Dosimetri Boron Neutron Capture Cancer Therapy untuk Perencaaan Uji Invivo Pada Kanker Payudara
dengan Menggunakan Perangkat Lunak Monte Carlo N-Particle eXtended (MCNP-X)
oleh
Muhammad Ilma Muslih Arrozaqi
14/372592/PPA/4734
Akan dilakukan penelitian tentang dosimetri Boron Neutron Capture Therapy (BNCT) sebagai dasar
perencanaan uji in vivo untuk kanker payudara. Komponen dosis yang diperhitungkan dalam penelitian ini
meliputi dosis hasil aktivasi boron, dosis recoil proton, dosis hamburan dari neutron cepat dan neutron
epitermal, serta dosis gamma yang berasal dari interaksi neutron termal dengan hidrogen. 10B akan
diaktivasi sumber neutron terkolimasi yang keluar dari beam port tembus reaktor nuklir kartini 100 kW. Berkas
neutron tersebut memiliki spesifikasi fluks neutron epitermal 5,03 x 108 n/cm2s, rasio dosis neutron cepat
terhadap fluks neutron epitermal 2,17 x 10-13 Gy cm2/n, rasio dosis terhadap fluks neutron epitermal 1,16 x 10-13
Gy cm2/n, rasio fluks neutron termal terhadap neutron epitermal 0,120 dan rasio arus neutron terhadap fluks
total adalah 0,835. Kolimator dari beam port tembus radial akan dimodifikasi terlebih dahulu agar bidang
irradiasi lebih luas. Baik sumber radiasi maupun organisme uji in vivo dimodelkan menggunakan perangkat
lunak Monte Carlo N-Particle eXtended (MCNPX) dan keseluruhan perhitungan dosis didekati melalui proses
simulasi jejak partikel oleh perangkat lunak tersebut. Hasil dosimetri berupa konsentrasi boron dan waktu
irradiasi optimum sehingga diperoleh dosis terapeutik yang sesuai.
Kata kunci : BNCT, Dosimetri, MCNPX, Invivo
__________________________________________________________________________________________
1.
Introduction
2
toksisitas rendah dan cepat dikeluarkan dari dalam
tubuh. Karena permasalahan tersebut, saat ini sedang
dikembangkan senyawa pembawa 10B yang berbasis
analog (turunan) curcumin. Senyawa tersebut akan
mengenali reseptor spesifik HER2 yang ada pada
kanker payudara sehingga hanya akan terdeposisi di
jaringan tersebut (Meiyanto, et al., 2014).
Sebelum senyawa analog curcumin pembawa 10B
diaplikasikan secara klinis terhadap manusia, perlu
dilakukan uji coba praklinis terlebih dahulu yang
salah satunya berupa uji in vivo. Uji ini merupakan
uji coba langsung terhadap organisme sampel yang
memiliki sifat biologis mirip manusia, sehingga efek
farmakologik dan efek radiasinya dapat diketahui
secara langsung. Organisme yang diuji adalah berupa
tikus yang telah diinjeksi tumour jenis T47D dimana
Tumor ini akan tumbuh secara spesifik di dalam
kelenjar payudara.
Sebagai persiapan pelaksanaan uji in vivo tersebut,
harus disusun terlebih dahulu sebuah perencanaan
penelitian (Experimental Setup) terkait radiasi yang
meliputi dosimetri radiasi. Dosimetri untuk terapi
BNCT
terhadap
kanker
payudara
telah
diperhitungkan secara komputasional oleh Novianti
(2013) dengan sumber neutron Kolom termal Reaktor
Kartini melalui simulasi menggunakan Monte Carlo
N Particle (MCNP) versi 5. Dalam versi ini, fitur
yang tersedia terbatas pada berkas radiasi foton,
neutron dan elektron (Anonim(E), 2003). Padahal
interaksi partikel dalam BNCT melibatkan radiasi
sekunder berupa ion berat (partikel dan recoil 7Li).
Pada penelitian tersebut, dosimetri untuk ion berat
tidak menggunakan metode komputasi numerik dari
MCNP namun didekati dengan analisis perhitungan
dosis yang hanya mengacu pada fluks neutron dan
foton, sehingga akurasinya rendah (Novianti, 2013).
Versi lanjutan yang melengkapi MCNP5
adalah MCNP-eXtended (MCNPX), dimana versi ini
mampu menganalisis jejak interaksi partikel secara
lebih komprehensif karena dapat menyimulasikan 35
macam berkas radiasi termasuk ion berat (Pelowitz,
2008). Dengan menggunakan perangkat lunak
tersebut, diharapkan perencanaan dosimetri untuk uji
in vivo dapat dihitung secara lebih akurat.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis memilih
topik ini sebagai bahan penelitian untuk
menyelesaikan permasalahan di atas.
2.
Basic Principle
2.1. Dosimetry
3
satuan tersebut tetap tidak direkomendasikan. ICRU
menganjurkan untuk mengganti istilah dosis
ekuivalen menjadi dosis serap RBE terbobot (RBEWeighted Absorbed dose) dan menggunakan satuan
Gy. Meskipun keduanya memiliki konsep yang
hampir sama, namun memiliki tujuan yang berbeda.
Hal yang penting dan wajib adalah setiap kuantitas
yang terlibat harus dijabarkan secara jelas untuk
menghindari risiko kerancuan (Sauerwein, et al.,
2011).
Mengingat efektivitas dan keselamatan radioterapi
sangat bergantung pada dosis radiasi yang diterima
oleh tumor dan jaringan sehat, perhitungan distribusi
dosis radiasi atau dosimetri sangat diperlukan sebagai
bagian dari perencanaan penelitian uji in vivo
(Koivunoro, 2012). Perhitungan tersebut meliputi
penentuan konsentrasi senyawa 10B dalam sel tumor
dan waktu paparan optimal. Dengan demikian
diperoleh dosis radiasi maksimal pada tumor (dosis
lethal) namun jaringan sehat tetap mendapatkan
paparan radiasi di bawah dosis ambang keselamatan.
Hal ini untuk menghindari sisa tumor yang
berpotensi tumbuh kembali dan mengurangi efek
stokhastik kerusakan jaringan sehat baik berupa efek
kronis maupun efek akut (Anonim(B), 2010).
Pemodelan organ penting terkait kanker payudara
meliputi jaringan kulit, jaringan kelenjar payudara,
jaringan kanker dan jaringan paru-paru sebagai organ
at risk. Unsur penyusun beberapa jaringan tersebut
ditunjukkan dalam Tabel 2.1 berikut:
Payudara
0,106
0,332
0,030
0,527
0,001
0,001
0,002
0,001
0
1,02
Dw w D wB DB wN DN w fast D fast
55\*
MERGEFORMAT ()
4
4
5
6
7
Jaringan
1
2
Tumor
Jaringan kulit
normal
Jaringan otak
normal
Nmax Nambang
(g/
(g/
g)
g)
72
8,71
28,8
7,2
20
9,3
CBE
Nmax/
Nambang
3,8
2,5
0,121
0,25
1,34
0,465
Jaringan mukus
oral normal
Jaringan hati
normal
Jaringan paruparu normal
Jaringan jantung
normal
21,5
1,27
4,87
0,059
24
2,21
4,25
0,092
24
6,67
2,3
0,278
24
11,1
4
1,35
0,464
5
11
5
7
3
B*
Li
menjadi
yang meluruh menjadi nuklida
memancarkan radiasi . Proses tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
1
0
n 105 B
11
24
5 B *
7
3
Li
ln
tmax
1111\* MERGEFORMAT ()
Waktu irradiasi inilah yang digunakan untuk
memperoleh dosis radiasi maksimum dari .
3.
.
10
5
adalah
66\* MERGEFORMAT ()
Dari neraca tersebut, diperoleh fungsi jumlah nuklida
10
5B
terhadap waktu
11
5
B*
Selanjutnya laju pembentukan nuklida
dapat
dirumuskan dalam bentuk
dN 11B*
5
N 10 B N 11B*
5
5
dt
,
88\*
MERGEFORMAT ()
Dimana, adalah fluks neutron , adalah tampang
a
lintang mikroskopik reaksi dan
adalah konstanta
11
B
*
5
peluruhan nuklida
. Penyelesaian persamaan
11
5B*
untuk memperoleh jumlah nuklida
menjadi
N B (0)
t
t
t
5
10
5
(e
) N 11 B* (0)e
.
99\* MERGEFORMAT ()
Dengan demikian aktivitas radiasi adalah
A (t )
.
t
N 10 (0)(e t e ) N 11 B * (0)e t
5
5 B
1010\* MERGEFORMAT ()
N 11 B* (0)
5
77\* MERGEFORMAT ()
N 11 B* (t )
, maka
Keseluruhan
prosedur
pelaksanaan
penelitian dirumuskan dalam suatu diagram alir yang
ditunjukkan dalam Gambar 4.1. Penelitian dimulai
dengan mengkaji pustaka yang berkaitan dengan
Boron Neutron Capture Therapy (BNCT), Sumber
Neutron yang telah terkolimasi serta ketentuan
dosimetri. Hasil dari kajian tersebut berupa
pemahaman konsep BNCT, desain kolimator neutron
siap pakai, unsur penyusun jaringan serta data faktor
kualitas terbobot yang berguna untuk menyusun
model simulasi.
Sebelum dilakukan pemodelan, akan
dilakukan modifikasi sumber neutron referensi yang
sudah terkolimasi. Sumber neutron terkolimasi
tersebut adalah berkas radiasi neutron yang keluar
dari beam port tembus radial Reaktor Nuklir Kartini
100 kW melewati suatu kolimator dengan spesifikasi
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 4.2a, sehingga
memenuhi beberapa kriteria yang disyaratkan oleh
IAEA. Hal ini karena untuk keperluan uji in vivo,
bentuk kolimator tersebut kurang efisien karena
memiliki lubang aperture yang kecil sehingga hanya
mampu mengirradiasi satu sampel. Dengan demikian,
modifikasi ini bertujuan untuk memperluas bidang
irradiasi agar proses pengujian menjadi lebih cepat.
Perkiraan hasil modifikasi tersebut ditunjukkan oleh
Gambar (b).
(a)
(b)
Gambar 1.4 (a). Kolimator neutron pada beamport tembus Reaktor Nuklir Kartini (Arrozaqi, 2013). (b).
Perkiraan modifikasi kolimator tanpa aperture
Modifikasi diawali dengan menghilangkan bagian
aperture yang terdiri dari kerucut berongga, filter
neutron termal (Boral) dan perisai gamma (Pb).
Kemudian geometri yang baru ini disimulasikan
dengan MCNPX untuk dievaluasi. Jika telah
memenuhi kriteria IAEA maka hasil keluaran berkas
radiasinya dapat langsung digunakan untuk irradiasi.
Namun jika belum memenuhi maka akan diubah
ketebalan
dinding
kolimatornya
dan/atau
moderatornya sesuai dengan kebutuhan parameter
yang belum terpenuhi. Jika diperlukan, akan
ditambahkan pula filter neutron termal dan/atau
perisai radiasi dengan berbagai variasi ketebalan
menggunakan bahan yang sama dengan kolimator
referensi. Setiap variasi ketebalan masing-masing
komponen, mengacu pada jarak bebas rerata interaksi
bahan penyusun komponen tersebut. Simulasi ini
dilakukan terus menerus hingga diperoleh berkas
radiasi yang memenuhi kriteria IAEA atau diperoleh
spesifikasi berkas radiasi yang optimum.
Secara rinci, proses tersebut dimulai dari
simulasi kolimator tanpa bagian aperture. Bagian
yang pertama dievaluasi adalah dinding kolimator.
Jika dengan spesifikasi dinding kolimator tersebut
belum diperoleh fluks epitermal yang memenuhi
kriteria, maka akan dilakukan variasi dinding
kolimator untuk disimulasikan hingga diperoleh fluks
maksimum. Namun jika sudah memenuhi kriteria,
akan dievaluasi bagian moderator. Dengan adanya
moderator, diharapkan neutron cepat dapat berkurang
dan energinya turun menjadi neutron epitermal. Jika
fluks neutron cepat masih di atas batas ambang
maksimal yang disyaratkan, maka akan ditambahkan
ketebalannya secara bertahap hingga memenuhi
persyaratan. Jika sudah memenuhi persyaratan akan
dilanjutkan evaluasi filter neutron termal. Filter
neutron termal berfungsi untuk menyerap dan
7
maupun jaringan sehat
pengobatan tidak berhasil.
akan
mati
sehingga
10 W
1 J/s
1 MeV
1 fisi
15 fisi
3,121 10
13
W 1,602 10 J 200 Me V
s
Untuk
menghasilkan
daya
sebesar
100
kW
15
3,12110
fisi 2,42 n
15
=7,55310 n/s
s
fisi
15 fisi
15
3,12110
=3,12110 n/s
s fisi
Result
Conclusions
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, S. N., 2007. Interaction of Heavy Charged
Particles with Matter. Dalam: Physics & Engineering
of Radiation Detection. 105-120, Elsevier,
Amsterdam: s.n.
Alotiby, M., 2012. Boron Neutron Capture Therapy
for Cancer Therapy. Dalam: Disertasi. Master of
Science in Radiation and Environmental Protection
Department of Physics, University of Surrey, Surrey:
s.n.
Anonim(A), 2003. Cancer and The Environment.
National Cancer Institute National Cancer Institute,
Arizona: s.n.
Anonim(B), 2010. Radiation Biology: A Handbook
for Teachers and Students. IAEA, Vienna: s.n.
8
Anonim(C), 2014. Research Reactor Users'
Networks (RRUNs): Advances in Neutron Therapy.
IAEA, Viena: s.n.
Anonim(D), 2015. Pusat Data dan Informasi. Badan
Litbangkes Kementrian Kesehatan RI, Jakarta: s.n.
Anonim(E), 2003. MCNP A General Monte Carlo
N-Particle Transport Code, Version 5. Volume II, Los
Alamos National Laboratory, California: s.n.
Arrozaqi, M. I. M., 2013. Perancangan Kolimator di
Beam Port Tembus Reaktor Kartini Untuk Boron
Neutron Capture Therapy. Dalam: Skripsi. Jurusan
Teknik Fisika, Fakultas Teknik, UGM, Yogyakarta:
s.n.
Bielajew, A. F., 2001. Fundamentals of the Monte
Carlo method for neutral and charged particle
transport. Department of Nuclear Engineering and
Radiological Sciences, The University of Michigan,
Michigan: s.n.
Bray, F., Jemal, A., Grey, N. & Ferlay, J., 2012.
Global cancer transitions according to the Human
Development Index (2008-2030): a population-based
study. Lancet Oncol, Edisi 13, International Agency
for Research on Cancer, Lyon: s.n.
Bray, F., Ren, J., Masuyer, E. & Ferlay , J., 2013.
Estimates of global cancer prevalence for 27 sites in
the adult population in 2008. Dalam: International
Journal Cancer. 132, 11331145: s.n.
Cember, H. & Johnson, T., 2009. Introduction to
Health Physics. Edisi 4, the McGraw-Hill
Companies, New York : s.n.
Deng, L., Chaobin , C., Ye, T. & Li, G., 2011. The
Dosimetry Calculation for Boron Neutron Capture
Therapy. Dalam: Diagnostic Techniques and Surgical
Management of Brain Tumors. Intech, 9, 173-198,
www.intechopen.com: s.n.
Ferlay, I., Soerjomataram, I., Ervik, M. & Dikshit, R.,
2012. Cancer Incidence and Mortality Worldwide.
Dalam: Int J Cancer., 5, 136: s.n.
Hasan, A., Efadil, M., Yousif, M. & Omer, O., 2015.
Outfield Dose Calculation in Treatment of Breast
Cancer Using Radiotherapy TPs. International
Journal of Science and Research (IJSR), 4(1), pp.
2536-2541.
Hejmadi, M., 2010. Introduction to Cancer Biology.
Ventus Publishing ApS, Denmark: s.n.
ICRU, 1989. Tissue Substitutes in Radiation
Dosimetry and Measurement. Dalam:
http://physics.nist.gov/PhysRefData/XrayMassCoef/t
ab2.html , . diakses tanggal 6 mei 2015: s.n.