Anda di halaman 1dari 17

Nama

: Fajar Frihdianto

NIM

: K2514030

PRODI/SEMESTER

: Pend. Teknik Mesin / II

Mata Kuliah

: Ilmu Bahan

Tanggal

: 27 April 2015

Jawaban
1. CACAT DALAM MATERIAL
Cacat pada material merupakan ketidaksempurnaan pada material. Berdasarkan
geometrinya, cacat/defect pada material dapat dibagi dalam 4 (empat) katagori , yaitu:
a.
b.
c.
d.

Cacat titik (cacat 0 dimensi Point Defect)


Cacat garis (cacat 1 dimensi Line Defect / Diclocation)
Cacat Bidang (cacat 2 diimensi Planar/ Surface Defect)
Cacat Volume (cacat 3 dimensi Volume Defect (VOID)

a. Cacat titik
Cacat titik adalah cacat berupa titik pada material. Cacat titik terbagi atas :
1) Vacancy (kekosongan), yaitu cacat yang terjadi akibat adanya kekosongan atom dalam
susunan atom.
2) Subtitusi/pergantian, yaitu cacat yang terjadi akibat adanya pergantian atom pada
susunan atom.
3) Intertisi adalah cacat yang terjadi akibat adanya atom lain yang menyusup dalam
susunan atom. Intertisi terbagi atas:

b.

Self Intertisi, yaitu cacat akibat adanya atom yang menyisip pada susunan
atom yang berasal dari atom itu sendiri.

Impurity, yaitu adanya atom asing yang menyusup pada susunan atom yang
bersifat mengganggu.

Cacat Garis/Dislokasi

Cacat garis adalah ketidaksempurnaan pada material akibat kekosongan pada sebaris
atom. Dislokasi terbagi atas dislokasi sisi dan dislokasi ulir.

1) Dislokasi sisi, adalah cacat garis yang arah pergerakan atomnya tegak lurus terhadap
garis dislokasi. (Dislocation line)
2) Dislokasi Ulir, yaitu cacat gais yang arah pergerakan atomnya sejajar terhadap arah
garis dislokasi (Dislocation line).
c. Cacat Bidang
Cacat bidang yaitu ketidak sempurnaan material pada sebidang struktur atom.
Contohnya;
1. Twinning
2. Batas butir
d. Cacat Ruang
Cacat ruang adalah ketidaksempurnaan kristal pada seruang atom yaitu timbulnya
rongga antara batas butir karena orientasi butir dan dapat dilihat secara langsung.
Contohnya :

Porositas

Retak

Ronngga

Berikut ini akan saya sedikit menjelaskan mengenai bentuk-bentuk cacat diatas :
a. CACAT TITIK
Cacat titik yang paling sederhana adalah kekosongan (vacancy) disini ada atom yang
hilang dalam kristal. Cacat titik ini merupakan hasil dari penumpukan yang salah sewaktu
kristalisasi atau juga dapat terjadi pada suhu yang tinggi oleh karena energi thermal
meningkat. Bila energi thermal tinggi, ada kemungkinan bagi atom-atom untuk melompat
meninggalkan tempatnya (dimana energi terendah akan ikut naik pula). Maka akan terdapat
kekosongan tunggal saat kristalisasi. Dan bila terdapat kekosongan ada 2 (dua) maka dapat
disebut sebagai kekosongan ganda . Perhatikan gambar dibawah ini

Bila ketidak-sempurnaan seperti kekosongan jumlahnya meliputi 1 (satu) atau beberapa atom
maka ketidak sempurnaan tersebut biasa-nya disebut dengan nama cacat titik atau POINT
DEFECT.
Point defect dapat berupa :
a. Vacancy (kekosongan) akan :
1. atom pada tempatnya
2. pasangan ion (schottky)
b. Subsitusi oleh atom asing.
c. Intertisi oleh atom asing dengan ukuran relatif kecil.
Self intertisial pada umumnya biasa dikenal sebagai Frenkel-defect dan vacancy akan
pasangan ion dikenal sebagai Schootky Defect.
Kekosongan pasangan ion (disebut juga cacat schottky) terdapat pada senyawa yang harus
mempunyai keseimbangan muatan.
Cacat ini mencakup kekosongan pasangan ion berlawanan, kekosongan pasangan ion dan
kekosongan tunggal mempercepat diffusifitas atom

Cacat titik (point defect) menyebabkan distorsi lokal dalam kristal. Misalnya : Vacancy
dapat menyebabkan KOMPRESSIVE STRESS. Subsitusi oleh atom-atom yang lebih kecil
atau besar selalu dapat menyebabkan kompressive dan Tensile Stress.
Intertisi menyebabkan strain di sekitar tempat yang diduduki dengan kata lain, cacat titik
menyebabkan meningkatnya energi dalam material secara thermodinamik.
(Cacat tidak akan menyebabkan peningkatan besaran ENTHALPY (H) Material).

b. CACAT GARIS / LINE DEFECT (DISLOCATION)


Line defect yang paling banyak dijumpai adalah dislokasi. Secara geometris, dislokasi dapat
digambarkan seperti di bawah ini :

Dislokasi ini dapat digambarkan sebagai sisipan satu bidang atom tambahan dalam struktur
kristal. Garis dislokasi dalam gambar tersebut adalah garis tegak lurus pada bidang
gambar. Di daerah garis sekitar dislokasi terjadi distorsi kisi yang besifat lokal. Daerahdaerah yang jauh dari garis dislokasi, derajat distorsi lokalnya menurun dan susunan
atomnya kembali normal.
Distorsi kisi tersebut dapat berupa tekanan dan tegangan sehingga terdapat energi tambahan
sepanjang dislokasi tersebut. Jarak geser atom di sekitar dislokasi disebut vektor geser b*
(burger vectors) yang mana tegak lurus pad garis dislokasi.

Ada 2 jenis dislokasi, yaitu :


- EDGE DISLOCATION (dislokasi sisi) dan
DISLOCATION (dislokasi ulir)

- SCREW

Di dalam material biasanya ditemukan gabungan antara edge dislocation dan screw
diclocation yang biasa disebut dislokasi campuran.

Dislokasi dapat berpindah-pindah

ataupun bergerak. Proses dimana deformasi plastis di-karenakan gerakan gerakan dislokasi
yang berpindah-pindah tersebut biasanya dinamakan dengan SLIP.
Bidang, dimana garis dislokasi melintang disebut BIDANG SLIP, sedangkan arah gerakan
dislokasi disebut ARAH SLIP. Bila ditinjau secara khusus , ternyata gerakan dislokasi pada
berbagai bidangn kritis adalah tidak sama sehingga dengan perkataan lain dapat dikatakan
bahwa terdapat arah dan bidang kristal yang meudahkan dislokasi terssebut bergerak yang
disebut dengan nama PREFFERED PLANE.
Bidang-bidang dan arah bidang yang memudahkan dislokasi tersebut bergerak pada
umumnya adalah bidang-bidang kristal yang memiliki planar density yang tinggi. Sedangkan
arah gerakan dislokasi pada bidang kristal dengan planar density yang tinggi merupakan arah
slip.
Dengan perkataan lain arah slip yang diinginkan adalah arah dengnn Linier density yang
tinggi.

c. SURFACE DEFECTS (PLANAR DEFECTS)


Planar defect (dapat berupa cacat pada permukaan-permukaan luar, twin boundary, batasbatas fasa, batas butir) pada material (dimana) akan memisahkan material tersebut atas
beberapa bagian yang mana tiap-tiap bagian akan memiliki struktur kristal yang sama tetapi
berbeda arah kristalnya.

Permukaan Material
Ketidak-sempurnaan kristal dalam dua dimensi merupakan suatu batas, dimana batas yang
nyata adalah permukaan luar. Permukaan dapat diilustrasikan sebagai batas struktur kristal
sehingga kita dapat melihat bahwa koordinasi atom pada permukaan tidak sama dengan
koordinasi atom dalam kristal. Dengan kata lain : Atom permukaan hanya mempunyai
tetangga pada satu sisi saja, sehingga memiliki energi yang lebih tinggi dimana ikatannya
menjadi kurang kuat. Karena atom-atom ini tidak seluruhnya dikekelingi oleh atom lainnya,
maka energinya jadi lebih banyak dibandingkan dengan atom di dalamnya.

Contoh idealnya:
Tetesan cairan yang berbentuk bulat maka luas permukaannya per satuan volume tetesan
harus minimal (sehingga E permukaannya minimmal). Penyerapan permukaan merupakan
adanya perbedaan energi pada permukaan tersebut.

Batas Butir

Bentuk butir dalam solid material biasanya diatur oleh adanya butir-butir lain di sekitarnya
dimana dalam setiap butir, semua selnya teratur dalam satu arah dan satu pola yang tertentu.
Pada grain boundary (batas butir), antara dua butir yang berdekatan terdapat daerah transisi
yang tidak searah dengan pola dalam kedua butir tersebut.

d. VOLUME DEFECTS
Volume defects pada material dapat berupa : crack (retak)/pori-pori, inklusi,
presipitat, fasa kedua dan lain sebagainya. Kehadiran volume defect di dalam
materiaal biasanya memberikan suatu implikasi (misalnya terhadap sifat
material) yang akan menyebabkan perubahan densitas material (terutama
dengan adanya pori-pori ataupun fasa kedua pada material).

Secara illustratif akan ditinjau efek dari kehadiran cacat volume tersebut (seperti retak)
terhadap kekuatan material, dimana ingin dilihat perban-dingan (kekuatan tarik retakan)
dengan th (kekuatan tarik teoritis) suatu material yang sama.

2.

Pengertian Dislokasi Dan Deformasi


a. Dislokasi

Dislokasi adalah suatu pergeseran atau pegerakan atom-atom di dalam sistem kristal
logam akibat tegangan mekanik yang dapat menciptakan deformasi plastis (perubahan
dimensi secara permanen). Kekuatan (strength) dan keuletan (ductility) atom di dalam
melalui tingkat kesulitan atau kemudahan gerakan dislokasi di dalam sistem kristal logam.
Misalya pada proses pengerjaan dingin (cold work) terjadi peningkatan dislokasi di dalam
kristal logam sehingga kekuatan logam meningkat, namun keuletan menurun.
Pada dasarnya dislokasi ada 2 yaitu edge dislocation and screw dislocation. Dislokasi
ulir menyerupai spiral dengan garis cacat sepanjang sumbu ulir. Vektor gesernya sejajar
dengan garis cacat. Atom-atom disekitar dislokasi ulir mengalami gaya geser, oleh karena itu
terdapat energi tambahan di sekitar dislokasi tersebut.
Kedua jenis dislokasi garis terjadi karena adanya ketimpangan dalam orientasi
bagian-bagian yang berdekatan dalam kristal yang tumbuh sehingga ada suatu deretan atom
tambahan ataupun deretan yang kurang.
Semua cacat diatas dapat digeser dalam suatu lattice, baik karena pengaruh
thermodinamik maupun gaya mekanik.
Gerakan dari edge dislocation dimulai dari tepi kristal dengan terbentuknya
dislocation line, sebagai akibat dari gaya geser (shear force). Garis dislokasi ini berupa garis
lurus sepanjang kristal dan tegak lurus sepanjang kristal dan tegak lurus terhadap arah gaya
geser. Gaya geser seterusnya akan mendorong garis dislokasi ini dari satu baris atom ke baris
atom berikutnya. Baris atom yang telah tergeser ini dikatakan telah mengalami slip dan
bidang tempat terjadinya pergeseran ini dinamakan bidang slip (slip plane). Slip plane selalu
merupakan bidang yang padat atom. Dari gambar juga tampak bahwa baris atom yang telah
bergeser akan kembali memiliki ikatan antar atom seperti semula, hanya saja ikatan ini
sekarang terjadi dengan baris atom yang berbeda.
Pengertian mengenai dislokasi ini akan bermanfaat untuk menjelaskan berbagai sifat
logam antara lain deformasinya, penguatan dan lain lain.
Cacat bidang yang selalu terdapat pada kristal logam adalah grain boundary (batas
butir). Pada batas butir selalu terdapat distorsi baik karena pengaruh tegangan permukaan
maupun akibat dari interaksi dengan atom-atom kristal tetangganya. Karena setiap butir
kristal mempunyai orientasi yanga berbeda satu sama lain, maka pada batas antara satu butir
dengan butir lain akan terjadi ketidakaturan susunan atom.
b. DEFORMASI

Deformasi ada 2 yaitu :


- deformasi plastik
- deformasi elastik
1) Deformasi plastik pada kristal
Bila suatu kristal mengalami tegangan maka susunan atom pada kristal itu akan
mengalami perubahan posisi, perubahan ini bersifat sementara bila tegangan yang bekerja
tidak cukup besar dan akan bersifat permanen bila tegangan sudah melampaui yield. Bila
tegangan telah melampaui yield maka garis dislokasi sudah bergeser dan mungkin telah
mencapai batas butir, sehingga butir kristal mengalami perubahan bentuk yang permanen.
Perubahan bentuk pada butir kristal akibat terjadinya hal ini akan menyebabkan terjadinya
perubahan bentuk pada bentuk luar benda. Deformasi (perubahan bentuk) dapat terjadi
dengan terjadinya slip atau twinning atau kombinasi keduanya.
Deformasi dengan slip
Slip merupakan mekanisme terjadinya deformasi yang paling sering dijumpai. Slip
terjadi bila sebagian dari kristal tergeser relatif terhadap bagian daari kristal lain sepanjang
bidang kristalografi tertentu. Bidang tempat terjadinya slip ini dinamakan bidang slip (slip
plane) dan arah pergeseran atom pada bidang slip dinamakan arah slip (slip direction). Slip
terjadi pada bidang yang paling padat atom dan arah slip juga pada daerah yang paling padat
atom, karena untuk menggeser atom pada posisi ini memerlukan energi paling kecil.
Slip tidak terjadi dengan menggsernya seluruh atom pada bidang slip secara sekaligus.
Slip terjadi dengan bergesernya garis dislikasi sedikit demi sedikit. Bila slip terjadi dengan
pergeseran sekaligus seluruh atom pada bidang slip, maka akan dibutuhkan gaya yang sangat
besar. Karena itulah kekuatan logam lebih rendah daripada kekuatannya yang dihitung
dengan menjumlahkan gaya yang perlu untuk memutuskan ikatan antar atomnya. Untuk
dapat terjadinya slip harus ada gaya geser yang cukup, bila gaya geser itu belum cukup maka
distorsi yang ditimbulkan hanya bersifat sementara, elastik.
Deformasi dengan twinning
Deformasi dengan twinning dapat terjadi bila satu bagian dari butir kristal berubah
orientasinya sedemikian rupa sehingga susunan atom di bagian tersebut akan membentuk
simetri dengan bagian kristal yang lain yang tidak mengalami twinning. Susunan atom pada

bagian yang mengalami twinning disebut mirror image dari bagian yang tidak mengalami
twinning. Bidang yang menjadi pusat simetri antara kedua bagian itu dinamakan twinning
plane.
Ada beberapa perbedaan antara slip dan twinning, yaitu bahwa pada slip orientasi
seluruh kristal tetap sama, sedang pada twinning sebagian kristal akan berubah orientasinya.
Jarak pergeseran atom pada slip dapat mencapai hingga beberapa atom, sedang pada twinning
hanya sedikit, tidak sampai satu atom. Pada twinning pergerakan atom itu terjadi sekaligus
seluruh atom (pada twinned region) bergerak bersamaan sedang pada slip sebagian demi
sebagian.
Dari hal di atas dapat dikemukakan bahwa untuk terjadinya twinning diperlukan
tenaga yang cukup besar, karena itu tidak banyak logam yang padanya dijumpai twinning,
sebabnya mungkin sebelum twinning dapat terjadi slip yang sudah terjadi dulu. Twinning
dapat terjadi bila kemungkinan untuk slip kecil yaitu bila slip system terbatas seperti pada
logam dengan kristal HCP yang memiliki hanya sedikit slip system (karena itu twinning
biasanya tidak terjadi pada BCC dan FCC).
Regangan yang terjadi pada twinning kecil sekali, sehingga twinning bukanlah suatu
mekanisme deformasi yang utama, tetapi cukup penting karena dengan twinning terjadi
perubahan orientasi kristal yang memungkinkan salah satu sistem slipnya akan bersesuaian
dengan arah gaya geser yang bekerja dan slip akan dapat terjadi
Twinning dapat terjadi sebagai akibat gaya mekanik, disebut mechanical twins, atau
dapat juga terjadi pada kristal yang telah dideformasi lalu di anneal, disebut annealing twins.
Pada mikroskop twinning dapat ditandai dengan adanya dua garis sejajar di tengah
kristal,dan slip dapat diketahui dengan adanya slip lines, sejumlah garis sejajar pada kristal.
2) Deformasi Elastik
Deformasi elastik terjadi bila sepotong logam atau bahan padat dibebani gaya. Bila
beban gaya berupa tarik, benda akan bertambah panjang. Setelah gaya ditiadakan, benda akan
kembali ke bentuk semula. Sebaliknya,beban berupa gaya tekan akan mengakibatkan banda
menjadi pendek sedikit. Regangan elastik adalah hasil dari perpanjangan sel satuan dalam
arah tegangan tarik, atau kontraksi dari sel satuan dalam arah tekanan.
Bila hanya ada deformasi elastik, regangan akan sebanding dengan tegangan.
Perbandingan antara tegangan dan regangan disebut modulus elastisitas (modulus young) dan
merupakan karakteristik suatu logam tertentu. Makin besar gaya tarik menarik antar logam,
makin tinggi pula modulus elastisitasnya.

3. Fenomena yang terjadi saat proses cold working misalnya pada pengerolan
Pengerolan melalui cold working adalah suatu proses pengerolan yang
dilakukan dibawah temperatur rekristalisasi. Pengerolan ini dipergunakan
untuk menghasilkan produk yang memiliki kualitas permukaan akhir yang
baik. Pengerasan regangan yang diperoleh dari reduksi dingin dapat
meningkatkan kekuatan. Material yang diproses dengan pengerolan pada
suhu di bawah suhu rekristalisasi dikatakan telah mengalamipengerjaan
dingin. Material pada umumnya mengalami pengerjaan dingin pada
temperatur kamar, meskipun perlakuan tersebut mengakibatkan kenaikan
suhu. Pengerolan dingin dapat mengakibatkan distorsi pada butir dan
meningkatkan kekuatan dan kekerasan, memperbaiki kemampuan
pemesinan, meningkatkan ketelitian dimensi serta menghaluskan
permukaan logam. Sewaktu material mengalami pengerolan dingin
terjadi perubahan yang mencolok pada struktur butir seperti perpecahan
butir dan pergeseran atom-atom.
Dapat disimpulkan fenomena dalam Cold working adalah pengerjaan
benda atau material pada temperatur kamar (temperatur di bawah suhu
rekristalisasi). Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan struktur kristal
akibat penekanan, penempaan, pengerolan , dan proses cold working lain,
yang mana hal itu dapat menyebabkan perubahan struktur butiran
logam, sehingga butir logam akan mengalami perpecahan atau
perpecahan butiran. Perubahan butir logam itu dapat meningkatkan
kekuatan, kekerasan, dan regangan. Pengerjaan dingin (cold working ) ini
dilakukan secara paksa pada benda atau material sehingga material
tersebut mengalami (strain-hardening) . Pengerjaan dinggin (cold working)
tidak akan merubah struktur mikro sehingga tidak akan mengalami
perubahan karakteristik material.

4. Proses Rekristalisa dan Fenomena dalam rekristalisasi


a. Proses kristalisasi
Proses rekristalisasi adalah salah satu proses perlakuan panas yang
melibatkan pengontrolan pertumbuhan butir baru dari butir yang telah
mengalami deformasi plastis, karena memiliki energi yang tinggi akibat
penumpukan dislokasi atau proses dimana butiran logam yang
terdeformasi digantikan oleh butiran baru yang terdeformasi intinya
tumbuh sampai butiran asli termasuk di dalamnya dimana terbentuknya
struktur butiran baru itu melalui peertumbuhan inti akibat dipanaskan.
Tujuan proses rekristalisasi adalah untuk mendapatkan sifat mekanik yang
memiliki kekuatan dan keuletan tertentu sesuai dengan kebutuhan,
setelah proses pengerjaan dingin.
b. Fenomena pada proses rekristalisasi

Proses rekristalisasi bukanlah proses yang mudah

. Tujuan proses

rekristalisasi adalah untuk mendapatkan sifat mekanik yang memiliki kekuatan

dan keuletan tertentu sesuai dengan kebutuhan, setelah proses pengerjaan


dingin. Dalam proses rekristalisasi terdiri dari beberapa tahap, dimana tahaptahap tersebut ada yang bisa di amati dan ada tahap yang tidak bisa di amati
secara langsung. Terdapat tahap antara yang tidak dapat diamati dengan

mikroskop optik. Pada tahap ini rangkaian dislokasi membentuk batas


butir bersudut kecil, dan disebut tahap pemulihan. Meskipun sifat mekanik
hampir tak berubah, tetapi terjadi pengaturan kembali struktur pada skala
atom, mendahului perubahan struktur mikro di atas.

Gambar 4.2: Perubahan struktur mikro dan sifat mekanik logam


Terdeformasi selama proses rekristalisasi

Temperatur rekristalisasi biasanya sekitar 0.4 0.6 T m . Proses


rekristalisasi bergantung pada waktu dan temperatur, biasanya
dipilih suhu sekitar 0.6 Tm agar proses berlangsung lebih cepat.
Pengerjaan mekanik mempunyai efek yang sangat berbeda bila
dilakukan di atas atau di bawah daerah rekristalisasi. Bila di bawah
suhu rekristalisasi, struktur yang dihasilkan terdistorsi, mengandung
energi, dan disebut struktur pengerjaan dingin.
Bila deformasi dilakukan di atas suhu rekristalisasi, struktur yang
dihasilkan lebih lunak, mempunyai sifat mekanik yang sama dengan
logam awal, dan disebut struktur pengerjaan panas. Perlu dicatat
bahwa istilah "panas" atau "dingin" berkaitan suhu kerja yang
dihubungkan dengan 0.6 Tm atau suhu rekristalisasi.
Rekristalisasi logam pengerjaan dingin belum tentu menghasilkan
produk akhir yang stabil. Bila logam dipanaskan terus setelah proses
rekristalisasi berakhir, butir yang besar akan "memakan" butir yang
kecil sehingga batas butir keseluruhan sistem berkurang. Dengan
pengerjaan dingin sebesar 2 5 % diperoleh beberapa daerah
berenergi regangan tinggi, yang kemudian menjadi inti.

Anda mungkin juga menyukai