Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan Dan Residu
Mekanika Tanah Untuk Tanah Endapan Dan Residu
asalnya. Hujan menyebabkan erosi dan tanah diangkut melalui sungai sampai mencapai
laut atau danau. Disini terjadi pengendapan lapisan demi lapisan pada dasar laut atau
danau. Proses ini dapat berlangsung selama ribuan atau jutaan tahun. Tanah ini disebut
tanah endapan (sedimentary soil) atau tanah yang terangkut (transported soil).
Setelah terjadi pengendapan, tanah ini masih mengalami perubahan selanjutnya akibat
dua faktor berikut:
1. Tekanan dari bahan tanah di atasnya, ini menyebabkan pemampatan sehingga tanah
menjadi lebih pekat dan lebih kuat.
2. Perubahan kimia yang berlangsung perlahan-lahan pada jangka waktu lama. Akibat
perubahan ini, tanah menjadi lebih kuat. Pengaruh ini disebut pengerasan (hardening)
atau penuaan (aging).
Air yang merembes di dalam tanah juga memengaruhi proses ini. Seandainya air ini
mengandung jenis bahan kimia (larutan) tertentu, bahan ini mungkin menjadi bahan
pelekat antara butir tanah. Lama-kelamaan faktor ini dapat menyebabkan tanah menjadi
batu. Batu pasir atau shale terbentuk dengan proses ini.
Tanah endapan ini dapat mengalami kenaikan akibat gaya tektonik sehingga tanah ini
terdapat di darat, jauh dari tempat asalnya di dalam laut atau danau. Setelah dinaikkan
dengan cara ini, proses erosi diulangi lagi dan ketebalan tanah pun menurun.
Topografi juga menjadi faktor penting yang memengaruhi cara pelapukan, khususnya
pada daerah tropis. Pada daerah perbukitan atau pegunungan, air tanah dapat mengalir ke
bawah dengan lancar. Keadaan ini menghasilkan mineral lempung dengan sifat teknis
yang baik, yaitu mengandung kaolinte atau illite. Pada daerah vulkanis, mungkin
allophone dan halloysite yang dibentuk.
Pada daerah yang datar, air tanah tidak lagi dapat mengalir keluar dengan lancar.
Akibatnya proses pelapukan menjadi sangat berlainan dan mineral lempung yang
terbentuk biasanya montmorillonite atau sejenisnya. Proses ini umumnya terdapat pada
daerah yang iklimnya bermusim kering dan basah. Lempung yang dibentuk ditempat ini
diperkirakan bersifat buruk. Oleh ahli tanah, lempung semacam ini dinamakan vertisols
karena ada gerakan butir tanah dan air tanah pada jurusan vertikal. Tanah ini juga
dinamakan lempung hitam atau black cotton soils. Sifat geoteknik tanah ini umumnya
tidak baik.
1.4.
Riwayat tegangan sudah lama dianggap sebagai faktor dasar yang memengaruhi
kelakuan tanah endapan. Walaupun demikian, pengalaman dan penelitian pada zaman
sekarang menunjukan bahwa faktor lain, seperti pengerasan (hardening) dan penuaan
(aging), memiliki pengaruh yang sama penting dengan riwayat tegangan. Faktor ini
berarti struktur terdapat juga pada tanah endapan dan pengaruhnya perlu diperhatikan.
Cara pembentukan kedua jenis tanah ini agak rumit. Walaupun demikian, ada dua faktor
penting yang menjadikan tanah endapan lebih teratur dan seragam daripada tanah residu.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
a) Proses erosi, pengangkutan, dan pengendapan membuat tanah menjadi golongangolongan tertentu. Butir yang kasar diendapkan pada satu tempat dan butir yang halus
di lain tempat. Ini menghasilkan lapisan-lapisan yang seragam.
b) Riwayat tegangan menjadi faktor penting yang menentukan kelakuan tanah endapan.
Atas dasar riwayat tegangan, tanah endapan dibagi dalam dua golongan seperti telah
diterangkan, yaitu tanah yang terkonsolidasi normal dan tanah yang terkonsolidasi
kelebihan
Kedua faktor ini tidak terdapat pada tanah residu. Ini berarti tanah ini tidak dapat dibagi
dalam beberapa golongan.
Ada baiknya dimengerti bahwa pengaruh dari proses pembentukan pada sifat kedua
golongan ini saling bertentangan, seperti diperlihatkan pada Gambar 1.5. Pelapukan pada
batu mengurangi kepadatan batu sehingga kekuatan turun. Pada batuan tetap tidak ada
pori sama sekali, sedangkan pada tanah volume pori sering cukup besar dibandingkan
volume butir. Ada jenis tanah dengan volume butir kurang dari 20% volume total. Istilah
angka pori dipakai untuk menyatakan volume pori. Definisi angka pori adalah
perbandingan volume pori terhadap volume butir.
Tanah endapan mengalami pemampatan akibat berat tanah sendiri, sehingga volume pori
menurun dan tanah menjadi lebih keras. Pengaruh tekanan pada volume pori
diperlihatkan pada Gambar 1.5(a). Angka pori terus menurun akibat kenaikan tekanan,
tetapi bisa naik lagi seandainya tekanan menurun.
Perbedaan utama antara tanah residu dan tanah endapan adalah sebagai berikut:
1. Tanah residu umumnya kurang seragam dibandingkan dengan tanah endapan.
Walaupun demikian masih ada tanah residu yang hampir seragam. Tanah merah
adalah contoh tanah yang mendekati seragam.
2. Ada jenis tanah residu yang mengandung mineral lempung yang luar biasa, yang
banyak memengaruhi sifatnya. Mineral ini tidak terdapat pada tanah endapan.
3. Ada jenis tanah endapan yang tidak particulate, artinya tidak terdiri atas butir
tersendiri. Walaupun kelihatan seolah-olah terdiri atas butir, apabila terganggu atau
dibentuk ulang, butir ini hancur dan menjadi kumpulan butir yang jauh lebih kecil.
4. Riwayat tegangan tidak memengaruhi kelakuan tanah residu.
5. Pengertian mengenai kelakuan yang berasal dari penelitian pada tanah endapan tidak
berlaku pada tanah residu. Misalnya, penggunaan grafik pemampatan yang memakai
skala logaritmis dapat menimbulkan salah mengerti.
6. Korelasi empiris berdasarkan pada sifat tanah endapan mungkin tidak berlaku pada
tanah residu.
7. Keadaan tegangan air pori di atas muka airtanah (bab 4) menjadi faktor penting untuk
memahami kelakuan tanah residu. Keadaan dan kelakuan tanah yang paling penting
dalam perencanaan projek paling sering terdapat di atas muka airtanah.
Ilmu mekanika tanah berkembang di negara Inggris, Eropa Utara, dan Amerika Utara
berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tanah yang terdapat di negara tersebut.
Tanah ini semata-mata tanah endapan; hampir tidak ada tanah residu di negeri itu. Oleh
karena itu, kuliah di universitas dan buku mekanika tanah yang ada jarang menyebutkan
tanah residu, biarpun memberi keterangan tentang kelakuannya. Ini mungkin tidak
menjadi soal seandainya kelakuan tanah residu sama dengan tanah endapan. Namun
tidak demikian, tanah residu meliputi daerah dunia yang sama besarnya dengan tanah
endapan dan kelakuannya tidak sama dengan tanah endapan. Buku ini berusaha
memberikan perhatian yang seimbang pada tanah residu dan tanah endapan.
1.5. TANAH YANG TIDAK ASLI: TANAH YANG DIBENTUK ULANG
Selain kedua golongan utama tanah asli ini, ada golongan ketiga yaitu tanah yang tidak
asli atau yang disebut tanah dibentuk ulang (remoulded soil). Perilaku tanah jenis ini
tidak lagi sama seperti pada keadaan aslinya dan umumnya kurang penting dibandingkan
dengan tanah asli. Golongan ini termasuk tanah yang dibentuk di laboratorium dengan
memakai proses pengendapan dan tanah yang dipadatkan.
Pada masa ini, ada istilah lain yang sering dipakai juga pada golongan ini, yaitu
destructured, artinya struktur tanah dihapuskan akibat pembentukan ulang. Arti
destructured hampir sama dengan remoulded, tetapi maksudnya adalah struktur
dihapuskan tetapi butir sendiri masih utuh. Istilah remoulded berarti segala sifat yang
berhubungan dengan keadaan aslinya dihapuskan sama sekali. Pada tanah residu,
pembentukan ulang dapat merusak struktur namun mungkin pula menghancurkan
butirnya.
Sifat tanah yang dibentuk ulang (baik itu tanah endapan atau tanah residu) tidak lagi
bergantung pada struktur. Jadi, berbeda dari tanah aslinya. Tanah yang dipadatkan
merupakan pengecualian dari hal ini karena proses pemadatan dapat menghasilkan
struktur, walaupun pengaruhnya tidak besar. Permeabilitas tanah yang dipadatkan bisa
lebih tinggi pada arah horizontal daripada arah vertikal, akibat cara pemadatan dengan
roda besi. Mungkin pula bahwa tanah ini lebih kaku pada arah vertikal daripada arah
horizontal.
DAFTAR PUSTAKA
Wada, K. 1989. Allophane and Imogolite. In J. B. Dixon and S. B. Weed (eds), Chapter
21 of Minerals in Soil Environments (2nd edition). SSSA Book Series
No.1,pp.1051-1087
Wesley, L. D. 2003. Geotechnical characterization and behaviour of allophane clays.
Proc.International Workshop on Characterization and Engineering Properties of
Natural Soils. Vol.2, Singapore, December 2002. Leiden: A. A. Balkema,pp.
1379-1399.