DISUSUN OLEH:
JEAN P. TUMEWANG
14061101093
A-1 (2014)
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa karena hanya berkat rahmat,
saya berhasil menyelesaikan makalah dengan judul Pola Pengembangan Sektor Industri.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas EKONOMI INDUSTRI yang di berikan Dosen
Pengajar.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih setulus-tulusnya atas segala
dukungan,bantuan,dan bimbingan dari berbagai pihak terlebih khusus buat Dosen pengajar yang
boleh memberikan tugas makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh sebab itu,saran
dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhir kata,semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pihak yang membaca.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................................
B. Tujuan dan Manfaat.................................................................................................
C. Rumusan Masalah....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Perdagangan Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi
B. Pola Ekspor
C. Strategi Pasar Dalam Negeri
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................................
B. Saran........................................................................................................................
Tujuan kami menulis makalah dan mengangkat Tema mengenai POLA PENGEMBANGAN
SEKTOR INDUSTRI ini adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi
Pembangunan.Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk memperluas wawasan kami dan
pembaca tentang bagaimana pola pengembangan sektor industri yang dilakukan Negara maju
dengan Negara sedang berkembang.
C.
RUMUSAN MASALAH
BAB II
PEMBAHASAN
POLA PENGEMBANGAN SEKTOR INDUSTRI
A.
POLA EKSPOR
yang melakukan rasionalisasi. Kesulitan lain dari perusahaan dalam negeri yang
melakukan rasionalisasi adalah masalah factor produksi yaitu perusahaan dalam
negeri harus memiliki multisources dalam hal pembelian factor produksi yang
bertujuan untuk mengurangi resiko ketergantungan pada satu perusahaan
supplier.Dari segi desain, perusahaan yang melakukan rasionalisasi akan lebih
berkemampuan untuk menyesuaikan kebutuhan dalam negeri dibandinng perusahaan
assembling, selama dana R&D tersedia. Tetapi, kerugian yang dihadapi perusahaan
ini adalah mengenai ongkos pembuatan mould untuk pembuatan suatu desain baru
hasil inovasi.Dengan demikian nampak bahwa masih banyak peraturan yang dapat
menguntungkan perusahaan melakukan rasionalisasi, dibandingkan perusahaan
sembling.
Sehingga
ada
tedensi
perusahaan
perusahaan
yang
malakukanrasionalisasi terancam kebangkrutan, karena mampu bersaing dengan
perusahaan assembling dipasar dalam negeri.
2. Fase penciptaan kapabilitas sendiri.Pada fase ini, perusahaan telah mengenal cara
pembuatan yang baik sampai dengan pengepakan, pembuatan label dan hal-hal yang
diperlukan untuk menjamin mutu hasil produksi. Sehingga perusahaan ini membutuhkan
keahlian tidak hanya, dalam hal desain tetapi, juga dalam hal pengawasan terhadap
rangkaian produk.Pada fase ini, merupakan fase perubahan fokus dari penjualan menurut
kapasitas produksi menjadi penciptaan produksi menjadi penciptaan produk yang secara
aktif harus dipasarkan kepasar dalam negeri maupun luar negeri.Ia akan mampu bersaing
dengan cara menciptakan produck-produck berkualitas tinggi dan dengan desain yang
disenangi konsumen.
3. Fase pemasaran kapasitas.Pada fase ini, para pabrikan akan berusaha menghasilkan
produk atau rangkaian produk sendiri, dan kemudian mendasarkan hasil-hasil atau
rangkaian hasil tersebut. Para pabrikan tidak lagi memproduksi barang untuk memenuhi
pesanan, tetapi memproduksi untuk persediaan sendiri dan menjual atas dasar
persediaan.
4. Fase pembentukan fasilitas produksi di negara lain.Dalam fase ini, pabrikan telah
membuka cabang-cabangnya didaerah lain. Perusahaan atau pabrikan ini sudah lansung
memperkenlkan produknya kepada konsumen.Profesor Panglaykim berpendapat bahwa
sampai dengan akhir pelita III pabrikan di Indonesia masih berada pada fase I dan II yaitu
banyak pabrikan yang mempunyai kapasitas berproduksi. Untuk mencapai fase yang
lebih tinggi disarankan adanya penggabungan atau pengelompokan dalam hal desain,
atau dalam hal pencarian pasar, keuangan, atau dalam bentuk barang dan jasa yang
diinginkan.
C.
Pada umumnya negara- negara kaya sumberdaya alam menempuh strategi pengembangan
pasaran dalam negri sebagai alat untuk mengembangkan ekonomi nasional mereka.
Pengembangan pasar dalam negri ini tidak mengalami kesulitan, karena negara bersangkutan
kaya akan bahan mentah, sehingga hasil produksi akan relatif murah harganya. Dengan
demikian baik pasar dalam negri maupun pasar luar negri akan menopang pertumbuhan dan
perkembangan industry olahan di dalam negri.Yang menjadi masalah adalah bagaimana memulai
atau mendorong penduduk agar sudi menggunakan barang barang produksi dalam negri. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana atau mendorong penduduk agar sudi mengunakan barang
barang produksi dalam negri. Mutu maupun harga dapat dipengaruhi oleh system tataniaga.
Agar barang-barang produksi dalam negri itu dapat bersaing terhadap barang-barang impor,
maka diperlukan adanya perlindungan tata niaga oleh pemerintah. Khusus untuk barang-barang
subtitusi impor, perlindungan yang diberikan dapat berupa bea masuk (tarif) yang tinggi, kuota
maupun larangan impor serta jaminan pasar dengan harga yang ditentukan oleh pemerintah.
Harga yang mahal sebagai akibat biaya produksi yang tinggi dapat diakibatkan oleh:
1. Kelemahan dalam mengelola perusahaan sehingga tingkat efisiensi yang obtimal tidak
tercapai.
2. Birokrasi yang berlebihan.
3. Perlindungan yang berlebihan dan terus-menerus.
Usaha telah ditempuh oleh pemerintah untuk mengatasi masalah tersebut dengan melalui
bimbingan dan latihan untuk meningkatkan efesiensi. Pemerintah juga telah menurunkan tariff
listrik dan harga beberapa jenis BBM. Mengenai perlindungan terhadap industry dalam negri
perlu diamati secara lebih kusus, karena persoalannya sangat mendasar dan mempunyai dampak
yang lebih luas bagi berhasilnya pembangunan kita saat ini maupun saat mendatang. Kita
mengenal dengan sebutan (infant industry argument) dimana industry yang masih muda harus
dilindungi agar mampu bersaing dengan barang-barang Impor dari luar negri. Perlidungan yang
diberikan dapat dipertanggung jawabkan asalkan:
1. Dalam jangka waktu tertentu industry yang diberi perlindungan akan dapat berdiri sendiri
dan bersaing dengan barang-barang impor.
2. Perlindungan yang diberikan jangan terlalu besar, sehingga tidak menimbulkan inefiensi
dan rasa manja.
Sebab-sebab dari tingginya harga dari hasil produksi industry subtitusi impor:
1. Skala produksinya kecil di banding produksi di negara industry.
2. Investasi terlalu mahal karena harus membangun
perlengkapannya, tetapi juga pasaran seperti listrik, air dll.
tidak
hanya
pabrik
dan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Fase pengembangan ekspor dapat berupa seperti bagan dibawah ini:
Negara kaya SDA -> Pasar luar negeri (campur tangan pemerintah) dan atau Pasar dalam negeri
(pasar berbasis) -> produksi dalam negeri -> income and imployment
2. Fase export led stratrgy terdiri dari lima fase yaitu :
Fase menerima pesanan -> Fase permulaan mendorong kegiatan ekspor -> Fase penciptaan
kapabilitas sendiri -> Fase pemasaran produk -> Fase pembentukan fasilitas produksi di negara
lain
B.
SARAN
1. Hendaknya Negara yang mempunyai banyak sumber daya alam termasuk Indonesia lebih
bisa memanfaatkannya sebaik mungkin guna meningkat-kan perekonomian Negara.
2. Hendaknya Negara-negara kaya sumber daya alam mampu mengembang-kan pasar
dalam guna mengembangkan ekonomi nasional, khususnya Indonesia.
3. Dalam pengembangan industri hendaknya memperhatikan pola maupun fase ekspor,
karena ekspor juga bisa meningkatkan perekonomian suatu Negara.
4. Dalam menghadapi suatu perdagangan alangkah baiknya pemerintah merencanakan
strategi yang tepat sehingga dapat meminimalisir kesalahan dan meningkatkan efisiensi.