Hal. 62-84 Membaca Dan Menulis Permulaan
Hal. 62-84 Membaca Dan Menulis Permulaan
Opini
Hilda Karli*)
Abstrak
embaca dan menulis merupakan keterampilan yang dibutuhkan oleh anak sejak memasuki
lembaga pendidikan. Akan tetap tidak jarang terjadi guru mengalami kesulitan dalam
membelajarkan anak dalam membaca dan menulis permulaan di kelas 1 SD. Di lain pihak,
banyak anak merasa jenuh belajar membaca dan menulis karena metode yang dipakai
guru tidak monoton dan tidak menarik. Tulisan ini membahas berbagai teknik dan kegiatan
membelajarkan membaca dan menulis sehingga membuat proses pembelajaran menarik dan
menyenangkan bagi siswa misalnya dengan bermain kartu, bermain peran, panggung boneka,
bernyanyi, dan keterampilan tangan. Berdasarkan analisis, dalam menerapkan teknik itu perlu
memperhatikan perkembangan ppsikologi dan karakter anak, kemampuan berbahasa anak, dan
tahapan membaca dan menulis untuk tahap pemula.
Kata-kata kunci: membaca, menulis, psikologi perkembangan anak, perkembangan motorik anak,
pola permainan, pembelajaran bahasa.
Abstract
Reading and writing are basic skills to be learned and practiced by the children as they enter primary school.
However the teacher often faces some problems to teach them to read and write. On the other hand many children find reading and writing classes monotone and dull. This article discusses a number of techniques and
activities to make reading and writing class interesting, motivating, and joyful. The techniques introduced in
this article among others are playing card, role playing, puppet show, singing, and crafting. This article suggests to make the techniques effective, the teacher should well consider the psychological development and
characte-ristics of the children, the childrens language ability, and the learning procedure for reading and
writing for early ages.
Keywords: reading, writing, child psychological development, child physical development, game model,
language teaching.
Pendahuluan
Pendidikan bahasa dan sastra Indonesia di kelas
awal terutama kelas 1 dan 2 SD merupakan dasar
untuk memperoleh kemampuan bahasa secara
baik. Namun, pendidik menjadi salah kaprah
tidak lagi memperhatikan kemampuan anak usia
dini yang baru mengenal baca dan tulis di masa
prasekolah. Guru kelas 1 SD menginginkan agar
62
Kajian Pustaka
1. Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini
Konsep perkembangan dirumuskan oleh
H.Werner (Gunarsa, 1990:22) dengan mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu
proses yang mula-mula global, masif, belum
terpecah atau terperinci kemudian semakin lama
semakin banyak, berdiferensiasi, dan terjadi
integrasi yang hirarkis. Penggunaan istilah
masa awal anak-anak (early childhood) menyebutnya usia prasekolah ketika anak masuk sekolah
untuk persiapan masuk ke sekolah formal yaitu
SD. Pada masa itu anak perlu mendapatkan
selain pengetahuan juga keterampilan dan budi
pekerti untuk dapat menyesuaikan diri pada
kehidupan dewasa. Umumnya orang Indonesia
menggo-longkan masa awal anak itu pada usia
7-12 tahun ( Sekolah Dasar kelas 1-6).
a. Perkembangan fisik/motorik
Menurut Hurlock (1980:110), proses tumbuh
kembang kemampuan gerak seorang anak
disebut perkembangan motorik. Secara umum
perkembangan ini dibagi dua yaitu
perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Keterampilan ini pada dasarnya berkembang
sejalan dengan kematangan saraf dan otot.
8.
63
1-2
1. Merangkak.
2. Berdiri dan berjalan beberapa langkah
(usia 12 bulan).
3. Berjalan cepat (15 bulan)
4. Cepat duduk agar tidak jatuh
5. Merangkak di tangga
6. Berdiri di kursi tanpa pegangan
7. Menarik dan mendorong benda keras
seperti meja dan kursi
8. Melempar bola
Tahun
2-3
Tahun
3-4
Tahun
64
1. Melompat di tempat
2. Berjalan mundur hingga 3 meter
3. Menendang bola dgn mengayunkan
k ak i
4. Memanjat mebel dan berdiri di
atasnya
5. Langsung bangun tanpa berpegangan
ketika berbaring
6. Berjalan jinjit
7. Naik tangga dengan kaki
8. Lompat dari anak tangga terakhir
9. Mengayuh sepeda
1.
1.
2.
3.
4.
5.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Usia
4-5
Tahun
1.
65
Gangguan berupa
Men y eb ab k an
1.
2.
Keterlambatan
perkembangan motorik
3.
Sulit mempelajari
hubungan
4.
Gangguan jiwa
Pola permainan
0-1
Tahun
Bermain
b e b as
d an
spontan
Tahapan bermain
Usia 3-4 bulan
Gerakan diulang-ulang
Gerakan dari anggota
tubuhnya sendiri seperti
bermain ludah, tersenyum
Usia 4-8 bulan
Tertarik dengan objek luar
dan gerakan yang diulang
untuk kesenangan .
Usia 7-8 senang melihat TV
karena bergerak dan warna
dominan .
Usia 8 - 12 bulan
Bermain dengan sengaja
dan gerakan lebih majemuk
Mencoba-coba untuk
menggerakkan bola
66
Jenis bermain
Alat bermain
B e b as d an
spontan.
Melakukan
aktivitas
spontan tanpa
tujuan dan
terus
bereksplorasi
seperti
merangkak dan
berjalan kian
kemari
Warna yang
cerah dan
warna-warni.
Permainan
yang
mengeluarkan
bunyi-bunyian
Permainan
yang bergerak
Sebagai teman
bermainnya dan
al at
permainannya.
Orang tua harus
peka melihat
kondisi anak
ketika bermain.
Pola permainan
Tahapan bermain
Jenis bermain
Alat bermain
1-2
Bermain
Tahun eksplorasi
Bermain
eksplorasi
Kemampuan
fisiknya sudah
makin
berkembang
dan mulai
tertarik dengan
segala sesuatu
di luar dirinya
d an
kemampuan
kognitifnya
terbatas
sehingga peran
orang tua
sangat kuat
Permainan
yang melatih
motorik dan
mengasah
k e p e k aan
panca indera.
Ukuran mainan
besar, aman,
bersih. Mainan
berbu-nyi saat
dige-rakkan,
mainan
gantungan
(untuk merangsang berdiri) mainan
yang dapat
digerakkan
(merangsang
belajar jalan)
mainan gigitan
senang
menggigit dan
memasukkan
kemulut)
2-3
Dikenal-Tahun kan
permainan
konstruktif
Permainan
konstruktif
yang dapat
melatih
koordinasi
motorik halus
d an k e s ab ar annya. Bermain
paralel dengan
teman artinya
mereka bermain
bersama tetapi
tidak saling
berinteraksi
karena sibuk
dengan
permainan
masing- masing.
Warna yang
menyolok,
ukuran besar,
bersih dan
tidak tajam.
Permainan
yang menggunakan
pikiran seperti
l e g o , b al o k ,
plastisin, alat
menggambar,
kertas lipat,
tanah liat, gips.
Sebagai teman
bermain karena
ingin mandiri
dalam bermain.
Sebagai
pengawas tetapi
b u k an
pengkritik.
Pemberi
motivasi ketika
g ag al
melakukan
kegiatan karena
motivasinya
sering berubahu b ah
67
Usia
Pola permainan
Tahapan bermain
Jenis bermain
Alat bermain
3-4
PermainTahun an dengan aturan
sederha-na
Keterampilan
motorik kasar
dan halus
s u d ah b ai k
mulai
bersosialisasi.
Melalui
permainan
aturan
sederhana anak
dapat dilatih
motorik dan
sosial-emosinya
serta bahasa
Permainan
yang dapat
mengklasifikasi bentuk, warna, ukuran.
Permainan role
play seperti
dokter-dokter-an, pasarpasaran.
Permainan
yang mengasah motorik
halus seperti
mengancing
baju, meronce,dll.
Permainan
yang melatih
motorik ka-sar
seperti bermai n s e p e d a,
ayunan
4-5
Bermain
Tahun sosial
Bermain sosial
karena sudah
d ap at
bersosialisasi
dengan baik.
Sudah tidak
bermain paralel
l ag i
Permainan
yang bersifat
bermain peran
Permainan
orang dewasa
misalnya adu
kelereng,
lempar tangkap bola, bergulat, memasak. Permainan
olahraga seperti lompat
kodok, meniti
trotoar, melemp ar b o l a k e
kaki meja,
berenang.
Menghargai
pilihan anak
jangan melarang
anak untuk
bermain dengan
siapa atau
bermain apa.
Mengarahkan
anak untuk
berkompetensi
sehat .
Keterlibatan
orang tua jangan
sampai
mengurangi
kebebasan anak.
Memasuki tahap
operasi-onal Teori
Piaget: mereka sudah
berpikir logis dan dapat
mengkaitkan beberapa
konsep tetapi masih
perlu bantuan benda
nyata.
Peralatan
menjahit,
peralatan
untuk menggambar/melukis, peralatan untuk tukang, peralat-
Pemberi
motivasi
ketika gagal
melakukan
kegiatan
karena
motivasinya
sering
berubah-ubah
7-9
Bermain
Tahun konstru-
ktif
68
Usia
Pola permainan
Tahapan bermain
Jenis bermain
Alat bermain
waktu mereka
ketika kosong
an listrik atau
peralatan
musik
motivasinya
sering berubahu b ah
Bermain
menjelaj ah
Permainan
menjelajah
d i l ak u k an
karena rasa
ingin tahu anak
tentang segala
yang terjadi di
lingkungan
sekitar di luar
dirinya.
Kegiatan
pramuka,
kegiatan
kemah di luar
halaman
rumah,
kegiatan,
kegiatan
berbelanja
bersama teman.
Mengawasi dan
mengarahkan
pada berbagai
kegiatan di luar
rumah.
Mengumpulk an
Mengkoleksi
benda awalnya
anak akan
mengumpulkan
segala benda
yang menjadi
perhatiannya
tetapi berangsur
usia maka anak
ak an
menfokuskan
pada satu
benda yang
akan disenangi
dan berbeda
deng-an temanteman untuk
dikumpulkannya dan
menyimpannya secara
sistematis dan
dipajang
Koleksi boneka
barbi, koleksi
yang berbau
Superman,
ko l e ks i
perhiasan,
k o l e k s i j am
tangan, dll
Memberi
kepercayaan
dan kesempatan
kepada anak
untuk dapat
mengoleksi
benda
kesayangan
dengan tujuan
positif dan
didapat dengan
cara yang baik
7-9
Bermain
Tahun konstruktif
69
70
Deskripsi
Contoh
Fonologi
Sistem suara dalam sebuah Sebuah fonem adalah unit terkecil dalam
bahasa.
sebuah bahasa.
Morfologi
Sintaksis
Semantik
K u da
hitam
lari
sangat kencang
Kt benda kt sifat kt kerja
kt keterangan
Kalimat terdiri dari frasa kata benda dan frasa kata
kerja
Pragmatik
71
Sistem Aturan
Kejadian
Fonologi
Morfologi
Sintaksis
Semantik
Anak pada masa ini sangat pesat belajar kosa kata hingga 5 - 8 kata
sehari mereka serap sehingga diperkirakan pada usia 6 tahun sudah
8000 hingga 14000 kata yang sudah dikuasai.
Pragmatik
73
Perilaku
Keterangan
1.
Disleksia
2.
Gagap
74
No
Perilaku
Keterangan
3.
Clutering
Keahlian anak untuk bicara karena belum ada ide dalam pikirannya. Hal
ini karena kurangnya koordinasi anatara ide dan pengucapan terjadi
karena keterlambatan kontrol motorik dan perkembangan kemampuan
bicara anak yang lambat. Ciri-ciri clutering seperti: bicara terburu-buru,
beberapa kata sering tertukar, perilakunya sering terburu-buru
melakukan aktivitas, tidak ada sinkronisasi dalam penggunaan bagian
tubuh kanan dan kiri, kondisi anak stres dan tegang. Penanganannya
melalui: melatih anak dengan bicara tempo lambat dan disertai latihan
pernafasan perut, ciptakan suasana santai dan menyenangkan, beri
pujian.
Komunik as i
Menangis
Omong
jorok
Mengoceh
75
Rentang
Usia
Deskripsi
Mulai
lahir
hingga
u si a 1
tahun
1.
Tingkat
1 d an 2
2.
Tingkat
2 d an 3
Anak menjadi lancar dalam mengulang tiap kata dan keahlian membaca
yang lain. Akan tetapi, pada tahapan ini membaca belum digunakan
secara efektif dalam pembelajaran. Tuntutan membaca dakan menguras
stamina anak-anak pada tahapan ini sehingga mereka umumnya
kelelahan sebelum mampu menyerap intisari bacaan.
3.
4.
SMA
77
Keterangan
Bercerita
78
Tujuan
Kegiatan
Bercakap-cakap bebas .
Bercakap menurut pokok
bahasan
Metode
Keterangan
Tujuan
Tanya
Jawab
Dilaksanakan
dengan memberi
pertanyaan-pertanyaan yang dapat
memberikan rangsangan agar anak
aktif untuk
berpikir.
Melalui pertanyaan
anak berusaha
untuk memahami
dan menemukan
jawabannya
Saat bercerita .
Saat bercakap-cakap .
Saat melakukan ekspreimen .
Saat karya wisata.
Saat demonstrasi
Pemberian T u g as
Karya
Wisata
Guru mengajak
anak untuk
mengunjungi
secara langsung
objek-objek sesuai
dengan bahan
pengembangan dan
kemampuan yang
sedang di bahas di
kelas yang tidak
dapat langsung
diamati oleh anak
Mengunjungi museum
Mengunjungi cagar alam .
Mengunjungi kebun binatang
Mengunjungi kantor pos
Mengunjungi pasar.
Mengunjungi rumah sakit
(perlu diperhitungkan biaya,
transportasi, keselamatan, dan
waktu perjalanan)
Demonstrasi
Mempertunjukkan
atau
memperagakan
suatu objek/proses
dari suatu kejadian
atau persitiwa.
Kegiatan
79
Metode
Keterangan
Tujuan
Sosiodrama
Cara memainkan
peran dalam suatu
cerita tertentu yang
menuntut integrasi
antara pemeran
lainnya, umumnya
ceritanya di ambil
dari kehidupan
sehari-hari yang
dekat dengan anak
Mengembangkan kemampuan
berekpresi untuk menghayati
perasaannya.
Memberi kesempatan anak untuk
mengekpresikan diri melalui
pemodelan tokoh .
Memberi kesempatan untuk
bergantian berbicara lisan
Membangkitkan rasa percaya diri,
kreatifitas, dan partisipasi anak
Eksperi
men
Melakukan sesuatu
percobaan dengan
cara mengamati
proses dan hasil
percobaan itu.
(metode
demonstrasi ,
pemberian tugas
dan eksperimen
sangat berkaitan)
Bermain
Peran
Memerankan tokoh
atau benda di
sekitar anak
dengan
menggunakan
sarana atau
prasarana yang ada
Proyek
4.
Kegiatan
81
3).
4)
5).
6).
7).
8).
d.
82
4.
5.
6.
Saran
Beberapa komponen yang harus diperhatikan
oleh guru adalah:
1. Respon anak
Respon anak dapat kita deteksi dengan
mencoba menjawab pertanyaan sebagai
berikut: (a) Pada waktu kegiatan bermain
bebas apakah anak-anak berbicara dengan
temannya?; (b) Bagaimana sikap anak pada
waktu kegiatan berlangsung?; (c) Apakah
anak tersebut ikut terlibat dalam kegiatan
bercakap-cakap (aspek berbicara)?; (d)
Apakah sudah terlihat minat terhadap buku
sebagai akibat dari pembacaan ceritera
kepada mereka?
2. Kesesuaian alat/bahan
Taman kanak-kanak tidak akan lepas dari
alat dan bahan untuk bermain seraya belajar.
3.
Daftar Pustaka
Ahmad, Kasina. (2003). Pelaksanaan pembelajaran
terpadu bahasa Indonesia di Kelas III SD.
Jurnal penelitian : Teknodik
Ambary, Abdulla. (1986). Intisari tatabahasa Indonesia. Bandung: Jatnika
Depdiknas. (1997). Metodik khusus pengembangan
kemampuan bahasa di TK. Jakarta: Proyek
Peningkatan Mutu TK Jakarta
Depdiknas. (1997). Metodik umum di TK. Jakarta:
Proyek Peningkatan Mutu TK Jakarta
Depdiknas. (2004). Kurikulum berbasis kompetensi
untuk jenjang TK. Jakarta: Pusat
Kurikulum
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pelajaran untuk jenjang SD. Jakarta:
Pusat Kurikulum
Dwijawiyata. (1970). Cakap membaca dan menulis.
Yogyakarta: Kanisius
83
Dyson, Anna and Genishi, Celia. (1993). Handbook of research on the education of young
children. New York : Macmillan Publishing company
Gunarsa, Singgih. (1990). Dasar dan teori
perkembangan anak. Jakarta: BPK Gunung
Mulia
Guru BPK PENABUR. (2000). Laporan hasil
pendidikan di LPGTK Tadika Puri.
Bandung: BPK
Haditono, Siti Rahayu. (1985). Psikologi
perkembangan. UGM: Yogyakarta
Hurlock, Elisabeth. (1988). Perkembangan anak.
Jilid I. Edisi ke-6.Jakarta: Erlangga
Karli, Hilda. (2003). Head hand heart dalam KBK .
Bandung: BMI
Masitoh. (2003). Model pembelajaran bahasa
berdasarkan pendekatan bahasa menyeluruh
(whole language approach) di TK.
Bandung: Tesis UPI: PPS
Santrock, John. (2007). Perkembangan anak. Jilid I.
Edisi ke-11. Jakarta: Erlangga.
Semiawan, Conny. (1999). Perkembangan dan
belajar peserta didik. Jakarta: Depdikbud
84