Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Titik berat pendidikan kebidanan adalah proses mencerdaskan dan
meningkatkan kemampuan individu menjadi bidan yang mampu melaksanakan
praktek kebidanan ilmiah. Outcome dari pendidikan kebidanan adalah individu yang
menunjukkan kemampuannya dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Selama masa pendidikan DIV yang lamanya kurang lebih satu tahun,
para calon bidan ini melewati pembelajaran klinik baik di lapangan maupun di rumah
sakit. Metode pengajaran yang dapat digunakan untuk masa pembelajaran ini adalah
konferensi, studi kasus dan bed-side teaching (Reilly & Oerman, 1985 dikutip dari
Pusdiknakes, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan bahwa metode
pengajaran klinik yang selama ini dijalankan terutama untuk pengalaman di klinik
kurang dapat meningkatkan kompetensi klinik para calon bidan. Kurang dapat
dicapainya kompetensi klinik ini akan menyebabkan tidak siap untuk memasuki
dunia kerja dan juga tidak dapat memenuhi tuntutan penyedia jasa pelayanan
kesehatan. Untuk itulah diperlukan suatu metode pembelajaran baru yang mampu
secara

khusus

dan

seksama

memantau

perkembangan

pencapaian

tujuan

pembelajaran. Bentuk pengajaran klinik tersebut adalah preseptorship dan mentorship


atau mentoring.
Salah satu cara untuk pengembangan dan pengendalian mutu kebidananadalah
dengan cara mengembangkan lahan praktek kebidanan disertai dengan adanya
pembinaan masyarakat profesional kebidanan untuk melaksanakan pengalaman
belajar di lapangan dengan benar bagi peserta didik.
Tanggung jawab masyarakat profesional kebidanan dalam melaksanakan
kebidanan profesional, dengan sistem nilai dan tradisi profesionalnya adalah hal yang
mutlak dalam pendidikan kebidanan sebagai pendidikan profesional.

Lahan praktek kebidanan adalah merupakan komponen pendidikan yang perlu


mendapat perhatian bagi para pengelola lahan praktek. Maka dengan adanya lahan
praktek yang baik akan dapat dikembangkan pengalaman belajar klinik / lapangan
dengan benar.
Perubahan sikap dan keterampilan profesional yang benar dengan melalui
pengalaman belajar lapangan yang diselenggarakan dengan benar dalam tatanan
pelayanan kebidanan profesioanl. Maka lingkungan yang condusive akan sangat
membantu

tumbuhnya

sikap

dan

keterampilan

profesional

khususnya

bagibidan. Dalam hal ini sangat diperlukan sarana agar terlaksananya sikap dan
keterampilan profesional bagi para bidan.
Sarana yang mutlak harus ada antara lain adanya bidan profesional sebagai
pembimbing klinis atau preceptor yang akan melakukan preceptorship bagi
para bidan lapangan sehingga tumbuh kembang profesi dapat berkembang bagibidan,
hal lain yang juga perlu ialah SDM, Fasilitas dan Manajemen dan lingkungan yang
kondusif.

B.
1.
2.
3.
4.

Rumusan Masalah
Apa peran dan fungsi pembimbing klinik?
Apa pengertian, tujuan, criteria, kelebihan dan kelemahan dari perceptoring?
Apa pengertian, tujuan, criteria, kelebihan dan kelemahan dari monitoring?
Apa pengertian, tujuan, criteria, kelebihan dan kelemahan dari supervisi?

C. Tujuan Makalah
1. Mengetahui dan memahami peran dan fungsi pembimbing klinik.
2. Mengetahui dan memahami pengertian, tujuan, criteria, kelebihan dan
kelemahan dari perceptoring.
3. Mengetahui dan memahami pengertian, tujuan, criteria, kelebihan dan
kelemahan dari monitoring.
4. Mengatahui dan memahami pengertian, tujuan, criteria, kelebihan dan
kelemahan dari supervisi.

BAB II

PEMBAHASAN
1) Pembimbing Klinik
A. Pengertian
Pembimbing Klinik/Clinical Instructure adalah perawat yang terpilih, perawat
yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk membimbing dan mengarahkan peserta
didik selama proses pembelajaran di lahan praktik sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah dibuat.
Pembelajaran Klinik Kebidanan adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan dalam tatanan nyata. Pengalaman belajar klinik adalah suatu bentuk
pengalaman belajar yang diperoleh peserta didik melalui kesempatan melatih diri
dalam melaksanakan praktik keperawatan profesional dalam tatanan nyata.
B.
a)

Peran Fungsi dan Tanggung Jawab


Peran fungsi pembimbing klinik:

Menurut Widodo (1999) peran, fungsi dan tanggung jawab pembimbing klinik antara
lain peran fungsi pembimbing klinik sebagai berikut :
1.

Sebagai agen pembaharu (Change Agent)

Seorang pembimbing klinik diharapkan mampu mengadakan perubahan-perubahan


yang mengarah kepada pembaharuan dan peningkatan mutu bimbingan terhadap
peserta didik, yang pada akhirnya akan memberi dampak pada mutu pelayanan dan
asuhan kebidanan serta perkembangan profesi kebidanan.
2.

Sebagai nara sumber

Pembimbing klinik senantiasa menjadi tempat bertanya dan tempat menemukan


jawaban bagi peserta didik saat mengalami kesulitan selama proses pembelajaran
dilahan praktik.
3.

Sebagai manajer (Pengelola)

Dalam perannya sebagai manajer, pembimbing klinik hendaknya mampu mengelola


lingkungan dan fasilitasdi lahan praktik yang dapat memfasilitasi peserta
didik melaksanakan praktik klinik sehingga dapat mencapai pengalaman belajar
klinik secara optimal sesua itujuanyang telah ditetapkan. Selain itu pembimbing

klinik juga harus mampu membimbing dan memberi pengarahan kepada peserta
didik pada pembimbing serta dapat belajar efektif dan efisien
4.

Sebagai mediator dan fasilitator

Sebagai mediator, pembimbing klinik diharapkan dapat menjadi perantara dalam


hubungan

antar manusia.Untuk

mempergunakan

pengetahuan

berkomunikasi.Sebagai

itu

pembimbing

tentang

fasilitator,

bagaimana

pembimbing

klinik

harus

terampil

orang berinteraksi

klinik

hendaknya

dan

mampu

mengusahakan sumber belajar yang bermanfaat serta dapat menunjang pencapaian


tujuan pembelajarandi lahan praktik (Nursalam dan Efendi, 2008).
5.

Sebagai demonstrator

Pembimbing klinik hendaknya senantiasa menguasai bahan/ materi, prosedur/ perasat


yang akan diajarkan kepada peserta didik, selain itu secara terus menerus mengikuti
perkembangan IPTEK terutama yang berkaitan dengan kesehatan dan kebidanan
(Nurachmah, E 2005) .
6.

Sebagai evaluator

Pembimbing klinik diharapkan mampu memberikan penilaian kepada peserta didik


baik selama proses pembelajaran klinik maupun pada akhir praktik.Pembimbing
klinik hendaknya mengevaluasi apakah tujuan praktik telah dicapai, apakah
keterampilan yang telah dilakukan benar-benar dikuasai, apakah metode bimbingan
telah sesuai. Informasi yang diperolehmelalui evaluasi ini akan merupakan umpan
balik terhadap proses pembelajaran klinik selanjutnya.
Menurut Infante (1975), peran dan fungsi pembimbing antara lain:
1.
2.

Pembimbing mengikuti dan memandu pre dan post conference


Membimbing dan mendampingi mahasiswa selama melaksanakan

6.

keterampilan
Mengevaluasi keterampilan mahasiswa
Mengoreksi laporan mahasiswa
Mengecek kehadiran mahasiswa
Memberi nilai bimbingan selama praktik

b)

Tanggung Jawab Pembimbing Klinik

3.
4.
5.

Dalam rangka melaksanakan peran-peran tersebut, pembimbing klinik


memiliki beberapa tugas/tanggung jawab sebagai berikut:
1.

Membina hubungan yang baik dengan kepala dan staf perawatan lahan praktik

4.

serta profesi lain


Berperan serta dalam pertemuan tim kesehatan yang ada di lahan praktik
Merancang mitra/perawat untuk magang peserta didik
Memberikan penugasan tertulis/tidak tertulis yang berkaitan dengan masalah

5.

klinik
Melaksanakan komunikasi yang terapeutik baik terhadap peserta didik, pasien

2.
3.

6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.

maupun dengan staf dan profesi lain


Memberi kesempatan sukses bagi peserta didik
Mengidentifikasi populasi pasien untuk pembelajaran
Menentukan tempat untuk konferensi klinik
Mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik
Mengorientasi peserta didik
Menyeleksi pengalaman belajar klinik
Mendemonstrasikan kemampuan professional
Berkomunikasi dengan staf klinik
Mendampingi peserta didik selam praktik klinik, memberikan motivasi
Memfasilitasi proses pembelajaran
Menilai pengalaman pembelajaran klnik peserta didik sesuai dengan lembar
evaluasi yang tersedia

2) Perseptoring
A. Pengertian
Menurut Mahen dan Clark (1996), preceptoring adalah seorang perawat/bidan
yang mengajar, memberikan bimbingan, dapat menginspirasi rekannya, menjadi
tokoh panutan (Role model), serta mendukung pertumbuhan dan perkembangan
individu

(trainee)

untuk

jangka

waktu

tertentu

dengan

tujuan

khusus

mensosialisasikan trainee pada peran barunya.


Preceptoring adalah peran instruksional di mana suatu ilmu kesehatan
professional dipasangkan untuk jangka waktu tertentu dengan pelajar (siswa atau staf

anggota peran baru) untuk membantu dan mendukung pengalaman belajar dan
mengarahkan pelajar.
Menurut NMC (Nurse Midwifery Council) Preceptorship adalah suatu periode
(preceptorship) untuk membimbing dan memotivasi semua praktisi baru yang
memenuhi persyaratan untuk melewati perubahan peran dari mahasiswa untuk
mengembangkan kualitas praktek mereka lebih lanjut. Sehingga mahasiswa akan
lebih percaya diri dengan lingkungan barunya, dalam peran barunya sebagai perawat.
Hal itu dikarenakan mahasiswa merasa dipacu untuk mencapai kompetensi yang
membantu perannya (Department of Health, 2010).
B. Tujuan
Secara mikro bertujuan untuk melibatkan pengembangan perawat didalam
organisasi. Shamian dan Inhaber (1985) menyatakan bahwa model preceptorship
digunakan sebagai alat sosialisasi dan orientasi. Hill dan loweinstein (1992)
memandang model preceptorship sebagai salah satu metode rekrutmen staf. Akses ke
pengetahuan organisasi dan praktik klinik tidak dapat di prediksi oleh perawat baru,
sehingga diskusi antara preceptor dan preceptee diperlukan untuk memberikan
praktik terkini dalam lingkungan klinik dengan harapan preceptee akan memiliki
kemampuan yang sama dengan preceptornya.
Preceptoring secara mikro (bagi individu) adalah untuk membantu proses
transisi dari pembelajar ke praktisioner (mahen dan Clark, 1996) mengurangi dampak
syok realita (Kramer, 1947) dan memfasilitasi perawat untuk berkembang apa yang
dihadapi dalam lingkungan barunya (bain, 1996). Fokus pada efisiensi dan efektifitas
layanan keperawatan yang berkembang cepat sering kali menimbulkan culture shock
tersendiri khususnya bagi perawat baru.
C. Kriteria
Tidak semua perawat senior dan medio dapat memiliki criteria sebagai
seorang preceptoring. UKCC (1993) menganjurkan bahwa preceptoring adalah
perawat yang memiliki pengalaman minimal 12 tahun dibidang yang sama atau
bidang yang masih berhubungan. Ketrampilan komunikasi dan kepemimpinan,

kemampuan membuat keputusan yang tepat, dan mendukung perkembangan


professional merupakan hal terpenting (shamian dan Inhaber, 1985).
Secara garis besar dapat disimpulkan criteria seorang preceptor yang
berkualitas adalah berpengalaman dan ahli di lingkungan klinik, berjiwa
kepemimpinan, keterampilan komunikasi yang baik, kemampuan membuat
keputusan, mendukung perkembangan professional, memiliki kemauan untuk
mengajar dan mengambil peran dalam penerapan model preceptorship, tidak
mempunyai sikap yang menilai terlalu awal pada rekan kerja asertif, fleksibilitas
untuk berubah, mampu beradaptasi dengan pembelajaran individu.
D. Keuntungan
Ada beberapa keuntungan dari preceptorship, keuntungan bagiperawat baru
atau mahasiswa, keuntungan bagi perawat klinik,keuntungan bagi preceptor sendiri
dan keuntungan bagi profesi. Keuntungan-keuntungan tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Perawat Baru
Sebagai perawat baru, preceptorship dapat memberikan beberapa manfaat,
yaitu: preceptoship dapat membantu seorang perawat baru dalam mengembangkan
kepercayaan diri, preceptorshipdapat menjadi tempat sosialisasi profesional untuk
masuk kedalam lingkungan kerja, meningkatkan kepuasan kerja sehingga
meningkatkan kepuasan pasien/klien, dihargai dan dihormati oleh organisasi
pelayanan, diakui dan adanya kepastian pengembangan karier dimasa depan, merasa
bangga dan berkomitmen dalam tujuan dan strategi organisasi perusahaan,
mengembangkan kesepahaman tentang komitmen untuk bekerja dalam profesi dan
ketentuan-ketentuan dari lembaga yang berwenang/ konsil keperawatan, pribadi yang
tanggung jawab untuk memelihara pengetahuan terkini, preceptorship mengurangi
stress seorang perawat baru karena ia dibimbing dan diarahkan sesuai kompetensinya,
untuk pengembangan diri yang signifikan karena lebih membentuk pemahaman yang
lebih atas kompetensinya sehingga dapat mengembangkan karakternya, dan manfaat
yang terakhir dari preceptorship pada seorang perawat baru adalah menunjukkan
sikap, pengetahuan dan keahlian (kompetensi) baru.

2. Perawat klinik
Preceptorship juga memberikan beberapa manfaat pada perawat klinik, yaitu:
dapat meningkatkan kualitas perawatan pasien, membantu meningkatkan perekrutan
dan pengurangan perawat klinik, dapat mengurangi sakit dan absen karena tidak ada
lagi alasan stres dan takut masuk kerja karena kekurangannya dalam sebuah atau
beberapa bidang yang diluar kompetensinya, pengalaman pemberian pelayanan
semakin meningkat setelah masuk dalam preceptorship, dapat meningkatkan
kepuasan staf, peluang mengidentifikasi staf yang membutuhkan dukungan tambahan
atau perubahan peran, mengurangi risiko keluhan dari pasien dan keluarga pasien,
kesempatan mencari bakat pemimpin yang ada pada dirinya sendiri, praktisi
memahami dampak peraturanperaturan terhadap pemberian pelayanan dan
mengembangkan hasil (outcome) / pendekatan berbasis bukti (evidence base),
mengidentifikasi staf yang memerlukan dukungan tambahan lebih lanjut.

3. Pembimbing Klinik/Preceptor
Manfaat preceptorship pada preceptor sendiri adalah dapat mengembangkan
penilaian, supervisi, bimbingan dan ketrampilan yang mendukung. Dapat
menimbulkan perasaan tentang nilai organisasi, praktisi perawat baru dan pasien.
Dapat mengidentifikasi komitment profesi dan ketentuan-ketentuan peraturan. Dapat
mendukung

pembelajaran

sepanjang

hayat,

serta

dapat

membantu

dalam

meningkatkan keinginan karier dan aspirasi kedepan seorang preceptor.

4. Profesi.
Manfaat

dari preceptorship bagi

profesi

mencakup

tanggung

jawab

profesional diantaranya: memberikan standar praktek tinggi dan pelayanan perawatan


sepanjang waktu. Keperawatan menjadi prioritas, pengguna pelayanan keperawatan,
sebagai individu dan menghormati martabatnya. Dapat bekerja sama dengan orang
lain untuk melindungi dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keperawatan,
keluarga, karier dan masyarakat luas. Menjadi lebih terbuka dan jujur, bertingkah
laku dengan integritas, menegakkan reputasi profesi. Meningkatkan image pelayanan
keperawatan kesehatan profesional. Meningatkan dukungan kepada lulusan baru.
Membantu perawat dalam menjaga dan memperoleh kompetensi. Meningkatkan
8

jumlah

perawat

dengan

jiwa

kepemimpinan

dan

kemampuan

mengajar.

Meningkatakan retensi keperawatan. Mengurangi kebutuhan untuk melakukan


rekrutmen dan pendidikan kepada perawat (CNA, 2004).
3) Mentoring
A. Pengertian
Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara orang
yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan orang yang lebih
sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dari bagian
yang kurang pengalaman (Dermawan, 2012).
Pada dasarnya, mentoring digambarkan sebagai aktifitas yang dilakukan
seseorang (mentor) untuk orang lain (mentee) dalam rangka membantu orang tersebut
melakukan pekerjaannya sehingga lebih efektif dan/atau untuk kemajuan dalam
karirnya. Seorang mentor bisa saja seseorang yang "tadinya" melakukan pekerjaan
tersebut. Mentor mungkin bisa menggunakan berbagai pendekatan, misalnya
coaching, training, diskusi, konseling, dan sebagainya.
Mentorship adalah suatu hubungan antara dua orang yang memberikan
kesempatan untuk berdiskusi yang menghasilkan refleksi, melakukan kegiatan/tugas
dan pembelajaran untuk keduanya yang didasarkan kepada dukungan, kritik
membangun, keterbukaan, kepercayaan, penghargaan dan keinginan untuk belajar
dan berbagi (Rolfe-Flett, 2001; Spencer, 1999 dikutip dalam Werdati, 2007).
Mentorship dapat juga diartikan sebagai proses pembelajaran dimana mentor mampu
membuat menti (peserta mentorship) yang tadinya tergantung menjadi mandiri
melalui kegiatan belajar. Kegiatan belajar yang diharapkan terjadi yaitu mengalami
sendiri dan menemukan sendiri fenomena praktek kebidanan dimana hal ini
diharapkan dapat membangun kepercayaan diri, harga diri dan kesadaran diri yang
merupakan fundamental dalam penyelesaian masalah (Nurachmach, 2007).
Metode ini memberikan kesempatan kepada para mentor untuk memantau
secara mendetil perkembangan menti, dimana satu orangmenti digandengkan dengan
1 orang mentor, kemudian diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuan dan

keterampilan yang didapatkan melalui interaksi dengan teman sejawat yang telah
memiliki pengalaman sehingga terbangun rasa percaya. Literatur menunjukkan
penerapan mentorship dalam proses pembelajaran klinik kebidanan di luar negeri
mampu meningkatkan pencapaian kompetensi peserta didik. Selanjutnya, mentorship
juga diakui dapat meningkatkan rasa percaya diri, harga diri dan kesadaran diri calon
bidan serta meningkatkan kesiapan bidan dalam menghadapi dunia kerja. Dari sisi
organisasional kebidanan, keberadaan para menti dapat membantu mengatasi masalah
kekurangan tenaga bidan.
B. Tujuan
Mentoring mempunyai tujuan agar bidan / perawat mampu bekerja dengan
cara kolaboratif dan kooperatif dengan profesi kesehatan lainnya dan mengenali serta
menghargai konstribusi dalam tim kesehatan, berakar pada penerapan pembelajaran
orang dewasa dan teori perkembangan, memungkinkan pendatang baru dlm
kebidanan untuk melewati masa peralihan lebih lancar dari pemula menjadi praktisi
penuh (Rosyidi, 2008).
C. Kriteria
Adapun 5 kriteria mentoring yaitu sifat hubungan yang menguatkan dan
memberdayakan, menawarkan serangkaian fungsi menolong/membantu untuk
memfasilitasi pembinaan dan memberikan dukungan, perannya meliputi keterkaitan
antara aspek personal, fungsional dan hubungan, dan tujuan individu (menti) dan
fungsi penolong ditetapkan oleh individu yang terlibat, serta bisa saling memilih
(siapa mentor dan menti) dan diidentifikasi fase hubungannya. Hal ini akan
memberikan kenyamanan bagi mentor maupun menti dalam membangun hubungan
dan bagi pengembangan diri.
D. Keuntungan
a)
Keuntungan bagi Mentor (pembimbing klinik)
1.
Mentor akan belajar dan melakukan refleksi-perspektif yang luas,
mengembangkan pandangan baru tentan masalah dan mengetahui lebih
baik dari kebutuhan / peralatan lain.

10

2.

Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas normal, menjadi lebih


objektiv dan untuk belajar terhadap pertanyaan asumsi sendiri dan mental

3.

model
Puas dalam memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu
dan organisasi

b) Keuntungan bagi Mentee (peserta didik)\


Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan kemawasdirian
2. Pengembangan pendekatan seumur hidup untuk belajar mandiri
1.

Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial


3. Mengembangkan jaringan melintasi spektrum yang luas dari penyedia
layanan dalam kondisi normal.
4. Meningkatkan kapasitas untuk

membuat

kemampuan

belajar

mengaplikasikan dengan konteks organisasi .


5. Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari pandangan
organisasi dan di intergrasikan kedalam dirinya.
6. Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.
E. Kerugian
1. Kesulitan / Problem untuk mentoring
2.
Memerlukan waktu
3.
Kesempatan dan biaya untuk karyawan
4.
Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan
5.
Saat hubungan menjadi disfungsional
4) Supervisi
A. Pengertian
Banyak ahli mengemukakan tentang pengertian supervisi, antara lain :
Muninjaya (1999) mengatakan bahwa supervisi merupakan salah satu bagian
proses atau kegiatan dari fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling).
Swansburg (1990) melihat dimensi supervisi sebagai suatu proses kemudahan
sumber-sumber yang diperlukan untuk penyelesaian suatu tugas ataupun sekumpulan
kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan erat dengan perencanaan dan
pengorganisasian kegiatan dan informasi.
Kron dan Gray (1987, dalam Arwani, 2005) mengartikan supervisi sebagai
kegiatan yang merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi,

11

mendorong, memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara berkesinambungan


anggota secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang dimiliki
anggota.
B. Tujuan dan manfaat
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak
manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut (Suarli & Bachtiar,
2009) :
1. Supervisi dapat meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja
ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan
mahasiswa.
2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efesiensi kerja. Peningkatan efesiensi
kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan
mahasiswa, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga, harta dan sarana) yang
sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi.
Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan
kepada mahasiswa agar mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam
melaksanakan tugas dan melaksanakan proses praktik sehingga dapat memberikan
asuhan kebidanan yang benar.
Tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan
yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efesien,
sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan
(Suarli & Bachtiar, 2008).
C. Kriteria
Kriteria yang harus dimiliki oleh seorang supervisor yang baik antara lain
adalah (Arwani, 2006):
1. Kemampuan memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas sehingga dapat
dimengerti oleh individu pelaksana. Tidak setiap pimpinan mampu

12

memberikan pengarahan dan petunjuk yang baik. Pada satu kesempatan


mungkin mampu memberikan penagrahan yang baik, namun gagal dalam
memberikan petunjuk secara jelas atau sebaliknya di satu kesempatan mampu
mengidentifikasi petunjuk secara baik namun sulit dalam memberikan
pengarahan
2. Mampu memberikan saran, nasehat dan bantuan yang benar-benar dibutuhkan
oleh individu pelaksana. Pendekatan asertif dan pemilihan waktu yang tepat
diperlukan saat memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada individu
pelaksana
3. Kemampuan dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja
individu pelaksana. Pemilihan waktu yang tepat untuk memotivasi perawat
pelaksana, cara yang dilakukan untuk memotivasi merupakan kemampuan
yang harus dimiliki oleh supervisor. Pemberian motivasi pada saat individu
pelaksana mengalami stagnasi atau stres dalam pekerjaannya akan lebih sulit
bila individu pelaksana sedang giat dalam melakukan tugas.
4. Kemampuan memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh
individu pelaksana. Kemampuan membimbing merupakan kompetensi yang
sangat diperlukan oleh seorang supervisor sehingga dapat memberikan
bimbingan yang optimal kepada individu pelaksana.
5. Kemampuan untuk melakukan penilaian secara obyektif dan benar terhadap
kinerja individu. Penilaian kinerja secara obyektif merupakan kemampuan
yang harus dimiliki agar kegiatan yang dijankan dapat sesuai dengan tujuan
yang diinginkan.
D. Kelebihan
1. Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui
kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan
2. Bantuan diberikan kepada seluruh mahasiswa dalam satu kali pertemuan,
pertukaran pikiran secara umum
3. Hal-hal yang baik dapat dijadikan contoh, hal yang kurang dapat didiskusikan

13

4. Dapat memberikan bimbingan aktual


5. Mahasiswa dapat menunjukan hasil usahanya
6. Dapat melayani kebutuhan khusus setempat
7. Dapat mengetahui kelebihan yang dapat dikembangkan, mengetahui
kelemahan untuk perbaikan, memberikan saran sesuai dengan kebutuhan.
E. Kelemahan
1. Perlu biaya yang banyak, waktu yang tepat, sekolah jadi kurang efektif.
2. Perlu penyediaan waktu yang tepat
3. Tidak mencerminkan keadaan sehari-hari
4. Kurang demokratis
5. Agak sulit menemukan waktu dan cukup menyita waktu
6. Mahasiswa merasa canggung dan kurang bebas

14

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembimbing Klinik/Clinical Instructure adalah perawat yang terpilih, perawat
yang ahli dalam praktik klinik, bertugas untuk membimbing dan mengarahkan peserta
didik selama proses pembelajaran di lahan praktik sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah dibuat.
Preceptoring adalah peran instruksional di mana suatu ilmu kesehatan
professional dipasangkan untuk jangka waktu tertentu dengan pelajar (siswa atau staf
anggota peran baru) untuk membantu dan mendukung pengalaman belajar dan
mengarahkan pelajar.
Mentoring merupakan hubungan pembelajaran dan konseling antara orang
yang berpengalaman yang membagi keahlian professional dengan orang yang lebih
sedikit pengalaman untuk mengembangkan ketrampilan dan kemampuan dari bagian
yang kurang pengalaman.
Supervisi merupakan salah satu bagian proses atau kegiatan dari fungsi
pengawasan dan pengendalian (controlling).
B. Saran
Mahasiswa harus mengetahui konsep dasar dari pembimbing klinik secara
dini meliputi preseptoring, monitoring dan supervisi agar di masa depan ketika sudah
berada di tempat atau wilayah kerja dapat menjadi pembimbing klinik yang paham
dan mengerti dengan tugas dan ruang lingkup bimbingannya.

15

DAFTAR PUSTAKA
Karakteristik Kompetensi dan Ciri Ciri Supervisi Yang Baik diakses dari
http://ridwanderful.com/ tanggal 08 April 2016
Pembimbing Klinik Kebidanan diakses dari http://pkko.fik.ui.ac.id tanggal 08 April
2016
Preceptoring dan Mentoring diakses dari https://www.scribd.com tanggal 08 April
2016
Pusdiknakes. 2004. Panduan pembelajatan klinik. Jakarta: Badan Pengambangan
dan Pemberdayaan Sumber daya Kesehatan.
Upaya

Peningkatan

Kompetensi

Clinical

Instructure

https://publikasiilmiah.ums.ac.id tanggal 08 April 2016

16

diakses

dari

Anda mungkin juga menyukai