Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

POLA PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI

DISUSUN OLEH:
JEAN P. TUMEWANG
14061101093
A-1 (2014)

UNIVERSITAS SAM RATULANGI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
MANADO 2016

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena hanya berkat rahmat,
saya berhasil menyelesaikan makalah dengan judul Pola Pengembangan Sektor Industri.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas EKONOMI INDUSTRI yang di berikan Dosen
Pengajar.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala
dukungan,bantuan,dan bimbingan dari berbagai pihak terlebih khusus buat Dosen pengajar yang
boleh memberikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu,saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pihak yang membaca.

Manado,29 Maret 2016


Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan dan Manfaat.................................................................................................
C. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Perdagangan Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi
B. Pola Ekspor
C. Strategi Pasar Dalam Negeri
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................

POLA PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI


BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidak hanya logaritma ataupun bilangan fibonaci saja yang mempunyai suatu pola, hidup
inipun senantiasa mengikuti suatu pola yang teratur, begitu juga dengan perekonomian, berbicara
perekonomian sudah barang tentu membicarakan masalah industri. Antara Negara maju dengan
Negara yang sedang berkembang atau antara Negara yang kaya sumber daya alam dengan yang
tidak atau sedikit mempunyai sumber daya alam pastilah mempunyai pola yang berbeda dalam
pengembangan industri.Bagi Negara-nagara yang kaya akan sumbar daya alam seperti Amerika
Serikat dan Jerman Barat lebih banyak menggunakan pola pengembangan pasar dalam negeri
(inward looking strategy), sedangkan Negara-negara miskin sumber daya alam seperti Jerman,
Singapore, Hongkong, Taiwan dan Korea Selatan menganut pola pengembangan pasar luar
negeri (outword looking strategy).Dari beberapa pola tersebut semuanya menyangkut masalah
perdagangan, baik luar negeri maupun dalam negeri, maka dari itu timbulah suatu pertanyaan
bagaimana suatu perdagangan itu bisa mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini,
masih banyak masyarakat yang belum mengetahui bagaimana pengaruh perdagangan terhadap
pertumbuhan ekonomi, begitu juga tentang pola perdagangan itu sendiri. Maka dari itu perlu
adanya pemahaman tentang perdagangan.
B.

TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai POLA PENGEMBANGAN
SEKTOR INDUSTRI ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Pembangunan.Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan
pembaca tentang bagaimana pola pengembangan sektor industri yang dilakukan Negara maju
dengan Negara sedang berkembang.
C.

RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini antara lain:


1. Bagaimana pola pengembangan sektor industri anatara Negara maju dengan Negara
sedang berkembang?
2. Mengapa perdagangan bisa sebagai mesin pertumbuhan ekonomi?
3. Bagaimana pola ekspor bisa terjadi?
4. Fase-fase ekspor uti apa saja?

5. Bagaimana strategi pasar dalam negeri?

BAB II
PEMBAHASAN
POLA PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
A.

PERDAGANGAN SEBAGAI MESIN PERTUMBUHAN EKONOMI

Perdagangan bertujuan untuk meningkatkan manfaat diantara pihak-pihak yang


berdagang. Selain antar pihakyang berdagang sebenarnya perdaganagn itu juga bermanfaat untuk
skala ekonomi yang paling efisien dan optimum, karena dengan adanya perdagangan tersebut
dapat terjadi perluasan pasar. Selain itu juga dapat memungkinkan berkembangnya inovasiinovasi tekhnologi baru.Pengembangan sector industri sekarang ini dianggap sebagai salah satu
pemecahan masalah keterbelakanagn suatu Negara, karena dengan perkembangan sector industri
ini dapat diperoleh manfaat perdagangan yang trtinggi. Bagi negar yang sedang membangun
seprti Indonesia ini pengembang sector industri ditunjukan untuk mengurangi impor atau sering
disebut kebijsksn subtitusi impor. Dorongan penggunaan kebijakan tersebut adalah untuk
memperoleh surplus neraca pembayaran yang sebesar-besarnya , sehingga dapt digunakaan
untuk akumulasi capital bagi pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Industri yang efisien adalah
industri yang berskala besar dan dapt dilakukan hanya ada jaminan pasar yang luas.Kunci
pembangunan adalah investasi capital yang dapat diciptaakn dengan surplus yang cukup besar.
Dan surplus ini diperoleh bila memiliki keuntunagn yang besar dari perdagangan. Pertumbuhan
ekonomi dan perkembangan sector industri suatu Negara hanya telaksana dengan baik apabila da
pengaturan tentang perdagangan yang mendukung.
B.

POLA EKSPOR

Pola pengembangan sektor industri


Adanya pola pengembangan sektor industri yang layak berkembang di dunia sekarang, di
mana Negara-nagara yang kaya sumbardaya alam seperti Amerika Serikat dan Jerman Barat
lebih banyak menggunakan pola pengembangan pasar dalam negeri (inward looking strategy),
sedangkan Negara-negara miskin sumberdaya alam seperti Jerman, Singapore, Hongkong,
Taiwan dan Korea Selatan menganut pola pengembangan pasar luar negeri (outword looking
strategy).
Kedua pola ini (inward loolking strategy dan outward looking strategy ) bila
sama-sama berhasil akan mampu menopang perkembnagan produksi didalan negeri yang
selanjutnya akan banyak menyerak banyak tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan
nasional.Walaupun di Negara-negara yang miskin sumber daya alam namun, Negara-negara
tersebut terbukti berhasil mengembangkan perekonomianya dengan menggunakan pola
pengembangan outward looking strategy tersebut. Pada umumnya Negara yang mengguakan

pola pengembangan ini akan mengundang perusahaan multinasional untuk mengembangkan


suatu jenis industri dinegaranya. Karena secara internasional perusahaan multinasional tersebut
telah terkenal, sehingga hasil produksi perusahaan multinasional ini meskipun masih merupakan
produk baru, tetapi tidak akan mengalami kesulitan dalam hal pemasaran barang produksi yang
dihasilkanya. Sehingga pasar internasional menjadi terbuka dan orang dalam negeri mulai turut
menghargai mutu produksi barng tersebut. Sehingga berkembanglah pasar didalam negeri dan
mendorong perekonomian dalam negeri untuk dapat berkembang lebih lanjut.
Fase-fase export led strategy adalah sebagai berikut:
1. Fase menerima pesanan.
Pada fase ini, barang industri diproduksi berdasarkan atas pesanan. Inisiatif produksi
yang berupa macam dan spesifikasi produk yang dihasilkan bulan dating dari produsen
tetapi dating dari konsumen dan distributor.Contohnya adalah industri perkulitan sampai
sekarang ini dalam memeproduksi hasil produksinya didasarkan pada tingkat
pesananpara konsumen. Misalnya sepatu kulit dan ikat pinggang untuk ABRI.
Jadi dalam fase menerima pesanan ini, kreatifitas produsen masih terbatas karena dibatasi
oleh tingkat keahlian dan dana modal. Sehingga para produsen ini masih pasif
peranannya dan lebih banyak menjual kemampuan berproduksi, sedangkan jumlah
produksi, desain, serta spesifikasi produk masih ditentukan oleh pemesan.
Fase permulaan mendorong kegiatan ekspor.Dalam fase inipabrikan sudah tidak lagi paif
menunggu pesanan, tetapi sudah aktif mengadakan riset dan pengemabngan untuk
menemukan motif-motif yang cocok untuk pasaran.Contohnya adalah perusahaan TV di
jawa tengah. Meskipun sebagian komponen produknya yang diimpor dari luar negeri,
penelitian dan pengembangan terus diusahakan guna menciptakan produk dengan desain
baru.Dalam fase ini pabrikan tidak lagi mendasarkan produksinya pada pemesanan tetapi
aktif mencari pasar. Sehingga hal ini akan memaksa mereka untuk berusa efisien
sehingga dapat menjual dengan harga yang lebih murah.Pada kasus perubahan TV yang
tidak memiliki induk semang dirasakan adanya persaingan yang berat dari perusahaanperusahaan yang sejenis yang memeliki imduk semang diluar negeri. Cara kerjanya
industri TV dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu:
a. Industri TV yang memiliki induk semang diluar negeri sehingga produksi di dalam
negeri hanya merupakan assembling 100%.
b. Industri TV yang tidak menjalankan raionalisme, dalam arti berusaha terlepas
dari pengaruh perusahaan multi nasional di luar negeri dan berusaha
mengembangkan desain sesuai dengan kebutuhan pasar dalam negeri.
Sebagian besar perusahaan TV di Indonesia memilih untuk memiliki induk semang
perusahaan multinasional di luar negeri. Sehingga produksi TV ini mengandung
padat teknologi sehingga banyak tenaga ahli yang digunakan.Sehingga biaya
research and development tinggi.Tetapi, bagi perusahaan yang merupakan
perusahaan assembling saja, biaya R&D tidak perlu ada,karena R&D akan dilakukan
peruasahaan induknya diliar negeri. Dengan demikian , terlihat jelas bahwa dari segi
efisien , perusahaan aembling akan lebih unggul dibanding perusahaan dalam negeri

yang melakukan rasionalisasi. Kesulitan lain dari perusahaan dalam negeri yang
melakukan rasionalisasi adalah masalah factor produksi yaitu perusahaan dalam
negeri harus memiliki multisources dalam hal pembelian factor produksi yang
bertujuan untuk mengurangi resiko ketergantungan pada satu perusahaan
supplier.Dari segi desain, perusahaan yang melakukan rasionalisasi akan lebih
berkemampuan untuk menyesuaikan kebutuhan dalam negeri dibandinng perusahaan
assembling, selama dana R&D tersedia. Tetapi, kerugian yang dihadapi perusahaan
ini adalah mengenai ongkos pembuatan mould untuk pembuatan suatu desain baru
hasil inovasi.Dengan demikian nampak bahwa masih banyak peraturan yang dapat
menguntungkan perusahaan melakukan rasionalisasi, dibandingkan perusahaan
sembling.
Sehingga
ada
tedensi
perusahaan
perusahaan
yang
malakukanrasionalisasi terancam kebangkrutan, karena mampu bersaing dengan
perusahaan assembling dipasar dalam negeri.
2. Fase penciptaan kapabilitas sendiri.Pada fase ini, perusahaan telah mengenal cara
pembuatan yang baik sampai dengan pengepakan, pembuatan label dan hal-hal yang
diperlukan untuk menjamin mutu hasil produksi. Sehingga perusahaan ini membutuhkan
keahlian tidak hanya, dalam hal desain tetapi, juga dalam hal pengawasan terhadap
rangkaian produk.Pada fase ini, merupakan fase perubahan fokus dari penjualan menurut
kapasitas produksi menjadi penciptaan produksi menjadi penciptaan produk yang secara
aktif harus dipasarkan kepasar dalam negeri maupun luar negeri.Ia akan mampu bersaing
dengan cara menciptakan produck-produck berkualitas tinggi dan dengan desain yang
disenangi konsumen.
3. Fase pemasaran kapasitas.Pada fase ini, para pabrikan akan berusaha menghasilkan
produk atau rangkaian produk sendiri, dan kemudian mendasarkan hasil-hasil atau
rangkaian hasil tersebut. Para pabrikan tidak lagi memproduksi barang untuk memenuhi
pesanan, tetapi memproduksi untuk persediaan sendiri dan menjual atas dasar
persediaan.
4. Fase pembentukan fasilitas produksi di negara lain.Dalam fase ini, pabrikan telah
membuka cabang-cabangnya didaerah lain. Perusahaan atau pabrikan ini sudah lansung
memperkenlkan produknya kepada konsumen.Profesor Panglaykim berpendapat bahwa
sampai dengan akhir pelita III pabrikan di Indonesia masih berada pada fase I dan II yaitu
banyak pabrikan yang mempunyai kapasitas berproduksi. Untuk mencapai fase yang
lebih tinggi disarankan adanya penggabungan atau pengelompokan dalam hal desain,
atau dalam hal pencarian pasar, keuangan, atau dalam bentuk barang dan jasa yang
diinginkan.
C.

STRATEGI PASAR DALAM NEGERI

Pada umumnya negara- negara kaya sumberdaya alam menempuh strategi pengembangan
pasaran dalam negri sebagai alat untuk mengembangkan ekonomi nasional mereka.
Pengembangan pasar dalam negri ini tidak mengalami kesulitan, karena negara bersangkutan
kaya akan bahan mentah, sehingga hasil produksi akan relatif murah harganya. Dengan
demikian baik pasar dalam negri maupun pasar luar negri akan menopang pertumbuhan dan
perkembangan industry olahan di dalam negri.Yang menjadi masalah adalah bagaimana memulai
atau mendorong penduduk agar sudi menggunakan barang barang produksi dalam negri. Yang

menjadi masalah adalah bagaimana atau mendorong penduduk agar sudi mengunakan barang
barang produksi dalam negri. Mutu maupun harga dapat dipengaruhi oleh system tataniaga.
Agar barang-barang produksi dalam negri itu dapat bersaing terhadap barang-barang impor,
maka diperlukan adanya perlindungan tata niaga oleh pemerintah. Khusus untuk barang-barang
subtitusi impor, perlindungan yang diberikan dapat berupa bea masuk (tarif) yang tinggi, kuota
maupun larangan impor serta jaminan pasar dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah.
Harga yang mahal sebagai akibat biaya produksi yang tinggi dapat diakibatkan oleh:
1. Kelemahan dalam mengelola perusahaan sehingga tingkat efisiensi yang obtimal tidak
tercapai.
2. Birokrasi yang berlebihan.
3. Perlindungan yang berlebihan dan terus-menerus.
Usaha telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut dengan melalui
bimbingan dan latihan untuk meningkatkan efesiensi. Pemerintah juga telah menurunkan tariff
listrik dan harga beberapa jenis BBM. Mengenai perlindungan terhadap industry dalam negri
perlu diamati secara lebih kusus, karena persoalannya sangat mendasar dan mempunyai dampak
yang lebih luas bagi berhasilnya pembangunan kita saat ini maupun saat mendatang. Kita
mengenal dengan sebutan (infant industry argument) dimana industry yang masih muda harus
dilindungi agar mampu bersaing dengan barang-barang Impor dari luar negri. Perlidungan yang
diberikan dapat dipertanggung jawabkan asalkan:
1. Dalam jangka waktu tertentu industry yang diberi perlindungan akan dapat berdiri sendiri
dan bersaing dengan barang-barang impor.
2. Perlindungan yang diberikan jangan terlalu besar, sehingga tidak menimbulkan inefiensi
dan rasa manja.
Sebab-sebab dari tingginya harga dari hasil produksi industry subtitusi impor:
1. Skala produksinya kecil di banding produksi di negara industry.
2. Investasi terlalu mahal karena harus membangun
perlengkapannya, tetapi juga pasaran seperti listrik, air dll.

tidak

hanya

3. Biaya teknologi tinggi.


4. Biaya diluar perusahaan seperti birokasi, BBM, LISTRIK, juga tinggi.

pabrik

dan

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fase pengembangan ekspor dapat berupa seperti bagan dibawah ini:
Negara kaya SDA -> Pasar luar negeri (campur tangan pemerintah) dan atau Pasar dalam negeri
(pasar berbasis) -> produksi dalam negeri -> income and imployment
2. Fase export led stratrgy terdiri dari lima fase yaitu :
Fase menerima pesanan -> Fase permulaan mendorong kegiatan ekspor -> Fase penciptaan
kapabilitas sendiri -> Fase pemasaran produk -> Fase pembentukan fasilitas produksi di negara
lain
B.

SARAN
1. Hendaknya Negara yang mempunyai banyak sumber daya alam termasuk Indonesia lebih
bisa memanfaatkannya sebaik mungkin guna meningkat-kan perekonomian Negara.
2. Hendaknya Negara-negara kaya sumber daya alam mampu mengembang-kan pasar
dalam guna mengembangkan ekonomi nasional, khususnya Indonesia.
3. Dalam pengembangan industri hendaknya memperhatikan pola maupun fase ekspor,
karena ekspor juga bisa meningkatkan perekonomian suatu Negara.
4. Dalam menghadapi suatu perdagangan alangkah baiknya pemerintah merencanakan

strategi yang tepat sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan meningkatkan efisiensi.

Anda mungkin juga menyukai