Anda di halaman 1dari 8

qwertyuiopasdfghjklzxcvb

nmqwertyuiopasdfghjklzxc
vbnmqwertyuiopasdfghjkl
FAKTOR FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RESPIRASI
zxcvbnmqwertyuiopasdfgh
JANGKRIK DAN KECAMBAH
Laudria Stella Eryvinka
jklzxcvbnmqwertyuiopasdf
SMAN 5 Surabaya
XI IA 1 / 14
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio
pasdfghjklzxcvbnmqwerty
uiopasdfghjklzxcvbnmqwe
rtyuiopasdfghjklzxcvbnmq
wertyuiopasdfghjklzxcvbn
mqwertyuiopasdfghjklzxcv
bnmqwertyuiopasdfghjklz
xcvbnmqwertyuiopasdfghj
klzxcvbnmqwertyuiopasdf
ghjklzxcvbnmqwertyuiopa
sdfghjklzxcvbnmqwertyuio

I. RESPIRASI
A. Respirasi secara umum
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi
dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju
metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen (Tobin, 2005).
Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat
dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6 CO2 + 6H2O + ATP
(Tobin, 2005).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur
banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan
waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi,
laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju
konsumsi oksigen.
Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen
antara lain temperatur, spesies, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin,
2005).
Respirasi merupakan proses penghasil energi di dalam tubuh
makhluk hidup. Selain dihasilkan energi dihasilkan juga karbon
dioksida yang harus dikeluarkan dari tubuh.
Proses respirasi meliputi 4 bagian yaitu:
1. Keluar masuknya udara antara dua organ pernapasan (alveole
paru-paru) yang disebut ventilasi polmonum.
2. Difusi O2 dan CO2 antara udara dan alveole dan dalam darah.
3. Transport O2 dan CO2 dalam darah / cairan tubuh ke dan dari sel.
4. Pengaturan ventilasi dan segi-segui respirasi lainnya.
Dari keempat proses di atas dibedakan menjadi:
1. Respirasi eksternal: meliputi pertukaran O2 dan CO2 yang terjadi di
paru-paru antara alveole dan kapiler darah.
2. Respirasi internal: meliputi pertukaran gas (O2 dan CO2) yang
terjadi di tenunan: semua proses pertukaran gas antara sel dengan
cairan sel disekelilingnya.

B. Respirasi pada jangkrik (Gryllus asimilis)

Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa sistem


trakea, yang terbuat dari pipa yang becabang di seluruh tubuh,
merupakan salah satu variasi dari permukaan respirasi internal yang
melipat-lipat dan pipa yang terbesar itulah yang disebut trakea. Bagi
seekor serangga kecil, proses difusi saja dapat membawa cukup O2
dari udara ke sistem trakea dan membuang cukup CO2 untuk
mendukung sistem respirasi seluler. Serangga yang lebih besar
dengan kebutuhan energi yang lebih tinggi memventilasi sistem
trakeanya dengan pergerakan tubuh berirama (ritmik) yang
memampatkan dan mengembungkan pipa udara seperti alat
penghembus (Campbell, 2005).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan
dipakai oleh tubuh per satuan waktu (Seeley, 2002). Laju
metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi
merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang
bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia
yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 6 CO2 + 6H2O +ATP (Tobin, 2005).
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur
banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan
waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan
memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi,
laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju
konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju
konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, jenis
kelamin, ukuran badan dan aktivitas, kadar O2 dan CO2 (Tobin,
2005).
Faktor- faktor yang mempengaruhi laju respirasi pada jangkrik:
1. Jenis kelamin
Jenis Kelamin jangkrik betina dan belalang jantan memiliki
kecepatan respirasi yang berbeda.
2. Ketinggian
Ketinggian mempengaruhi pernapasan. Makin tinggi daratan,
makin rendah O2, sehingga makin sedikit O2 yang dapat dihirup
belalang. Sebagai akibatnya belalang pada daerah ketinggian

memiliki laju pernapasan yang meningkat, juga kedalaman


pernapasan yang meningkat.
3. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing
spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang
sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara.
4. Suhu.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system
trakea yang berfungsi untuk mengangkut dan mngedarkan O2 ke
seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari
tubuh. Trachea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran
hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan
bantuan sitem transportasi atau darah. Udara masuk dan keluar
melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri
tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh
trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa. Pada
serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa
pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot
tubuh yang bergerak secara teratur.
5. Berat Tubuh
Hubungan antara berat dengan penggunaan oksigen
berbanding terbalik. Karena setiap makhluk hidup membutuhkan
O2 (Oksigen) dalam jumlah yang besar, yaitu melebihi dari berat
tubuh. Pada hasil di atas jelas sekali bahwa ukuran tubuh
mempegaruhi laju pernapasan, semakin kecil ukuran dan berat
tubuh maka semakin cepat pernapasannya.
Walaupun diatas ada sedikit kegagalan yaitu pernapasan pada
jangkrik besar tidak sebagaimana mestinya. Karena pada jangkrik
yang berukuran besar melakukan aktifitas yang berkemungkinan
banyak melakukan pergerakkan,sehingga membutuhkan banyak
pernafasan dan oksigen. Ternyata aktifitas yang banyak bergerak
dari jangkrik juga memengaruhi laju pernapasan
Pada manusia bila bernapas mengeluarkan nafas, secara
maksimal, di dalam paru-paru masih ada udara. Sisa udara ini
disebut udara residu. Bila nafas dikeluarkan secara biasa, maka
paru-paru masih mengandung udara dan disebut udara cadangan.
Bila menghirup dan mengaluarkan napas secara biasa, maka ini
disebut udara pernapasan. Jika kita tarik nafas dalam-dalam, selain

udara pernapasan juga masih dapat dimasukkan udara lagi dan ini
disebut udara komplementer.

C. Respirasi pada kecambah

Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah


senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun
demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana
substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai
oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat
respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam
respirasi atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan
yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan
menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah
intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi.
Karbohidrat merupakan substrat respirasi utama yang terdapat
dalam sel tumbuhan tinggi. Terdapat beberapa substrat respirasi
yang penting lainnya diantaranya adalah beberapa jenis gula seperti
glukosa, fruktosa, dan sukrosa, pati, asam organik, dan protein
(digunakan pada keadaan & spesies tertentu).

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :


1. Ketersediaan substrat.
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting
dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat
yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah
pula. Demikian sebaliknya bila substrat yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat.
2. Ketersediaan Oksigen.
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun
besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies
dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama.
4

Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak


mempengaruhi laju respirasi karena jumlah oksigen yang
dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari
oksigen yang tersedia di udara.
3. Suhu.
Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait
dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan
meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 100 C, namun hal
ini tergantung pada masing-masing spesies. Tipe dan umur
tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan
metabolism

dengan

demikian

kebutuhan

tumbuhan

untuk

berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan


muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding
tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang
sedang dalam masa pertumbuhan.

II. RANCANGAN EKSPERIMEN


A. Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah :
1. Membuktikan
bahwa jangkrik dan kecambah bernapasan
membutuhkan oksigen.
2. Mengetahui perubahan laju pernapasan pada jangkrik dan
kecambah.
3. Mengetahuai faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen
pada jangkrik dan kecambah pada saat bernapas.

B. Alat dan Bahan


Alat
Respirometer sederhana
Pipet tetes
Stopwatch
Bahan
NaOH atau KOH
Kapas
Eosin
Vaselin
Jangkrik
Kecambah

C. Cara Percobaan
5

Pada Jangkrik:
1. Bungkus Kristal KOH/NaOH dengan kapas, kemudian masukkan
ke dalam tabung respirometer.
2. Masukkan jangkrik yang sudah ditimbang ke dalam tabung
respirometer.
3. Letakkan respirometer pada tempat yang datar.
4. Tutup tabung respirometer kemudian sambungan penutupnya
diberi plastisin agar tidak ada udara yang masuk dan keluar.
5. Tutuplah ujung pipa kapiler dengan jari telunjuk selama 1-2
menit. Segera setelah ujung jari dilepaskan tetskan eosin
secukupnya pada ujung pipa kapiler berskala dengan
menggunakan pipet. Usahakan cairan eosin menutup ujung
pipa kapiler
6. Amati kedudukan perubahan eosin setiap dua menit pada pipa
kapiler berskala. Hitunglah jarak yang ditempuh eosin setiap
dua menit.
7. Hitunglah volume oksigen yang dibutuhkan Jangkrik dalam
waktu 8 menit.
8. Tulislah hasil pengamatan dalam bentuk tabel.
9. Ulangi percobaan dengan menggunakan kecambah.

D. Plotting tabel hasil pengamatan


Jarak yang
ditempuh
eosin menit
ke
2
4
6
8
10
Rata rata

Volume Oksigen yang Dihirup (mL)


Jangkrik
Jangkrik
Jangkrik
Jantan
Betina
Jantan
Besar
Besar
Kecil

Jarak yang
ditempuh
eosin menit
ke
2
4
6

Volume Oksigen yang


Dihirup (mL)
Kecambah Kecambah
10 biji
20 biji

Jangkrik
Betina
Kecil

8
10
Rata rata
E. Hipotesis

Laju respirasi pada kecambah 20 biji lebih besar karena semakin


banyak kecambah, maka semakin besar pula respirasi yang terjadi
Tingkat respirasi pada jangkrik yang lebih besar akan lebih besar
pula. Selain itu, jenis kelamin dari jangkrik juga
dapat
mempengaruhi tingkat respirasi.

III. KESIMPULAN
Semua makhluk hidup pasti memiliki kemampuan untuk melakukan
respirasi, walaupun cara dan tingkat lajunya berbeda. adapun faktor
faktor yang mempengaruhi tingkat laju respirasi pada makhluk hidup
adalah : temperatur, massa tubuh, tingkat aktivitas, spesies, dan jenis
kelamin.

Anda mungkin juga menyukai