Anda di halaman 1dari 47

KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ucapkan puja dan puji syukur saya kepada Tuhan
Yang Maha Esa saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
FORAMINIFERA dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Saya juga
mengucapkan terimakasih kepada teman-teman saya yang selalu setia
membantu saya dalam hal mengumpulkan data-data dalam pembuatan makalah
ini.
Dalam makalah ini saya menjelaskan tentang foraminifera. Diantaranya
terdapat definisi foraminifera itu sendiri, fungsi dari foraminifera, dan serta
pengelompokkan berdasarkan family, genus, dan spesies. Mungkin dalam
pembuatan makalah ini terdapat kesalahan yang belum saya ketahui. Maka dari
itu saya mohon saran & kritik dari teman-teman maupun asisten dosen. Demi
tercapainya makalah yang sempurna.

Yogyakarta, 06 April 2016

Penulis

DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. FORAMINIFERA
BAB III. FORAMINIFERA PLANKTONIK
BAB IV. FORAMINIFERA BENTONIK
BAB V. FORAMINIFERA BESAR BENTONIK
DAFTAR PUSTAKA

B
A
B
I
PENDAHULU
AN

A. Latar Belakang
Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang
mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera
diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta
tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun
sambung-menyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan ada yang
berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau berbentuk
bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari bahan organik,
butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu oleh semen, atau
kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari spesiesnya. Foraminifera
yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari 100 mikrometer sampai 20
sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera mempunyai beberapa penerapan
yang terus berkembang sejalan dengan perkembangan mikropaleontologi dan
geologi. Fosil foraminifera bermanfaat dalam biostratigrafi, paleoekologi,
paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak dan gas bumi.

B. Maksud dan Tujuan

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada


beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat
berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan
sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak
jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami
perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda
diketemukan pada waktu (umur) yang berbeda-beda. Foraminifera mempunyai
populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga
diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil
foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif
mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam. Oleh karena itu perlu
dipelajari fosil-fosil berukuran mikro guna tercapainya maksud dan tujuan.
Karena keterdapatan mikrofosil relatif banyak maka pada paper ini lebih di
fokuskan pada mikro fosil, antara lain foraminifera.

BAB II
FORAMINIF
ERA

A. Teori Dasar

Mikropalenteologi cabang ilmu palenteologi yang khusus membahas


semua sisa-sisa organisme yang biasa disebut mikro fosil.yang dibahas antara
lain adalah mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai
kepentingannya terhadap stratigrafi.

Pengertian Mikrofosil Menurut Jones (1936) Setiap fosil (biasanya kecil)


untuk mempelajari sifat-sifat dan strukturnya dilakukan di bawah mikroskop.
Umumnya fosil ukurannya lebih dari 5 mm namun ada yang berukuran sampai
19 mm seperti genus fusulina yang memiliki cangkang- cangkang yang dimiliki
organisme, embrio dari fosil-fosil makro serta bagian-bagian tubuh dari fosil
makro yang mengamainya menggunakan mikroskop serta sayatan tipis dari
fosil-fosil, sifat fosil mikro dari golongan foraminifera kenyataannya
foraminifera mempunyai fungsi/berguna untuk mempelajarinya

Foraminifera adalah organisme bersel tunggal (protista) yang


mempunyai cangkang atau test (istilah untuk cangkang internal). Foraminifera
diketemukan melimpah sebagai fosil, setidaknya dalam kurun waktu 540 juta
tahun. Cangkang foraminifera umumnya terdiri dari kamar-kamar yang tersusun
sambungmenyambung selama masa pertumbuhannya. Bahkan
ada yang berbentuk paling sederhana, yaitu berupa tabung yang terbuka atau
berbentuk bola dengan satu lubang. Cangkang foraminifera tersusun dari
bahan organik, butiran pasir atau partikel-partikel lain yang terekat menyatu
oleh semen, atau kristal CaCO3 (kalsit atau aragonit) tergantung dari
spesiesnya. Foraminifera yang telah dewasa mempunyai ukuran berkisar dari
100 mikrometer sampai 20 sentimeter. Penelitian tentang fosil foraminifera

mempunyai beberapa penerapan yang terus berkembang sejalan dengan


perkembangan mikropaleontologi dan geologi. Fosil foraminifera bermanfaat
dalam biostratigrafi, paleoekologi, paleobiogeografi, dan eksplorasi minyak
dan gas bumi.

a. Biostratigrafi

Foraminifera memberikan data umur relatif batuan sedimen laut. Ada


beberapa alasan bahwa fosil foraminifera adalah mikrofosil yang sangat
berharga khususnya untuk menentukan umur relatif lapisan-lapisan batuan
sedimen laut. Data penelitian menunjukkan foraminifera ada di bumi sejak
jaman Kambrium, lebih dari 500 juta tahun yang lalu. Foraminifera mengalami
perkembangan secara terus-menerus, dengan demikian spesies yang berbeda
diketemukan pada waktu (umur) yang berbedabeda. Foraminifera mempunyai
populasi yang melimpah dan penyebaran horizontal yang luas, sehingga
diketemukan di semua lingkungan laut. Alasan terakhir, karena ukuran fosil
foraminifera yang kecil dan pengumpulan atau cara mendapatkannya relatif
mudah meskipun dari sumur minyak yang dalam.
b. Paleoekologi dan Paleobiogeografi

Foraminifera memberikan data tentang lingkungan masa lampau


(skala Geologi). Karena spesies foraminifera yang berbeda diketemukan di
lingkungan yang berbeda pula, seorang ahli paleontologi dapat
menggunakan fosil foraminifera untuk menentukan lingkungan masa
lampau tempat foraminifera tersebut hidup. Data foraminifera telah
dimanfaatkan untuk memetakan posisi daerah tropik di masa lampau,
menentukan letak garis pantai masa lampau, dan perubahan perubahan suhu
global yang terjadi selama jaman es. Sebuah sampel kumpulan fosil
foraminifera mengandung banyak spesies yang masih hidup sampai
sekarang, maka pola penyebaran modern dari spesies-spesies tersebut dapat
digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau di tempat kumpulan

fosil foraminifera diperoleh, ketika fosil foraminifera tersebut masih hidup.


Jika sebuah sampel mengandung kumpulan fosil foraminifera yang
semuanya atau sebagian besar sudah punah, masih ada beberapa petunjuk
yang dapat digunakan untuk menduga lingkungan masa lampau. Petunjuk
tersebut adalah keragaman spesies, jumlah relatif dari spesies plangtonik
dan bentonik (prosentase foraminifera planktonik dari total kumpulan
foraminifera planktonik dan bentonik), rasio dari tipe-tipe cangkang (rasio
Rotaliidae, Miliolidae, dan Textulariidae), dan aspek kimia material
penyusun cangkang.
Aspek kimia cangkang fosil foraminifera sangat bermanfaat karena
mencerminkan sifat kimia perairan tempat foraminifera ketika tumbuh. Sebagai
contoh, perbandingan isotop oksigen stabil tergantung dari suhu air. Sebab air
bersuhu lebih tinggi cenderung untuk menguapkan lebih banyak isotop yang
lebih ringan. Pengukuran isotop oksigen stabil pada cangkang foraminifera
plangtonik dan bentonik yang berasal dari ratusan batuan teras inti dasar laut di
seluruh dunia telah dimanfaatkan untuk meme-takan permukaan dan suhu dasar
perairan masa lampau. Data tersebut sebagai dasar pemahaman bagaimana iklim
dan arus laut telah berubah di masa lampau dan untuk memperkirakan
perubahan-perubahan di masa yang akan datang (keakurasiannya belum teruji).

c. Eksplorasi Minyak
Foraminifera dimanfaatkan untuk menemukan minyak bumi. Banyak
spesies foraminifera dalam skala biostratigrafi mempunyai kisaran hidup yang
pendek. Dan banyak pula spesies foraminifera yang diketemukan hanya pada
lingkungan yang spesifik atau ter- tentu. Oleh karena itu, seorang ahli
paleontologi dapat meneliti sekeping kecil sampel batuan yang diperoleh
selama pengeboron sumur minyak dan selanjutnya menentukan umur geologi
dan lingkungan saat batuan tersebut terbentuk.

Sejak 1920-an industri perminyakan memanfaatkan jasa penelitian

mikropaleontologi dari seorang ahli mikrofosil. Kontrol stratigrafi dengan


menggunakan fosil foraminifera memberikan sumbangan yang berharga dalam
mengarahkan suatu pengeboran ke arah samping pada horison yang
mengandung minyak bumi guna meningkatkan produktifikas minyak. Selain
ketiga hal tersebut dia atas foraminifera juga memiliki kegunaan dalam analisa
struktur yang terjadi pada lapisan batuan. Sehingga sangatlah penting untuk
mempelajari foraminifera secara lengkap.

Dari cara hidupnya dibagi menjadi 2 :


1. Pellagic (mengambang)

a. Nektonic (bergerak aktif)


b. Lanktonic (bergerak pasif) mengikuti keadaan sekitarnya

2. Benthonic (pada dasar laut)

a. Secile (mikro fosil yang menambat/menepel)


b. Vagile (merayap pada dasar laut)

Dari dua bagian itu digunakan pada ilmu perminyakan dimana dari
kedua fosil itu identik dengan hidrokarbon yang terdapat pada trap
(jebakan). Dalam geologi struktur dimana dapat digunakan untuk
mengidentifikasi adanya sesar, kekar serta lipatan.
B. Kegunaan Dari Mikro Fosil Foraminifera

Beberapa manfaat fosil antara laian sebagai berikut:


1. Dalam korelasi untu membantu korelasi penampang suatu daerah dengan

daerah lain baik bawah permukaan maupun di permukan.

2. Menentukan umur misalnya umur suatu lensa batu pasir yang terletak di

dalam lapisan serpih yang tebal dapat ditentukan dengan mikrofosil yang
ada dalam batuan yang melingkupi.
3. Membantu studi mengenai spesies.
4. Dapat memberikan keterangan-keterengan palenteologi yang penting

dalam menyusun suatu standar section suatu daerah.


5. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi/regresi serta tebal/tipis
lapisan.

Berdasarkan kegunaannya dikenal beberapa istilah, yaitu :


1. Fosil indeks/fosil penunjuk/fosil pandu
Yaitu fosil yang dipergunakan sebagai penunjuk umur relatif. Umumnya
fosil ini mempuyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas,
serta mudah dikenal. Contohnya : Globorotalina Tumida penciri N18 atau
Miocen akhir.

2. Fosil bathymetry/fosil kedalaman


Yaitu fosil yang dipergunakan untuk menentukan lingkungan kedalaman
pengendapan. Umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar.
Contohnya : Elphidium spp penciri lingkungan transisi.
3. Fosil horizon/fosil lapisan/fosil diagnostic
Yaitu fosil yang mencirikan khas yang terdapat pada lapisan yang
bersangkutan. Contoh :
4. Fosil lingkungan
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai penunjuk lingkungan
sedimentasi. Contohnya
: Radiolaria sebagai penciri lingkungan laut dalam.
5. Fosil iklim
Yaitu fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk iklim pada saat itu.
Contohnya :
Globigerina Pachyderma penciri iklim dingin.

C. Makna dan Tata Nama Penamaan Fosil

Seorang sarjana Swedia Carl Von Line (1707-1778) yang kemudian


melatinkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang
dikenal dengan LAW OF PRIORITY, 1958 yang pada pokoknya menyebutkan
bahwa nama yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan
untuk individu yang lain. Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu
kata sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkat subspesies terdiri
dari tiga kata. Nama-nama kehidupan selalu diikuti oleh nama orang yang
menemukannya.

Contoh penamaan fosil sebagai berikut:


Globorotalia menardi exilis
Blow, 1998
Arti dari penamaan adalah fosil hingga subspesies diketemukan oleh
BLOW pada tahun 1969.
Globorotalia ruber elogatus (D Orbigny), 1826
Arti dari n. sp adalah spesies baru.
Pleurotoma carinata GRAY, Var Woodwardi MARTIN
Arti dari penamaan adalah GRAY memberikan nama spesies sedangkan
MARTIN
memberikan nama varietas.
Globorotalia acostaensis pseudopima n sbsp BLOW, 1969
Arti dari n.sbsp
adalah subspecies.
Dentalium (s.str) ruteni
MARTIN
Arti dari penamaan adalah fosil tersebut sinonim dengan
dentalium rutteni yang diketemukan MARTIN.

Globorotalia of tumda
Arti dari penamaan ini adalah penemu tidak yakin apakah bentuk tersebut
betul
Globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan
dengan spesies ini.

Spaeroidinella aff dehiscens

Arti dari penamaan tersebut adalah fosil ini berdekatan


(berfamily) dengan sphaeroidinella dehiscens. (aff =
affiliation)
Ammobaculites spp
Artinya mempunyai bermacam-macam spesies
Recurvoides sp
Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)

D. Sistem Reproduksi

Foraminifera bereproduksi dengan 2 cara yaitu aseksual dan seksual.


Cara aseksual yaitu pada individu yang telah dewasa terdapat sebuah inti pada
protoplasmanya. Inti tersebut kemudian membelah diri terus menerus selama
menjadi dewasa membentuk nuclei-nuclei. Pada tahap selanjutnya inti-inti akan
meninggalkan cangkangnya dan keluar sambil
membawa sebagian protoplasmanya. Kemudian inti-inti dengan protoplasma
tersebut membentuk cangkang baru dengan proloculum (kamar utama) yang
besar dan cangkang yang relatif kecil (megalosfer). Sedangkan selanjutnya
dengan pada tahap seksual, pada bentuk- bentuk megalosfer ini membentuk
kembali inti-inti kecil (nucleioli) yang semakin banyak pada tahapan dewasa,
dan akhirnya pecah keluar melalui apertur sambil membawa protoplasma dan
membentuk flagel untuk pergerakkannya. inti-inti dengan flagel itu disebut
sebagai gamet jantan/betina. gamet-gamet tersebut saling beregerak mencari
pasangan yang berlawanan untuk kemudian berkonjugasi (seksual fase)
membentuk individu baru dengan proloculum kecil dan cangkang yang relatif
besar, disebut mikrosfer. pada tahap selanjutnya mikrosfeer ini akan membelah
diri kembali seperti pada tahap asexual dan selanjutnya terulang kembali siklus
yang sama.

BAB III
FORAMINIFERA
PLANKTONIK

A. Genus dan Spesies Foraminifera Plankton

Foraminifera planktonik adalah foraminifera yang cara hidupnya


mengambang atau melayang di air, sehingga fosil ini sangat baik untuk
menentukan umur dari suatu lingkungan pengendapan (umur dari suatu batuan).
Secara umum foraminifera dibagi berdasarkan family, genus, serta spesies yang
didasarkan antara ciri-ciri yang nampak. Ciri-ciri beserta pembagiannya antara
lain :

a. Family Globigerinidae

Family globigerinidae terdiri dari beberapa


genus antara lain:

Genus Cribohantkenina

Ciri-ciri morphologi sama dengan hantkenina tetapi kamar akhir


sangat gemuk dan mempunyai CRISRATE yang terletak pada
plular apertural face. Contoh: Cribrohantkenina bermudesi
Genus Hastigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test
biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau Loosely
Coiled. Aperture berbentuk parabola, terbuka lebar dan terletak pada
apertural face. Contoh: Hastigerina aequilateralis.
Genus Clavigerinella
Dengan ciri-ciri morphologi dinding test hyaline. Bentuk test pipih
panjang, susunan
kamar involute, radial elongate atau clavate. Contoh: Clavigerinella
jarvisi
Genus Pseudohastigerina

Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test


biumbilicate, susunan kamar planispiral involute atau Loosely
Coiled. Aperture terbuka lebar, berbentuk parabol dan terletak pada
apertureal face. Genus ini dipisahkan dari Hastigerina karena testnya
yang lebih pipih.
Genus Cassigerinella
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline. Susunan kamar
pada permulaan planispiral dan seterusnya tersusun secara biserial.
Aperture berbentuk parabol dan terletak didasar apertural face.
Contoh: Cassigerinella chipolensis
b. Famili Globorotaliidae

Family ini umumnya mempuyai test biconvex, bentuk kamar


subglobular, susunan kamar trochospiral , Aperture memanjang dari umbilicus
ke pinggir test dan terletak pada dasar apertural face. Pinggir test ada yang
mempunyai keel dan ada yang tidak. Berdasarkan bentuk test, bentuk kamar,
aperture dan keel, maka family ini dapat dibagi atas dua genus, yaitu :
Genus Globorotalia
Ciri-ciri morphologi dengan test hyaline, bentuk test biconvex, bentuk
kamar subglobular, atau angular conical. Aparture memanjang dari
umbilicus ke pinggir test. Pada pinggir test terdapat keel dan ada yang
tidak. Berdasarkan ada tidaknya keel maka genus ini dapat dibagi
menjadi dua sub genus, yaitu :

Subgenus Globorotalia
Subgenus ini mencakup seluruh glabarotalia yang
mempunyai keel. Membedakan subgenus ini dengan yang
lainnya maka dalam penulisan

spesiesnya, biasanya diberi kode sebagai berikut : Contoh :


Globorotalia a b c
a. Menrangkan genus.
b. Menerangkan subgenus.
c. Menerangkan species.

Subgenus Turborotali
Subgenus mencakup seluruh globorotalia yang tidak memiliki keel.
Membedakannya, maka subgenus turborotalia dalam penulisan
spesiesnya diberi kode. Contoh : Globorotalia

Genus truncorotaloides
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline bentuk test truncate,
bentuk kamar angular truncate. Susunan kamar umbilical convex
trochospiral dengan deeply umbilicus. Aperture terbuka lebar yang
memanjang dari umbilicus ke pinggir test. Ciri-ciri khasnya dari genus
ini ialah terdapatnya sutural supplementary aperture dan dinding test
yang kasar (seperti berduri) yang pada genus globorotalia hal ini tidak
akan dijumpai. Subgenus ini tidak dibahas lebih lanjut, karena terdapat
pada lapisan tua Eosen Tengah. Contoh Truncorotaloides rahri
c. Family Globigeriniidae

Family ini pada umumnya mempunyai bentuk test sperichal atau


hemispherical, bentuk kamar glubolar dan susunan kamar trochospiral rendah
atau tinggi. Apaerture pada umumnya terbuka lebar dengan posisi yang terletak
pada umbilicus dan juga pada sutura atau pada apertural face. Berdasarkan
bentuk test, bentuk kamar, bentuk aperture dan susunan kamar maka family ini
dapat dibagi atas 14 genus yaitu:
Genus Globigerina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test speroical,
bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral. Aperture terbuka
lebar dengan bentuk parabol dan terletak pada umbilicus. Aperture ini

disebut umbilical aperture.


Genus Globigerinoides
Ciri-ciri morphologi sama dengan Globigerina tetapi mempunyai
supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan bahwa
globigerinoides ini adalah Globigerina yang mempunyai
supplementary aperture. Contohnya: Globigerinoides primordius.
Genus globoquadina
Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical,
bentuk kamar globural, dan susunan kamar trochoid. Aperture
terbuka lebar dan terletak pada umbilicus dengan segi empat yang
kadang-kadang mempunyai bibir. Contohya: Globoquadrina
alrispira
Genus Globorotaloides
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Globorotalia tetapi
umbilicusnya tertutup oleh Bulla (bentuk segi enam yang tertutup).
Genus Pulleniatina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical,
bentuk kamar globural, susunan kamar trochospiral terpuntir. Aperture
terbuka lebar memanjang dari umbilicus ke arah dorsal dan terletak di
dasar apertural face. Contohnya: Pulleniatina obliquiloculate (N19
N23).
Genus Sphaeroidinella
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test
spherical atau oval, bentuk kamar globural dengan jumlah kamar
tiga buah yang saling berangkuman

(embracing). Aperture terbuka lebar dan memanjang didasar sutura. Pada


dorsal terdapat supplementary aperture. Salah satu spesies yang termasuk
genus ini beserta gambar dan keterangan. Spaeroidinella dehiscens Test
trochospiral, equatorial peri- peri lobulate sangat ramping, sumbu periperi membulat. Dinding berlubang kasar, permukaan licin. Kamar
subglobular menjadi bertambah melingkupi pada saat dewasa, tersusun
dalam tiga putaran, tiga kamar dari putaran terakhir bertambah ukurannya
secara cepat. Suture tidak jelas tertekan radial. Aperture primer
interiomarginal umbirical, atau 2 aperture skunder pada sisi belakang
terdapat pada kamar terakhir.
Genus Sphaeroidinellopsis
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus Spaeroidinella tetapi tidak
mempunyai supplementary aperture, dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Spaeroidiniellopsis itu adalah Spearoidinella yang tidak mempunyai
supplementary aperture.
Genus Orbulina
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline dan bentuk test
spherical, serta aperture tidak kelihatan (small opening). Aperture ini
adalah akibat dari terselumbungnya seluruh kamar-kamar sebelumnya
oleh kamar terakhir. Beberapa speies yang termasuk pada genus ini
beserta gambar. Urbulina universal, Orbulina bilobata
Genus Biorbulina
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus orbulina, tetapi
gandeng dua.

Genus Praeorbulina

Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical atau


agak lonjong. Bentuk lonjong ini diakibatkan oleh kamar-kamar
terakhir yang menyelumbungi kamar-kamar sebelumnya. Aperture
utama tidak terlihat lagi, yang terlihat hanya supplementary aperture
saja yang berbentuk strip-strip.
Genus Candeina
Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical,
bentuk kamar globural. Jumlah kamar tiga buah dan di sepanjang

sutura terdapat sutural supplementary aperture. Contohnya:


Candeina nitida
Genus Globigerinatheca
Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, dan
bentuk kamar globular. Susunan kamar pada permulaan trochospiral dan
kemudian berangkuman (embracing). Umbilicus tertutup dan terdapat
secondary aperture yang berbentuk parabol dan kadangkadang tertutup
bulla.
Genus Globigerinita
Ciri-ciri morphologi sama dengan genus globigerina tetapi
dengan bulla.

Genus Globigerinatella

Ciri-ciri morphologi dinding test hyaline, bentuk test spherical, susunan


kamar pada permulaan trochospiral dan kemudian berangkuman.
Umbilicus samar-samar karena tertutup bulla. Terdapat sutural secondary
aperture bullae dengan infralaminal aperture.
Genus Catapsydrax
Ciri-ciri morphologi dengan dinding test hyaline, bentuk test spherical,
susunan kamar trochospiral. Memiliki hiasan pada aperture yaitu berupa
bulla pada catapsydrax dissimilis dan tegilla pada catapsydrax
stainforthi. Dengan memiliki accessory aperture yaitu infralaminal
accessory aperture pada tepi hiasan aperturenya. Contohnya: Catapsydrax
dissimilis

B. Susunan Kamar Foraminifera Plankton

Susunan kamar foraminifera plankton dibagi menjadi :

Planispiral yaitu sifatnya berputar pada satu bidang, semua


kamar terlihat dan pandangan serta jumlah kamar ventral dan
dorsal sama. Contoh: Hastigerina

Trochospiral yaitu sifat berputar tidak pada satu bidang,


tidak semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar
ventral dan dorsal tidak sama. Contohnya : Globigerina.

Streptospiral yaitu sifat mula-mula trochospiral, kemudian


planispiral menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar
sebelumnya. Contoh: Pulleniatina.

Gambar 2.1. Penampang Ventral, Dorsal dan Sentral Foraminifera

BAB IV
FORAMINIFERA BENTONIK

A. Family, Genus Dan Spesies Foraminifera Benthonik

Foraminifera benthonik memiliki habitat pada dasar laut dengan cara


hidup secara vagile (merambat/merayap) dan sessile (menambat). Alat yang
digunakan untuk merayap pada benthos yang vagile adalah pseudopodia.
Terdapat yang semula sesile dan berkembang menjadi vagile serta hidup
sampai kedalaman 3000 meter di bawah permukaan laut. Material penyusun
test merupakan agglutinin, arenaceous, khitin, gampingan. Foraminifera
benthonik sangat baik digunakan untuk indikator paleoecology dan bathymetri,
karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan yang terjadi. Faktor-faktor
yang mempengaruhi ekologi dari foraminifera benthonic ini adalah :
Kedalaman laut
Suhu/temperature
Salinitas dan kimia air
Cahaya matahari yang digunakan untuk fotosintesis
Pengaruh gelombang dan arus
(turbidit, turbulen)

Makanan yang

tersedia
Tekanan hidrostatik dan lain-lain.

Faktor salinitas dapat dipergunakan untuk mengetahui perbedaan tipe


dari lautan yang mengakibatkan perbedaan pula bagi ekologinya. Streblus
biccarii adalah tipe yang hidup pada daerah lagoon dan daerah dekat pantai.
Lagoon mempunyai salinitas yang sedang karena merupakan percampuran
antara air laut dengan air sungai. Foraminafera benthos yang dapat digunakan
sebagai indikator lingkungan laut secara umum (Tipsword 1966) adalah :

Pada kedalaman 0 5 m, dengan temperatur 0-27 derajat celcius,


banyak dijumpai genus-genus Elphidium, Potalia, Quingueloculina,
Eggerella, Ammobaculites dan bentuk-bentuk lain yang dinding
cangkangnya dibuat dari pasiran.
Pada kedalaman 15 90 m (3-16 C), dijumpai genus
Cilicides, Proteonina, Ephidium, Cuttulina, Bulimina,
Quingueloculina dan Triloculina.
Pada kedalaman 90 300 m (9-13oC), dijumpai genus Gandryna,
Robulus, Nonion, Virgulina, Cyroidina, Discorbis, Eponides dan
Textularia.
Pada kedalaman 300 1000 m (5-8 C), dijumpai Listellera,
Bulimina, Nonion, Angulogerina, Uvigerina, Bolivina dan
Valvulina

Macam-macam genus dari foraminifera benthos yang sering dijumpai :


Genus Ammobaculites Chusman. Termasuk famili Lituolidae, dengan
cirri-ciri test pada awalnya terputar, kemudian menjadi uniserial
lurus, komposisi test pasiran, aperture bulat dan terletak pada puncak
kamar akhir. Muncul pada karbon resen.
Genus Amondiscus Reuses 1861. Termasuk famili Ammodiscidae dan
ciri ciri test monothalamus, terputar palnispiral, kompisisi test
pasiran, aperture pada ujung lingkaran. Muncul Silur Resent.
Genus Amphistegerina d Orbigny 1826. Famili berbentuk lensa,
trochoid, terputar involut, pada ventral terlihat surture bercabang tak
teratur, komposisi test gampingan, berpori halus, aperture kecil pada
bagian ventral kecil pada bagian ventral

Genus Bathysiphon Sars 1972. Termasuk famili Rhizamminidae


dengan test silindris, kadangkadang lurus, monothalamus,
komposisi test pasiran, aperture di puncak berbentuk pipa. Muncul
Silur Resent.

Genus Bolivina. Termasuk famili Buliminidae dengan test


memanjang, pipih agak runcing, beserial, komposisi gampingan,
berposi aperture pada kamar akhir, kadang berbentuk lope, muncul
Kapur Resent.
Genus d Orbigny 1826. Termasuk famili Buliminidae, test
memanjang, umunya triserial, berbentuk kamar sub globular,
komoposisi gampingan berpori.
Genus Cibicides Monfort 1808. Termasuk famili Amonalidae, dengan
ciri ciri test planoconvex rotaloid, bagian dari dorsal lebih rata,
komposisi gampingan berpori kasar, aperture di bagian ventral,
pemukaan akhir sempit dan memanjang.
Genus Decalina d Orbigny 1826. Termasuk famili Lageridae, dengan
ciri ciri test pilythalamus, uniserial, curvilinier, suture menyudut,
komposisi test gampingan berpori halus, aperture memancar, terletak
pada ujung kamar akhir.
Genus Elphidium Monfort 1808. Termasuk famili Nonionidae dengan
ciri ciri
planispiral, bilateral simetris, hampir seluruhnya involute, hiasan suture
bridge dan umbilical, komposisi test gampingan berpori, aperture
merupakan sebuah lubang/lebih pada dasar pemukaan kamar akhir.
Genus Nodogerina Chusman 1927. Termasuk famili Heterolicidae,
degan test memanjang, kamar tersusun uniserial lurus, kompisi test
gampingan berpori halus, aperture terletak di puncak membulat
mempunyai leher dan bibir. Muncul Kapur Resen.
Genus Nodosaria Lamark 1812. Termasuk famili Lagenidae degan
test lurus memajang, kamar tersusun uniserial, suturenya tegak lurus,
terhadap sumbu, pada pemulaaan agak bengkok kemudian lurus,
komposisi gampingan berpori, aperture di puncak berbentuk radier,
muncul Karbon Resent.
Genus Nonion Monfort 1888. Termasuk famili Nonionidae dengan test
cenderung involute, bagian tepi membulat, umumnya dijumpai
umbilical yang dalam, komposisi gampingan berpori , aperture

melengkung pada kamar akhir. Muncul Yura Resent.


Genus Rotalia Lanmark 1804. Umumnya suture menebal pada bagian
dorsal, bagian ventral suturenya tertekan ke dalam, komposisi test
gampingan berpori, aperture pada bagian ventral membuka dari
umbilical pinggir.
Genus Saccamina M. Sars 1869. Termasuk famili Sacanidae degan
test globular, komposisi test dari material kasar, biasanya oleh khitin
berwarna coklat, aperture di puncak umumnya degan leher. Muncul
Silur Resent.
Genus Textularia Derance 1824. Termasuk famili Textularidae
test memanjang kamar tersusun biserial, morfologi kasar,
komposisi pasiran, aperture sempit memanjang pada permukaan
kamar akhir. Muncul Devon Resent.
Genus Uvigerina d Obigny 1826. Termasuk famili uvigeridae degan
test fusiform, kamar triserial, komposisi berpori, aperture di ujung
dengan leher dan bibir.

B. Susunan Kamar Foraminifera Benthos

Susunan kamar foraminifera benthonik memiliki kemiripan dengan


foraminifera planktonik, susunan kamar dan bentuknya dapat
dibedakan menjadi :

Monothalamus
Monothalamus yaitu susunan dan bentuk kamar-kamar akhir
foraminifera yang hanya terdiri dari satu kamar. Macam-macam dari
bentuk monothalamus antara lain adalah :

Bentuk globular atau bola atau spherical, terdapat pada


kebanyakan subfamily saccaminidae. Contohnya:
Saccammina

Gambar 2.2. Saccammina


Berbentuk botol (flarkashaped), terdapat pada kebanyakan
subfamily proteonaniae. Contoh: Lagena.

Gambar 2.3. lagena


Berbentuk tabung (tabular), terdapat pada kebanyakan subfamily
Hyperminidae. Contoh: Hyperammina, Bathysiphon.

Gambar 2.3. Hyperammina


Berbentuk antara kombinasi botol dan tabung.
Contohnya : Lagena

Gambar 2.4. Lagena


Cyclical atau annular chamber
Planispiral pada awalnya kemudian terputar tak teratur.
Contoh : Orthovertella, Psammaphis.

Gambar 2.5. Orthovertella


Planispiral kemudian lurus (uncoiling).
Contoh : Rectocornuspira.

Gambar 2.6. Rectocornuspira


Cabang (bifurcating).
Contohnya : Rhabdamina abyssorum.

Gambar 2.7. Rhabdamina abyssorum


Zig-zag. Contohnya Lenticulina sp.

Gambar 2.8. Lenticulina sp.


Stellate
Fistoluse
Arburescent. Contohnya : Dendrophyra crecta.

Gambar 2.9. Dendrophyra crecta


Radiate. Contohnya : Astroshizalimi colasandhal.

Gambar 2.10. Astroshizalimi colasandhal


Tak teratur (irregular). Contohnya : Planorbulinoides reticnaculata.

Gambar 2.11. Planorbulinoides reticnaculata


Setengah lingkaran (hemispherical) contoh : Pyrgo murrhina.

Gambar 2.12. Pyrgo murrhina


Inverted v-shaped chamber (palmate). Contohnya : Flabellina rugosa.

Gambar 2.15. Vaginulina laguman


Pyriform. Contohnya : Elipsoglandulina
velascoensis.

Semicircular. Contohnya :

Pavanina flabelliformis.

Gambar 2.16. Pavanina flabelliformis

Polythalamus
Polythalamus merupakan suatu susunan kamar dan bentuk akhir
kamar foraminifera yang memiliki lebih dari satu kamar. Misalnya
uniserial saja atau biserial saja. Macam-macam polythalamus
antara lain :
Uniformed yang terbagi menjadi:

o Uniserial yang terbagi lagi mejadi:


Rectilinear (linear punya leher) test uniserial terdiri atas
kamar-kamar
bulat yang dipisahkan dengan stolonxy atau neck. Contohnya
:
Siphonogerina, Nodogerina.

Gambar 2. 17. Siphonogerina


Linear tanpa leher yaitu kamar tidak bulat dan satu sama
lain tidak dipisahkan leher-leher. Contohnya : Nodosaria.

Gambar 2.18. Nodosaria

Equitant unserial yaitu test uniserial yang tidak memiliki


leher tetapi sebaliknya kamarnya sangat berdekatan

sehingga menutupi sebagian yang lain. Contohnya :


Glandulina.

Gambar 2.19. Glandulina


Curvilinier/uniserial arcuate yaitu test uniserial tetapi
sedikit melengkung dan garis batas kamar satu dengan yang
lain atau suture membentuk sudut terhadap sumbu panjang.
Contohnya: Dentalina.

Gambar 2.20. Dentalina


Kombinasi antara rectilinier dengan linier tanpa leher.
Coiled test atau test yang terputar, macam-macamnya antara

lain :
Involute yaitu test yang terputar dengan
putaran

akhir

menutupi

putaran

yang

sebelumnya, sehingga putaran akhir saja


yang terlihat. Contoh : Elphidium.

Gambar 2.21. Elphidium


Evolute yaitu test yang terputar dengan
seluruh putarannya dapat terihat.
Contohnya : Anomalia
Nautiloid yaitu test yang terputara dengan kamrkamar dibagian umbirical (ventral) menumpang
satu sama lain. Sehingga kelihatan kamarkamarnya lebih besar dibagian
peri-peri dibandingkan dibagian umbilicus. Contoh :
Nonion.

Gambar 2.22. Nonion


Rotaloid test merupakan test yang terputar tidak pada
satu bidang dengan posisi pada dorsal seluruh putaran
terlihat, sedangkn pada ventral hanya putaran terakhir
terlihat. Contoh : Rotalia.

Gambar 2.23. Rotalia


Helicoids test merupakan test yang terputar
meninggi dengan lingkarannya cepat menjadi besar.
Terdapat pada subfamily Globigeriniidae (plankton)
contoh: Globigerina.

Gambar 2.24. Globigerina.


o
Bis
eri
al
Biserial yaitu test yang tersusun oleh dua baris kamar yang
terletak
berselang-seling. Contoh : Textularia.

Gambar 2.25. Textularia


o Teriserial yaitu test yang tersusun oleh tiga baris kamar
yang terletak berselang-seling. Contoh : Uvigerina,
Bulmina.

Gambar 2. 26. Uvigerina

Biformed test

Biformed test merupakan dua macam susunan kamar yang sangat berbeda satu
dengan yang lainnya dalam sebuah test, misalnya biserial pada awalnya kemudian
menjadi uniserial pada akhirnya. Contoh : Bigerina.

Gambar 2. 27. Bigerina.

Triformed test
Triformed test yaitu tiga bentuk susunan kamar dalam sebuah test misalnya
permulan biserial kemudian berputar sedikit dan akhirnya menjadi uniserial.
Contohnya : Vulvulina.

Gambar 2.28. Vulvulina

Multiformed test
Multiformed test merupakan dalam sebuah test lebih dari tiga susunan
kamar, bentuk ini jarang ditemukan.

Gambar 2.34. Macam-macam aperture foraminifera

BAB V
FORAMINIFERA BESAR BENTHONIK

A. Foraminifera Besar Benthonik

Ordo foraminifera ini memiliki bentuk yang lebih besar di bandingkan


dengan yang lainnya. Sebagian besar hidup didasar laut degan kaki semu dan
type Letuculose, juga ada yang hidup di air tawar, seperti family
Allogromidae. Memiliki satu kamar atau lebih yang dipisahkan oleh sekat
atau septa yang disebut suture . aperture terletak pada permukaan septum
kamar terakhir. Hiasan pada permukaan test ikut menentukan perbedaan tiap
tiap jenis. Foraminifera besar benthonik baik digunakan untuk penentu umur.
Pengamatan dilakukan degan mengunakan sayatan tipis vertical, horizontal,
atau, miring di bawah miroskop. Pemberiam sitematik foraminifera benthonik
besar yang umum ( A. Chusman
1927).
a. Famili Discocyclidae

Mempunyai cangkang discoidae atau lenticular. Pada bentuk


megalosfeer, kamar embrionik biasanya biloculer, sedang pada bentuk
mikrosfeer, kamar embrionik terputar secara planispiral. Mempunyai
septasepta sekunder yang membatasi kamar-kamar lateral.
Genus Aktinocyclina : kenampakan luar bulat, tidak berbentuk
bintang, di jumpai rusak rusak yang memancar.
Genus Asterocyclina : kenampakan luar seperti bintang polygonal,
dijumpai rusak
rusak radier.

Genus Discocyclina : kenampakam luar merupakan lensa, kadang


bengkok menyerupai lensa, kadang bengkok menyerupai pelana,
kelilingnya bulat dengan/ tanpa tonggak tonggak.
b. Famili Camerinidae

Genus Asslina : kenampakan luar pipih (lentukuler) discoidal, test besar


ukuran 50 mm, di jumpai tonggak tonggak.
Genus Cycloclypeus : kenampakan luar seperti lensa dan kamarsekunder
yang siku
siku terlihat dari luar.
Genus Nummulites : kenampakan luar seperti lensa, terputar
secara planispiral, hanya putaran terluar yang terlihat, pada
umumnya licin.
c. Famili Alveolinelliadae

Genus Alveolina : kenampakan luar berbentuk telur/slllips (fusiform),


panjang kurang lebih 1 cm.
Genus Alveolinella : bentuk sama degan Alveolina panjang sumbunya
0,5 1,5 cm serta ada suatu kanal (pre septa). Celah celahnya
tersusun menjadi 3 baris dan tersusun bergantian, tetapi sambung
menyambung.
d. Famili Miogpsinidae

Bentuk test pipih, segitiga atau asimetris, kamar embryonik bilocular


terletak dipinggir (eksentris) atau dipuncak (apical ) terdiri dari protoconc
yang hampir sama besar.

Kamar embryonik ini seluruhnya dikelilingi oleh kamar-kamar nepionik.


Kamar-kamar median berbentuk rhombik atau hexagonal yang memanjang,
pilar-pilar dapat terlihat jelas.
Genus Miogypsian : kenampakan luar terbentuk segitiga, lonjong
hingga bulat, kadang seperti bintang/pligonal, permukaan
papilliate, sering di jumpai tongkak.
Genus Miogypsinoides ; kenampakan luar terbentuk segitiga,
lonjong dan kulit luarnya datar.
e. Famili Calcarinidae

Genus Biplanispira : kenampakan luar pipih hingga seperti lensa,


discoidal, hampir bilateral simetri dengan/tanpa tonggak.
Genus Pellatispira : kenampakan luar seperti lensa (lentikuler)
dan bulat sering dijumpai tonggak.
f. Famili Orbitoididae

Golongan ini mempunyai test besar, lenticular/discoidal, biconcave, berkamar


banyak dimana hubungan antara kamar-kamarnya dilakukan dengan stolon
(pori-pori yang terbentuk tabung), dinding lateralnya berpori dan tebal, dimana
terdapat kamar-kamar dan pillar-pillar. Untuk bentuk yang megalosfer, kamar
utamanya terdiri dari :

1. Kamar embrionik/initial chamber/nucleoconch


Merupakan kamar permulaan yang tersusun dari beberapa inti.
Berdasarkan jumalah dan kedudukan inti-inti tersebut dapat dibedakan
beberapa bentuk yang akan membedakan penamaan sub-genusnya. Dari
susunan inti-intinya, nucleoconch dapat berbentuk :
o Bilocular, terdiri dari protoconch dan deuteroconch
beberapa deuteroconch lebih kecil dan mengelilingi protoconch polylepidina.
Biasanya
terdapat pada bentuk yang microsfeer.

denteroconchsama besar dengan protococh Isolepidina atau sebagai

Lepidocyclina ss.
deuteroconch lebih besar dari protoconch dan menutupi sebagian

Nephrolepidina.
deuteroconchbesar sehingga melingkupi seluruh protoconch Eulepidina dan

tr
yb
lio
le
pi
di
na
.
o Trilocular, terdiri dari 3 nucleuconch Orbitoides
o

uadrilocular, terdiri dari 4 nucleoconch Orbitoides

2. Kamar nepionik/pery-embryonic chamber


Merupakan kamar-kamar yang mengelilingi kamar embrionik, terletak antara
kamar embrionik dan kamar-kamar post nepionik. Berdasarkan letak dan
susunan kamar nepionik dapat digunakan untuk klasifikasi golongan
Ortoididae (Tan Sin Hok, 1932)

3. Kamar post nepionik/median or equatorial chamber


Merupakan kamar-kamar yang terbentuk setelah kamar nepionik. Pada
sayatan horizontal, kamar ini dapat mempunyai bentuk yang
bermacammacam, seperti rhombie hexagonal, spatulate, arcuate, ogival.
Bentukbentuk kamar post nepionik ini juga merupakan kendala dalam
klasifikasi foraminifera besar.

4. Kamar lateral
Merupakan rongga-rongga yang letaknya teratur, terletak di atas dan di bawah
lapisan tengah (median layer). Pada genus Lepidocyclina, kamar lateral ini

dapat terbentuk lensa, menyudut atau membulat.

Genus Lepidocyclina : kenampakan seperti lensa (lentiluler) pipih


cembung, discoidal, permukaan test papilate, halus reticulate,
pinggirnya bisa bulat, kadang seperti batang atau polygonal.

B. Fungsi Foraminifera Besar Benthonik

Masalahmasalah Geologi yang menghubungkan dengan umur suatu


batuan sampai sekarang masih mempergunakan foraminifera planktonik di
samping juga mengunakan metode metode lain yang lebih teruji dan lebih
tepat. Penentuan kisaran umur dengan mengunakan foraminifera planktonik,
dilakukan degan langkah langkah sebagai berikut :

Menganalisa fosil foraminifera palakton dari suatu batuan


sampai ke tingkat spesiesnya.
Mempergunakan acuan Blow (1969) dalam penetuan kisaran umum
dari fosil foram plankton yang telah diamati dan dianalisa.
Menetukan kisaran umur fosil foram plankton yang muncul akhir
dan umur yang punah awal.
Maka umur batuan yang didapatkan merupakan suatu range dari hasil
nomor C

Lalu dengan menggunakan foraminifera benthonik maka dapat


ditentukan

lingkungan

pengendapaannya,

sehingga

penggabungan

dari

foraminifera planktonik dengan foraminifera benthonik dapat menghasilkan


umur dari suatu lingkungan pengendapan tertentu.

DAFTAR PUSTAKA
http://www.foraminifera.eu/querydb.php?
class=&subclass=&orders=&family=&genus=&species=&testform=&testmat=&o
cean_cont=&area=&locality=&country=&period=&age=&stage=&formation=&p
lankbent=&fauna=&collection=&fototype=&revby=&types=&ref=&imamo=&ak
tion=suche
http://gumilareksa.blogspot.co.id/2013/02/makalah-foraminifera.html
http://arifianka.blogspot.co.id/2015/09/foraminifera-planktonik.html
http://meendah.blogspot.co.id/2013/08/mikropaleontologi-untuk-geologi.html

Anda mungkin juga menyukai