Anda di halaman 1dari 3

Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul

Vol. 3 No. 1 Juni 2018, Samarinda, Indonesia

ISSN : 2528-0988 Vol. 3 No. 1

Analisis Dosis Efektif pada Petugas Radiasi Berdasarkan Data


TLD di Instalasi Radiologi RSUD Aji Muhammad Parikesit
Tenggarong

Diah Eka Safitri1,*, Kadek Subagiada1,2, dan Sukmawati Said1,2


1Jurusan Fisika, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman
2Laboratorium Elektronika dan Instrumentasi, Fakultas MIPA, Universitas Mulawarman

*Corresponding Author: diahekas77@gmail.com

Abstract The research of effective dose analysis on radiation officer based on TLD data in Radiology
Installation of RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong had done. The research intended to
analize effective dose and safety of effective dose on radiation officer based on NBD that had been
set by perka BAPETEN No. 5, 2016. Data was acquired from TLD Data in 2015 and 2016 that was
published by BPFK Surabaya every 3 month on 8 radiation officer’s eyes lens and skin. The result
of this research shown that average effective dose on radiation officer’s eyes lens in 2015 and 2016
was (0,03635 - 0,04000) mSv and (0,03740 - 0,03995) mSv. Average effective dose on radiation
officer’s skin was (0,00727 - 0,00800) mSv and (0,00748 - 0,00799) mSv. Radiation dose was under
the NBD that had been set by perka BAPETEN No. 5, 2016, that was 50 mSv each years.

Keywords: Effective Dose, Radiation Officer, TLD Data

Pendahuluan melakukan tindakan pada pasien. Pada


penelitian ini hanya menggunakan dosis
Radiasi dapat diartikan sebagai energi
efektif pada organ lensa mata dan kulit,
yang dipancarkan dalam bentuk partikel atau
dikarenakan kedua organ tersebut memiliki
gelombang. Radiasi dibagi menjadi dua yaitu
sensitivitas yang tinggi dan sudah cukup
radiasi pengion dan radiasi non pengion.
menggambarkan keseluruhan organ lainnya.
Radiasi pengion dapat dibagi menjadi dua,
Oleh karena itu, perlu diketahui apakah dalam
yaitu radiasi dalam bentuk gelombang
jangka waktu tertentu dosis yang diterima
elektromagnetik dan radiasi partikel. Sinar-X
para petugas radiasi memenuhi keselamatan
merupakan gelombang elektromagnetik yang
radiasi ataukah tidak.
banyak digunakan di bidang medis, terutama
dalam proses diagnosa. Radiasi sinar-X
Teori
tersebut setiap waktu dapat memapar
petugas rumah sakit terutama pada bagian Thermoluminescence Dosemeter (TLD)
instalasi radiologi. Pengukuran dosis radiasi merupakan jenis dosimeter personal yang
yang diterima oleh petugas radiasi dilakukan digunakan untuk mengukur dosis radiasi
dengan menggunakan Thermoluminescence gamma, sinar-X, dan beta, serta neutron.TLD
Dosemeter (TLD). TLD merupakan jenis ini menggunakan Kristal anorganik termolu-
dosimeter personal yang digunakan untuk minensi, seperti bahan lithium fluorida (LiF)
mengukur dosis radiasi gamma, sinar-X, dan dan kalsium sulfat (CaSo4). Dosimeter ini
beta, serta neutron. digunakan dalam jangka waktu tertentu,
misalnya satu bulan, yang kemudian diproses
Pentingnya pemantauan dosis radiasi untuk mengetahui jumlah dosis radiasi yang
para petugas radiasi melatarbelakangi sudah diterimanya [2].
penelitian yang dilakukan di Instalasi
Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah Aji Prinsip Kerja TLD didasarkan pada eksitasi
Muhammad Parikesit Tenggarong, dimana elektron oleh radiasi pengion, kemudian diikuti
sejak tahun 2015 telah dilengkapi TLD setiap proses terperangkap dan pelepasan elektron

1
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul
Vol. 3 No. 1 Juni 2018, Samarinda, Indonesia

ISSN : 2528-0988 Vol. 3 No. 1

yang terperangkap dengan pemanasan, Dosis efektif merupakan penurunan dari


sehingga menyebabkan pancaran cahaya besaran dosis ekuivalen yang dibobot. Faktor
yang jumlahnya sebanding dengan dosis pembobot dosis ekuivalen untuk organ T
radiasi pengion yang diterima oleh bahan TLD disebut faktor bobot jaringan, wT. Dosis efektif
tersebut. Pengukuran kuantitas keluaran (HE) dalam organ T yang menerima
cahaya oleh alat baca TLD, dilakukan dengan penyinaran radiasi dengan dosis ekuivalen
menggunakan tabung pengganda cahaya HT,R ditentukan melalui persamaan [1] :
photomultiplier (PM) dan keluarannya 𝐻𝐸 = 𝑤𝑇 𝑥 𝐻𝑇,𝑅 (4)
digambarkan sebagai fungsi temperatur yang
disebut kurva pancar (glow curve). Pelepasan ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun
elektron yang tertangkap sebelum 1990 menetapkan nilai wT yang
pembacaan dilakukan disebut sebagai dikembangkan dengan menggunakan
pemudaran. Hubungan antara bacaan TLD manusia sebagai acuan dengan jumlah yang
dengan dosis yang diterimanya harus sama untuk setiap jenis kelamin dan
ditentukan dengan kalibrasi [3]. mencakup rentang umur yang cukup lebar,
seperti ditunjukkan pada tabel 2.2 [1].
Paparan merupakan besaran untuk
menyatakan intensitas sinar-X yang dapat Tabel 2.2 Faktor Bobot Jaringan Untuk
menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah Berbagai Bagian Organ Tubuh.
tertentu. Dengan demikian, paparan (X) dapat
dirumuskan dengan [1] :
𝑑𝑄
𝑋= (1)
𝑑𝑚

Dosis serap didefinisikan sebagai jumlah


energi yang diserahkan oleh radiasi atau
banyaknya energi yang diserap oleh bahan
persatuan massa bahan itu. Secara
matematis, dosis serap (D) dirumuskan
dengan [1]:
𝑑𝐸
𝐷 = (2)
𝑑𝑚

Dosis ekuivalen pada prinsipnya adalah dosis Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
serap yang telah dibobot, yaitu dikalikan Pengawas Tenaga Nuklir (Perka BAPETEN)
dengan faktor bobot radiasi. Dosis ekuivalen Nomor 5 Tahun 2016, Nilai Batas Dosis (NBD)
dalam organ T yang menerima penyinaran dosis efektif untuk pekerja radiasi tidak boleh
dengan jenis radiasi R yaitu HT,R ditentukan melampaui 20 mSv per tahun yang dihitung
melalui persamaan [5] : dengan cara merata-ratakan selama 5 tahun
𝐻𝑇,𝑅 = 𝑤𝑅 𝑥 𝐷𝑇,𝑅 (3) berturut-turut dan 50 mSv dalam 1 tahun
ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun tertentu [4].
1990 menetapkan nilai wR berdasarkan pada
Metode
jenis dan energi radiasi seperti disajikan pada
tabel 2.1 [1]. Penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi
RSUD Aji Muhammad Parikesit Tenggarong.
Tabel 2.1 Faktor Bobot Radiasi Untuk Penelitian ini meneliti data TLD pada delapan
Beberapa Jenis dan Energi Radiasi petugas radiasi yang tiap 3 bulan sekali akan
dikirim ke Balai Pengamanan Fasilitas
Kesehatan (BPFK) Surabaya untuk
mengetahui dosis radiasi yang diterima oleh
petugas radiasi. Pertama dilakukan
pengumpulan data TLD pada tahun 2015 dan
2016. Kemudian dilakukan perhitungan dosis
ekuivalen dengan menggunakan bobot
radiasi sinar-X sebesar 1. Setelah itu,
dilakukan perhitungan dosis efektif dengan
menggunakan faktor bobot jaringan lensa
mata sebesar 0,05 dan jaringan kulit sebesar
0,01. Selanjutnya dilakukan analisis hasil
perhitungan dengan Perka BAPETEN.

2
Prosiding Seminar Sains dan Teknologi FMIPA Unmul
Vol. 3 No. 1 Juni 2018, Samarinda, Indonesia

ISSN : 2528-0988 Vol. 3 No. 1

Hasil dan Pembahasan diterima oleh organ tersebut. Dalam penelitian


ini hanya diteliti dosis efektif pada organ lensa
Dari data TLD pada petugas radiasi pada mata dan organ kulit. Hal ini dikarenakan
tahun 2015 dan tahun 2106 diperoleh hasil kedua organ tersebut memiliki sensitivitas
grafik sebagai berikut: yang tinggi dibandingkan dengan organ yang
lain. Bila dosis efektif pada kedua organ
tersebut sudah berada dalam nilai batas dosis
aman, maka dapat dipastikan bahwa
keseluruhan organ lainnya juga berada dalam
nilai batas dosis yang aman.

Kesimpulan

Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat


Gambar 1. Hasil grafik pembacaan dosis disimpulkan:
serap menggunakan TLD pada tahun 2015. 1. Dosis Efektif yang diterima tiap petugas
radiasi untuk organ lensa mata pada tahun
2015 dan 2016 berturut-turut yaitu sebesar
(0,03635 - 0,04000) mSv dan (0,03740 -
0,03995) mSv. Sedangkan untuk organ
kulit pada tahun 2015 dan 2016 berturut-
turut yaitu sebesar (0,00727 - 0,00800)
mSv dan (0,00748 - 0,00799) mSv.
2. Berdasarkan Peraturan Kepala Badan
Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 5 Tahun
Gambar 2. Hasil grafik pembacaan dosis 2016, nilai dosis efektif yang diterima tiap
serap menggunakan TLD pada tahun 2016. petugas di Instalasi Radiologi RSUD Aji
Muhammad Parikesit untuk organ lensa
mata dan kulit tidak melampui 50 mSv per
tahun, sehingga dapat dikategorikan aman
karena masih di bawah nilai batas dosis
(NBD).

Daftar Pustaka

Gambar 3. Hasil grafik perhitungan dosis [1] Akhadi, M., 2000, Dasar-Dasar Proteksi
efektif pada organ lensa mata dan kulit pada Radiasi, Rineka Cipta, Jakarta,
tahun 2015. Indonesia.
[2] Aslam, M. B. S., dkk., 2015, Seminar
Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia VII
Penguatan Profesi Bidang Kimia dan
Pendidikan Kimia Melalui Riset dan
Evaluasi, Universitas Surakarta, Solo,
Indonesia.
[3] BAPETEN, 2003, Peraturan Kepala
Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 2
Gambar 4. Hasil grafik perhitungan dosis Tentang Sistem Pelayanan Pemantauan
efektif pada organ lensa mata dan kulit pada Dosis Eksterna Perorangan, Jakarta,
tahun 2016. Indonesia.
[4] BAPETEN, 2016, Peraturan Kepala
Grafik di atas menunjukkan bahwa akumulasi Badan Pengawas Tenaga Nuklir No. 5
dosis serap yang diterima petugas radiasi Tentang Keselamatan Radiasi Dalam
pada tahun 2015 periode (April – Juni) dan Produksi Barang Konsumen, Jakarta,
pada tahun 2016 (Januari – Maret) lebih tinggi Indonesia.
diantara periode bulan yang lain. Hasil grafik [5] Waller, Dr. Edward., 2014, Radiation and
pada delapan petugas radiasi, organ lensa Environmental Safety, University of
mata menerima dosis radiasi tertinggi. Ontario Institute of Technology Faculty of
Tingginya dosis efektif organ lensa mata Energy Systems and Nuclear Science,
menunjukkan banyaknya dosis radiasi yang Canada, Amerika.

Anda mungkin juga menyukai