Anda di halaman 1dari 25

ANALISIS PERMENDIKBUD

LAMPIRAN II NOMOR 81A


Kelompok 2:
Arista Silmia
Gigih Hasbi
Putri

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 81A TAHUN 2013 TENTANG
IMPLEMENTASI KURIKULUM

MENIMBANG :
BAHWA DALAM RANGKA PELAKSANAAN KURIKULUM PADA
SEKOLAH
DASAR/MADRASAH
IBTIDAIYAH,
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA/ MADRASAH TSANAWIYAH, SEKOLAH
MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH, DAN SEKOLAH
MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN,
PERLU MENETAPKAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN
DAN KEBUDAYAAN TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM;

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4301);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5410);
3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan
Organisasi, dan Tata kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 38 Tahun 2013;
5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet
Indonesia Bersatu II sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan
Presiden Nomor 60/P Tahun 2013;
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar
Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar
Isi Pendidikan Dasar dan Menengah;
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar
Proses Pendidikan Dasar dan Menengah;

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar
Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah;
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 67 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 68 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Pertama/Madrasah
Tsanawiyah;
12. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
13. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 70 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah
Kejuruan; 14. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayan Nomor 71 Tahun 2013
tentang Buku Teks Pelajaran dan Buku Panduan Guru untuk Pendidikan Dasar dan
Menengah;

MEMUTUSKAN:
Menetapkan :
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
TENTANG IMPLEMENTASI KURIKULUM.

PASAL 1
Implementasi kurikulum pada sekolah dasar/madrasah
ibtidaiyah (SD/MI), sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah (SMP/MTs), sekolah
menengah atas/madrasah aliyah (SMA/MA), dan sekolah
menengah kejuruan/madrasah aliyah kejuruan
(SMK/MAK) dilakukan secara bertahap mulai tahun
pelajaran 2013/2014.

PASAL II
(1)

Implementasi kurikulum pada SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, dan


SMK/MAK menggunakan pedoman implementasi kurikulum
yang mencakup:

a.

Pedoman Penyusunan dan Pengelolaan Kurikulum Tingkat


Satuan Pendidikan;

b.

Pedoman Pengembangan Muatan Lokal;

c.

Pedoman Kegiatan Ekstrakurikuler;

d.
e.

Pedoman Umum Pembelajaran


Pedoman Evaluasi Kurikulum.

(2) Pedoman implementasi kurikulum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) tercantum dalam Lampiran I sampai dengan Lampiran V


yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
PASAL III
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan

LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN


DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
81A TAHUN 2013 TENTANG IMPLEMENTASI
KURIKULUM

PEDOMAN PENGEMBANGAN MUATAN LOKAL

MUATAN LOKAL, MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG


SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL, MERUPAKAN BAHAN KAJIAN YANG DIMAKSUDKAN
UNTUK MEMBENTUK PEMAHAMAN PESERTA DIDIK TERHADAP POTENSI DI DAERAH
TEMPAT TINGGALNYA.

DALAM PASAL 77 N PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG


PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG
STANDAR NASIONAL DINYATAKAN BAHWA : (1) MUATAN LOKAL UNTUK SETIAP
SATUAN PENDIDIKAN BERISI MUATAN DAN PROSES PEMBELAJARAN TENTANG
POTENSI DAN KEUNIKAN LOKAL; (2) MUATAN LOKAL DIKEMBANGKAN DAN
DILAKSANAKAN PADA SETIAP SATUAN PENDIDIKAN.

Manfaat Muatan Lokal Sebagai


Bahan Kajian
1.

mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam,


sosial, dan budayanya

2.

memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta


pengetahuan mengenai daerahnya yang berguna bagi dirinya
maupun lingkungan masyarakat pada umumnya

3.

memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilainilai/aturan- aturan yang berlaku di daerahnya, serta
melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional

Tujuan Pedoman
Pedoman muatan lokal merupakan acuan bagi satuan pendidikan (guru,
kepala sekolah, dan komite sekolah) dalam pengembangan muatan lokal
oleh masing- masing satuan pendidikan.
Pedoman ini juga berguna untuk:

Pemerintah daerah provinsi dalam melakukan koordinasi dan supervisi


pengelolaan muatan lokal pada pendidikan menengah

Pemerintah daerah kabupaten/kota dalam melakukan koordinasi dan


supervisi pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar.

Pengguna Pedoman

Satuan pendidikan (guru, kepala sekolah, komite sekolah/ madrasah) dalam


mengembangkan materi/substansi/program muatan lokal yang sesuai dengan
kebutuhan dan potensi di sekitarnya.

Pemerintah provinsi (dinas pendidikan provinsi, kanwil kementerian agama)


dalam melakukan koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada
pendidikan menengah (SMA/MA dan SMK/MAK).

Pemerintah daerah kabupaten/kota (dinas pendidikan kabupaten/ kota, kantor


kementerian agama kabupaten/kota) dalam melakukan koordinasi dan supervisi
pengelolaan muatan lokal pada pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs).

Komponen Muatan Lokal


1)

Lingkup keadaan dan kebutuhan daerah

Kebutuhan daerah meliputi:


)

melestarikan dan mengembangkan kebudayaan daerah;

meningkatkan kemampuan dan keterampilan di bidang tertentu sesuai


dengan keadaan perekonomian daerah

meningkatkan penguasaan Bahasa Inggris untuk keperluan peserta


didik dan untuk mendukung pengembangan potensi daerah, seperti
potensi pariwisata

meningkatkan kemampuan berwirausaha.

2. Lingkup isi/jenis muatan local bahasa daerah, bahasa Inggris,


kesenian daerah, keterampilan dan kerajinan daerah, adat istiadat, dan
pengetahuan tentang berbagai ciri khas lingkungan alam sekitar, serta
hal-hal yang dianggap perlu untuk pengembangan potensi daerah yang
bersangkutan.

Prinsip Pengembangan
1.

utuh

2.

Kontektual

3.

Terpadu

4.

Apresiatif

5.

Fleksibel

6.

Pendidikan sepanjang hayat

7.

manfaat

Strategi Pengembangan Muatan


Lokal
Dari bawah ke
atas (bottom
up)
Dari atas ke
bawah (top
down)

Penyelenggaraan pendidikan muatan lokal dapat


dibangun secara bertahap tumbuh di dan dari satuansatuan pendidikan.
satuan pendidikan diberi kewenangan untuk
menentukan jenis muatan lokal sesuai dengan hasil
analisis konteks

Pemerintah daerah memiliki bahan kajian


Tim pengembang menganalisis core and content
Pemerintah daerah membuat kebijakan

MEKANISME PENGEMBANGAN DAN


PELAKSANAAN

Tahapan Pengembangan Muatan


Lokal

Melakukan identifikasi dan analisis konteks kurikulum

Menentukan jenis muatan lokal yang akan dikembangkan.

Menentukan bahan kajian muatan lokal

Rambu-Rambu Pengembangan Muatan Lokal


Satuan pendidikan yang mampu mengembangkan standar kompetensi dan kompetensi
dasar beserta silabusnya dapat melaksanakan mata pelajaran muatan lokal
Bahan kajian disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik yang mencakup
perkembangan pengetahuan dan cara berpikir, emosional, dan sosial peserta didik
Program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatannya dengan peserta
didik yang meliputi kedekatan secara fisik dan secara psikis.
Bahan kajian/pelajaran diharapkan dapat memberikan keluwesan bagi guru dalam
memilih metode mengajar dan sumber belajar seperti buku dan nara sumber
Bahan kajian muatan lokal yang diajarkan harus bersifat utuh dalam arti mengacu
kepada suatu tujuan pengajaran yang jelas dan memberi makna kepada peserta didik
Alokasi waktu untuk bahan kajian/pelajaran muatan lokal perlu memperhatikan jumlah
hari/minggu dan minggu efektif untuk mata pelajaran muatan lokal pada setiap semester

Langkah Pelaksanaan Muatan Lokal


Muatan lokal diajarkan pada
setiap jenjang kelas

Proses pembelajaran muatan


lokal mencakup empat aspek
(kognitif, afektif, psikomotor,
dan action)

Muatan lokal dilaksanakan


sebagai mata pelajaran
tersendiri

Penilaian pembelajaran
muatan lokal mengutamakan
unjuk kerja, produk, dan
portofolio

Alokasi waktu adalah 2


jam/minggu jika muatan lokal
berupa mata pelajaran
khusus muatan lokal
Muatan lokal dilaksanakan
selama satu semester atau
satu tahun atau bahkan
selama tiga tahun

Satuan pendidikan dapat


menentukan satu atau lebih
jenis bahan kajian mata
pelajaran muatan lokal

Satuan pendidikan yang


tidak memiliki tenaga khusus
untuk muatan lokal dapat
bekerja sama dengna pihak
lain

Penyelenggaraan muatan
lokal disesuaikan dengan
potensi dan karakteristik
satuan pendidikan

Daya Dukung Pelaksanaan Muatan


Lokal
Kebijakan Muatan Lokal
Guru
Sarana dan Prasarana Sekolah
Manajemen Sekolah

PIHAK YANG TERLIBAT

Anda mungkin juga menyukai