Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENCEGAHAN DAN KONTROL BAHAYA KESEHATAN PUNLIK

KELOMPOK 4
KESEHATAN MASYARAKAT INTERMEDIET
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Ashar N Putra
Endang Syarifatul Anwar
Muhadi
Najah Syamiyah
Paulina Magdalena N
Rahimul Yakin
Dwika Sari Sasoka
Tri Setyanti

1506704365
1506784914
1506704466
1506704472
1506704491
1506785085
1506704402
1406520040

DAFTAR ISI

1.

Pendahuluan...............................................................................................................................................1

2.

Pokok Bahasan...........................................................................................................................................1
2.1Tembakau..............................................................................................................................................1
2.2 Alkohol................................................................................................................................................4
2.3 Narkotika..............................................................................................................................................8
2.4 Cedera................................................................................................................................................11

3.

Penutup....................................................................................................................................................14

4.

Daftar pustaka..........................................................................................................................................15

1. Pendahuluan
Kesehatan merupakan sebuah investasi guna mendukung majunya sebuah negara, pembangunan
kesehatan harus dipandang sebagai suatu investasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia dan harus menjadi perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat. Dalam Undang
Undang Nomor 2 Tahun 1992 menyebutkan kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Kesehatan masyarakat merupakan suatu tolak ukur kemajuan suatu bangsa dimana dalam
pengukuran Indeks Pembangunan Manusia (IPM), kesehatan merupakan salah satu komponen
utamanya. Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah kesehatan penduduk yang perlu
mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari semua pihak karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Untuk memahami masalah kesehatan yang sering ditemukan di Indonesia perlu dibagi menjadi
beberapa kelompok antara lain masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik dan pelayanan
kesehatan yang akan menimbulkan berbagai masalah lanjutan.
Masalah prilaku kesehatan dan bahaya kesehatan publik merupakan masalah kesehatan yang
harus di hadapi dengan serius. Bahaya kesehatan publik yang akan dibahas lebih lanjut adalah
rokok, alkohol, narkotika dan cedera.
2. Pembahasan
2.1 Tembakau
Menurut Singolandoh dalam Wibowo (2014), tembakau dengan nama ilmiahnya Nicotiana
tabacum ialah sejenis tenaman semusim dengan ketinggian kira-kira 1,8 meter dan dengan
daunnya yang melebar dan meruncing dapat mencapai sekurang-kurangnya 30 cm. Tanaman
ini berasal dari Amerika Urata dan Amerika Selatan. Lebih dari 100 negara menanam
tembakau, karena tembakau merupakan tumbuhan yang dapat berkembang di tanah yang
kurang subur, yang memberi para petani tanaman alternatif. (Tentang tembakau. 2014).
2.1.1 Sejarah Tembakau di Dunia dan di Indonesia
Belum ada kepastian mengenai asal mula ditemukannya tembakau, namun tanaman
ini sering dikait-kaitkan dengan penduduk asli benua Amerika, sekitar 1400-1000
SM, sebagai media religi, perdukunan, dan pengobatan supernatural-spiritual
(entheogen). Mereka percaya, tembakau merupakan hadiah dari Tuhan, menghisap
serta menghembuskannya asapnya, sebagai bentuk doa dan rasa syukur kepada sang
pencipta. (Painan. 2015).
Sedangkan untuk Indonesia sendiri tembakau sudah dikembangkan sebelum zaman
tanam era Van Den Bosch. Pada periode 1870 hingga 1940, penanaman tembakau
berkembang di tempat-tempat seperti Kedu, Kediri dan daerah perkapuran antara
Semarang dan Surabaya. Setelah itu Klaten, daerah sekitar Vorstenlanden Besuki dan
Jember justru menunjukkan hasil paling memuaskan. VOC membuka perkebunan
tembakau di daerah Kesultanan Surakarta dan Yogyakarta sejak tahun 1820. Pada
tahun 1856, VOC melakukan penanaman tembakau secara meluas di daerah Besuki -

Jawa

Timur,

dengan

dilengkapi

suatu

balai

penelitian

yaitu besoekisch

profstation pada tahun 1910. Hasil dari balai penelitian tersebut adalah menyilangkan
2.1.2

dan mendapatkan jenis tembakau yang cocok di Nusantara. (Rizal. 2015)


Prevalensi Perokok di Dunia, Asia Tenggara dan Indonesia
Pada tahun 2012, 21% dari populasi global berusia 15 tahun ke atas merokok
tembakau. Pria merokok lima kali dari pada perempuan; kurs rata-rata masingmasing adalah 36% dan 7%. Merokok di kalangan laki-laki tertinggi di Kawasan
Pasifik Barat dengan 48% pria merokok beberapa bentuk tembakau. Merokok di
kalangan perempuan tertinggi di kawasan Eropa sebesar 19%. Tingkat di mana
remaja perempuan berusia 13-15 tahun penggunaan tembakau rata sekitar 8% secara
global. Rata-rata ini tidak termasuk wilayah Eropa atau kawasan Afrika karena tidak
tersedianya data yang sebanding. Di antara daerah lain, prevalensi tertinggi di antara
gadis-gadis yang terlihat di wilayah Amerika, di mana rata-rata hampir 14% dari
gadis-gadis muda remaja sudah pengguna tembakau. Hal ini mencerminkan agresif
industri tembakau pemasaran untuk perempuan di negara-negara dengan hukum
minimal terhadap iklan rokok, promosi dan sponsor. Anak laki-laki berusia 13-15
tahun di kawasan Asia Tenggara dan kawanan Mediterania Timur menggunakan
tembakau pada tingkat yang lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka di daerah lain,
di lebih dari 20% di kedua wilayah. (Prevelance of Tobacco Use. 2015)
The Asean Tobacco Control Report, 2012 presentasi perokok dewasa di Asia
Tenggara adalah
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Negara
Indonesia
Philippines
Vietnam
Thailand
Myanmar
Malaysia
Cambodia
Laos
Singapura
Brunei

Presentase
51,11
13,60
12,03
10,22
6,97
3,44
1,16
1,11
0,29
0,06

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, proporsi penduduk
umur > 15 tahun yang merokok dan mengunyah tembakau cenderung meningkat,
berdasarkan Riskesdas 2007 sebesar 34, 2%, Riskesdas 2010 sebesar 34,7% dan
Riskesdas 2013 menjadi 36,6%. Proporsi terbanyak perokok aktif setiap hari pada
umur 30-34 tahun sebesar 33,4% dan umur 35-39 tahun sebesar 32,2% yang
2.1.3

merupakan penduduk usia produktif.


Dampak Rokok Bagi Kesehatan
Menurut WHO dalam Reimondos et al (2012), merokok telah jauh berakibat negatif
terhadap kesehatan dan ekonomi masyarakat dan individu. Sudah sangat dipahami

bahwa rokok adalah penyebab utama kematian, membunuh setengah masa hidup
perokok. Selama setengah abad terakhir, angka kematian yang disebabkan tembakau
per tahun telah meningkat pada kecepatan yang tidak proporsional: dari perkiraan 0,3
juta kematian pada tahun 1950 menjadi hampir 6 juta pada tahun 2011. Kawasan
ASEAN selama hampir 10% dari kematian, kehilangan satu orang untuk setiap lima
kehidupan diklaim oleh tembakau. (The ASEAN Tobacco Control Report. 2012).
Setiap kali menghisap asap rokok, baik sengaja atau tidak, berarti juga menghisap
lebih dari 4.000 macam racun diantaranya bahan radioaktif(polonium-201) dan
bahan-bahan yang digunakan dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), racun
serangga (DDT), gas beracun (hydrogen cyanide). Bagaimanapun, racun paling
penting adalah Tar, Nikotin dan Karbon Monoksida. (Prasetya. 2012).
Berbagai penyakit mulai dari rusaknya selaput lendir sampai penyakit keganasan
seperti kanker dapat ditimbulkan dari pelaku merokok. Beberapa penyakit tersebut

2.1.4

antara lain:
a. Penyakit paru
b. Penyakit jantung koroner
c. Impotensi
d. Kanker kulit, mulut dan tenggorokan
e. Merusak otak dan indera
f. Mengancam kehamilan
Perundangan, Kebijakan, Peraturan Terkait Tembakau di Indonesia
PP RI No. 109/2012 tentang pengamanan bahan yang mengandungn za adiktif berupa
produk tembakau bagi kesehatan, dimana mengandung 8 bab yang mengatur yaitu
sebagai berikut:
a. Bab I mengenai ketentuan umum apa yang dimaksud at adiktif, rokok,
alkohol,nikotin dan berbagai variabel lain yang dibahas dalam PP ini.
b. Bab 2 produk tembakau yaitu menjelaskan apa saja yang dikategorikan sebagai
produk tembakau yaitu rokok ataupun produk tembakau lainnya yang
mengandung zat adiktif dan bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan
c. Bab 3 tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah seperti mengatur,
menyelenggarakan

membina,

dan

mengawasi

pengamanan

bahan

yangmengandung zat adiktif,serta menyediakan akses terhadap informasi dan


edukasi
d. Bab 4 penyelenggaraan dimana pengamanan bahan yang mengandung zat adiktif
berupa produk tembakau bagi kesehatan meliputi: produksi dan impor, peredara:
perlindungan khusus bagi anak dan perempuan hamil; dan kawasan tanpa rokok
e. Bab 5 peran serta masyarakat di anataranya dapar memberikan pemikiran dan
masukan, penyelenggaraan dan pemberianbantuan dalam kegiatan penelitian atau
pengembangan, pengadaan dan pemberian bantuan sarana bagi penyelenggaraan
pengaman bahan yang mengandung zat aktif,serta kegiatan pengawasan dan
pelaporan.

f.
2.1.5

Bab 6 pembinaan dan pengawasan di mana aparat terkait wajib melakukan

embinaan di antaranya dengan mewujudkan kawasan tanpa rokok


Upaya Mengurangi Permintaan Terhadap Tembakau
a. Menaikkan Pajak Pokok
b. Upaya non-harga untuk mengurangi permintaan: infomrasi untuk konsumen,
pelarangan iklan dan promosi serta pembatasan merokok
c. Label-label peringatan
d. Program pendidikan antimerokok di sekolah
e. Promosi dan iklan rokok

2.2 Alkohol
2.2.1 Sejarah Alkohol Di Dunia dan Indonesia
Alkohol adalah golongan senyawa kimia alifatik yang mempunyai 1 gugusan OH.
Golongan alkohol banyak digunakans ebagai pelarut dan yang sering kita jumpai ialah
metanol, etanol dan isopropanol. Senyawa yang sehari-hari kita kenal sebagai alkohol ialah
etanol. Sedangkan glikol atau etilen glikol adalah senyawa etan dengan 2 gugusan OH.
(Irianto. 2013).
Sejarah alkohol samapanjangnyadengan sejarah peradaban manusia.para arkeolog menyebut
bahwa

minumanberalkohol

muncul

kali

pertama

di

zaman

peradaban

Mesir

kuno.kemudian,perkembangannya berlanjutpada periode Yunani kuno dan Romawi kuno.


Dari sinilah

minuman alkohol terus berkembang dan menjadi peradaban manusia.

(Nurwijaya. 2009).
Di Cina kuno, alkohol memainkan peran penting dalam agama dan bagian lain dari
kehidupan; 'Pada zaman kuno orang selalu minum ketika memegang upacara peringatan,
menawarkan persembahan kepada dewa atau leluhur mereka, berjanji resolusi sebelum pergi
ke medan perang, merayakan kemenangan, sebelum bermusuhan dan resmi eksekusi, untuk
mengambil sumpah setia, saat menghadiri upacara kelahiran , pernikahan, reuni,
keberangkatan, kematian, dan festival perjamuan. Sebuah dekrit kekaisaran Cina dari sekitar
1116 SM menegaskan bahwa konsumsi alkohol adalah kewajiban agama dan pada saat
Marco Polo (1254-1324 M) itu biasanya dikonsumsi setiap hari oleh semua segmen
masyarakat dan merupakan sumber utama pendapatan bagi kas negara. (Hanson. 2013)
Minuman keras (miras) di beberapa tempat Indonesia merupakan bagian dariadat istiadat
masyarakat setempat. Misalnya budaya masyarakat Irian Jaya, Manado, Sulawesi, Sumut,
Jawa, Bali dan beberapa tempat daerah lain yang menggunakan minuman kerasdalam acara
ritual

adatnya.

Ritual

adat

ini

menjadi

pendorong

anggota

masyarakat

mengkonsumsiminuman keras. (Wibowo. 2014)


2.2.2 Gambaran konsumsi Alkohol di Dunia dan di Indonesia
Sistem Informasi Global Alkohol dan Kesehatan (GISAH) adalah alat penting untuk
menilai dan memantau situasi kesehatan dan tren terkait dengan konsumsi alkohol,
bahaya yang berhubungan dengan alkohol, dan respon kebijakan di negara-negara.
Penggunaan berbahaya dari alkohol menyebabkan kematian 3,3 juta orang setiap
tahunnya. Ada 60 jenis penyakit di mana alkohol memiliki peran kausal yang

signifikan. Ini juga menyebabkan kerusakan pada kesejahteraan dan kesehatan orang
di seluruh peminumnya. Pada tahun 2010, total konsumsi di seluruh dunia adalah
sama dengan 6,2 liter alkohol murni per orang 15 tahun dan lebih tua. Konsumsi
tercatat menyumbang 25% dari total konsumsi dunia.
Di Indonesia sendiri berdasarkan SKRT (survei kesehatan rumah tangga) yang lalu
hanya menunjukkan prevalensi yang rendah pada level nasional. Prevelensi untuk
laki-laki danperempuan umur 15 tahun ke atas, masing-masing 3,0% dan 0,2% pada
tahun 1995,5,7% dan 0,8% pada tahun 2001. WHO multi country survey study in
helath and responsiveness 2000-2001 yangn meliputi 61 negarayangjuga diikuti oleh
Indonesia, hanya mencakup 10 dda alkohol dari 27 provinsi dengan besar sampel
10.000 dengan pertanyaan mengenai alkohol yang lebih mengarah alcohol use
disorder. Kemudian juga Badan Narkotika Nasional pernah melakukan survei
nasional narkotika 2006, namun dengna target populasi pelajar SLTA dan mahasiswa.
Survei kesehatan rumah tangga tahun 200, yang munggukanan nama Riskesdas dan
meliputi semua provinsi dan kabupaten, untuk pertama kalinya dalam sejarah,
kesehatan memiliki sampel yang cukup besar sehingga dapat menghasilkan indikator
2.2.3

kesehatan sampai level kabupaten.


Dampak Minuman Beralkohol Bagi Kesehatan
Dampak jangka panjang, alkoholmeningkatkan resiko berbagai penyakit termasuk
kanker paydara, kanker mulut, penyakit jantung, stroke dan penyakit hati yang kronis.
Riset menunjukkan bahwa konsumsi lakohol dalam tingkat tinggi juga akan merusak
kesehatan mental, melemahkan daya ingat dan menurunkan kesuburan. Sebuah studi
yang dipublikasikan di British Medica Journal (BMJ) tahun ini menyatakan konsumsi
alkohol telah menyebabkan sedikitnya 13 ribu kasus kanker per tahun di Inggris,
yakni 9000 kasus pada pria dan 4000 kasus pada wanita. (Satriani. 2013).
Sebuah proporsi yang signifikan dari beban penyakit disebabkan konsumsi alkohol
timbul dari tidak disengaja dan disengaja cedera, termasuk yang disebabkan
kecelakaan lalu lintas jalan, kekerasan, dan bunuh diri, dan cedera yang berhubungan
dengan alkohol yang fatal cenderung terjadi pada kelompok usia yang relatif muda.

(Alcohol. 2015).
2.2.4 Perundangan, Kebijakan, Peraturan Terkait Alkohol Di Indonesia
2.2.4.1 Minuman Keras
Permenkes No.86/Men.Kes/Per/IV/77 tentang minuman keras secara gamblang
mengatur kadar dan penggolongan minuman keras, produksi, distribusi,
perizinan, dan larangannya. Seluruh aktivitas peredaran minuman keras harus
mendapatkan izin dan terdaftar di Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan dengan
sepengetahuan Depertemen Kesehatan Provinsi.
2.2.4.2 Alkohol
Berdasarkan peraturan Kementrian Perdagangan (Permendag) No.43 tahun 2009
tentang pengadaan, pengederan, penjualan, pengawasan, dan pengendalian

minuman beralkohol, miras boleh diedarkan di mini market dengan sejumlah


syarat. Syarat tersebut diantaranya miras hanya berkadar 0-5%. Peraturan ini
menentukan bahwa pembeli harus berusia di atas 17 tahun. Hal ini wajib
dibuktikan pembeli dengan menyerahkan kartu identitas diri.
Dalam UU No.23/1992 tentang kesehatan,. Masalah minuman beralkohol, tidak diatur
secara eksplisit. Dalam Pasal 44 UU No.23/1992 disebutkan bahwa pengamanan
penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif, diarahkan agar tidak mengganggu
dan membahayakan eksehatan perorangan, keluarga, masyarakat dan lingkungannya.
Dalam penjelasan pasal 44 tersebut dikatakan bahwa bahan yang mengandung zat
adiktif adalah bahan yang penggunaannya dapat menimbulkan kerugian bagi dirinya
atau masyarakat sekelilingnya.
2.2.5 Upaya Yang Dilakukan
2.2.5.1 Penilaian Ketagihan Obat dan Alkohol Pada Seseoramg dan Keluarga
Petugas pelayanan kesehatan primer (PKP) di sejumlah negara di seluruh dunia
sangat berbeda-beda tingkat pelatihan dan keterampilannya. Petugas PKP maskin
sering menghadapi masalah ini dan mereka diharapkan menangananinya pula,
diharapkan:
a. Meningkatkan kesadaran petugas PKP tentang kemungkinan adanya
penyalahgunaan zat oleh anggota masyarakat di lingkungan sendiri
b. Membantu mereka menyelidiki kemungkinan penyalahgunaan zat oleh
pasiennya
c. Membekali petugas PKP dengan keterampilan untuk mengenal kelainan
karena penggunaan zat dengan menilai secara cermat pasien dan keluarganya
serta menyusun rencana kerja.
2.2.5.2 Menggerakkan Masyarakat untuk Mengurangi Penyalahgunaan Obat dan Alkohol
Menggerakkan seluruh masyarakat untuk meyelaraskan tindakan pencegahan
penyalhgunaan obat dan alkohol, seperti di Pakistan belum lama ini dimanan
badan kesehatan desa bekerja sama dengan dokter umum untuk mengembangkan
tanggapan masyarakat dalam hal semacam itu. Badan desa ini meliputi sejumlah
orang yang berpengaruh dan bersemangat untuk memastikan terjadinya
perubahan. Mereka dilatih mengenali sejak awal, merujuk dan memulihkan para
pecandu obat dan alkohol di daerah mereka. Juga dengan membina kerja sama
yang sangat erat dengan para guru dan siswa di sekolah, mereka menekankan
pentingnya pendidikan kesehatan, hubungan yang aktif antara berbagai kelompok
dan organisasi semacam ini harus digalakkan jika kita memang ingin mengurangi
penyalahgunaan obat dan alkohol yang akhir-akhir ini terus meningkatdi seluruh
dunia.
2.2.5.3 Membantu Orang yang Mempunyai Masalah Akibat Penyalahgunaan Obat atau
Alkohol

Merawat orang yang mempunyai masalah akibat penyalahgunaan obat atua


alkohol bukanlah semata-mata tanggung jawab kelompok petugas kesehatan.
Dokter umum, psikolog, pekerja sosial dan petugas lain yang tidak terlalu
memiliki keahlian, semuanya perlu ikut berperan. Perawatan tersebut tidak perlu
diberikan dalam lingkungan suatu lembaga saja; pada kenyatannya justru peran
petugas kesehatan masyarakatlah yang semakin menonjol belakangan ini.
Perlu diingat bahwa ketagihan obat dan alkohol sering kambuh.oleh karena itu,
tidaklah tepat bila petugas yang merawat pasien bersikap menghakimi,
mengecam atau sok bermoral. Pasien memerlukan ketentraman hati dan
pengertian, bukan omelan atau penolakan. Kehidupan seorang pecandu obat
biasanya penuh dengan persoalan gawat, dan petugas yang merawatnya harus
dapat dan mau menerima keadaan itu dan membantu pasien menghadapi
masalahnya.
2.3 Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis
maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran,
hilangnyarasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. (Undang Undang No.35 tahun
2009). Narkotika berasal dari bahasa Inggri narcotics yang artinya obat bius. Narkotika
sudah dikenal 5000 tahun SM. Candu pertama dikenal oleh bangsa Sumeria yang
menyebutnya Hul Gill artinya tumbuhan menggembirakan. Hippocrates, Plinius,
Theophratus dan Dioscoride sudah menggunakan candu sebagai zat yang bersifat pereda rasa
sakit. Sekitar tahun 2000 SM di Samaria dikenal sari bunga opion atau kemudian dikenal
opium (candu = papavour somniferitum). Bunga ini tumbuh subur di daerah dataran tinggi di
atas ketinggian 500 meter di atas permukaan laut. Penyebaran selanjutnya adalah ke India,
Cina dan wilayah-wilayah Asia lainnya. (Wibowo. 2014).
Penggunaan obat-obatan jenis opium sudah lama dikenal di Indonesia, jauh sebelum
pecahnya perang Dunia ke-2 pada zaman penjajahan Belanda. Pada umunya para pemakai
candu (opium) tersebut adalah orang cina. Pemerintah Belanda memberikan izin pada
tempat-tempat tertentu untuk menghisap candu dan pengadaan (supply) secara legal
dibenarkan berdasarkan undang-undang. Orang-orang Cina pada waktu itu menggunakan
candu dengan cara tradisional, yaitu dengan jalan menghisapnya melalui pipa panjang. Hal
ini berlaku sampai tibanya Pemerintah Jepang di Indonesia. Pemerintah pendudukan Jepang
menghapuskan Undang-Undang itu dan melarang pemakaian candu (Brisbane Ordinance).
(Dedi. 2011).
2.3.1 Gambaran Pengguna Narkotika di Dunia dan Di Indonesia
WHO melakukan evaluasi medis dan ilmiah dari ketergantungan memproduksi sifat
zat untuk memungkinkan Komisi PBB tentang Narkotika (CND) untuk membuat
keputusan status kendali mereka. Sejak tahun 1949, melalui Komite Ahli pada

Ketergantungan Obat, WHO telah mengkaji lebih dari 400 zat. Antara 1948, ketika
WHO didirikan, dan 1999 jumlah obat-obatan narkotika di bawah kontrol
internasional meningkat 18 sampai 118, dan jumlah psikotropika 32 sampai 111.
(Subtances Under Iternational control. 2015).
Secara global, diperkirakan bahwa pada tahun 2012, 324 juta orang (range:
162,000,000-324.000.000) berkorespondensi dengan 5,2 persen (range: 3,5-7,0
persen) dari populasi dunia yang berusia 15-64 telah menggunakan obat terlarang terutama zat milik ganja, opioid, kokain atau amphetamine-type stimulan (ATS)
kelompok - setidaknya sekali dalam tahun sebelumnya. Meskipun tingkat
penggunaan narkoba di kalangan pria dan wanita bervariasi dari satu negara ke
negara dan dari segi bahan yang digunakan, umumnya, pria dua sampai tiga kali lebih
mungkin dibandingkan perempuan untuk menggunakan sebuah substance.1 terlarang
Sementara ada berbagai tren daerah penggunaan narkoba dianggap stabil. Demikian
pula, tingkat penggunaan narkoba masalah, oleh pengguna narkoba biasa dan orangorang dengan gangguan penggunaan narkoba atau ketergantungan, juga tetap stabil,
sekitar 27 juta orang (kisaran: 16000000-39000000). (World Drug Report 2014)
Di Indonesia sendiri berdasarkan dari Hasil survei yang dilakukan oleh BNN (Badan
Narkotika Nasional) dan Puslitkes (Pusat Penelitian Kesehatan) UI tahun 2008
diperoleh angka prevalensi mencapai 1,9% dan pada tahun 2011 meningkat hingga
2,2 % atau kurang lebih 4 juta penduduk indonesia usia 10 samapi 60 tahun sebagai
penyalah guna narkotika. Jumlah kasus narkoba berdasarkan penggolongannya yang
masuk dalam kategori narkotika terus mengalami peningkatan dalam 5 tahun terakhir
sedangkan yang masuk dalam kategori psikotropika jumlah kasusnya kian menurun
ini terlihat jelas pada tahun 2009 jumlah kasus psikotropika 8.779 kasus dan tahun
2.3.2

2010 jumlah kasus psikotropika menurun secara signifikan menjadi 1.181 kasus.
Dampak Narkotika Bagi Kesehatan
Dalam narkotika mengandung 3 sifat yang sangat jahat dan berbahaya yaitu habitual,
adiktif dan toleran. Habitual merupakan sifat pada narkotika yang membuat
pemakainya akan selalu teringat, terkenang dan terbayang-bayang sehingga
cenderung untuk selalu mencari dan rindu untuk terus memakai. Adiktif merupakan
sifat narkotika yang membuat pemakainya terpaksa memakai terus dan tidak dapat
menghentikannya. Penghentian atau pengurangan pemakaian narkotika akan
menimbulkan efek putus zat atau withdrawl effest, yaitu perasaan sakit luar biasa
atau sakaw. (Gono. 2011)
Bila dilihat pada kerusakan dan perubahan sikap maka pecandu narkotika akan
mengalami perubahan yang justru bisa membahayakan diri dan lingkungan, yaitu:
a. Tergila-gila pada narkotika. Lebih mencintai narkotika dari pada diri sendiri,
orang tua dan saudara-saudaranya

b. Sulit melepaskan diri dari jerat narkotika, karena akan mengalami penderitaan

2.3.3

luar biasa (sakaw)


c. Dosis pemakaian akan bertambah banyak, hingga kematian menjemput
d. Sifat dan sikap berubah menjadi ekslusif,egois, sombong, asosial, jahat (psikosis)
e. Mengalami kerusakan organ tubuh (hati, ginjla, otak dan lain-lain)
f. Terjangkit penyakit mematikan (HIV/AIDS, sifilis dan sebagainnya)
Perundangan, Kebijakan, Peraturan Terkait Narkotika Di Indonesia
Pemerintah Belanda membuat undang-undang (verdovende middelen ordonantie)
yang mulai diberlakukan pada tahun 1927 (state Gazette No. 278 Juncto 536).
Kemajuan teknologi dan perubahan sosial yang cepat, menyebabkan Undang-undang
narkotika warisan Belanda (tahun 1927) sudah tidak memadai lagi, maka pemerintah
kemudian mengeluarkan Undang-Undang No. 9 tahun 1976, tentang Narkotika.
Undang-undang tersebut antara lain mengatur berbagai hal khususnya tentang
peredaran gelap (illicit traffic). (Wibowo. 2014)
Dengan semakin merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba di Indonesia, maka
Undang-Undang Anti Narkotika mulai direvisi. Sehingga disusunlah Undang-Undang
Anti Narotika Nomor 22/1997, menyusul dibuatnya Undang-Undang Psikotropika
Nomor 5/1997. Dalam Undang-Undang tersebut mulai diatur pasal-pasal ketentuan
pidana terhadap pelaku kejahatan narkotika, dengan pemberian saksi terberat berupa
hukuman mati. Pada tahun 2009 pemerintah mengeluarkan Undang-Undang
No.35/2009 mengenai narkotika yang menggantikan Undang-Undang No.22/1997,
dimana didalamnya dibuat penggolongan narkotika, yaitu:
a. Narkotika golongan I adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta
mempunyai potensi yang sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan.
b. Narkotika golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sangat tinggi
menyebabkan ketergantungan.
c. Narkotika golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan banyak

2.3.4

digunakan dalam terapi dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan.


Menurut Undang-UndangNo.9/1976 yang termasuk dengan narkotika adalah:
a. Tanaman papaver somniferum (termasuk biji,buah dan jeraminya).
b. Opium mentah berasaldari getah papaer tersebut.
c. Opium masak berupa candu
d. Opium obat hasil pemrosesan opium mentah untuk medis morfin
e. Tanaman kokain
f. Daun kokain yang kering dan serbuknya
g. Kokain mentah
h. Kokain yaitu metilester 1-bensoillegonin(C3)
i. Egonin yaitu 1-egonin dan ester serta turunanya
j. Tanaman ganja
k. Damar ganja termasuk hasil pemrosesannya yang digunakan bahan dasar ganja
Upaya Yang Dilakukan

Mencegah peredaran Narkoba dengan melindungi anggora masyarakat yang belum


tersentuh narkoba merupakan prioritas yang harus dilakukan oleh masyarakat tanpa
kecuali. Selama ini BNN merancang berbagai kegiatan pencegahan yaitu promotif,
program ini ditunjukkan kepada masyarakat yang belum memakai narkoba atau
bahkan belum mengenal sama sekali. Prevektif, melalui kegiatan kampanye anti
penyalahgunaan narkoba; penyuluhan seluk beluk narkoba, pendidikan dan pelatihan
kelompok sebaya (peers group), upaya mengawasi dan mengendalikan produksi dan
distribusi narkoba di masyarakat.
Advokasi dan KIE, juga merupakan bentuk komunikasi yang dilaksanakan sebagai
salah satu bentuk program pencegahan. Advokasi merupakan bentuk rangkaian
komunikasi strategisyang dirancang secara sistematis dan dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu baik oleh individu maupun oleh kelompok dengan maksud agar
pembuat keputusan membuat kebijakan publik yang menguntungkan bagi kelompok
masyarakat marjinal. Advokasi merupakan aksi perubahan, komitmen sedangkan KIE
sebagai suatu proses intervensi terencana yang menggabungkan pesan-pesan
informasional, pendidikan dan motivasional untuk mencapaiperubahan pengetahuan,
sikap dan perilaku yang dapat diukur.
Bila diperhatikan lebih seksama, penanganan persoalan penyalgunaan narkoba bukan
saja dominasi pemerintah melalui BNN dan aparat penegak hukum, tetapi lebih
kepada dukungan masyarakat luas. Partisipasi masyarakat sangat diperlukan untuk
mengawasi lingkungan sekitar tempat tinggalnya, lingkungan sekolah, komunikasi
antara orang tua dan anak harmonis tentu sangat penting. Keterbukaan antara BNN
dengan semua masyarakat untuk terus membuka informasi seputar narkoba, sehingga
menghilangkan kesenjangan kepentingan.
2.4 Cedera
Cedera atau luka adalah sesuatu kerusakan pada struktur atau fungsi tubuh karena suatu
paksaan atau tekanan fisik maupun kimiawi. (Cedera. 2014). Cedera adalah sebuah
tindakan yang membuat kerusakan, merugikan, atau sakit, kerusakan tidak disengaja atau
disengaja untuk tubuh akibat paparan akut dari energi termal, mekanik, listrik atau kimia dari
adanya esensial seperti panas atau oksigen. (Skolnil. 2012).
Cedera yang disengaja dapat dicontohkan jika ada seseorang yang mencoba melukai orang
lain dengan senjata, sedangkan cedera tdak disengaja dikatakan jika tidak terbukti ada
maksud atau tujuan untuk terjadinya sebuah cedera antara lain kecelakaan penumpang
kendaraan bermotor, kecelakaan pejalan kaki, tenggelam, keracunan, terjatuh dan tercekik
atau tersedak.
(Detels. 2002).
Data terbaru WHO menyoroti bahwa lebih dari 5 juta orang meninggal setiap tahun sebagai
akibat dari cedera, akibat tindak kekerasan terhadap diri sendiri atau orang lain, kecelakaan
lalu lintas jalan, luka bakar, tenggelam, jatuh, dan keracunan, di antara penyebab lainnya.

Cedera menyumbang 9% dari kematian di dunia, hampir 1,7 kali jumlah kematian yang
dihasilkan dari HIV / AIDS, TBC dan malaria. Selain puluhan juta orang menderita luka nonfatal yang memerlukan pengobatan. (Cedera. 2015).
Di Indonesia, jumlah kendaraan bermotor yang meningkat setiap tahunnya dan kelalaian
manusia, menjadi faktor utama terjadinya peningkatan kecelakaan lalu lintas. Data
Kepolisian RI menyebutkan, pada 2012 terjadi 109.038 kasus kecelakaan dengan korban
meninggal dunia sebanyak 27.441 orang, dengan potensi kerugian sosial ekonomi sekitar Rp
203 triliun - Rp 217 triliun per tahun (2,9% - 3,1 % dari Pendapatan Domestik Bruto/PDB
Indonesia). Sedangkan pada 2011, terjadi kecelakaan sebanyak 109.776 kasus, dengan
korban meninggal sebanyak 31.185 orang. (Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh
Terbesar Ketiga)
2.4.1 Causal Model Of Injury Control
Model epidemiologi tradisional untuk penyakit menular yang disediakan kerangka
kerja untuk studi epidemiologi awal cedera. Di tengah-tengah jalur kausal untuk
cedera adalah interaksi agen-host. Agen, yang dalam kasus cedera adalah energi,
diserap oleh host untuk menyebabkan cedera. Energi dapat mengambil banyak
bentuk, seperti mekanik, listrik, kimia, radiasi, dan termal. Contoh dari hubungan
agen-host adalah kecelakaan kendaraan bermotor, di mana energi yang diberikan pada
individu adalah mekanik. Reservoir adalah tempat di lingkungan di mana agen
ditemukan. Potensi untuk transfer energi ada di mana-mana, namun kemampuannya
untuk menyebabkan cedera terbatas. Misalnya, energi potensial di sebuah peluru
menyebabkan cedera hanya ketika peluru dalam gerak dan hits manusia. Kendaraan
dan vektor adalah mekanisme yang mengangkut energi dari reservoir ke host.
Kendaraan adalah benda mati, seperti kendaraan bermotor; vektor adalah bernyawa,
seperti anjing yang menggigit anak. Bagi banyak cedera penyebab, kendaraan dan
vektor keduanya terlibat dalam transfer energi, seperti ketika satu individu (vektor)
menusuk lain dengan pisau (kendaraan). Hasil cedera adalah trauma atau cedera yang
diderita oleh individu, dan dipengaruhi oleh respon host untuk energi. Hanya energi
ditransmisikan luar toleransi host menyebabkan cedera, dan karena itu tidak semua
eksposur untuk hasil energi cedera terlihat. Seorang manusia memiliki beberapa
perlawanan terhadap energi yang dapat ditingkatkan melalui latihan atau perangkat
pelindung, atau dikurangi melalui perubahan faktor intrinsik seperti kondisi medis
yang ada atau usia, atau melalui faktor ekstrinsik seperti kelelahan dan alkohol.
Model ini menyajikan kerangka mudah dipahami untuk jalur kausal njuries. Namun,
hal itu dapat muncul tampak sederhana. Interaksi kendaraan, vektor, dan host dalam
lingkungan

fisik,

sosial,

ekonomi,

dan

budaya,

serta

faktor-faktor

yang

mempengaruhi toleransi tuan rumah dan seberapa parah akibat cedera ke host
menjadi, sangat kompleks dan selalu berubah .

(Detels. 2002)

Gambar. Kausal Untuk Cedera


2.4.2 Dampak Substansi Bahaya Kesehatan Publik Menimbulkan Cedera
2.4.2.1 Dampak Penggunaan Tembakau (Rokok) dama Terjadinya Cedera
Rokok menyebabkan banyak kerugian akibat penggunaanya dan pengaruh zat-zat
yang ada didalamnya. Rokok menjadi faktor resiko untuk beberapa penyakit
seperti kardiovasklar, kanker dan diabetes melitus.diperkirakan sebanyak 5 juta
jiwa meninggal per tahun akibat penyakit yang berkaitan dengan kebiasan
merokok yang separuh jumlahnya diderita oleh negara berpenghasilan rendah.
Separuh dari 57 juta perokok di Indonesia saat ini akan meniggal akibat penyakit
yangberhubungan dengan rokok. Hampir 80% perokok mulai merokok sebelum
umur 19 taun. Lebih dari 97 juta penduduk Indonesia yang tidak merokok
terpapat asap rokok secara terus menerus.
2.4.2.2 Dampak Penggunaan Alkohol dalam Terjadinya Cedera
Alkohol menjadi masalah kesehatan publik yang penitng untuk dipikirkan.
Faktanya sekitar 4% penyakit yang menyebabkan keterbatasan, memiliki
hubungan dengan alkohol.
Peminum beresiko tinggi deidefinisikan sebagai peminum alkohol murni
sebanyak 20 gram atau lebih per hari untuk wanita dan 40 gram per hari untuk
pria. Resiko tinggi juga diperhitungkan berdsarkan jumlah total yang diminum,
frekuensi minum dan berkembang menjadi terlibat dalam pesta minuman keras.
Alkohol bersiko tinggi menyebabkan efek negatif pada kesehatan manusia
melalui berbagai macam cara. Diantaranya, alkohol menyebabkan gangguan pada
hati, menyebabkan penyakit jantung, menyebabkan gangguan pankreas,
gangguan hormonal, hingga menyebabkan intoksikasi (keracunan).
Intoksikasi alkohol berhubungan dengan kejadian kecelakaan, cedera, kematian
yang tidak sengaja, masalah-masalah sosial seperti berhubungan seks pada
remaja, seks tanpa pelindung dan kekerasan pada pasangan.

3. Penutup
Pembahasan substansi bahaya kesehatan publik mengenai tembakau, alkohol dan narkotika
dikaitkan dengan timbulnya kerugian cedera yang sifatnya luas. Sebagian cedera yang timbul
merupakan dampak langsung dan sebagian lain merupakan dampak tidak langsung dari
pemakaian substansi tersebut.

Rokok dan alkohol sudah menjadi gaya hidup bagi masyarakat Indonesia namun dampak yang
diakibatkan oleh substansi bahaya kesehatan tersebut tidak mengarah kepada hal yang baik.
Pemerintah, dalam hal ini sebagai pengatur regulasi penyediaan dan distribusi barang tersebut
dianggap telah membuat peraturan dan kebijakan yang baik naum tidak spesifik.
Namun, dalam hal narkotika pemerintah sudah serius dalam penanganannya ini dilihat dari
pembentukan sebuah badan khusus yang bergerak dalam hal menangagni narkotika baik dari segi
peredaran, penggunaan dan keluar masuknya narkotika di tanah air.

Daftar Pustaka
-

Badan Litbangkes Depkes RI. (2013). Laporam Hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia 2013

(Riskesdas 2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Depertemen Kesehatan.


Badan Pusat Statististik (BPS). (2012). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)

2012.
Dedi. (2011). Sejarah Singkat Narkoba. November 24, 2015.
http://dedihumas.bnn.go.id/read/section/artikel/2011/10/31/189/sejarah-singkat-narkoba
Detels, Roger., et all. (2002). Oxford Textbook of Public Healtd 4th Edition. Oxford: Oxford

University Press .
Gono, J. N. S. (2011). Narkoba: Bahaya Penyalahgunaan Dan Pencegahannya.

In FORUM (Vol.
-

39,

No.

2,

pp.

81-84).

November

24,

2015.

http://www.ejournal.undip.ac.id/index.php/forum/article/view/3162
Hanson, David J. (2013). Historitical Evolution Of alcohol Consumption In Society.
November 23, 2015. University Press Scholarship Online, Oxford Scholarship Online.

http://www.oxfordscholarship.com/view/10.1093/acprof:oso/9780199655786.001.0001/acpro
-

f-9780199655786-chapter-01
Irianto, Koes. (2014). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Bandung: Alfabeta
Kecelakaan Lalu Lintas Menjadi Pembunuh Terbesar Ketiga. (n.d). November24, 2015.
http://www.bin.go.id/awas/detil/197/4/21/03/2013/kecelakaan-lalu-lintas-menjadi-pembunuh-

terbesar-ketiga.
Kementrian Kesehatan RI. (2014). Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan, semester I

2014. November24, 2015.


http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-napza.pdf.
Painan, Tanjung. Tembakau, Sejarah, Kandungan dan Kegunannya. Kompasiana 17 Juni
2015.

23

November

2015

<http://www.kompasiana.com/painan/tembakau-sejarah-

kandungan-dan-kegunaannya_557e15058efdfd6d05851d15>.
Reimondos et all,. (2010). The 2010 Greater Jakarta Transition to Adulthood Survey Policy
Background No.2 Merokok dan Penduduk Dewasa Muda di Indonesia. November 23, 2015.
http://demography.anu.edu.au/sites/default/files/research/transition-to-

adulthood/Policy_Background_%232_Smoking-Bhs_Indonesia.pdf.
Rizal, M. Syaiful. (2015, Maret 11). Sejarah Perkebunan Tembakau di Nusantara.

November 23, 2015.


http://www.bumn.go.id/ptpn10/berita/1664/Sejarah.Perkebunan.Tembakau.di.Nusantara
Santoso, Topo dan Anita Silalahi. Penyalahgunaan Narkoba Dikalangan Remaja: Suatu
Perspektif. Jurnal Kriminologi Indonesia Vol. 1 No.1 September 2000 : 37-45.

November 24, 2015. http://journal.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/1234/1139


Satriani, Arbaiyah. (2011). Inilah Dampal Alkohol pada Tubuh. Tempo 3 Oktober 2011. 23
November 2015 < http://gaya.tempo.co/read/news/2011/10/03/060359612/inilah-dampak-

alkohol-pada-tubuh>.
Skolnik, Richard. (2012). Global Health 101 Second Edition, Essential Public Health.

Washington :United State of America


Smoking and Healt (VINACOSH) and Southeast Asia Tobacco Control Alliance (SEATCA)
(2012, Juni). The Aseam Control Tobacco Report June 2012. November 24, 2015.

http://seatca.org/dmdocuments/ASEAN%20Tobacco%20Control%20Report%202012.pdf
Substance Evaluation for Drug Control Treaties. November 23, 2015.

http://www.who.int/medicines/areas/quality_safety/sub_under_int_control/en/
The Global Information System on Alcohol and Health (GISAH).November 24, 2015.

http://www.who.int/gho/alcohol/en/.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
United Nation Office Drugs And Crime (UNDOC) (2014, Juni) . World Drug Report 2014.

November 24, 2015. http://www.unodc.org/wdr2014/


Wibowo, adik dan Tim. (2014). Kesehatan Masyarakat Di Indonesia, konsep, Aplikasi dan

Tantangan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada


WHO. (2015). Global Health Observatory

(GHO)

http://www.who.int/gho/tobacco/use/en/
WHO. (2015). Alcohol. November 23, 2015.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs349/en/

data.

November

23,

2015.

WHO. (2015). Injuries. November 24, 2015. http://www.who.int/topics/injuries/about/en/

Anda mungkin juga menyukai