Paper Bahaya Kesehatan Publik
Paper Bahaya Kesehatan Publik
KELOMPOK 4
KESEHATAN MASYARAKAT INTERMEDIET
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Ashar N Putra
Endang Syarifatul Anwar
Muhadi
Najah Syamiyah
Paulina Magdalena N
Rahimul Yakin
Dwika Sari Sasoka
Tri Setyanti
1506704365
1506784914
1506704466
1506704472
1506704491
1506785085
1506704402
1406520040
DAFTAR ISI
1.
Pendahuluan...............................................................................................................................................1
2.
Pokok Bahasan...........................................................................................................................................1
2.1Tembakau..............................................................................................................................................1
2.2 Alkohol................................................................................................................................................4
2.3 Narkotika..............................................................................................................................................8
2.4 Cedera................................................................................................................................................11
3.
Penutup....................................................................................................................................................14
4.
Daftar pustaka..........................................................................................................................................15
1. Pendahuluan
Kesehatan merupakan sebuah investasi guna mendukung majunya sebuah negara, pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Dalam Undang
Undang Nomor 2 Tahun 1992 menyebutkan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan masyarakat merupakan suatu tolak ukur kemajuan suatu bangsa dimana dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan merupakan salah satu komponen
utamanya. Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi menjadi
beberapa kelompok antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan
kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan.
Masalah prilaku kesehatan dan bahaya kesehatan publik merupakan masalah kesehatan yang
harus di hadapi dengan serius. Bahaya kesehatan publik yang akan dibahas lebih lanjut adalah
rokok, alkohol, narkotika dan cedera.
2. Pembahasan
2.1 Tembakau
Menurut Singolandoh dalam Wibowo (2014), tembakau dengan nama ilmiahnya Nicotiana
tabacum ialah sejenis tenaman semusim dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dan dengan
daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya 30 cm. Tanaman
ini berasal dari Amerika Urata dan Amerika Selatan. Lebih dari 100 negara menanam
tembakau, karena tembakau merupakan tumbuhan yang dapat berkembang di tanah yang
kurang subur, yang memberi para petani tanaman alternatif. (Tentang tembakau. 2014).
2.1.1 Sejarah Tembakau di Dunia dan di Indonesia
Belum ada kepastian mengenai asal mula ditemukannya tembakau, namun tanaman
ini sering dikait-kaitkan dengan penduduk asli benua Amerika, sekitar 1400-1000
SM, sebagai media religi, perdukunan, dan pengobatan supernatural-spiritual
(entheogen). Mereka percaya, tembakau merupakan hadiah dari Tuhan, menghisap
serta menghembuskannya asapnya, sebagai bentuk doa dan rasa syukur kepada sang
pencipta. (Painan. 2015).
Sedangkan untuk Indonesia sendiri tembakau sudah dikembangkan sebelum zaman
tanam era Van Den Bosch. Pada periode 1870 hingga 1940, penanaman tembakau
berkembang di tempat-tempat seperti Kedu, Kediri dan daerah perkapuran antara
Semarang dan Surabaya. Setelah itu Klaten, daerah sekitar Vorstenlanden Besuki dan
Jember justru menunjukkan hasil paling memuaskan. VOC membuka perkebunan
tembakau di daerah Kesultanan Surakarta dan Yogyakarta sejak tahun 1820. Pada
tahun 1856, VOC melakukan penanaman tembakau secara meluas di daerah Besuki -
Jawa
Timur,
dengan
dilengkapi
suatu
balai
penelitian
yaitu besoekisch
profstation pada tahun 1910. Hasil dari balai penelitian tersebut adalah menyilangkan
2.1.2
Negara
Indonesia
Philippines
Vietnam
Thailand
Myanmar
Malaysia
Cambodia
Laos
Singapura
Brunei
Presentase
51,11
13,60
12,03
10,22
6,97
3,44
1,16
1,11
0,29
0,06
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, proporsi penduduk
umur > 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat,
berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar 34, 2%, Riskesdas 2010 sebesar 34,7% dan
Riskesdas 2013 menjadi 36,6%. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada
umur 30-34 tahun sebesar 33,4% dan umur 35-39 tahun sebesar 32,2% yang
2.1.3
bahwa rokok adalah penyebab utama kematian, membunuh setengah masa hidup
perokok. Selama setengah abad terakhir, angka kematian yang disebabkan tembakau
per tahun telah meningkat pada kecepatan yang tidak proporsional: dari perkiraan 0,3
juta kematian pada tahun 1950 menjadi hampir 6 juta pada tahun 2011. Kawasan
ASEAN selama hampir 10% dari kematian, kehilangan satu orang untuk setiap lima
kehidupan diklaim oleh tembakau. (The ASEAN Tobacco Control Report. 2012).
Setiap kali menghisap asap rokok, baik sengaja atau tidak, berarti juga menghisap
lebih dari 4.000 macam racun diantaranya bahan radioaktif(polonium-201) dan
bahan-bahan yang digunakan dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), racun
serangga (DDT), gas beracun (hydrogen cyanide). Bagaimanapun, racun paling
penting adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida. (Prasetya. 2012).
Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan
seperti kanker dapat ditimbulkan dari pelaku merokok. Beberapa penyakit tersebut
2.1.4
antara lain:
a. Penyakit paru
b. Penyakit jantung koroner
c. Impotensi
d. Kanker kulit, mulut dan tenggorokan
e. Merusak otak dan indera
f. Mengancam kehamilan
Perundangan, Kebijakan, Peraturan Terkait Tembakau di Indonesia
PP RI No. 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandungn za adiktif berupa
produk tembakau bagi kesehatan, dimana mengandung 8 bab yang mengatur yaitu
sebagai berikut:
a. Bab I mengenai ketentuan umum apa yang dimaksud at adiktif, rokok,
alkohol,nikotin dan berbagai variabel lain yang dibahas dalam PP ini.
b. Bab 2 produk tembakau yaitu menjelaskan apa saja yang dikategorikan sebagai
produk tembakau yaitu rokok ataupun produk tembakau lainnya yang
mengandung zat adiktif dan bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan
c. Bab 3 tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah seperti mengatur,
menyelenggarakan
membina,
dan
mengawasi
pengamanan
bahan
f.
2.1.5
2.2 Alkohol
2.2.1 Sejarah Alkohol Di Dunia dan Indonesia
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai 1 gugusan OH.
Golongan alkohol banyak digunakans ebagai pelarut dan yang sering kita jumpai ialah
metanol, etanol dan isopropanol. Senyawa yang sehari-hari kita kenal sebagai alkohol ialah
etanol. Sedangkan glikol atau etilen glikol adalah senyawa etan dengan 2 gugusan OH.
(Irianto. 2013).
Sejarah alkohol samapanjangnyadengan sejarah peradaban manusia.para arkeolog menyebut
bahwa
minumanberalkohol
muncul
kali
pertama
di
zaman
peradaban
Mesir
(Nurwijaya. 2009).
Di Cina kuno, alkohol memainkan peran penting dalam agama dan bagian lain dari
kehidupan; 'Pada zaman kuno orang selalu minum ketika memegang upacara peringatan,
menawarkan persembahan kepada dewa atau leluhur mereka, berjanji resolusi sebelum pergi
ke medan perang, merayakan kemenangan, sebelum bermusuhan dan resmi eksekusi, untuk
mengambil sumpah setia, saat menghadiri upacara kelahiran , pernikahan, reuni,
keberangkatan, kematian, dan festival perjamuan. Sebuah dekrit kekaisaran Cina dari sekitar
1116 SM menegaskan bahwa konsumsi alkohol adalah kewajiban agama dan pada saat
Marco Polo (1254-1324 M) itu biasanya dikonsumsi setiap hari oleh semua segmen
masyarakat dan merupakan sumber utama pendapatan bagi kas negara. (Hanson. 2013)
Minuman keras (miras) di beberapa tempat Indonesia merupakan bagian dariadat istiadat
masyarakat setempat. Misalnya budaya masyarakat Irian Jaya, Manado, Sulawesi, Sumut,
Jawa, Bali dan beberapa tempat daerah lain yang menggunakan minuman kerasdalam acara
ritual
adatnya.
Ritual
adat
ini
menjadi
pendorong
anggota
masyarakat
signifikan. Ini juga menyebabkan kerusakan pada kesejahteraan dan kesehatan orang
di seluruh peminumnya. Pada tahun 2010, total konsumsi di seluruh dunia adalah
sama dengan 6,2 liter alkohol murni per orang 15 tahun dan lebih tua. Konsumsi
tercatat menyumbang 25% dari total konsumsi dunia.
Di Indonesia sendiri berdasarkan SKRT (survei kesehatan rumah tangga) yang lalu
hanya menunjukkan prevalensi yang rendah pada level nasional. Prevelensi untuk
laki-laki danperempuan umur 15 tahun ke atas, masing-masing 3,0% dan 0,2% pada
tahun 1995,5,7% dan 0,8% pada tahun 2001. WHO multi country survey study in
helath and responsiveness 2000-2001 yangn meliputi 61 negarayangjuga diikuti oleh
Indonesia, hanya mencakup 10 dda alkohol dari 27 provinsi dengan besar sampel
10.000 dengan pertanyaan mengenai alkohol yang lebih mengarah alcohol use
disorder. Kemudian juga Badan Narkotika Nasional pernah melakukan survei
nasional narkotika 2006, namun dengna target populasi pelajar SLTA dan mahasiswa.
Survei kesehatan rumah tangga tahun 200, yang munggukanan nama Riskesdas dan
meliputi semua provinsi dan kabupaten, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
kesehatan memiliki sampel yang cukup besar sehingga dapat menghasilkan indikator
2.2.3
(Alcohol. 2015).
2.2.4 Perundangan, Kebijakan, Peraturan Terkait Alkohol Di Indonesia
2.2.4.1 Minuman Keras
Permenkes No.86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang minuman keras secara gamblang
mengatur kadar dan penggolongan minuman keras, produksi, distribusi,
perizinan, dan larangannya. Seluruh aktivitas peredaran minuman keras harus
mendapatkan izin dan terdaftar di Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan dengan
sepengetahuan Depertemen Kesehatan Provinsi.
2.2.4.2 Alkohol
Berdasarkan peraturan Kementrian Perdagangan (Permendag) No.43 tahun 2009
tentang pengadaan, pengederan, penjualan, pengawasan, dan pengendalian
Ketergantungan Obat, WHO telah mengkaji lebih dari 400 zat. Antara 1948, ketika
WHO didirikan, dan 1999 jumlah obat-obatan narkotika di bawah kontrol
internasional meningkat 18 sampai 118, dan jumlah psikotropika 32 sampai 111.
(Subtances Under Iternational control. 2015).
Secara global, diperkirakan bahwa pada tahun 2012, 324 juta orang (range:
162,000,000-324.000.000) berkorespondensi dengan 5,2 persen (range: 3,5-7,0
persen) dari populasi dunia yang berusia 15-64 telah menggunakan obat terlarang terutama zat milik ganja, opioid, kokain atau amphetamine-type stimulan (ATS)
kelompok - setidaknya sekali dalam tahun sebelumnya. Meskipun tingkat
penggunaan narkoba di kalangan pria dan wanita bervariasi dari satu negara ke
negara dan dari segi bahan yang digunakan, umumnya, pria dua sampai tiga kali lebih
mungkin dibandingkan perempuan untuk menggunakan sebuah substance.1 terlarang
Sementara ada berbagai tren daerah penggunaan narkoba dianggap stabil. Demikian
pula, tingkat penggunaan narkoba masalah, oleh pengguna narkoba biasa dan orangorang dengan gangguan penggunaan narkoba atau ketergantungan, juga tetap stabil,
sekitar 27 juta orang (kisaran: 16000000-39000000). (World Drug Report 2014)
Di Indonesia sendiri berdasarkan dari Hasil survei yang dilakukan oleh BNN (Badan
Narkotika Nasional) dan Puslitkes (Pusat Penelitian Kesehatan) UI tahun 2008
diperoleh angka prevalensi mencapai 1,9% dan pada tahun 2011 meningkat hingga
2,2 % atau kurang lebih 4 juta penduduk indonesia usia 10 samapi 60 tahun sebagai
penyalah guna narkotika. Jumlah kasus narkoba berdasarkan penggolongannya yang
masuk dalam kategori narkotika terus mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir
sedangkan yang masuk dalam kategori psikotropika jumlah kasusnya kian menurun
ini terlihat jelas pada tahun 2009 jumlah kasus psikotropika 8.779 kasus dan tahun
2.3.2
2010 jumlah kasus psikotropika menurun secara signifikan menjadi 1.181 kasus.
Dampak Narkotika Bagi Kesehatan
Dalam narkotika mengandung 3 sifat yang sangat jahat dan berbahaya yaitu habitual,
adiktif dan toleran. Habitual merupakan sifat pada narkotika yang membuat
pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang-bayang sehingga
cenderung untuk selalu mencari dan rindu untuk terus memakai. Adiktif merupakan
sifat narkotika yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapat
menghentikannya. Penghentian atau pengurangan pemakaian narkotika akan
menimbulkan efek putus zat atau withdrawl effest, yaitu perasaan sakit luar biasa
atau sakaw. (Gono. 2011)
Bila dilihat pada kerusakan dan perubahan sikap maka pecandu narkotika akan
mengalami perubahan yang justru bisa membahayakan diri dan lingkungan, yaitu:
a. Tergila-gila pada narkotika. Lebih mencintai narkotika dari pada diri sendiri,
orang tua dan saudara-saudaranya
b. Sulit melepaskan diri dari jerat narkotika, karena akan mengalami penderitaan
2.3.3
2.3.4
Cedera menyumbang 9% dari kematian di dunia, hampir 1,7 kali jumlah kematian yang
dihasilkan dari HIV / AIDS, TBC dan malaria. Selain puluhan juta orang menderita luka nonfatal yang memerlukan pengobatan. (Cedera. 2015).
Di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan kelalaian
manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. Data
Kepolisian RI menyebutkan, pada 2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban
meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dengan potensi kerugian sosial ekonomi sekitar Rp
203 triliun - Rp 217 triliun per tahun (2,9% - 3,1 % dari Pendapatan Domestik Bruto/PDB
Indonesia). Sedangkan pada 2011, terjadi kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan
korban meninggal sebanyak 31.185 orang. (Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh
Terbesar Ketiga)
2.4.1 Causal Model Of Injury Control
Model epidemiologi tradisional untuk penyakit menular yang disediakan kerangka
kerja untuk studi epidemiologi awal cedera. Di tengah-tengah jalur kausal untuk
cedera adalah interaksi agen-host. Agen, yang dalam kasus cedera adalah energi,
diserap oleh host untuk menyebabkan cedera. Energi dapat mengambil banyak
bentuk, seperti mekanik, listrik, kimia, radiasi, dan termal. Contoh dari hubungan
agen-host adalah kecelakaan kendaraan bermotor, di mana energi yang diberikan pada
individu adalah mekanik. Reservoir adalah tempat di lingkungan di mana agen
ditemukan. Potensi untuk transfer energi ada di mana-mana, namun kemampuannya
untuk menyebabkan cedera terbatas. Misalnya, energi potensial di sebuah peluru
menyebabkan cedera hanya ketika peluru dalam gerak dan hits manusia. Kendaraan
dan vektor adalah mekanisme yang mengangkut energi dari reservoir ke host.
Kendaraan adalah benda mati, seperti kendaraan bermotor; vektor adalah bernyawa,
seperti anjing yang menggigit anak. Bagi banyak cedera penyebab, kendaraan dan
vektor keduanya terlibat dalam transfer energi, seperti ketika satu individu (vektor)
menusuk lain dengan pisau (kendaraan). Hasil cedera adalah trauma atau cedera yang
diderita oleh individu, dan dipengaruhi oleh respon host untuk energi. Hanya energi
ditransmisikan luar toleransi host menyebabkan cedera, dan karena itu tidak semua
eksposur untuk hasil energi cedera terlihat. Seorang manusia memiliki beberapa
perlawanan terhadap energi yang dapat ditingkatkan melalui latihan atau perangkat
pelindung, atau dikurangi melalui perubahan faktor intrinsik seperti kondisi medis
yang ada atau usia, atau melalui faktor ekstrinsik seperti kelelahan dan alkohol.
Model ini menyajikan kerangka mudah dipahami untuk jalur kausal njuries. Namun,
hal itu dapat muncul tampak sederhana. Interaksi kendaraan, vektor, dan host dalam
lingkungan
fisik,
sosial,
ekonomi,
dan
budaya,
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhi toleransi tuan rumah dan seberapa parah akibat cedera ke host
menjadi, sangat kompleks dan selalu berubah .
(Detels. 2002)
3. Penutup
Pembahasan substansi bahaya kesehatan publik mengenai tembakau, alkohol dan narkotika
dikaitkan dengan timbulnya kerugian cedera yang sifatnya luas. Sebagian cedera yang timbul
merupakan dampak langsung dan sebagian lain merupakan dampak tidak langsung dari
pemakaian substansi tersebut.
Rokok dan alkohol sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia namun dampak yang
diakibatkan oleh substansi bahaya kesehatan tersebut tidak mengarah kepada hal yang baik.
Pemerintah, dalam hal ini sebagai pengatur regulasi penyediaan dan distribusi barang tersebut
dianggap telah membuat peraturan dan kebijakan yang baik naum tidak spesifik.
Namun, dalam hal narkotika pemerintah sudah serius dalam penanganannya ini dilihat dari
pembentukan sebuah badan khusus yang bergerak dalam hal menangagni narkotika baik dari segi
peredaran, penggunaan dan keluar masuknya narkotika di tanah air.
Daftar Pustaka
-
Badan Litbangkes Depkes RI. (2013). Laporam Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2013
2012.
Dedi. (2011). Sejarah Singkat Narkoba. November 24, 2015.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba
Detels, Roger., et all. (2002). Oxford Textbook of Public Healtd 4th Edition. Oxford: Oxford
University Press .
Gono, J. N. S. (2011). Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan Dan Pencegahannya.
In FORUM (Vol.
-
39,
No.
2,
pp.
81-84).
November
24,
2015.
http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/view/3162
Hanson, David J. (2013). Historitical Evolution Of alcohol Consumption In Society.
November 23, 2015. University Press Scholarship Online, Oxford Scholarship Online.
http://www.oxfordscholarship.com/view/10.1093/acprof:oso/9780199655786.001.0001/acpro
-
f-9780199655786-chapter-01
Irianto, Koes. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabeta
Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga. (n.d). November24, 2015.
http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-pembunuh-
terbesar-ketiga.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, semester I
23
November
2015
<http://www.kompasiana.com/painan/tembakau-sejarah-
kandungan-dan-kegunaannya_557e15058efdfd6d05851d15>.
Reimondos et all,. (2010). The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Survey Policy
Background No.2 Merokok dan Penduduk Dewasa Muda di Indonesia. November 23, 2015.
http://demography.anu.edu.au/sites/default/files/research/transition-to-
adulthood/Policy_Background_%232_Smoking-Bhs_Indonesia.pdf.
Rizal, M. Syaiful. (2015, Maret 11). Sejarah Perkebunan Tembakau di Nusantara.
alkohol-pada-tubuh>.
Skolnik, Richard. (2012). Global Health 101 Second Edition, Essential Public Health.
http://seatca.org/dmdocuments/ASEAN%20Tobacco%20Control%20Report%202012.pdf
Substance Evaluation for Drug Control Treaties. November 23, 2015.
http://www.who.int/medicines/areas/quality_safety/sub_under_int_control/en/
The Global Information System on Alcohol and Health (GISAH).November 24, 2015.
http://www.who.int/gho/alcohol/en/.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
United Nation Office Drugs And Crime (UNDOC) (2014, Juni) . World Drug Report 2014.
(GHO)
http://www.who.int/gho/tobacco/use/en/
WHO. (2015). Alcohol. November 23, 2015.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs349/en/
data.
November
23,
2015.