Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Analisa Prosedur
2.1.1 Prosedur Uji HI (Hemaglutination Inhibition)
Masing-masing sumur microplate U bottom nomor 1-12 diisi dengan 25 L
suspensi virus standar (4 HA Unit sebagai kemampuan antigen untuk mengaglutinasi
eritrosit dengan titer minimum 22 = 4). Sebanyak 25 L serum yang akan diuji
ditambahkan dan dihomogenkan di dalam sumur nomor 1. Sebanyak 25 L campuran
virus standar dan serum pada sumur nomor 1 dipindahkan dan dihomogenkan ke dalam
sumur nomor 2. Hal yang sama dilakukan pada sumur nomor 3 sampai 12. Microplate
dikocok dengan cara digoyang-goyangkan, dan diinkubasi pada temperatur ruangan
selama 15 menit. Sebanyak 25 L suspensi sel darah merah 0,5% (sebagai antibodi)
ditambahkan ke dalam seluruh sumur, microplate digoyang-goyangkan, dan diinkubasi
kembali selama 30 menit. Hasil dibaca jika eritrosit pada sumur control telah
mengendap (Balqis, 2011).
Menurut Elfidasari (2013), menyatakan bahwa sampel serum sebelum
dianalisa dengan uji HA dan HI diaktivasi terlebih dahulu pada inkubator atau
waterbath dengan suhu 56oC selama 30 menit. Tujuan dari aktivasi ini adalah
menghilangkan komplemen-komplemen yang akan mengganggu pada saat uji
berlangsung dan pembacaan uji.
2.1.2 Prosedur Pembuatan Antigen Standar 4 HA Unit
Pembuatan antigen standar 4 HA unit sebagai berikut. Pada lubang microplate
nomer 1 sampai nomer 5 diisi satu tetes NaCl fisiologis dengan menggunakan
mikropipet 0,025 mL. Micropipet 0,025 mL dimasukkan ke dalam antigen 4 HA unit
dan di mixing, kemudian dicampur pada lubang nomer 1, setelah itu dipindahkan ke
lubang nomer 2 dan selanjutnya sampai ke lubang nomer 4. Sedangkan lubang nomer 5
digunakan sebagai kontrol. Dengan menggunakan micropipette 0,05 mL, pada lubang
nomer 1 samapi nomer 5 ditambahkan suspensi eritrosit 0,5% sebanyak 1 tetes (0,05
mL). Microplate diinkubasi pada suhu kamar sampai control eritrosit dapat dibaca,
aglutinasi terjadi sampai pada lubang nomer 2 (4 HAU). Bila antigen virus 4 HAU
maka hemaglutinasi terjadi pada lubang nomer 1 dan 2 (Sianita, 2011).

2.1.3 Prosedur Retitrasi 4 HA Unit


Pelat mikrotiter diisi 0,05 mL PBS pH 7,2 sebanyak 2 x 6 lubang, kemudian
ditambahkan antigen standar 4 HA sebanyak 0,05 mL pada lubang pertama dan dibuat
enceran secara seri sampai pada lubang ke-5. Selanjutnya, ditambahkan eritrosit 0,5%
sebanyak 0,05 mL pada semua lubang dan pelat mikrotiter tersebut dibiarkan pada suhu
40oC selama 1-2 jam sehingga lubang control negatif (eritrosit + PBS pH 7,2/kolom 6)
eritrosit mengendap sempurna. Apabila aglutinasi terjadi sampai pada lubang ke-2
maka antigen standar tersebut dinyatakan tepat 4 HA (Kurniadhi, 2002).
2.2 Analisa Hasil
2.2.1 Interpretasi Uji HI (Hemaglutination Inhibition)
Menurut Amanu (2005), menyatakan bahwa pembacaan hasil uji HI dilakukan
bila pada lubang nomor 11 sudah tampak adanya aglutinasi eritrosit dan pada lubang
nomor 12 tampak terihat endapan eritrosit. Titer antibodi HI dinyatakan sebagai
kebalikan angka pengenceran serum tertinggi yang masih mampu menghambat
aglutinasi eritrosit.
2.2.2 Fungsi Uji HI (Hemaglutination Inhibition)
Menurut Indriani (2004), menyatakan bahwa fungsi uji HI untuk mengetahui
adanya respon antibodi terhadap antigen virus patogen pada hewan dan mengetahui
korelasi antara titer antibodi dan ketahanan pada uji tantang dengan virus patogen di
lapangan.
2.2.3 Faktor Kegagalan dan Keberhasilan Hasil Uji HI (Hemaglutination Inhibition)
Faktor yang mempengaruhi kegagalan dan keberhasilan hasil uji HI, antara
lain: ada tidaknya virus antigen di dalam cairan amnio-allantoic pada TAB,
kontaminasi dengan mikroorganisme yang tidak diinginkan dalam hasil percobaan, dan
pembuatan suspensi eritrosit hewan dengan konsentrasi yang tidak sesuai dengan
prosedur uji HA (Hemaglutinin) atau uji HI (Hemaglutinin Inhibition) (Nuradji, 2008).
Menurut Heryanto (2010), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
hasil uji HI, yakni kesesuaian subtipe virus vaksin yang digunakan dalam vaksinasi,
faktor penyimpanan dan prosedur kerja yang sesuai dengan Standard Operasional
Procedure (SOP) yang telah ditetapkan akan berpengaruh pada hasil uji HA dan HI.

2.2.4 Penyakit yang Diuji dengan HI Test


Menurut Nuradji (2008), menyatakan bahwa keberadaan virus yang mampu
mengaglutinasi sel darah merah (SDM) ayam, yaitu virus AI, ND (Newcastle Disease)
atau EDS (Egg Drop Syndrome).
Menurut Sudarmono (2015), menyatakan bahwa virus influenza golongan A
dikelompokkan berdasarkan serajat protein permukaan, yakni protein hemaglutinin (H)
dan protein neuraminidase (N). Virus influenza musiman tersering yang beredar adalah
subtipe A (H1N1/Flu Babi) dan A (H3N2).

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pada Praktikum ini dilakukan pemeriksaan hemaglutination inhibition dimana
tujuan dari praktikum ini adalah untuk mendeteksi adanya antibodi yang spesifik dan
mendeteksi antibodi terhadap virus ND, EDS, IB, dan AI. Prinsip dari praktikum
hemaglutination inhibition adalah andtibodi yang spesifik jika di tambahkan dapat
menghambat virus yang mengaglutinasi eritrosit sehingga tidak terjadi aglutinasi.
Hemaglutinasi Inhibition merupakan yang di induksikan oleh virus sebagai prosedur
untuk mengidentifikasi hemaglutinasi oleh virus atau metode untuk mengukur
konsentrasi dari antigen terlarut dalam spesimen biologis dimana spesimen di induksi
dengan antibodi spesifik dan kemudian dengan eritrosit.
Hasil titer andtibodi yang didapatkan pada kelompok kami yaitu 2 11 yang
mengalir ke bawah. Hal ini menunjukkan adanya reaksi positif karena terjadi hambatan
aglutinasi. Titer antibodi HI dinyatakan sebagai kebalikan angka pengenceran serum
tertinggi yang masih mampu menghambat aglutinasi eritrosit.

DAFTAR PUSTAKA
Amanu, S., Rohi, O.K. 2005. Studi Serologis dengan Uji Hambatan Hemaglutinasi terhadap
Angsa yang Dapat Bertindak Sebagai Pembawa Newcastle Disease di D.I.
Yogyakarta. Jurnal Sain Veteriner 1 : 10.
Balqis, U., Hambal, M., dkk. 2011. Peningkatan Titer Antibodi terhadap Avian Influenza
Dalam Serum Ayam Petelur yang Divaksin dengan Vaksin Komersial. Agripet 11
(1) : 6.
Elfidasari, D., Puspitasari, R.L. 2013. Analisa Cross-Infection Virus AI Subtipe H5N1
Berdasarkan Imunoserologi pada Burung Air di Cagar Alam Pulau Dua. Jurnal AlAzhar Indonesia Seri Sains dan Teknologi 2 (2) : 123.
Heryanto, A., Erwan, B. 2010. Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Hasil Uji
Haemagglutination dan Haemagglutination Inhibition (Uji Ulang terhadap
Antigen Avian Influenza Subtipe H5N1 Produksi Pusvetma). Buletin Veterinaria
Farma 7 (1) : 29-31.
Indriani, R., Dharmayanti, N.L.P.I., dkk. 2004. Deteksi Respon Antibodi dengan Uji
Hemaglutinasi Inhibisi dan Titer Proteksi terhadap Virus Avaian Influenza Subtipe
H5N1. JITV 9 (3) : 205.
Kurniadhi, Pudji. 2002. Metode Uji Hambat Hemaglutinasi (HI Test) Sebagai Teknik
Pemeriksaan Diagnosis Serologik terhadap Penyakit Aujeszky. Buletin Teknik
Pertanian 7 (2) : 59.
Nuradji, H., Parede, L., dkk. 2008. Isolasi dan Identifikasi Virus Avian Influenza Asal Bebek.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner : 686-687.
Sianita, N., Hasan, Z., dkk. 2011. Respon Antibodi dan Protektivitas pada Ayam Pasca
Vaksinasi Menggunakan Vaksin ND Aktif Lv12. Veterinaria Medika 4 (2) : 131.
Sudarmono, P.P. 2015. Biosecurity dalam Kedokteran dan Kesehatan. eJKI 3 (1) : 3.

Anda mungkin juga menyukai