0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
81 tayangan12 halaman
Dokumen tersebut membahas peristiwa Westerling di Makassar pada Desember 1946 dimana Belanda mengirim pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan melawan pembentukan Negara Indonesia Timur. Kapten Westerling memimpin operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap 40.000 warga sipil dengan metode Gestapo. Dokumen juga membahas perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui perundingan Linggarjati dan pembentukan Komisi Tiga
Dokumen tersebut membahas peristiwa Westerling di Makassar pada Desember 1946 dimana Belanda mengirim pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan melawan pembentukan Negara Indonesia Timur. Kapten Westerling memimpin operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap 40.000 warga sipil dengan metode Gestapo. Dokumen juga membahas perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui perundingan Linggarjati dan pembentukan Komisi Tiga
Dokumen tersebut membahas peristiwa Westerling di Makassar pada Desember 1946 dimana Belanda mengirim pasukan khusus untuk menumpas pemberontakan melawan pembentukan Negara Indonesia Timur. Kapten Westerling memimpin operasi penangkapan dan pembunuhan terhadap 40.000 warga sipil dengan metode Gestapo. Dokumen juga membahas perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui perundingan Linggarjati dan pembentukan Komisi Tiga
A Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan dengan kekuatan Senjata
VII. Peristiwa WESTERLING di
MAKASSAR 7 Desember 1946 Oleh : Nurul kamila, XI MIA 3
dr. Sam Ratulangi, gubernur Sulawesi
Selatan. Membentuk organisasi untuk menampung aspirasi masyarakat.
PPNI (Pusat Pemuda Nasional
Indonesia) diketuai Manai Sophiaan. Salah satu fokus => Menentang pembentukan Negara Indonesia Timur oleh Belanda (NICA)
(05 Desember 1946)
Belanda mengirimkan pasukan khusus ke Sulawesi Selatan. Kapten Raymond Westerling, memimpin 120 orang dari Depot Speciale Troepen-DST. Misi: menumpas pemberontakan para pejuang dan rakyat makassar yang menentang pembentukan Negara Indonesia Timur.
A.Rivai, Paersi, dan Robert Wolter
monginsidi. Berhasil merebut tempat-tempat strategis yang dikuasai NICA.
Wolter monginsidi, Ranggong Daeng
Romo dan Makkaraeng Daeng Jarung membentuk LAPRIS (Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi) Tujuan: Menggerakkan perlawanan rakyat terhadap Belanda.
Emmy Saelan, pejuang perempuan.
Tewas bersama 8 orang tentara Belanda akibat meledakkan granat yang dibawanya.
(7-25 Desember 1946)
Westerling menerapkan metode Gestapo (Geheime Staatspolizei) Akan menangkap dan membantai setiap orang yang mereka curigai sebagai musuh. Akibatnya, sekitar 40.000 rakyat sipil tewas.
28 Februari 1947 Monginsidi
ditangkap, tapi berhasil kabur pada 27 Oktober 1947. Ditangkap kembali dan dieksekusi mati oleh regu tembak pada 5 September 1949. Pada 10 November 1950 jasadnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Makassar.
7.B Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Strategi Diplomasi
I. Perundingan Linggar Jati
Linggar jati, Cirebon, Jawa Barat.
10 November 1946 Delegasi Indonesia : Sutan Sjahrir, Mohammad Roen, Mr. Susanto Tirtoprojo dan dr. A.K Gani Delegasi Belanda : Prof. Willem Schermerhorn, F. De Boer, H.J. Van Mook dan Max Van Poll Mediator : Lord Killearn (Inggris)
Isi Perjanjian Linggarjati
de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto ini paling lambat pada tanggal 1 Januari 1949.
Belanda mengakui secara
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam
membentuk negara serikat dengan nama
Republik
Indonesia Serikat (RIS).
Pembentukan RIS akan
segera dilaksanakan sebelum tanggal 1 Januari 1949 RIS dan Belanda akan membentuk
Belanda
Uni Indonesia-
yang diketuai oleh Ratu Belanda.
7.B Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Melalui Strategi Diplomasi