Laporan Akhir Salep Mata A4
Laporan Akhir Salep Mata A4
KELOMPOK A4 :
LUTHFI
PRIASDHIKA
13613048
NANDA NUR RIZKI H
13613049
WIKY DELINDA
13613050
13613051
13613052
(1)
.
(2)
. Menurut Ansel,
dermatologi salep mata yang baik harus memenuhi beberapa syarat, antara
lain : steril, bebas hama/bakteri, tidak mengiritasi mata, difusi obat keseluruh
bagian mata yang dibasahi cairan mata, dan dasar salep harus mempunyai
titik lebur atau titik leleh yang mendekati suhu tubuh . Basis yang umum
digunakan adalah lanolin, vaselin, dan paraffin liquidum serta dapat
mengandung bahan pembantu yang cocok seperti antioksidan, zat penstabil,
dan pengawet(1). Salep mata digunakan untuk tujuan terapeutik dan
diagnostik, dapat mengandung satu atau lebih zat aktif (kortikosteroid,
antimikroba atau antibakteri/antivirus, antiinflamasi nonsteroid dan midriatik )
yang terlarut atau terdispersi dalam basis yang sesuai
(3)
. Sebagai sediaan
c. Salep mata harus memenuhi syarat kebocoran dan partikel logam pada
uji salep mata.
d. Wadah untuk salep mata harus berada dalam keadaan steril saat
pengisian maupun penutupan, serta harus tertutup rapat dan disegel
untuk menjamin sterilisasinya pada pemakaian pertama.
e. Dasar salep yang digunakan tidak boleh mengiritasi mata.
f.
bahan
yang
sesuai
untuk
mencegah
pertumbuhan
atau
(2)
Beberapa dasar salep yang dapat menyerap, bahan dasar yang mudah
dicuci dengan air dan bahan dasar larut dalam air yang dapat digunakan
untuk obat yang larut dalam air. Bahan dasar salep seperti ini memungkinkan
dispersi obat larut air yang lebih baik, tetapi tidak boleh menyebabkan iritasi
pada mata (2). Adapun sediaan salep mata yang ideal adalah :
a. Sediaan yang sedemikian sehingga dapat diperoleh efek terapi yang
diinginkan dan sediaan ini dapat digunakan dengan nyaman oleh
penderita.
b. Salep
mata
yang
menggunakan
semakin
sedikit
bahan
dalam
(5)
Salep mata harus steril dan disimpan dalam tube yang steril
(6)
(1)
: C12H11Cl12N2O5
3. Pemerian Bahan
4. Kelarutan
:
Pelarut
Kelarutan
Air
Kloroform
Sukar larut
Eter
Sukar larut
Etanol
Propilen glikol
Aseton
Mudah larut
Etil asetat
Mudah larut
5. Stabilitas
Terhadap Cahaya
Terhadap Suhu
Terhadap Oksigen
oksigen
6. Titik Lebur
1490-1530C
7. Inkompatibilitas
Calcium
chloride,
Carbenicillin
sodium,
Chlorpromazine
HCl,
succinate,
Oxytetracycline,
Nitrofurantoin
Phenytoin
sodium,
sodium,
Novobiocin
Polymixin
sodium,
sulphate,
dengan
baik
dengan
situs
aseptor
menghambat
reaksi
(9)
Rasa pedih dan terbakar mungkin terjadi saat aplikasi kloramfenikol pada
mata. Reaksi hipersensitifitas dan inflamasi termasuk konjungtivitas,
terbakar, angioheurotic edema, urticaria vesicular atau maculopapular
dermatitis (jarang terjadi) (10).
2.6 Dosis
Untuk sediaan salep mata, kloramfenikol digunakan sebanyak 0,5-1 %
dalam sediaan
(1)
3. EKSIPIEN
3.1 Lanolin (Adeps lanae)
Lemak bulu domba adalah zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh
dari bulu domba Ovis aries Linne (Famili Bovidae), yang dibersihkan,
dihilangkan warna dan baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25% dan
antioksidan yang sesuai tidak lebih dari 0,02%. (2) Lanolin memiliki bobot jenis
0,932-0,945 g/cm3 dan titik lebur 380-440C.
Sifat Fisikokima
1. Pemerian bahan
Lanolin berwarna kuning pucat, zat serupa lilin, bau lemah.
Peleburan lanolin berwarna jernih atau hampir jernih, cairan kuning.
2. Kelarutan
Larut dalam benzen, kloroform, eter dan petroleum, larut dalam
etanol dingin (95%) dan juga larut dalam etanol mendidih (95%),
praktis tidak larut dalam air
3. Stabilitas
Lanolin dapat mengalami autooksidasi, sehingga didalamnya
ditambahkan antioksidan yaitu butilated hidroksitoluena. Terpaparnya
pemanasan yang lama dapat menyebabkan warna lanolin menjadi
gelap dan menimbulkan bau yang tengik. Lanolin dapat disterilisasi
dengan sterilisasi panas kering pada suhu 150 0C. Pada sediaan
salep mata yang mengandung lanolin, dapat menggunakan sterilisasi
filtrasi atau dengan radiasi sinar gamma.
4. Penyimpanan
Disimpan dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya atau
sinar matahari, di tempat sejuk dan kering serta pada temperatur 15 0300C.
5. Penggunaan
Lanolin dalam sediaan salep mata umumnya digunakan sebagai
basis salep dan agen pengemulsi
6. Inkompatibilitas
Kemungkinan lanolin mengandung prooksidan, yang mana
mungkin mempengaruhi stabilitas dari beberapa obat aktif
(12)
sebagai
zat
pemantap
dapat
ditambahkan
tokoferol
atau
butylhidroksitoluena tidak lebih dari 10 bpj. (2) Paraffin cair memiliki bobot jenis
sebesar 0,827 0,89 g/ cm3 pada suhu 20 0C.
Sifat Fisikokimia
1. Pemerian bahan
Transparan, kurang berwarna, kental, tidak berasa dan berbau
ketika dingin, dan berbau minyak lemah ketika dipanaskan.
2. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam etanol ( 95 % ), gliserin dan air, larut
dalam aseton, benzen, kloroform, karbon disulfida, eter dan
petroleum eter, larut dengan minyak atsiri kecuali minyak jarak.
3. Stabilitas
Paraffin merupakan zat yang stabil, kecuali dengan pemanasan
dan pembekuan yang berulang dapat mengubah komponen fisiknya.
4. Penyimpanan
Paraffin harus disimpan pada tempat yang tertutuprapat, dengan
temperatur tidak kurang dari 400C.
5. Penggunaan
Sebagai basis salep, emollien dan pembersih pada kondisi kulit
tertentu, dan sebagai lubrikan dalam sediaan mata pada pengobatan
mata yang kering
6. Inkompatibilitas
Paraffin cair memiliki inkompatibel dengan agen pengoksidasi
yang kuat (12).
3.4 Vaselin Flavum
Vaselin kuning merupakan campuran yang dimurnikan dari hidrokarbon
setengah padat yang diperoleh dari minyak bumi. Dapat mengandung zat
penstabil yang sesuai.(2) Vaselin kuning memiliki bobot jenis antara 0,815 dan
0,880 dan memiliki titik lebur sebesar 38-600C.
Sifat Fisikokima
1. Pemerian Bahan
Massa lunak, lengket, bening, putih; sifat ini tetap setelah zat
dileburkan dan dibiarkan hingga dingin tanpa diaduk.
2. Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air dan dalam etanol (95%) P, larut dalam
kloroform P, dalam eter P dan dalam eter minyak tanah P, larutan
kadang-kadang beropalesensi lemah.
3. Stabilitas
Vaselin tidak stabil pada cahaya atau sinar matahari, bila terpapar
oleh cahaya bisa menyebabkan teroksidasi yang dapat mengalami
perubahan
warna
vaselin
dan
menghasilkan
bau
yang
tidak
4. Penyimpanan
Vaselin harus disimpan pada tempat yang tertutup baik dan
terlindung dari cahaya.
5. Penggunaan
Vaselin
digunakan
sebagai
basis
salep
dan
emolien
pada
flavum
inkompatibilitas
(12)
merupakan
bahan
inert
dengan
beberapa
C. PRODUK KOMPETITOR
1. Erlamycetin (PT.Erela)
2. Chloramphenicol (PT.Novapharma)
3. Ikamicetin (PT.Ikapharmindo)
D. DESAIN FORMULA
1. Formulasi Acuan
No
Nama Bahan
Fungsi
Persen
Pemakaian
Kloramfenikol
Bahan aktif
1%
Parafin cair
Basis salep
3-6%
Polyethylen glycol
Emollient
2. Formulasi Modifikasi
No
Nama Bahan
Fungsi
Kloramfenikol
Bahan aktif
Persen
Pemakaian
1%
Paraffin cair
Basis salep
4%
Lanolin anhidrat
Basis salep
2%
Vaselin flavum
Emollient
ad 10 gram
Nama Bahan
Fungsi
Kloramfenikol
Bahan aktif
Persen
Pemakaian
1%
Adeps Lanae
Basis salep
6%
Setil alkohol
Pengental
2,5%
Paraffin Cair
Basis Salep
30%
Vaselin flavum
Emollient
ad 10 gram
4. Perhitungan Bahan
a. Kloramfenikol = 1% x 10 gram
= 0,1 gram
b. Adeps Lanae
= 6% x 10 gram
= 0,6 gram
c. Setil alkohol
d. Paraffin cair
= 30% x 10 gram
= 3 gram
= 0,105 gram
b. Adeps Lanae
= 0,639 gram
c. Setil alkohol
= 0,2625 gram
d. Paraffin cair
= 3,15 gram
= 6,35 gram
Dicampur semua bahan kecuali zat aktif dan setengah paraffin cair
Ditutup wadah yang berisi basis salep dengan aluminium oil lalu disalurkan ke
white area
3. White area
Setelah ditimbang zat aktif dan setengah paraffin cair dimasukkan kedalam
LAF
Dicampur zat aktif dengan setengah paraffin cair di dalam mortir diaduk
hingga homogen
Dicampur basis yang telah disaring dengan campuran zat aktif dengan
paraffin cair, diaduk hingga terbentuk salep
Dimasukkan salep yang sudah jadi ke dalam wadah tube yang telah disiapkan
kemudian dikemas dalam wadah sekunder, beri etiket
formulasi
sediaan
salep
mata,
mampu
dalam
melakukan
(1)
formulasi
sediaan
salep
mata,
kloramfenikol
digunakan
(13)
dilakukan
selagi
panas,
hal
ini
dikarenakan
untuk
mencegah hasil leburan memadat pada corong pisah. Tentu saja ini
dapat mengurangi komposisi dari basis salep itu sendiri. Untuk
menghaluskan zat aktif dapat digunakan mortar dan stamper. Mortar
dan stamper juga digunakan untuk menghomogenkan zat aktif
dengan hasil leburan (bahan eksipien) untuk memperoleh sediaan
salep
mata.
Sediaan
salep
mata
yang
telah
jadi
kemudian
(2)
. Hasil
merata.
Hal
ini
berarti
persyaratan homogenitas
(2)
sediaan
yang
dibuat
sesuai
dengan
H. KESIMPULAN
1. Dalam melakukan studi pra formulasi sediaan salep mata perlu
diperhatikan khususnya basis salep yang digunakan sebaiknya basis
salep yang dipilih tidak boleh mengiritasi mata, memungkinkan difusi
obat dalam cairan mata dan tetap mempertahankan aktivitas obat
dalam waktu tertentu pada kondisi penyimpanan yang tepat.
2. Dalam pembuatan sediaan salep mata perlu diperhatikan teknik
aseptis khususnya alat-alat dan bahan yang digunakan harus dalam
keadaan steril maupun prosedur pembuatan juga harus dalam
keadaan steril. Sterilisasi dapat menggunakan autoclave, oven, dan
LAF.
3. Dalam evaluasi sediaan salep mata diperoleh hasil uji pH untuk 2
replikasi adalah 5,0 dimana pH tersebut tergolong asam lemah. Hasil
pH tersebut tidak sesuai dengan pH mata yaitu 7,4. Sedangkan, uji
homogenitas diperoleh hasil : terlihat tidak ada partikel yang
berukuran lebih besar, ukuran partikel terlihat hampir sama serta
susunan partikelnya tersebar merata. Hal ini berarti sediaan yang
dibuat sesuai dengan persyaratan homogenitas.
I.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ansel, H.C, 2008, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat, UI
Press, Jakarta, 562.
2. Anonim, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta, 58; 72; 189; 652; 823.
3. Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi Edisi Kelima, Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta.
of
Pharmaceutical
Excipients
sixth
edition,
Royal
LAMPIRAN
1) DESAIN ETIKET
Apotek HoreFarma
JL. Kaliurang km 14,5 Telp: 021-0080088
Apoteker : Pioneeria, S.Farm, Apt
SIPA :180/per/XIV/2016
No. Resep:
Tgl:
2) DESAIN KEMASAN
3) DESAIN BROSUR
4) FOTO HASIL SEDIAAN