Anda di halaman 1dari 9

Simulasi Radiasi Dosis dengan Metode Terapi Proton pada Kanker Payudara

Menggunakan PHITS

Grace Cara Eirene Kakunsi

Program Studi Fisika Medis, Universitas Matana


grace.kakunsi@student.matanauniversity.ac.id

ABSTRAK
Salah satu metode pengobatan kanker adalah radioterapi, yang menggunakan radiasi dosis tinggi untuk menargetkan
tumor sambil meminimalkan dosis ke organ yang sehat. Terapi proton adalah salah satu pendekatan yang tersedia.
Karena presisinya yang tinggi, ini biasanya digunakan pada banyak kasus kanker payudara sambil meminimalkan
kerusakan jaringan. Terapi proton pada kanker payudara akan disimulasikan dalam penelitian ini. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui dosis paparan pada organ sekitar payudara dan dosis optimal untuk terapi
proton. Program PHITS yang berbasis simulasi digunakan dalam penelitian ini untuk memodelkan geometri,
komponen, dan organ kanker payudara. Proton adalah penyebab radiasi, yang memiliki intensitas 2,62 1010
proton/s. Profil dosis tumor digunakan untuk memodelkan variasi seragam dalam pemodelan balok. Studi ini
menunjukkan bahwa dosis dari penggunaan teknik pencil beam scanning adalah 50,3997 Gy (W) dengan fraksi total
25. Energi proton yang digunakan berkisar antara 70 MeV hingga 120 MeV. Dosisnya kurang dari batas. Berikut
adalah dosis pada organ yang sehat: Paru kanan menerima 0,0125 Gy per fraksi, paru kiri menerima 0,029 Gy per
fraksi, tulang rusuk menerima 0,0179 Gy per fraksi, dan jantung menerima 0,0077 Gy per fraksi. Kulit menerima
4,0553 Gy per fraksi, payudara kiri menerima 0,0011 Gy per fraksi, dan payudara kanan menerima 2,6469 Gy per
fraksi.

Kata Kunci: Kanker; Payudara; Terapi Proton; Dosis Optimal; PHITS

ABSTRACT
One method of treating cancer is radiotherapy, which uses high doses of radiation to target tumors while
minimizing the dose to healthy organs. Proton therapy is one available approach. Due to its high precision, it is
commonly used in many cases of breast cancer while minimizing tissue damage. Proton therapy in breast cancer
will be simulated in this study. The purpose of this study was to determine the exposure dose to the organs around
the breast and the optimal dose for proton therapy. The simulation-based PHITS program was used in this study to
model the geometry, components, and organs of breast cancer. Protons are the cause of the radiation, which has an
intensity of 2.62 1010 protons/s. The tumor dose profile was used to model uniform variation in beam modeling.
This study shows that the dose from using the pencil beam scanning technique is 50.3997 Gy (W) with a total
fraction of 25. The proton energy used ranges from 70 MeV to 120 MeV. The dose is less than the limit. Here are the
doses to a healthy organ: The right lung receives 0.0125 Gy per fraction, the left lung receives 0.029 Gy per
fraction, the ribs receive 0.0179 Gy per fraction, and the heart receives 0.0077 Gy per fraction. The skin received
4.0553 Gy per fraction, the left breast received 0.0011 Gy per fraction, and the right breast received 2.6469 Gy per
fraction.

Keywords: Breast Cancer; Proton Therapy; Dose Optimization; PHITS


1. PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tercatat pada tahun 2020, ada sekitar 685.000 perempuan yang meninggal dunia akibat
kanker payudara, dari jumlah kematian tersebut sudah termasuk dalam 2,3 juta perempuan yang
teridentifikasi mengidap penyakit kanker payudara. Sehingga, salah satu kematian pada wanita
disebabkan oleh kanker payudara [1]. Jika dipresentasekan maka angka tersebut mencapai 15%
kematian pada perempuan disebabkan oleh kanker payudara. Kemungkinan besar angka
kematian yang disebabkan oleh kanker payudara pada perempuan terjadi di negara maju dan
tersebar juga secara menyeluruh di seluruh dunia. Biasanya, untuk pengobatan kanker
menggunakan radioterapi konvensional. Tetapi, konsekuensi dari dampak yang ditimbulkan dari
pengobatan ini terbilang besar, oleh karena hal tersebut maka diperlukan cara pengobatan yang
lain untuk mengurangi dampak negatif dari pengobatan konvensional. Terapi menggunakan
protonlah yang digunakan sebagai alternatif yang bisa meminimalkan dosis pada jaringan sehat
di dekat kanker.
Terapi menggunakan proton telah banyak diteliti. Seperti, seorang tokoh yang bernama E.
B. Hug yang melakukan penelitian mengenai terapi proton, yang judul penelitiannya Proton
Therapy for Primary Breast Cancer. Penelitian yang dilakukannya, Hug mencoba
membandingkan keefektifan atau kinerja dari terapi menggunakan proton dan foton [2]. Maksud
dari penelitian ini adalah mensimulasikan dosis dan mengoptimalkannya dengan metode terapi
proton menggunakan PHITS serta menetapkan dosis yang terkena pada organ di dekat kanker.
Pada kasus kanker payudara yang diobati dengan terapi proton, tujuannya adalah untuk
memberikan dosis minimal pada organ sehat di sekitar target dan dosis total 50,4 Gy (W). Pada
terapi proton kanker payudara, terdapat 25 fraksi untuk dosis total 50,4 Gy (W), dengan dosis
berkisar antara 1,8 hingga 2 Gy per fraksi[3]. Dengan mengalikan faktor RBE tiap partikel
dengan 1,1 untuk proton, 1 untuk foton, dan 20 untuk neutron dengan energi 1 MeV, simulasi
menghasilkan dosis DRBE[4].
Fraksinasi dosis digunakan dalam radioterapi untuk memberikan waktu jaringan yang
sehat untuk memperbaiki dirinya sendiri, sehingga mencegah efek samping radiasi [14]. Dengan
mengalikan faktor dan bobot untuk setiap tingkat energi, waktu terapi radiasi dapat dihitung
dengan membagi dosis target dengan intensitas pancaran 2,62 1010 proton/s.
Perangkat lunak simulasi transportasi partikel disebut Particle and Heavy Ion Transport
Code System (PHITS). Menggunakan berbagai model reaksi nuklir dan kumpulan data, PHITS
dapat mensimulasikan sebagian besar jenis partikel dengan energi hingga 1 TeV per nukleon
untuk ion[15]. PHITS sering digunakan dalam kedokteran nuklir, proteksi radiasi, dan penelitian
proteksi radiologi.
Kode sumber program PHITS ditulis dalam bahasa Fortran. Dengan menggunakan
"perhitungan" fungsi estimator yang diterapkan, simulasi PHITS dapat menghasilkan berbagai
besaran, termasuk pengendapan panas, panjang garis, dan hasil produksi. Pengguna PHITS dapat
memperoleh informasi apa pun yang memenuhi kebutuhan mereka, seperti jenis reaksi nuklir
yang ditentukan dengan menulis program komputer.
Dalam kasus terapi proton, hasil ini mungkin menunjukkan bahwa PHITS secara akurat
mensimulasikan sinar proton yang digunakan untuk terapi proton klinis[16]. PHITS dapat
dimanfaatkan untuk menghitung distribusi dosis fisik sesuai dengan data percobaan.
Fokus utama dari penelitian ini adalah pasien pengidap kanker payudara mastektomi
yang menerima dosis radiasi dari simulasi yang dilakukan dengan metode proton. Pemindaian
berkas pensil (PBS) pada sistem Proteus®One dari IBA digunakan sebagai perangkat terapi yang
disimulasi pada terapi proton. Sebagai hasil dari simulasi ini, menyatakan bahwa target tumor
dan jaringan sehat di dekatnya menerima dosis.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana dosis paparan pada organ sekitar kanker payudara menggunakan PHITS ?
2. Bagaimana dosis optimal untuk terapi proton pada organ sekitar kanker payudara
menggunakan PHITS ?

2. METODE PENELITIAN
Model pada penelitian ini adalah simulasi dimana peneliti ingin mengetahui dosis optimal
dalam terapi kanker payudara dengan menggunakan terapi proton, maka penelitian ini
menggunakan metode kuantitatif. Peneliti mencoba melakukan pengujian dengan eksperimen
evaluasi, sebab peneliti hendak mengetahui dosis yang terkena pada jaringan sehat dan dosis
optimal yang diperlukan pasien. Metode alternatif pengganti dari metode konvensional adalah
metode terapi proton yang dianggap lebih baik dari metode konvensional. Terlihat dari penelitian
ini peneliti memakai simulasi dengan pemberian energi sebesar 70-120 MeV dan dosis total 50,4
Gy per fraksi.
2.1. Peralatan
Dua perangkat yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu perangkat lunak dan perangkat
keras. Seperti Laptop yang dengan Wiondows 10 Education 64-bit sistem operasi Core i5-
8250U @1,60 GHz & RAM 4 GB, untuk mensimulasikan interaksi partikel diperlukan
PHITS, dan pemrosesan data dipakai MS. Excel.
2.2. Spesifikasi Terapi Proton
Sebagai acuan parameter sinar dipakai sistem Proteus®ONE yang digunakan juga di RSPAD
Gatot Soebroto, dan beberapa spesifikasi keluaran pada terapi proton adalah partikel proton,
70-230 Energi sinar pada pasien, balok dengan struktur 1000 Hz, 10 µs, 6E+8 to 1E+12
proton/s, rentang jarak sinar ke pasien 0,5-32 Cm dan waktu iradiasi sendiri sekitar ≤ 2 untuk
2 Gy dengan Volume 1 L (10 x 10 x 10) Cm3.
2.3. Parameter-parameter
Terdapat enam parameter berkas yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan
simulasi, yakni parameter partikel ketika di tembakkan berkas seragam dan berkas pensil
partikel yang digunakan adalah proton, parameter radius (cm) saat digunakan atau
ditembakkan berkas seragam nilai radiusnya adalah 2 dan ketika ditembakkan menggunakan
berkas pensil maka nilai radiusnya adalah 0,1-1,5, untuk parameter rentang energi ketika
ditembakkan berkas seragam maka rentang energi yang dibutuhkan adalah 70-140 MeV,
sedangkan pada berkas pensil rentang energinya adalah 70-106 MeV, dengan parameter
jarak ke isocenter, dan saat dilakukan tembakkan deng berkas seragam dan berkas pensil
maka jarak ke isocenternya adalah 15, dan parameter jumlah energi ketika ditembakkan
dengan berkas seragam adalah 18, dan ketika ditembakkan berkas pensil jumlah energinya
adalah 14, serta untuk jumlah partikel dari penyinaran dengan berkas seragam dan berkas
pensil adalah 1000.
Untuk jarak proton dan energi dapat ditentukan dengan menggunakan parameter berkas
pada Tabel 2.

Tabel 2. Parameter Balok untuk Menentukan kedalaman


No Parameter Total
.
1. Rentang Energi (MeV 70-120
2. Langkah Energi (MeV) 2
3. Jari-jari Balok (cm) 2
4. Jumlah partikel 1000

2.4. Pemodelan Phantom


Dalam memodelkan geometri tubuh pasien digunakan phantom matematika wanita dewasa
dari Oak Ridge National Laboratory. Komponen penyusun tubuh pasien diambil dari publikasi
International Commission on Radiation Units and Measurements (ICRP). Gambar 3 dalam jurnal
ini merupakan tampilan pemodelan anterosposterior, dimana pemodelan anterosposterior adalah
sebuah gambar sinar-X di mana sinar melewati dari depan ke belakang bagian organ pasien

(wahyuni et al., 2018). Jenis organ dapat diklasifikasikan berdasarkan kedalaman sumbu Z dari
sumber radiasi. Setelah menyelesaikan pemodelan bentuk geometris, komponen penyusun
jaringan tubuh dijadikan semirip mungkin dengan jaringan tubuh manusia, karena fraksi massa
komponen setiap jaringan di setiap organ yang dilaluinya radiasi dipengaruhi oleh laju dosis
yang diperoleh.
Dimana PTV (Planning Tumor Volume), CTV (Clinical Target Volume), dan GTV (Gross
Target Volume). GTV merupakan daerah tumor inti, CTV merupakan daerah tumor yang
melingkupi inti, dan PTV merupakan daerah batas perencanaan volume target tumor (Tsuboi
et al., 2020).
2.5. Puncak Break yang tersebar (SOBP)
SOBP dimulai dari pemilihan rentang energi yang didasarkan pada rentang proton. Energi
70-120 adalah energi yang disimulasi. Tumor yang kedalaman terletak -3-3 Cm dimodelkan
dengan energi berkas seragam 70-120 MeV dan juga energi sebesar 70-106 diterapkan pada
berkas pensil. Energi tidak bisa dimasukkan apabila berada diluar rentang tersebut, karena
lokasi puncak energi melewati model tubuh. Untuk mendapatkan nilai bobot masing-masing
energi, maka pembentukan energi dilakukan dengan metode coba-coba, tujuan dari bobot
tersebut adalah meminimalkan dosis pada jaringan sehat dan menentukan dosis dasar dari
pembentukan SOBP.
2.6. Berat Energi
Penelitian menggunakan variasi pemodelan berkas pada profil dosis pada tumor. Berkas
seragam dan berkas pensil disimulasikan. Tujuan dari simulasi dua berkas ini adalah untuk
menghasilkan dosis yang optimal. Arah yang berbeda antara kedua berkas yang
disimulasikan, untuk berkas seragam arahnya lateral, sedangkan berkas pensil ada dua arah
tembak, yaitu lateral dan miring anterior kiri. Distribusi dosis pada penembakan lateral yang
kurang optimal pada tumor dijadikan dasar arah penyinaran lateral dan miring anterior kiri
pada berkas pensil. Maka, arah dari penembakan tambahan diperlukan agar dosis tumor
termaksimalkan.
Kemudian, ketika proses pembentukan SOBP dan membangun, setiap energi diberi bobot
yang optimal. Sehingga, dengan cara coba-coba proses tersebut dilakukan guna mendapatkan
bobot energi yang cukup bagi seluruh tumor dan pemberian dosis yang merata. Energi
sebesar 106 MeV adalah bobot tertinggi ditetapkan sebagai dasar SOBP pada proses
pemindaian berkas pensil pada arah yang pertama serta kedua dan pada berkas seragam
sendri ditetapkan energi sebesar 104 MeV.
Tabel 3. Bobot energi model balok pensil
Energi (MeV) Berat Energi (MeV) Berat
106 1.028 86 0.0077
104 0.15 84 0.006
102 0.12 82 0.002
100 0.085 80 0.001
98 0.03 - -
96 0.024 - -
94 0.02 - -
92 0.01 - -
90 0.0993 - -
88 0.008 - -

Pada Tabel 3 menunjukkan hasil cara coba-coba model balok pensil untuk menentukan berat
energi yang ideal guna menyebarkan dosis yang sama pada daerah tumor. Energi terendah
yang dapat dicoba untuk digunakan adalah 80 MeV dengan bobot 0.001. Sedangkan dapat
dilihat pada Tabel 4, energi paling kecil yang dapat digunakan adalah 70 MeV dengan berat
0.5. Dapat diketahui bahwa bobot energi model balok seragam memiliki berat lebih besar
daripada bobot energi balok pensil.
Tabel 4. Bobot energi model balok seragam
Energi (MeV) Berat Energi (MeV) Berat
104 12 84 1.3
102 5 82 1.2
100 3.4 80 1
98 3 78 0.88
96 2.1 76 0.8
94 2 74 0.7
92 2 72 0.6
90 1.6 70 0.5
88 1.4 - -
86 1.4 - -

Tabel 5. Dosis pada organ yang berkonsekuensi


Energi (MeV) Berat Energi (MeV) Berat
104 5 84 1.4
102 4 82 1.2
100 4 80 1
98 3 78 1.1
96 3 76 1
94 3 74 0.9
92 2 72 0.6
90 1.8 70 0.5
88 1.4 - -
86 1.4 - -

Perhitungan yang digunakan adalah Tally (T-Deposit), di mana ini digunakan untuk
menghitung dosis. Pemodelan organ dan jaringan kanker serta dosis iradiasi terjadi pada
output PHITS. Hasil dari pengujian ini kemudian diproses agar dapat memperoleh
perhitungan dosis, di mana jaringan tumor dan jaringan sehat disekitar target akan menerima
dosis tersebut. Dosis yang diperoleh dalam pengujian adalah DRBE, di mana factor RBE
dikalikan. Dosis totol dinyatakan dalam Gy (W).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada Gambar 5 digunakan berkas pensil yang dapat membatasi paparan sinar proton yang
ditembakkan ke target sehingga jangkauan sinar tersebut dapat mencakup semua bentuk tumor,
karena berkas pensil memiliki radius yang berbeda untuk setiap energi, dan berkas juga yang
dapat menyesuaikan bentuk target yakni bentuk dari kanker payudara. sehingga dosis ke target
lebih tinggi daripada dosis yang diterima di jaringan sehat di sekitar tumor.
Gambar 6 dalam jurnal diberikan informasi bahwa berkas yang digunakan adalah berkas
seragam, untuk arah berkas seragam adalah lateral artinya berkas yang ditembakkan memiliki
kemungkinan lebih lebar untuk jangkauannya dan paparan dapat melewati ukuran tumor yang
ditargetkan atau daerah PTV karena berkas seragam tidak membatasi paparan tersebut yang
akibatkan jaringan sehat yang disekitar tumor ikut terpapar. Organ sehat yang ada disekitar tumor
adalah kulit, tulang rusuk, payudara kanan dan kiri, jantung, dan paru-paru. Dengan dosis yang
diperbolehkan untuk kulit adalah 2,2 Gy/fraksi, payudara kiri 0,84 Gy/fraksi, payudara kanan
0,07 Gy/fraksi, jantung 0,7 Gy/fraksi, tulang rusuk 0,6 Gy/fraksi, paru-paru ipsilateral V20 8,11
Gy/fraksi, dan paru-paru ipsilateral V5 17,13 Gy/fraksi. Nilai untuk komponen foton dan neutron
dalam terapi memiliki rentang nilai yang sangat kecil yaitu 10 -1 hingga 10-5 Gy (W), namun tetap
mempengaruhi dosis total organ. Neutron dan foton adalah komponen partikel sekunder yang
dilepaskan selain proton dalam terapi proton.

Tabel 6. Dosis Organ


Organ Sinar pensil Dosis Foton (Gy Dosis Neutron Dosis Total (Gy
Dosis Proton RBE) (Gy RBE) (W))
(Gy RBE)
PTV 1.281 0.00053 0.0167 1.2978
CTV 4.395 0.0015 0.0507 4.4475
GTV 50.221 0.00646 0.1741 50.3997
Payudara Kanan 2.6079 0.00115 0.03788 2.6469
Payudara Kiri 0.0001 0.00001 0.00107 0.0011
Paru-paru Kanan 0.0002 0.00024 0.01206 0.0125
Paru-paru Kiri 0 0.00004 0.00282 0.0029
Kulit 4.0542 0.00003 0.00103 4.05532
Tulang 0.041 0.00013 0.00398 0.0179

Tabel 7. Dosis Organ sinar yang seragam


Organ Gy (W) Dosis Proton Dosis Foton (Gy Dosis Neutron Dosis Total (Gy
(Gy RBE) RBE) (Gy RBE) (W))
PTV 2.17547 0.00074 0.2 2.37621
CTV 8.79989 0.0021 0.7494 9.55139
GTV 50.38 0.0056 2.1388 52.5244
Payudara Kanan 3.74979 0.0017 0.4678 4.21929
Payudara Kiri 0 0.00003 0.1042 0.10423
Paru-paru Kanan 0.00101 0.0004 0.112 0.11341
Paru-paru Kiri 0 0.00004 0.0442 0.04424
Kulit 4.5363 0.00006 0.0164 4.55276

Tabel 6 dan 7 menunjukkan bahwa dosis berkas pensil pada jaringan disekitar target lebih
rendah daripada berkas seragam, yang relatif lebih tinggi karena profil distal dan lateral yang
lebar. Hal ini karena berkas pensil memiliki variasi radius yang dapat membatasi paparan proton.
Oleh karena itu, berkas pensil adalah pilihan yang optimal dalam penelitian ini.

Tabel 8. Hasil Dosis total pada organ yang berisiko


Organ yang Balok Pensil Sinar Seragam Diizinkan
berisiko Pecahan Total (Gy Pecahan (Gy Total (Gy Batas
(W)) (W)) (W) (Gy/Fraksi
Kulit R 0.1622 4.0553 0.182110 4.55276 2.2
Payudara L 0.1059 2.6469 0.168771 4.21929 0.07
Payudara 0.0000 0.0011 0.004169 0.10423 0.84
Hati 0.0003 0.0077 0.007767 0.19418 0.7
Tulang 0.0007 0.0179 0.020692 0.5148 0.6
Rusuk
R Lung 0.0005 0.0125 0.004537 0.11341 8.11
L Lung 0.0012 0.029 0.001769 0.04424 17.13

Tabel 8 menunjukkan nilai dosis yang diterima oleh organ per fraksi dan fraksi total.
Pada penelitian ini, ditunjukkan bahwa dosis yang diterima oleh organ disekitar jaringan tumor
berada di bawah yang diizinkan.

4. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Pemindaian berkas pensil dan berkas seragam, dua teknik radiasi yang digunakan dalam terapi
proton untuk kanker payudara, disimulasikan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengujian,
metode pemeriksaan berkas pensil memiliki nilai porsi penuh yang mendekati 50,4 Gy
dibandingkan dengan metode berkas seragam. Dosis penghamburan berkas pensil untuk kanker
payudara menggunakan terapi proton adalah 50,3997 Gy (W), dengan fraksi total 25, namun
dosis yang diberikan pada jaringan sehat masih di bawah batas. Kulit menerima 4,0553 Gy (W)
per fraksi, payudara kiri menerima 0,0011 Gy (W) per fraksi, payudara kanan menerima 2,6469
Gy (W), paru kanan menerima 0,0125 Gy (W) per fraksi, paru kiri menerima 0,029 Gy (W) per
fraksi, tulang rusuk 0,0179 Gy (W) per fraksi, dan jantung 0,0077 Gy (W) per fraksi.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan simulasi yang berbeda selain PHITS. Selain
itu perlu dilakukan perbandingan tidak hanya antara berkas pensil dan seragam. Sehingga dapat
diperoleh variasi hasil penelitian yang lebih banyak.

Ucapan Terima Kasih

REFERENSI
[1] World Health Organization, Breast Cancer. WHO. 2021. https://www.who.int/news- room/fact-
sheets/detail/breast-cancer.
[2] Hug E.B. Proton Therapy for Primary Breast Cancer. Breast Care. 2018. 13(3): 168-172.
[3] Bekelman J.E., Lu H., Pugh S., Baker K., Berg C.D., De Gonzalez A.B., et al. Pragmatic Randomised
Clinical Trial of Proton Versus Photon Therapy for Patients with Non- metastatic Breast Cancer: The
Radiotherapy Comparative Effectiveness (RadComp) Consortium Trial Protocol. BMJ Open. 2019. 9(10):
e025556.

[4] Lechner A. Particle interactions with matter. in: CERN Yellow Reports: School Proceedings. 2018.

Marshall T.I., Chaudhary P., Michaelidesová A., Vachelová J., Davídková M., Vondráček V., et al.
Investigating the Implications of a Variable RBE on Proton Dose Fractionation Across a Clinical Pencil
Beam Scanned Spread-Out Bragg Peak. Int. J. Radiat. Oncol. Biol. Phys. 2016. 95(1): 70-77.

Sato T., Iwamoto Y., Hashimoto S., Ogawa T., Furuta T., Abe S. ichiro, et al. Features of Particle and
Heavy Ion Transport code System (PHITS) version 3.02. J. Nucl. Sci. Technol. 2018. 55(6): 684-690.

Takada K., Sato T., Kumada H., Koketsu J., Takei H., Sakurai H., et al. Validation of the Physical and
RBE-weighted Dose Estimator Based on PHITS Coupled with a Microdosimetric Kinetic Model for
Proton Therapy. J. Radiat. Res. 2018. 59(1): 91-99
Wahyuni, Ferida., et al. Pengaruh pemeriksaan OS pedis proyeksi anteroposterior (AP) dengan arah sinar
tegak lurus 0° dan axial 10° terhadap hasil radiograf ossa tarsal. 2018. 3(3).

Tsuboi, K., Sakae, T., & Gerelchuluun, A. (2020). Proton Beam Radiotherapy. Springer.

Anda mungkin juga menyukai