Anda di halaman 1dari 33

PEMERIKSAAN IMUNOSEROLOGI

DESYTA IRA ANDINI

Tes antibodi/imunologik
1.Limfosit
jenis imunologis seluler yang terdiri dari
limfosit T dan limfosit B
Limfosit T berada dalam sirkulasi darah dan
jaringan RES (reticulo endotelial) didewasakan
pada kelenjar thymus merp 70% dari jumlah
seluruh limfosit. Limfosit ini mempunyai fungsi
yang sangat luas yaitu membentuk respon
imunologis humoral maupun seluler

Limfosit B adalah limfosit yangberada dlm


sirkulasi, dibentuk oleh sel plasma,
permukaannya ditutupi oleh imunoglobulin
sehingga berfungsi sbg reseptor thd antigen.
Limfosit ini jumlahnya 10-20% dari seluruh
jumlah limfosit

2. Imunoglobulin
Protein yang dibentuk oleh limfosit B dan
mempunyai kemampuan untuk berikatan
dengan antigen spesifik. Berdasarkan susunan
asam aminonya, imunoglobulin dibagi menjadi 5
kelas utama yaitu IgA, IgD, IgE, IgE, IgM.
Peningkatan jumlah imunoglobulin menandakan
adanya peningkatan invasi antigen spesifik.

3. Mastosit (Mast Sel)


Zat yang mengandung histamin dan
berpengaruh pada permeabilitas kapiler. Adanya
reaksi antara antigen dan antibodi akan
merangsang mastosit melepaskan zat vasoaktif
dan menimbulkan gejala atopik dan anafilaktik.

4. Makrophag
Sel yang berperan penting dalam sistem
pagosit mononuclear, yang terdiri dari
monoblast dan promonisit (dlm sumsum tulang)
serta monosit (dalam sirkulasi). Makrophag
berada dalam jaringan, mempunyai tugas
utama pagosit thd molekul atau partikel asing

5.CRP (Protein C Reactif)


Alfa globulin yang timbul dlm serum apabila
terjadi inflamasi.
CRP positif (+) (selalu ada): terdapat pada
demam rematik, arthritis rheumatoid, infeksi
bakterial akut, dan hepatitis virus
CRP + (sering ada): terdapat pada TBC aktif ,
gout, tumor ganas std. lanjut, lepra, sirosis aktif,
luka bakar, dan peritonitis
CRP + (kadang ada): terdapat pada varicella,
paska bedah, dan penggunaan alat KB intra uterin

6. RF(Rheumatoid Factor)
Imunoglobulin yang bereaksi dengan IgG. RF+
biasanya terdapat pada 80% penderita
arthritis rheumatoid dan kelainan sendi
dengan komplikasi sistemik yang yang
prognosisnya buruk.

7. Golongan Darah Sistem ABO


Golongan darah yang termasuk dalam 4 macam
golongan darah, yaitu A, B, AB, dan O.

8. Anti A dan Anti B


Aglutinin kuat yang dengan cepat
menghancurkan eritrosit yang tidak
kompatibel dalam sirkulasi sehingga terjadi
hemolisis dan aglutinasi. Tidak kompatibelnya
eritrosit dlm sirkulasi dapat disebabkan oleh
proses transfusi darah yang salah, misalnya:
salah identifikasi pasien, kesalahan sampel,
darah donor maupun penerima, kesalahan
administrasi pemberian, dll.

9.Rhesus Factor (RF/RH)


Keberadaan eritrosit seseorang yang mengandung
antigen D. Rhesus+apabila ditemukan antigen D pd
eritrosit, Rh- apabila tidak ada antigen D pada
eritrosit. Darah dengan Rh- yang terpapar darah Rh+
tidak selalu membentuk anti D, sehingga pembentukan
anti D lebih banyak pada kesalahan transfusi daripada
kehamilan. wanita dengan anti D+ pada awal kehamilan
sangat potensial melahirkan bayi dnegan HDN. Dengan
obat imunosupresi dpt mencegah pembentukan anti D
pada ibu dengan Rh- (negatif). Orang kulit putih pada
umumnya 85% memilki antigen D.

10. Imunoserologi b/d Faal Hati


a. HBsAg (Hepatitis B Surface Antigen)
material permukaan/kulit virus hepatitis B
berisi protein yang dibuat oleh sitoplasma sel
hati yang terkena infeksi dan beredar dalam
darah sebelum dan selama infeksi akut, karier
dan hepatitis B kronik.
b. HBeAG
Antigen yang beredar dalam darah dan lebih
terkait dengan core virus.

c. Anti HBe
Antibodi terhadap antigen HBeAg yang
dibentuk oleh tubuh.
d. HBcAg
Antigen core (inti) virus hepatitis B yang
berupa protein dan dibuat dalam inti sel hati
yang terinfeksi.
e. Anti HBcAg
Antibodi terhadap HBcAg, biasanya muncul
lebih dini daripada HBsAg, dan cenderung
menetap selama berbulan-bulan atau bertahuntahun.

f. DNA HVB+
Menunjukkan masih adanya pertikel virus B
yang utuh dalam tubuh manusia.
g. Anti HBsAg
Antibodi terhadap HBsAg, yang muncul
setelah secara klinis menderita hepatitis B.
H. Partikel Dane
Partiken yang tersusun dari core DNA dan
selubang protein dan virus hepatitis B yang
infeksius.
i. HCV/HVC
Hepatitis virus C yang beredar dalam sirkulasi.

j. Anti HVC
Antibodi terhadap virus hepatitis virus C.
K. Anti HAV IgM DAN anti HAV-IgG
Pemeriksaan terhadap hepatitits virus A,
HAV-IgM+menunjukkan adanya infeksi akut, dan
HAV-IgG menunjukkan keterkaitan dengan
pembentukan kekebalan.

11. ASTO (Anti Streptolisin O)


Pemeriksaan untuk mengidentifikasi keberadaan
antigen streptolisin O, yang dibentuk oleh Streptokokus
beta hemoliticus grup A yang dapat menyebabkan
hemolisis.
Nilai normal:
Dewasa : <125 IU
Anak : <200 IU
Peningkatan ASTO >200 IU terdapat pada penderita
reumatik, GNA, kelainan katup jantung karena
streptokokus, dan eritema nodusun (biasanya mencapai
350 IU)

12.Hemaglutination Inhibition Test


(HI Tes)
Pemeriksaan spesimen dgn bahan darah.
Dinyatakan positif (+) apabila terjadi proses
aglutinasi oleh virus. Dinyatakan DBD+akut
apabila titer antibodi pada HI tes 4 kali atau
lebih (1/1280 atau lebih)

13. Ana Test (Antibodi Antinuclear

Test)

Test yang dilakukan untuk melihat adanya


proses autoimun di dalam tubuh, dan biasanya
dilakukan untuk kasus-kasus kelainan kulit, dan
Steven Johnson sindrom. Tes Ana sering
disebut juga Fana (fluoresensi antibody
antinuclear), biasanya dilakukan pada
kecurigaan penyakit lupus eritromatosis (LE),
atau penyakit pada jaringan kolagen vaskuler
lain.

14. Widal
Tes dengan menggunakan antigen Salmonela
jenis O (somatik) dan H (flagel) untuk
menentukan tinggi rendahnya titer antibodi.
Titer antibodi pada penderita infeksi tifus
akan meningkat pada minggu II. Titer antibodi
O, akan menurun setelah beberapa bulan, dan
titer antibodi H, akan menetap sampai
beberapa tahun.

15. Weil Felix


Tes untuk melihat titer antibodi thd proteus.
Biasanya hasil + menunjukkan adanya infeksi
riketsia.

16. Takata AraTes


Tes dengan mencampurkan larutan merkuri
kloride dgn natrium karbonat bersama cairan
spinal
Cairan spinal yang normal: berwarna ungu
Cairan spinal abnormal
:berwarna merah
muda
Pemeriksaan ini dilakukan utk mengidentifikasi
adanya radang pada meningen oleh kuman
sifilis atau bakteri lain

17. Khan Test


Test thd kadar albumin dalam sel kanker.
Biasanya ditemukan albumin kadar tinggi pada
sel kanker diikuti dengan penurunan albumin
dlm serum plasma darah

18. VDRL Tes


Tes yang dirancang oleh Veneral Desease
Research Laboratory (VDRL), dgn
menggunakan antigen VDRL yaitu kardiolipin,
kolesterol, dan lesitin, berguna untuk menguji
apakah cairan spinal/serum terdpt kuman
sifilis. Normal : negatif

19. T3 dan T4 bebas


Keberadaan hormon tiroksin dan triidotironin
dalam darah terikat dgn protein (lihat PBI)
sehingga juga disebut TBG
( Tiroksin/Triiodotironin Bounding Globulin).
Keberadaan T3 dan T4 bebas diukur
berdasarkan indek dan rasio sehingga ada
satuannya dan disebut FT31 atau FT41
(Free T3/T4 Indeks)

20. Antitrombosit
Pemeriksaan untuk mengidentifikasi
keberadaan obat/zat/antibodi yg menekan
fungsi dan produksi trombosit. Keberadaan
antitrombosit potensial terjadi
perdarahan/hambatan proses pembekuan, misal
pada penyakit DIC (Disseminated intravascular
coagulation)

21. Rheumatoid Arthritis (RA)


Pemeriksaan skrening untuk mendeteksi
keberadaan antibodi (IgM, IgG,IgA) thd
penyakit rheumatoid artritis (radang sendi
reumatik), melalui pemeriksaan darah. Pada
penderita RA, 53-94% hasilnya positif.
Normal pada orang dewasa:
Titer <1 :20
Titer 1 :20-1:80 = reumatoid atau kondisi lain
Titer>1 : 80 positif reumatoid

22. Pemeriksaan Antibodi thd Rubella


Pemeriksaan titer antibodi thd rubella (IgM,
IgG) melalui pengukuran HI (hemaglutinasi
inhibitor). Pemeriksaan ini cukup sensitif
untuk mendeteksi keberadaan rubella (campak
jerman).

23. Pemeriksaan TORCH


Pemeriksaan untuk mengidentifikasi
keberadaan virus Toksoplasma, Rubella,
Cytomegavovirus (CMV), dan herpes simplek
(TORCH) pada ibu dan bayi baru lahir, dgn
bahan darah. Skrening ini perlu sekali bila ada
riwayat sebelumnya atau dugaan infeksi
kongenital pd BBL yang ditandai dgn hasil
pemeriksaan IgG janin lebih tinggi daripada
IgG janin.
Nilai normal: IgG pada ibu dan janin negatif

24. Pemeriksaan C3 dan C4 Komplemen


C3 dan C4 adalah komponen dari sistem
komplemen dari 11 kelompok protein yang akan
aktif apabila ada pertemuan atau penggabungan
antara antigen dan antibodi. C3 merupakan
komponen terbanyak dalam dlm sistem
komplemen yaitu 70 % darp protein total.
Normal:
C3: 83-177 mg/dl
C4: 15-45 mg/dl

25. Antigen Carsinoma Embrionik (CEA)


Pemeriksaan untuk mendeteksi adanya antigen
karsinoma (dihasilkan oleh epithel gastrointestinal
embrio) yang biasanya dilakukan pada pasien dengan
kecurigaan karsinoma kolon, pankreas untuk memantau
pengobatan karsinoma kolon dan pankreas.
Nilai normal:
Tidak merokok : <2,5 ng/ml
Perokok
: <3,5 ng/ml
Pada inflamasi akut 10 ng/dl, neoplasma 12 ng/dl

Pemeriksaan Lain Terkait Imunoserologi

Human Leukost Antigen (HLA)


Prostat Spesifik Antigen (PSA)
Treponemal Pallidum Hemaglutination (TPHA)
Fluorecen Treponemal Antibodi-Absorpsi Serum
(FTA-ABS)
Anti-ds-DNA
Antibodi Heterofil
Antibodi Tiroid (TA)
Aglutinin Dingin/Hemaglutinin Dingin
Carsinoma Antigen (CA)

Complemen Fixation (CF)


Identifikasi Antibodi Virus
Anti EBV (Anti Epstein Bars Virus)
Pemeriksaan Cito Megalovirus (CMV)
Anti HIV
CD2,CD3, CD4 dan CD8
Uji serologi Hepatitis Virus A (HVA)
Uji Serologi Hepatitis C (HCV)
Mucin Like Carsinoma Associated Antigen (MCA)
Pemeriksaan Herpes Simplex (HSV 1 dan HSV 2)
Pemeriksaan Virus Dengue
Antibodi Insulin
Pencocokan silang darah

Anti TBC
TPI (Treponemal Immobilization Test)
HCV RNA/DNA
WR (Wassermann Reaction)

Anda mungkin juga menyukai