Mainan dan Permainan" , (2007)

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

69

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Menurut Jean Piaget seorang psikolog dari


Swiss dalam Hurlock (1999: 222), kemampuan
intelektual dibagi dalam 4 tahap yaitu: 1) tahap
sensorimotorik (lahir 2 tahun) , motorik anak
berkembang dari refleks menjadi gerakan yang
bertujuan, yang melibatkan seluruh alat indera
(misalnya memasukkan benda ke dalam mulut ,
mulut terbuka ketika disuapi makanan); 2) tahap
praoperasional (2-7 tahun) pada tahap ini
pemikian anak masih didominasi oleh hal yang
berkaitan dengan aktivitas fisik dan persepsinya
sendiri, berpikir masih egosentris dan belum
punya pemahaman realitis dan obyektif tentang
lingkungan yang berada di luar dirinya, belum
mampu memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka atau pengelompokkan benda ;
3) tahap operasi kongkrit (7-11 tahun)
kemampuan abstrak sudah lebih baik tetapi
masih perlu benda kongkrit (dikaitkan dengan
kehidupan nyata) untuk memahami suatu
benda, pembentukan konsep waktu, ruang,
bilangan, pengelompokkan benda, berpikir
rasional sudah nampak pada tahap ini; 4) tahap
operasi formal (di atas 11 tahun) anak sudah
mampu untuk berpikir abstrak dan memecahkan
masalah dengan menggunakan berbagai
alternaif serta dapat berpikir secara kombinasi
dari berberbagai informasi. Penalarannya sudah
logis dan mampu memahami masalah yang
kompleks.
Dari tahapan bepikir di atas dapat
disimpulkan bahwa anak berpikir dan melihat
hubungan-hubungan terlihat ketika mereka
bermain atau menjelajah lingkungan karena
dengan meningkatnya koordinasi motorik,
pembendaharaan kata, kemampuan untuk
bertanya sehingga perkembangan pesat untuk
mengerti apa itu benda dan makhluk hidup.
Pada tahap praoperasional ini anak mulai
berpikir lebih khusus karena mereka sudah
mulai memperhatikan hal-hal yang lebih kecil.
Sehingga tidak mudah bingung jika dia
menemukan benda yang sama.
Kemampuan anak dalam memahami
konsep bilangan artinya berkaitan dengan
jumlah dan angka pada usia tujuh ahun baru
mereka memahami konsep blangan. Sementara

70

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

banyak anak usia 18 bulan sudah bisa


membilang satu sampai sepuluh bukanlah
berarti anak itu paham melainkan mereka
menirukan saja. Bila ada benda di atas meja dan
mereka diminta untuk menghitung maka mereka
tidak akan mampu. Perlu waktu lama untuk
anak dapat memahami konsep bilangan karena
sifatnya abstrak. Pada usia tiga tahun anak
hanya dapat membilang dari angka satu sampai
tiga sedangkan Pada usia empat tahun anak
hanya dapat membilang dari angka satu sampai
empat dan anak pada usia lima tahun anak
hanya dapat membilang dari angka satu sampai
lima. Kemampuan mereka belum dapat untuk
mengoperasikan bilangan seperti menjumlah,
mengurangi, mengali dan membagi. Sebelum
mereka dapat memahami konsep bilangan secara
lengkap awalnya anak harus mengerti dulu
ukuran benda. Anak pada usia tiga tiga
setengah tahun sudah dapat membedakan
benda yang ukuran benda besar dan kecil, pada
usia empat - lima tahun. Setelah itu anak dapat
mengelompokan benda-benda.
2. Pembelajaran Bahasa Anak Usia Dini
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa
dipisahkan dari kegiatan saling berkomunikasi.
Untuk berkomunikasi manusia memerlukan
suatu media yaitu bahasa. Bahasa adalah suatu
bentuk komunikasi lisan, tertulis atau isyarat
yang digunakan secara kombinasi oleh
masyarakat. Menurut Semiawan (1999: 112),
bahasa merupakan suatu kode atau sistem
simbol dan urutan kata-kata yang diterima secara
konvensional untuk menyampaikan konsepkonsep atau ide-ide dan berkomunikasi melalui
penggunaan simbol-simbol yang diatur oleh
ketentuan yang ada.
Bahasa juga merupakan alat komunikasi
dengan orang lain dan kemudian berlangsung
dalam suatu interaksi sosial. Menurut Tarigan
(1985 : 3), bahasa meliputi empat aspek
keterampilan yaitu aspek keterampilan
berbicara, menulis, menyimak, dan membaca.
Menurut Ralph Waldo dalam Santrock
(2007:353), ada lima sistem aturan bahasa dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 5: Sistem Aturan Bahasa


Sistem Aturan

Deskripsi

Contoh

Fonologi

Sistem suara dalam sebuah Sebuah fonem adalah unit terkecil dalam
bahasa.
sebuah bahasa.

Morfologi

Kata rumah dibunyikan


dari "ru" dan "mah"

Sistem dari unit-unit bermakna yang terlibat


dalam pembentukan kata.

Sintaksis

Sistem yang melibatkan


bagaimana kata-kata
dikombinasikan sehingga
membentuk frasa-frasa dan
kalimat yang dapat diterima.

Bus merupakan morfem tunggal, karena b dan us


tidak memiliki arti. Walaupun "bu" dan "s" bila
dipisahkan mempunyai arti bu adalah ibu. Tetapi
s tidak.

Semantik

Sistem yang melibatkan arti


kata dan kalimat.

K u da
hitam
lari
sangat kencang
Kt benda kt sifat kt kerja
kt keterangan
Kalimat terdiri dari frasa kata benda dan frasa kata
kerja

Pragmatik

Sistem yang menggunakan


Berbicara sopan pada guru dengan menggunakan
percakapan dan pengetahuan tata bahasa. Misalnya bolehkan saya izin untuk ke
yang tepat terkait penggunaan kamar mandi?
bahasa secara efektif dalam
konteks.

Sejak bayi sudah mulai belajar bahasa yaitu


ketika ia menangis minta susu pada ibunya.
Ketika itu bayi itu sedang berbicara melalui
bahasa isyarat. Berangsurnya usia bayi mulai
mereka untuk menyimak apa yang didengar dari
lingkungan. Selanjutnya anak usia dua - tiga
tahun mulai dengan belajar bicara dari kosa kata
yang sering didengarnya. Usia empat enam
tahun anak sudah mulai belajar baca dan tulis
dengan konsep yang sangat sederhana sebagai
pengenalan anak pada baca dan tulis yaitu
melatih gerakan motorik halus seperti menulis
huruf. Usia tujuh - delapan tahun anak lebih
matang untuk gerakan motorik halus seperti
menulis dan mewarnai sehingga pengenalan
baca dan tulis lebih kompleks. Usia sembilan
sampai 12 tahun anak sudah paham akan
bacaan yang dibaca dan anak dapat mengungkapkan ekspresi dirinya melalui tulisan seperti
puisi, sajak atau karangan.
Di atas secara singkat telah dipaparkan
perkembangan bahasa yang dialami oleh bayi
hingga anak usia 12 tahun (Anak SD kelas 6). Di
bawah ini disajikan perubahan perkembangan

bahasa anak pada masa awal kanak-kanak ( 0-5


tahun) terjadi sebagai tertera dalam tabel 6.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah
suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan
lebih lanjut.
Fungsi pengembangan Bahasa Indonesia di
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah:
a. Mengenalkan peraturan dan menanamkan
disiplin pada anak.
b. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
c. Menumbuhkan sikap dan perilaku yang
baik.
d. Mengembangkankemampuan berkomunikasi dan bersosialisasi.
e. Mengembangkan keterampilan, kreativitas
dan kemampuan yang dimiliki anak.
f. Menyiapkan anak untuk memasuki
pendidikan dasar.

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

71

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Tabel 6: Perubahan Perkembangan Berbahasa Anak


No

Sistem Aturan

Kejadian

Fonologi

Kesulitan untuk mengucapkan kelompok konsonan misalnya strika.


Umumnya akan berlanjut hingga memasuki masa akhir anak-anak.

Morfologi

Anak sudah dapat mengungkapkan lebih dari dua kata misalnya


kakak memukul saya dan saya dipukul kakak.

Sintaksis

Anak belajar menerapkan aturan untuk membentuk kalimat sesuai


aturan. Misalnya badu membawa buku bukan membawa badu
buku. Orang tua memperbaiki kalimat yang salah tersebut untuk
sesuai aturan SPOK. Akan terus berlanjut pemelajaran hingga masa
akhir dengan kalimat yang lebih kompleks.

Semantik

Anak pada masa ini sangat pesat belajar kosa kata hingga 5 - 8 kata
sehari mereka serap sehingga diperkirakan pada usia 6 tahun sudah
8000 hingga 14000 kata yang sudah dikuasai.

Pragmatik

Usia 2 tahun berbeda dengan 6 tahun, pada usia 6 tahun mereka


sudah dapat berbicara imaginatif dan gaya bicara lebih sopan dengan
orang dewasa.

Dikutip dari Ralph Waldo dalam Santrock (2007:355)

Menurut Early Learning Goals 1999 dalam


Masitoh tujuan pengembangan bahasa pada
usia awal dijabarkan sebagai berikut: (a)
menyenangi mendengarkan /menyimak dan
menggunakan bahasa lisan dan lebih siap dalam
bermain dan belajarnya; (b) menyelidiki dan
mencoba dengan suara-suara, kata-kata dan teks;
(c) mendengarkan dengan kesenangan dan
merespon ceritera, lagu, irama, dan sajak-sajak
daan memperbaiki sendiri ceritera, lagu, musik
dan irama; (d) menggunakan bahasa untuk
menciptakan, melukiskan kembali peran dan
pengalaman; (e) Menggunakan pembicaraan,
untuk mengorganisasi, mengurutkan, berpikir
jelas, idea, perasaan dan kejadian-kejadian; (f)
mendukung mendengarkan dengan penuh
perhatian; (g) merespon terhadap apa yang
mereka dengar dengan komentar pertanyaan
dan perbuatan yang relevan; (h) interaksi
dengan orang lain, merundingkan rencana dan
kegiatan dan menunggu giliran dalam
percakapan; (i) memperluas kosa kata mereka,
meneliti arti dan suara dari kata-kata baru; (j)
mengatakan kembali ceritera-ceritera dalam
urutan yang benar, menggambarkan pola bahasa
pada ceritera; (k). berbicara lebih jelas dan dapat
72

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

di dengar dengan kepercayaan dan


pengawasan dan bagaimana memperlihatkan
kesadaran pada pendengar; (l) mendengarkan
dan berkata, ciri dan suara akhir dalam katakata; (m) menyesuaikan suara dan huruf,
memberi nama , mengarahkan huruf-huruf
dalam alphabeth; (n) membaca kata-kata umum
yang sudah dikenal dan kalimat sederhana; (o)
mengetahui bahwa cetakan itu memiliki arti
contoh dalam bahasa inggris membaca dari kiri
ke kanan dari atas ke bawah; (p) menunjukkan
pemahaman dari unsur-unsur buku seperti
karakternya urutan kajian dan pembahasan; (q)
mencoba menulis untuk berbagai pilihan; (r)
menulis nama sendiri dan benda-benda lain
seperti sebagai label dan kata-kata di bawah
gambar dan mulai dari bentuk kalimat
sederhana, kadang-kadang menggunakan tanda
baca; (s) menggunakan pengetahuan huruf
untuk menulis kata-kata sederhana dan
mencoba dengan kata-kata yang lebih kompleks;
dan (t) memegang pinsil dan menggunakan
secara lebih efektif untuk membentuk huruf yang
dapat dikenal.
Pengembangan bahasa untuk anak TK
dikutip dari Depdiknas dalam Masitoh (2000)

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

ada sembilan prinsip pembelajaran seperti: (1)


sesuaikan dengan tema kegiatan dan
lingkungan terdekat; (2) pembelajaran harus
berorienatasi pada kemampuan yang hendak
dicapai sesuai potensi anak; (3) tumbuhkan
kebebasan dalam mengungkapkan pikiran dan
perasaan dikaitkan dalam spontanitas; (4)
diberikan alternatif pikiran dalam mengungkapkan isi hatinya; (5) komunikasi guru dan
anak akrab dan menyenangkan; (6) guru
menguasai pengembangan bahasa; (7) guru
harus bersikap normatif, model, contoh
penggunaan bahasa yang baik dan benar; (8)
bahan pembelajaran membantu pengembangan
kemampuan dasar anak ; dan (9) tidak menggunakan huruf satu-satu secara formal.
Peran pendidik (orang tua, guru, dan orang
dewasa lain) sangat diperlukan dalam upaya
pengembangan potensi anak empat - enam
tahun. Upaya pengembangan tersebut harus
dilakukan melalui kegiatan bermain sambil
belajar atau belajar seraya bermain. Dengan
bermain anak memiliki kesempatan untuk
bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, belajar secara menyenangkan. Selain itu bermain membantu anak mengenal dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan.
a. Keterampilan berbahasa
1) Aspek berbicara dan mendengarkan
(menyimak)
Menyimak dan berbicara merupakan kegiatan
komunikasi dua arah yang langsung antara
berbicara dan menyimak terdapat hubungan erat

seperti: ujaran biasanya dipelajari melalui


menyimak atau meniru (pemodelan), kata-kata
yang dipelajari anak biasanya dipengaruhi oleh
kondisi lingkungan budaya. Semakin banyak
anak melakukan kegiatan menyimak maka
kualitas berbicara anak akan menjadi lebih baik.
Hal penting yang harus diperhatikan
seorang anak kecil belajar berbicara adalah (a)
persiapan fisik untuk berbicara artinya
tergantung dari kematangan otot untuk berbicara
seperti langit-langit mulut datar, saluran suara
,dll; (b) kesiapan mental untuk berbicara
bergantung pada kematangan otak anak; (c)
model yang baik untuk ditiru yaitu kondisi
lingkungan ketika mendengar TV, perintah orang tua, dll; (d) kesempatan untuk berpraktek
artinya diberi kesempatan untuk berceloteh
walaupun salah; (e) motivasi akan melemah jika
orang tua mencoba untuk terus memahami
bahasa isyarat dan tangisan anak ; dan (f)
bimbingan dengan cara menyediakan model
yang baik dan mengatakan kata dengan
perlahan dan jelas.
Kosa kata yang dikuasai oleh anak-anak
pada usia dini antara lain: (a) kata benda yaitu
kata pertama yang dikuasai oleh anak bersuku
kata satu (celoteh mereka) ; (b) kata kerja adalah
tahap berikutnya belajar melukiskan tindakan
(ambil...; pegang ...) ; (c) kata sifat mulai muncul
dari usia satu setengah tahun seperti baik, buruk,
bagus, jelek, nakal, baik... ; (d) kata keterangan
mulai muncul bersamaan dengan kata sifat
seperti di sana, di sini ; dan (e) kata perangai
atau kata ganti akan muncul paling akhir karena

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

73

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

bingung untuk menggunakan kata ku, nya ,


kami dan mereka.
Untuk lebih jelasnya mengenai tugas
perkembangan bahasa pada aspek berbicara
untuk anak usia dini dipaparkan dalam tabel 7.
Kosa kata khusus yang dikuasai oleh anakanak pada masa ini antara lain: (a) kosa kata
warna mulai dikenal anak usia empat tahun
tergantung pada minat dan kesempatan mereka
untuk belajar ; (b) jumlah kosa kata berdasarkan
usia lima tahun diharapkan dapat menghitung
tiga objek, usia enam tahun diharapkan dapat
memahami bilangan seperti menghitung jumlah
(lima, sembilan...) ; (c) kosa kata waktu seperti
pagi, siang, hujan, panas sekitar enam atau tujuh
tahun ; (d) kosa kata uang dikenal oleh anak
pada usia empat atau lima tahun dengan melihat
ukuran dan warna ; dan (e) kosa kata ucapan
populer muncul usia empat sampai delapan
tahun biasanya anak lelaki punya istilah sendiri

dan anak perempuan juga dalam kelompoknya


bisa jadi menjadi bahasa rahasia dalam bentuk
isyarat.
Orang tua yang baik akan peduli pada
perkembangan bahasa bayi dan anak pada awal
masa ini. Naomi Baron dalam Santrock (2007:
376) memberikan ide untuk menolong para
orang tua mendukung perkembangan bahasa
anak untuk bayi sebagai berikut: (1) menjadil
teman bicara yang aktif, (2) berbicara seolah-olah
bayi memahami apa yang dikatkan agar anak
dapat menyesuaikan diri, (3) mempergunakan
gaya bahasa yang nyaman, (4) menjadi
pendengar yang baik, (5) menganggap orang tua
mengerti apa yang diucapkan oleh anak , serta
6) tidak membandingkan jenis kelamin atau
kemampuan berbicara anak dengan lainnya.
Bentuk-bentuk perilaku anak yang mendapat gangguan untuk aspek-aspek keterampilan bahasa adalah sebagai pada tabel 8.

Tabel 8: Bentuk-bentuk Perilaku Anak yang Mendapat Gangguan untuk


Aspek-Aspek Keterampilan Bahasa
No

Perilaku

Keterangan

1.

Disleksia

Gangguan perkembangan membaca karena ada kelainan atau hambatan


perk pada belahan otak sebelah kiri (berbicara,verbal dan bahasa
manusia). Hal ini disebabkan oleh kemampaun orientasi ruang si anak
yang tidak berkembang dengan baik. (membedakan kanan, kiri, bawah,
atas) sehingga dia tidak salah membunyikan huruf p,d, b atau palu
dibaca pula) bila gejala ini muncul saat belajar membaca dan menulis
belum menunjukkan gejala disleksia. Bahkan tidak bisa membedakan
arah kiri dan kanan. Hal ini perlu latihan.

2.

Gagap

Bentuk kelainan bicara yang ditandai dengan tersendatnya pengucapan


kata-kata. Misalnya tiba-tiba anak tidak dapat mengungkapkan kata-kata
perlu waktu lama dan disertai kejang otot leher dan diagfragma yang
disebabkan oleh tidak sempurnanya koordinasi otot bicara. Hal ini
karena genetik, ganagguan alat pendengaran dan syaraf, tuntutan
orangtua terlalu tinggi untuk bisa bicara saat 2-3 tahun sehingga
digembeleng terus sehingga anak tertekan dan cemas ada 3 jenis gagap
yaitu gagap perkembangan pada usia 2-4 tahun , gagap sementara pada
usia 6-8 tahun kaena adaptasi mental dengan lingkungan, gagap menetap
pada usia 3-8 tahun. Gugup bisa berkembang menjadi gagap hal ini akan
berpengaruh pada pola pikir anak, prestasi di sekolah. Oleh karena itu
perlu diberi pelajaran tambahan, dengarkan keluhan anak, beri motivasi
untuk terus mau belajar, beri kesempatan anak untuk mau bergaul
dengan teman.

74

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

No

Perilaku

Keterangan

3.

Clutering

Keahlian anak untuk bicara karena belum ada ide dalam pikirannya. Hal
ini karena kurangnya koordinasi anatara ide dan pengucapan terjadi
karena keterlambatan kontrol motorik dan perkembangan kemampuan
bicara anak yang lambat. Ciri-ciri clutering seperti: bicara terburu-buru,
beberapa kata sering tertukar, perilakunya sering terburu-buru
melakukan aktivitas, tidak ada sinkronisasi dalam penggunaan bagian
tubuh kanan dan kiri, kondisi anak stres dan tegang. Penanganannya
melalui: melatih anak dengan bicara tempo lambat dan disertai latihan
pernafasan perut, ciptakan suasana santai dan menyenangkan, beri
pujian.

Komunik as i

Pertukaran pikiran dan perasaan. Dapat dilakukan dengan berbagai cara:


gerakan tubuh, ekspresi wajah, bahasa secara lisan dan tulisan. Anak
menggunakan bentuk bahasa yang mempunyai arti bagi orang yang
diajak bicara baik secara verbal maupun non, misalnya anak menunjuk
botol sambil mengucapkan tol. Atau ibu melarang sambil menggelengkan
kepala sambil telunjuknya bergoyang sambil mengucapkan tidak boleh.
Anak dibawah usia 18 buan dipersiakan secara mental dan otot bicara
untuk memasuki komunikasi bicara.

Menangis

Cara awal bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungannya. Arti


tangisan bayi kuat, lemah, lama atau sebentarnya mempunyai arti.
Melalui tangisan dia bisa mengkomunikan rasa sakit, ingin sesuatu, ingin
ditemani, dll.

Omong
jorok

Kata-kata yang diucapkan untuk tidak sepantasnya diucapkan karena


tidak sopan. Penyebabnya karena ingin menarik perhatian, untuk
membuat orang dewasa terkejut, untuk meredakan ketegangan, ingin
dianggap orang dewasa, agar diterima oleh kempoknya. Pencegahannya
dengan cara memberikan contoh yang baik, memberikan anak
kesempatan mengekspresikan perasaannya, ajak berdiskusi.
Penangangannya melalui cara sbb: jangan pedulikan apa yang telah
diucapkan, berlagak bodoh dengan bertanya artinya, menunjukkan
empati pada anak yang frustasi, memberi hukuman atau pujian dan
tunjukkan ketidaksetujuan dengan ekspresi wajah.

Mengoceh

Bayi pada minggu ke-6 sudah dapat mengeluarkan suara kesenangan


atau kepuasan. Suara itu berasal dari gerakan alat suara. Tergantung pula
pada rongga mulut. Rangkaian satu huruf dan konsonan misalnya da,
ma, pa.. lalu kombinasi menjadi satu rangkaian ma-ma-ma, da-da-da...
lalu menjadi serangkaian kata seperti mama, papa, dada.

Sumber: Majalah Ayah Bunda "Perkembangan Anak", (2002).

2). Aspek membaca dan menulis


Membaca adalah menerjemahkan simbol (huruf)
ke dalam suara yang dikombinasikan dengan
kata-kata. Kata-kata tersebut disusun sehingga
kita dapat belajar memahaminya dan kita dapat
membaca catatan (Lee Tze Peng, 1844 dalam

Masitoh). Memulai membaca sejak usia dini


merupakan sesuatu yang sangat penting bagi
anak usia pra sekolah, karena usia satu sampai
lima tahun dikenal sebagai sesuatu yang paling
penting dalam perkembangan anak. Tentunya
berbeda dengan membaca di SD. Kegiatan di TK

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

75

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

dirancang untuk mempersiapkan membaca dari


pada mengajar anak membaca. Anak usia dini
yang menyukai gambar atau huruf sejak awal
perkembangannya akan mempunyai keinginan
membaca lebih besar karena mereka tahu
membaca dapat membuka pintu baru dan
menyenangkan bagi mereka.
Perilaku kesiapan membaca dapat
diperlihatkan sebagai (a) rasa ingin tahu yang
besar tentang benda-benda di dalam lingkungan,
manusia, proses dan sebagainya; (b) mampu
untuk menerjemahkan atau membaca gambar
dengan mengidentifikasikan dan menggambarkan; (c) menyeluruh dalam pembelajaran
anak; (d) melalui kemampuan berkomunikasi
dengan bahasa percakapan khususnya kalimat;
(e) memiliki kemampuan untuk membedakan
persamaan dan perbedaan dalam dan suara
secara cukup baik untuk mencocokan satu kata
dengan yang lainnya; (f) keinginan untuk belajar
membaca; (g) memiliki kematangan emosional
yang cukup untuk dapat konsentrasi dan terus
menerus dalam satu tugas; (h) memiliki percaya
diri dan stabilitas emosi; dan (h) mempunyai
banyak pengalaman yang menyenangkan
dengan membaca. (bahan bacaan untuk
membaca dini harus sesuai dengan bahas dan
pengalaman anak).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca pada anak usia dini antara lain .
a). Fisiologis yaitu meliputi kesehatan fisik,
jenis kelamin dan otak. Misalnya, perlu
diperiksa mata anak sebelum mereka akan
memulai kegiatan membaca permulaan.
Atau kadang-kadang anak belum matang
untuk mengucapkan perbedaan bunyi
bahasa dan mendengar kemiripan huruf b,
p, d.
b). Intelektual adalah kemampuan untuk
bertindak sesuai dengan tujuan, berpikir
rasional dan berbuat efektif terehadap
lingkungan. IQ baik untuk mempengaruhi
membaca permulaan.
c). Lingkungan dapat membentuk pribadi,
sikap dan nilai-nilai serta kemampuan
bahasa anak. Seperti latar belakang anak
dan pengalaman anak di rumah dan sosial
ekonomi sangat mempengaruhi kemampuan membaca juga. Bila anak dalam
76

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

keluarga yang hangat atmosfernya maka


anak lebih termotivasi membaca daripada
anak yang mengalami brokenhome. Apabila
fasilitas membaca disediakan untuk
membaca maka anak tersebut akan lebih
baik kemampuan membacanya daripada
yang tidak ada fasilitas membaca di rumah.
Terdapat hubungan erat antara membaca
dan menulis ketika anak memperlihatkan
kegiatannya dalam menulis kegiatan membaca
akan meningkat. Menulis memerlukan
kemampuan motorik halus, koordinasi mata
dengan tangan anak memegang peralatan
menulis, cara dasar penulisan persepsi huruf
dan bahasa cetak .
Anak mulai menulis dimulai dengan
kegiatan mencorat coret (scribbing) sekitar usia 2
tahun atau 3 tahun. Keahlian motorik mereka
berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
mulai sanggup menulis huruf-huruf pada masa
awal kanak-kanak (Santrock : 2007: 365). Pada
usia 4 tahun mereka sudah dapat menuliskan
nama depan nama mereka. Pada usia 5 tahun
dapat menuliskan kembali huruf-huruf yang
mereka lihat dan menirukan menuliskan
beberapa kata yang pendek. Mereka lambat laun
akan mampu membedakan ciri khas dari huruf
seperti huruf V, S, T, ...
Kegiatan anak ketika mereka mencoba
teknik menulis menggunakan lekuk-lekuk dan
garis sebagai huruf, meniru tulisan atau meniru
huruf-huruf yang dapat dikenal, menulis nama
sendiri, menulis beberapa kata atau frase pendek,
menulis frase atau kalimat bervariasi. Menulis
dapat dilakukan anak dengan berbagai cara
seperti menggambar, tulisan cakar ayam, bentuk
yang mirip dengan huruf, ejaan konvensional
yang ditulis sendiri. Anak usia prasekolah harus
memiliki pengetahuan tentang segi-segi grafis
dari cetak sebelum menerima pembelajaran formal membaca dan menulis. Mereka harus
memiliki pengertian dari hubungan antara
simbol tulisan dan suara bahasa kata.
Kemampuan menulis anak akan berangsurangsur bersamaan dengan munculnya bahasa
lisan. Oleh karena itu kita sebagai guru atau
pembimbingnya harus memahami dan
menerima tulisan anak usia prasekolah sebagai
alat komunikasi dan memahami apa yang
diharapkan anak melalui tulisannya, karena

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

anak TK belum sebagaimana halnya tulisan


dengan bentuk-bentuk huruf yang jelas seperti
tulisan kita.
Menurut Brown 1990 dalam Masitoh, ada
empat tahap dalam menulis yaitu pre communicative writing, semphonic writing, phonic writing,
dan trantitional writing. Pre communicative writing, anak belajar bahwa huruf-huruf itu
membantu kata-kata untuk keperluan berkomunikasi. Anak memperhatikan orang tua atau
saudara-saudaranya membaca dan menulis
sekalipun anak belum menghubungkan huruf
dan bunyi. Anak tetap saja menulis sekalipun
orang tua menganggapnya main-main. Semphonic writing, dengan membayangkan kemampuan

berbahasa anak melalui pemahaman huruf,


bunyi dengan konsonan dalam posisinya sebuah
kata. Sayangnya ini belum diakui sebagai
komunikasi yang sesungguhnya. Pembaca dapat
memahaminya apabila anak membaca apa yang
telah dituliskan. Phonic writing, anak mulai
mengeja bunyi kata menutur struktur katadan
trantitional writing, periode transisi di mana anak
mulai mengikuti aturan-aturan bagi standar
ejaan. Setelah itu anak mulai mendemonstrasikan pengetahuannya tentang ketatabahasaan dan standar ejaan.
Tahapan perkembangan bahasa dapat
dilihat berdasarkan usia anak adalah seperti
terlihat dalam tabel 9.

Tabel 9: Bentuk-bentuk Perilaku Anak yang Mendapat Gangguan untuk


Aspek-Aspek Keterampilan Bahasa
T ah ap an

Rentang
Usia

Deskripsi

Mulai
lahir
hingga
u si a 1
tahun

Anak-anak menguasai prasayarat membaca. Banyak anak mempelajari


gerak membaca kiri-kanan dan tatanan membaca, bagaimana
mengidentifikasi huruf-huruf dan alpabeth serta bagaimana menulis
nama mereka. Banyak anak belajar membaca kata-kata yang muncul di
rambu jalan. Sebagai akibat dari acara TV dan program prasekolah dan
TK, banyak anak belia telah memiliki kemampuan membaca pada usia
lebih awal daripada masa lampau.

1.

Tingkat
1 d an 2

Pada tingkat ini, anak mulai belajar membaca. Dengan melakukannya


mereka juga memperoleh kemampuan membunyikan kata-kata
menerjemahkan huruf menjadi bunyi dan mencampur bunyi menjadi
kata). Mereka juga melengkapi pembelajaran mereka dengan nama dan
bunyi huruf.

2.

Tingkat
2 d an 3

Anak menjadi lancar dalam mengulang tiap kata dan keahlian membaca
yang lain. Akan tetapi, pada tahapan ini membaca belum digunakan
secara efektif dalam pembelajaran. Tuntutan membaca dakan menguras
stamina anak-anak pada tahapan ini sehingga mereka umumnya
kelelahan sebelum mampu menyerap intisari bacaan.

3.

Tingkat 4 Pada tingkat 4 hingga 8 anak menjadi lebih mampu memperoleh


hingga 8 informasi dari media cetak. Dengan kata lain, mereka membaca untuk
belajar. Mereka masih mengalami kesulitan memahami intonasi yang
ditampilkan dari beragam sudut pandang dalam satu cerita. Ketika anak
tidak belajar membaca, anak cenderung mengalami kesulitan serius
dalam berbagai mata pelajaran.

4.

SMA

Banyak siswa menjadi pembaca-pembaca yang sangat kompeten. Mereka


mengembangkan kemampuan untuk memahami materi yang
ditampilkan dari berbagai sudut pandang. Hal ini memupuk mereka
mendiskusikan literatur, sejarah, ekonomi, dan politik.
Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

77

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

3. Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia


Proses pembelajaran harus diarahkan untuk
mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan
atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki
tujuan untuk mengembangkan kemampuan
menolong diri sendiri.
Pembelajaran berorientasi pada prinsipprinsip perkembangan anak usia prasekolah dan
sekolah awal kelas 1-2 SD yaitu: (a) anak belajar
dengan baik apabila kebutuhan fisiknya
terpenuhi serta merasakan aman dan tentram
secara psikologis; (b) siklus belajar anak selalu
berulang. (c) Anak belajar melalui interaksi
sosial dengan orang dewasa dan anak-anak
lainnya; (d) minat dan keingintahuan anak akan
memotivasi belajarnya; (e) perkembangan dan
belajar anak harus memperhatikan perbedaan
individu; (f) kegiatan pembelajaran pada anak
harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak; (g) bermain merupakan pendekatan
dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
pada anak usia TK dan kelas awal SD; (h)
kegiatan pembelajaran hendaknya dirancang

dengan menggunakan pendekatan tematik dan


beranjak dari tema yang menarik minat anak; (i)
pemilihan tema dalam kegiatan pembelajaran
hendaknya dikembangkan dari hal-hal yang
paling dekat dengan anak, sederhana, serta
menarik minat anak; (j) proses pembelajaran
yang kreatif dan inovatif dapat dilakukan oleh
pendidik melalui kegiatan-kegiatan yang
menarik, membangkitkan rasa ingin tahu anak,
memotivasi anak untuk berpikir kritis dan
menemukan hal-hal baru; dan (k) lingkungan
pembelajaran harus diciptakan sedemikian
menarik dan menyenangkan sehingga anak
selalu betah dalam lingkungan sekolah baik di
dalam maupun di luar ruangan.
Beberapa metode yang dapat digunakan
untuk mengajar pada anak usia dini dan awal
kelas SD seperti: (a) metode bercerita; (b) metode
bercakap-cakap; (c) metode tanya jawab ; (d)
metode pemberian tugas; (e) metode karya
wisata; (f) metode demonstrasi ; (g) metode
sosiodrama ; (h) metode eksperimen ; (i) metode
bermain peran ; dan (j) metode proyek. Dalam
tabel 10 akan dipaparkan setiap metode.

Tabel 10: Metode Pembelajaran untuk Anak Usia Dini


Metode

Keterangan

Bercerita

Cara bertutur kata


d an
menyampaikan
cerita atau
memberikan
penjelasan kepada
anak secara lisan.

Bercakap-- Suatu cara


cakap(c ir- penyampaian
bahan
c le time)
pengembangan
yang dilaksanakan
melalui bercakapcakap dalam
bentuk tanya jawab
antara guru dan
anak (diskusi)

78

Tujuan

Kegiatan

Melatih daya tangkap anak.


Melatih daya pikir .
Melatih daya konsentrasi
Membantu perkembangan
imajinasi anak .
Menciptakan suasana
menyenangkan dan akrab.

Bercerita tanpa alat peraga.


Bercerita dengan alat peraga
(tiruan, gambar atau nyata) .
Membacakan cerita Sandiwara
boneka

Mengembangkan kecakapan dan


keberanian anak dalam
menyampaikan pendapatnya
kepada orang lain .
Memberi kesempatan kpd anak
untuk berekpresi secara lisan.
Mengembangkan daya pikir anak
secara lisan.
Memperbaiki lafal dan ucapan .
Menambah pembendaharaan kosa
kata

Bercakap-cakap bebas .
Bercakap menurut pokok
bahasan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Metode

Keterangan

Tujuan

Tanya
Jawab

Dilaksanakan
dengan memberi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memberikan rangsangan agar anak
aktif untuk
berpikir.
Melalui pertanyaan
anak berusaha
untuk memahami
dan menemukan
jawabannya

Mengetahui pengetahuan awal


dan pengalaman anak sudah
sampai di mana .
Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya mengenai hal
yang belum dipahami .
Membangkitkan perhatian dan
semangat belajar anak pada saat
suasana kelas lesu Mendorong
keberanian anak untuk
mengemukakan pendapatnya.

Saat bercerita .
Saat bercakap-cakap .
Saat melakukan ekspreimen .
Saat karya wisata.
Saat demonstrasi

Pemberian T u g as

Memberi kesempatan kepada anak


untuk melaksanakan tugas yang
telah disiapkan
oleh guru
TK: tugas yang diberikan dikerjakan
di kelas secara individu /kelompok.
SD: tugas yang
dikerjakan di
rumah atau di luar
s e k o l ah

Melatih keterampilan dan kemampuan anak misalnya menggambar,


meronce, melompat, mengurutkan
bilangan, menyebutkan benda,dll

Melalui kegiatan menyanyi .


Melalui kegiatan mengucapkan
s y ai r .
Melalui kegiatan praktik
langsung (Kegiatan ini
diberikan secara berulang dan
bertahap)

Karya
Wisata

Guru mengajak
anak untuk
mengunjungi
secara langsung
objek-objek sesuai
dengan bahan
pengembangan dan
kemampuan yang
sedang di bahas di
kelas yang tidak
dapat langsung
diamati oleh anak

Melihat dan mengenal secara


langsung lingkungan atau objek
yang dikunjungi secara langsung.
Menambah pembendaharaan
bahasa dan kecerdasan anak
Memancing anak untuk dapat
menjawab pertanyaan guru
tentang apa yang dilihat, didengar
atau dirabanya .
Memperoleh informasi melalaui
percakapan , tanya jawab atau
penjelasan dari tempat yang
dikunjungi.
Memupuk rasa kerjasama anak

Mengunjungi museum
Mengunjungi cagar alam .
Mengunjungi kebun binatang
Mengunjungi kantor pos
Mengunjungi pasar.
Mengunjungi rumah sakit
(perlu diperhitungkan biaya,
transportasi, keselamatan, dan
waktu perjalanan)

Demonstrasi

Mempertunjukkan
atau
memperagakan
suatu objek/proses
dari suatu kejadian
atau persitiwa.

Memperlihatkan kepada semua


anak tentang kejadian atau peristiwa, agar anak memiliki pemahaman/pengertian dari sang
diperagakan/didemonstrasikan

Kegiatan motorik kasar seperti


melompat, melempar bola ,
berjingkat , meniup balon,
mengoles roti dengan mentega.
Kegiatan motorik halus seperti:
menggunting, melipat,
menempel, mencampur warna,
menanam biji

Kegiatan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

79

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Metode

Keterangan

Tujuan

Sosiodrama

Cara memainkan
peran dalam suatu
cerita tertentu yang
menuntut integrasi
antara pemeran
lainnya, umumnya
ceritanya di ambil
dari kehidupan
sehari-hari yang
dekat dengan anak

Mengembangkan kemampuan
berekpresi untuk menghayati
perasaannya.
Memberi kesempatan anak untuk
mengekpresikan diri melalui
pemodelan tokoh .
Memberi kesempatan untuk
bergantian berbicara lisan
Membangkitkan rasa percaya diri,
kreatifitas, dan partisipasi anak

Dramatisasi bebas (atas


keinginannya sendiri dan
dengan caranya sendiri)
Dramatisasi terpimpin (atas
bimbingan guru dan guru
sudah menyiapkan cerita yang
akan diperankan oleh anak
waktunya 15 menit)

Eksperi
men

Melakukan sesuatu
percobaan dengan
cara mengamati
proses dan hasil
percobaan itu.
(metode
demonstrasi ,
pemberian tugas
dan eksperimen
sangat berkaitan)

Melatih anak untuk mencari


jawaban dengan usaha sendiri
berdasarkan fakta/data yang
benar.
Memberikan pengalaman
langsung kepada anak tenatng
proses terjadinya sesuatu
Membuktikan suatu teori melalui
pengamatan langsung anak agar
bermakna

Kegiatan seperti menimbang


benda, menanam biji, membuat
sirup, mengoles roti dengan
selai, memelihara ikan

Bermain
Peran

Memerankan tokoh
atau benda di
sekitar anak
dengan
menggunakan
sarana atau
prasarana yang ada

Melatih daya tangkap serta daya


konsentrasi anak.
Melatih anak berbicara lancar.
Melatih membuat kesimpulan.
Melatih perkembangan intelegensi
dan imajinasi anak.
Menciptakan suasana
menyenangkan

Kegiatan seperti bermain peran


menjadi : dokter-dokteran,
polisi-polisian, guru-guruan,
tukang sayur, sopir, dll

Proyek

Memberikan kesempatan kepada


anak untuk menggunakan alam sekitar dan kegiatan
sehari-hari anak
sebagai bahan
pembahasan
melalui berbagai
kegiatan

Membangun rasa keterikatan


anak.
Mengembangkan konsep yang
dipelajari seperti mengamati,
mengukur, mengelompokkan,
mengkomunikasikan,
menyimpulkan .
Memotivasi rasa ingin tahu anak
dan bersikap jujur

Kergiatan seperti: anak diajak


untuk mengamati pertumbuhan
dari biji hingga tanaman.
Anak diajak untuk memlihara
hewan kesayangan .
Anak diajak untuk memelihara
mainan kesayangan

4.

Tahapan Membelajarkan Baca dan Tulis


Permulaan
a. Latihan membaca permulaan untuk anak
TK
1). Belajar membaca tanpa buku
Awali KBM yang dapat merangsang dan
menggali pengalaman anak (sapaan,
nyanyian, permainan). Pilihlah variasi
kegiatan seperti : menunjukkan gambar,
80

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Kegiatan

menemukan /mencari jejak berupa gambar,


bermain kartu bergambar, memperkenalkan
bentuk tulisan melalui gambar, membaca
tulisan bergambar.
2). Belajar membaca dengan menggunakan
buku
Perkenalkan cara membaca buku dari arah
kiri ke kanan dan membalikkan halaman
buku dari arah depan ke belakang. Bila

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

yakin semua anak sudah mengenal huruf


dengan baik maka sebaiknya belajar
membaca dengan menggunakan buku.
Untuk anak TK B sebaiknya menggunakan
buku yang helai halamannya tebal agar
tidak mudah robek bila anak membuka dan
membalikkan kertas.
b. Latihan Membaca Permulaan untuk anak
SD kelas 1-2
1). Belajar membaca tanpa buku
Awali KBM yang dapat merangsang dan
menggali pengalaman anak (sapaan,
percakapan, nyanyian atau demonstrasi).
Pilihlah variasi kegiatan seperti : menunjukkan gambar, menemukan gambar, anak
bercerita dengan bahasa sendiri, memperkenalkan bentuk tulisan melalui gambar,
membaca tulisan bergambar, memperkenalkan huruf, suku kata, kalimat.
2). Belajar membaca menggunakan buku
a) Membaca buku pelajaran ( Paket )
(1).Beri kesempatan pada anak untuk isi
buku terutama gambarnya.
(2).Beri penjelasan singkat tentang buku
tersebut misalnya : warna, jilid,
tulisan, dsb.
(3).Beri penjelasan cara membuka halaman buku agar buku tidak rusak.
(4).Beri penjelasan tentang fungsi dan
kegunaan angka-angka yang
menunjukkan halaman buku.
(5).Anak diajak untuk memusatkan
perhatian pada salah satu teks yang
terdapat pada halaman tertentu.
(6).Jika bacaan itu disertai gambar,
sebaiknya terlebih dulu guru
bercerita tentang gambar.
(7).Kemudian pembelajaran membaca
dimulai.
b). Membaca buku dan majalah anak yang
sudah terpilih.
Pertimbangkan taraf kemampuan anak,
asas kebermaknaan, kebermanfaatan,
kemenarikan, dan kemudahan pemerolehan, untuk menumbuhkan minat baca
anak.
c). Membaca bacaan susunan bersama
guru- anak

(1). Perlihatkan beberapa gambar, anak


diminta menyebutkan gambargambar tersebut.
(2). Perlihatkan beberapa kartu (huruf,
suku kata/kata), anak diminta
untuk menempelkan di bawah
gambar
(3). Satu dua gambar dipilih siswa
untuk bahan diskusi dan stimulus
untuk membuat bacaan bersama.
Melalui tanya jawab dan bimbingan guru, diharapkan anak dapat
membuat bacaan bersama.
(4). Membaca bacaan melalui kegiatan
secara berkelompok atau kegiatan
anak secara perorangan.
d). Pengenalan huruf
Pengenalan huruf diarahkan pada
pengenalan bentuk tulisan serta pelafalan yang benar. Untuk melatih indera
anak dalam mengenal dan membedabedakan bentuk gambar atau tulisan.
(1). Guru menunjukkan gambar seorang
anak laki-laki dan perempuan.
(2). Memperkenalkan namanya sambil
menunjuk tulisan di bawah gambar.
(3). Proses tanya jawab secara berulangulang dan menghafal bentuk
tulisannya.
(4). Guru
memindahkan
dan
menuliskan kedua bentuk tulisan di
papan tulis dan siswa diminta
untuk memperhatikan.
(5). Guru menulis secara perlahanlahan dan anak diminta untuk
memperhatikan gerakan-gerakan
tangan serta contoh pengucapan
dari tulisan yang sudah ditulis guru.
(6). Setiap tulisan dianalisis dan
disintesis kembali.
(7). Kegiatan ini dilakukan berulangulang bersamaan dengan pembelajaran membaca permulaan.
c). Latihan menulis permulaan untuk TK
1). Latihan menggunakan pensil dan duduk
dengan sikap dan posisi yang benar.
2). Latihan gerak tangan, mula-mula melatih
gerakan tangan di udara dengan

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

81

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

3).

4)

5).
6).
7).

8).

telunjuk sendiri atau dengan bantuan


alat seperti: pensil kemudian
dilanjutkan dengan latihan di buku
latihan disertai kegiatan cerita.
Misalnya : membuat lingkaran cerita
tentang telur,dsb.
Latihan meraba dengan jari pada sebuah
huruf yang dibuat dari sebuah amplas
(kertas kasar) dengan ukuran besar.
Latihan mengeblat yaitu menirukan atau
menebalkan suatu tulisan dengan menindas tulisan huruf yang sudah ada.
Latihan menghubungkan tanda titik yang
membentuk tulisan huruf.
Latihan mewarnai sebuah huruf.
Latihan menyalin, latihan ini hendaknya
diberikan setelah dipastikan anak
mengenal huruf dengan baik (menggunakan buku kotak yang ukuran kotaknya lebih besar daripada ukuran kotak
yang biasa digunakan anak SD kelas 1)
Latihan menatap bentuk tulisan (untuk
mengkoordinasi antara mata, ingatan,
dan jemari anak untuk menulis
sehingga anak dapat menyimpan
bentuk kata/huruf dalam benaknya dan
memindahkannya ke jari jemari tangan.
Pinsil yang digunakan untuk usia 4-6
tahun adalah ukuran diameternya lebih
besar daripada yang ukuran diameter
pinsil umumnya dan bentuk permukaannya berbentuk segitiga bukan
lingkaran yang pada umumnya ada.
Ukuran kotak yang digunakan ( 8 mm
untuk TK A dan 6 mm untuk TK B).

d.

Latihan menulis permulaan untuk anak


SD kelas awal (1-2)
1. Latihan menggunakan pensil dan duduk
dengan sikap dan posisi yang benar.
2. Latihan gerak tangan, mula-mula melatih
gerakan tangan di udara dengan telunjuk sendiri atau dengan bantuan alat
seperti: pensil kemudian dilanjutkan
dengan latihan di buku latihan disertai
kegiatan cerita. Misalnya : membuat
lingkaran cerita tentang telur,dsb.
3. Latihan mengeblat yaitu menirukan
atau menebalkan suatu tulisan dengan
menindas tulisan yang sudah ada.

82

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

4.
5.

6.

Latihan menghubungkan tanda titik


yang membentuk tulisan.
Latihan menarik garis atau lengkung
diawali dengan cerita dari guru seperti:
(bola)
(balon)
(matahari)

Latihan menatap bentuk tulisan (untuk


mengkoordinasi antara mata, ingatan,
dan jemari anak untuk menulis sehingga anak dapat menyimpan bentukkata/huruf dalam benaknya dan
memindahkannya ke jari jemari tangan.
7. Latihan menyalin, latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan anak
mengenal huruf dengan baik. Untuk
anak kelas 1 SD semester 1 menulis lepas
dahulu selanjutnya semester 2 anak
belajar menulis tegak bersambung.
8. Latihan menulis tegak bersambung
gunakan buku bergaris khusus untuk
menulis tegak bersambung (untuk
pemula gunakan garis tiga yang
ukurannya besar sekitar 5 mm).
9. Latihan dikte/imla dimaksudkan agar
siswa terlatih untuk mengkoordinasikan antara ucapan, pendengaran,
ingatan, dan jari-jari ketika menulis.
10. Latihan memberi tanda baca seperti
titik, koma, tanya tanya dan tanda seru
untuk kalimat yang ditulis sejak awal.
Pinsil yang digunakan untuk usia 6-7
tahun sebaiknya pinsil yang ukuran
diameternya lebih besar dari umumnya
besar dan bentuk permukaan segitiga.
Anak usia 8 tahun bila ingin menulis
dengan pinsil yang dijual umumnya
mereka sudah dapat menggunakannya.
Buku kotak digunakan saat anak kelas
1 semester 1 awal masuk 1 bulan) sebagai penyesuaian menggu-nakan buku
kotak yang digunakan anak saat di TK
B untuk belajar huruf lepas setelah 1
bulan anak sudah dapat menggunakan
buku kotak yang ukurannya lebih kecil.
Saat anak kelas 1 semester 2 anak belajar
menulis tegak bersambung menggunakan buku tegak bersambung yang jaraknya lebih besar dari umumnya (2mm).

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Kesimpulan dan Saran


Kesimpulan
Cara membelajarkan baca tulis permulaan
sebagai berikut. Pertama, menggunakan alat
peraga (gambar, benda nyata) dan metode
variasi. Kedua, bernyanyi sesuai dengan kata
yang sedang dipelajari dan didiktekan namun
harus hati-hati misalnya dalam nyanyian naik
delman lalu yang didiktekan sado. Anak akan
bingung. Ketiga, berusaha untuk menciptakan
kelas bersih dan nyaman. Keempat, mengajar
dengan penuh semangat diikuti volume suara
tinggi. Kelima, pemperhatikan kesulitan dan
kesalahan menulis anak secara individu
misalnya kata sepeda anak menulis sepedah,
maka guru harus mengomentari sejak awal.
Keenam, menggunakan metode pembelajaran
menarik minat anak daripada menggunakan
metode ejaan yang membuat anak bosan. Ketujuh,
setelah menulis kata atau kalimat maka
sebaiknya anak membacakan berulang-ulang
kata atau kalimat yang ditulis. Kedelapan, jangan
terlalu fokus pada hasil penulisan anak (produk)
sehingga saat proses anak menulis terabaikan
karena guru sibuk memberi nilai produk.
Kesembilan, fasilitas untuk baca dan tulis perlu
disesuaikan dengan perkembangan anak seperti
ukuran dan bentuk pinsil, ukuran kotak dan
garis tiga, dll.

Saran
Beberapa komponen yang harus diperhatikan
oleh guru adalah:
1. Respon anak
Respon anak dapat kita deteksi dengan
mencoba menjawab pertanyaan sebagai
berikut: (a) Pada waktu kegiatan bermain
bebas apakah anak-anak berbicara dengan
temannya?; (b) Bagaimana sikap anak pada
waktu kegiatan berlangsung?; (c) Apakah
anak tersebut ikut terlibat dalam kegiatan
bercakap-cakap (aspek berbicara)?; (d)
Apakah sudah terlihat minat terhadap buku
sebagai akibat dari pembacaan ceritera
kepada mereka?
2. Kesesuaian alat/bahan
Taman kanak-kanak tidak akan lepas dari
alat dan bahan untuk bermain seraya belajar.

3.

Contoh pertanyaan yang berkaitan dengan


alat/bahan sebagai berikut: (a) Apakah alat
peraga yang dipakai merangsang anak
untuk bercakap-cakap?; (b) Apakah pokok
ceritera yang dibicarakan menarik minat
anak?; (c) Apakah ceritera yang disajikan
sesuai dengan daya tangkap anak?; (d)
Apakah boneka yang digunakan cukup
besar untuk dapat dilihat oleh semua anak
pada di kelas?; (e) serta Apakah syair atau
puisi yang diberikan sesuai dengan daya
tangkap anak?
Penilaian terhadap diri sendiri
Guru perlu merefleksi apa yang sudah
dilakukan pada anak dalam kegiatan belajar
mengajar, agar proses belajar mengajar
dapat lebih baik. Beberapa contoh pertanyaan untuk menilai kinerja sendiri:
misalnya: (a) Apakah guru cukup menyediakan alat/bahan untuk kegiatan yang
akan diselenggarakan?; (b) Apakah guru
cukup memberi kesempatan untuk berekspresi?; (c) Apakah guru dengan sadar
memasukkan unsur pendidikan intelektual,
perkembangan anak dan minat ke dalam
kegiatan kemampuan berbahasa?; dan (d)
Apakah ada jenis bentuk kegiatan yang
tidak disenangi anak?

Daftar Pustaka
Ahmad, Kasina. (2003). Pelaksanaan pembelajaran
terpadu bahasa Indonesia di Kelas III SD.
Jurnal penelitian : Teknodik
Ambary, Abdulla. (1986). Intisari tatabahasa Indonesia. Bandung: Jatnika
Depdiknas. (1997). Metodik khusus pengembangan
kemampuan bahasa di TK. Jakarta: Proyek
Peningkatan Mutu TK Jakarta
Depdiknas. (1997). Metodik umum di TK. Jakarta:
Proyek Peningkatan Mutu TK Jakarta
Depdiknas. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi
untuk jenjang TK. Jakarta: Pusat
Kurikulum
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran untuk jenjang SD. Jakarta:
Pusat Kurikulum
Dwijawiyata. (1970). Cakap membaca dan menulis.
Yogyakarta: Kanisius

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

83

Membaca dan Menulis untuk Anak Usia Dini

Dyson, Anna and Genishi, Celia. (1993). Handbook of research on the education of young
children. New York : Macmillan Publishing company
Gunarsa, Singgih. (1990). Dasar dan teori
perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Guru BPK PENABUR. (2000). Laporan hasil
pendidikan di LPGTK Tadika Puri.
Bandung: BPK
Haditono, Siti Rahayu. (1985). Psikologi
perkembangan. UGM: Yogyakarta
Hurlock, Elisabeth. (1988). Perkembangan anak.
Jilid I. Edisi ke-6.Jakarta: Erlangga
Karli, Hilda. (2003). Head hand heart dalam KBK .
Bandung: BMI
Masitoh. (2003). Model pembelajaran bahasa
berdasarkan pendekatan bahasa menyeluruh
(whole language approach) di TK.
Bandung: Tesis UPI: PPS
Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I.
Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Conny. (1999). Perkembangan dan
belajar peserta didik. Jakarta: Depdikbud

84

Jurnal Pendidikan Penabur - No.15/Tahun ke-9/Desember 2010

Tandiono. 1984. Berlatih gerakan menulis untuk


anak-anak. Semarang: Mandira: Jilid 2
Tarigan, Henry. (1985). Membaca sebagai suatu
keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa
Tarigan, Henry. (1985). Menyimak sebagai suatu
keterampilan berbahasa. Bandung:
Angkasa
Tarjo, Enday, dkk. (2004). Pendidikan seni rupa
dan kerajinan. Bahan ajar bagi
mahasiswa PGDS/PGTK dan guru SD/
TK. Bandung: Fakultas Pendidikan
Bahasa danSeni rupa
Tim Editor.(2002). Majalah Ayahbundaseri
perkembangan anak. Jakarta: Gramedia
Tim Editor.2007). Seri Nakita Mainan dan
Permainan. Majalah. Jakarta: Gramedia
Tim PGSD FIP UNJ dan Unesco. (2007). Kasuskasus dalam pembelajaran bahasa Indoensia
di Kelas Awal SD. Jakarta: Unesco
Tim PGSD. (2007). Kasus dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di kelas awal SD. Jakarta: Unesco
Wuryani, Sri Esti. (2002). Psikologi pendidikan.
Jakarta: Grasindo

Anda mungkin juga menyukai