Hukum - Kepailitan (Pertemuan I & II)
Hukum - Kepailitan (Pertemuan I & II)
MATERI POKOK
I. PENDAHULUAN
a. Filosofis lahirnya hukum kepailitan
b. Syarat-syarat permohonan penyataan pailit
II. KEPAILITAN SUAMI / ISTRI THDP HARTA BERSAMA
a. Konsep Harta Bersama
b. Tujuan Kepailitan Suami/Istri thd Harta Bersama
III.
a.
b.
c.
V. PUTUSAN KEPAILITAN
a. Proses permohonan dan Putusan Pailit
b. Proses kasasi dan Peninjauan Kembali Putusan Pailit
VI. AKIBAT KEPAILITAN
a. Akibat Secara Umum
b. Akibat Secara Khusus
VII.Tugas Dan Wewenang Kurator
a. Pengangkatan dan pemberhentian Kurator
b. Tugas dan Tanggung Jawab Kurator
VIII. Hakim Pengawas Dalam Kepailitan
a. Tugas Dan Tanggung Jawab Hakim Pengawas
b. Bentuk-bentuk pengawasan oleh Hakim Pengawas
DAFTAR PUSTAKA
Kepailitan seri hukum bisnis, Akhmad
Yani dan Gunawan Widjaja
Hukum pailit dalam teori dan praktek,
Munir Fuady
Hukum kepailitan, Rahayu Hartini
Pedoman menangani perkara kepailitan,
Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja
Hukum kepailitan, M. Hadi Subhan
Sejarah Perkembangan
Hukum Kepailitan
Sebelum berlakunya Failisments
Verordening (Fv)
Masa berlakunya Failisments
Verordening (Fv)
Masa berlakunya UU kepailitan yang
sekarang ini
Sebelum Berlakunya Fv
Pengaturan Fv terdapat dalam :
1. Wet Book van Koophandel
Terdapat dalam buku III ttg Ketidakmampuan
pedagang, Peraturan ini termuat dalam Pasal 749
sampai dengan Pasal 910 W.v.K, tetapi kemudian telah
dicabut berdasarkan Pasal 2 Verordening ter Invoering
van de Faillissementsverordening (S. 1906-348).
Peraturan ini berlaku untuk pedagang saja.
2. Reglement op de Rechtsvoordering (Rv) Stb. 1875-52,
Buku III Bab 7 Van den Staat van Kennelijk
Onvermogen (Tentang Keadaan Nyata-nyata Tidak
Mampu), dalam Pasal 899 sampai dengan Pasal 915,
yang kemudian telah dicabut oleh S. 1906348.Peraturan ini berlaku untuk pengusaha saja.
Masa berlakunya Fv
Diatur
dalam
Fv
stb.1905
No.217
jo.Stb.
1906
No.248.Peraturan ini lengkapnya bernama Verordening op het
Faillissement en de Surseance van Betalin voor de
Europeanen in Nederlands Indie (Peraturan Untuk Kepailitan
Dan Penundaan Pembayaran Untuk Orang-Orang Eropa).
Berdasarkan
Verordening
ter
invoering
van
de
Faillissementsverordening
(S.
1906-348),
Faillissementsverordening (S. 1905-217) itu dinyatakan mulai
berlaku pada tanggal I November 1906
Dengan berlakunya Faillissementsverordening tersebut, maka
dicabutlah:
1. Seluruh Buku HI dari WVK.
2. Reglement op de Rechtsvordering, Buku III, Bab Ketujuh,
Pasal 899 sampai dengan Pasal 915
Faillissementsverordening ini hanya berlaku bagi orang yang
termasuk golongan Eropa saja
Tahun 1998-Sekarang
Pada bulan Juli 1997 terjadilah krisis moneter
di Indonesia
Peraturan kepailitan yang ada, sangat tidak
dapat diandalkan. Banyak Debitor yang
hubungi oleh para Kreditornya karena
berusaha mengelak untuk tanggung jawab
atas penyelesaian utang-utangnya
Lahirlah Perpu No. 1 Tahun 1998 tentang
Perubahan atas Undang-undang tentang
Kepailitan (Perpu Kepailitan)
Azas-Azas Kepailitan
1. Azas Keseimbangan
fungsi kepailitan adalah dapat mencegah
terjadinya penyalahgunaan pranata dan
lembaga kepailitan oleh debitur yg tdk
jujur. Dan dilain pihak mencegah kreditur
yg tidak baik
2. Azas kelangsungan Usaha
Terdapat ketentuan yang memungkinkan
perusahaan debitur yg prospektif tetap
dilangsungkan
3. Azas keadilan
Ketentuan mengenai kepailitan dapat
memenuhi rasa keadilan bagi para pihak
berkepentingan. Azas ini mencegah
terjadinya kesewenang-wenangan pihak
penagih yg mengusahakan pembayaran
atas tagihan-tagihan masing2 thdp
debitur dengan tidak memperdulikan
krediturnya
4. Azas Integrasi
sistim hukum formil dan materiilnya
merupakan satu kesatuan yg utuh
dari sistem hukum perdata dan
hukum acara perdata nasional
Syarat-Syarat Pemohonan
Pailit
Pasal 2(1) UUK :
debitur yang mempunyai dua atau lebih
kreditur dan tidak membayar lunas
sedikitnya satu utang yang telah jatuh
tempo dan dapat ditagih, dinyatakan pailit
dengan putusan pengadilan, baik atas
permohonan satu atau lebih krediturnya
Kreditur Konkuren
Para kreditur dengan hak PARI PASSU
DAN PRO RATA
Kreditur konkuren mempunyai
kedudukan yang sama atas pelunasan
utang tanpa ada yang didahulukan
Kreditur Preferen
Kreditur yang karena UU, mendapatkan
pelunasan terlebih dahulu
Mempunyai hak istimewa yaitu hak yg oleh
UU diberikan kpd seorang berpiutang
sehingga tingkatnya lbh tinggi drpda orang
berpiutang lainnya
Lihat kembali pasal 1139 dan 1149 BW
Kreditur Separatis
Kreditur pemegang hak jaminan
kebendaan
Hak yang dipunyai kreditur ini adalah
hak kewenangan sendiri menjual /
mengeksekusi objek agunan, tanpa
putusan pengadilan (parate eksekusi)
4 jaminan kebendaan
Hipotek (pasal 1162 s.d pasal 1232
BW)
Gadai (pasal 1150 s.d pasal 1160 BW)
Hak tanggungan (UU No.4/1196)
Fidusia (UU No.42/1999)
Debitur
Seorang kreditur atau lebih
Kejaksaan
Bank Indonesia
Badan Pengawas Pasar Modal
Menteri Keuangan
Debitur Sendiri
Seorang debitur dapat mengajukan
permohonan pernyataan pailit atas
dirinya sendiri
Jika debitur masih terikat dalam
pernikahan yang sah, permohonan
hanya dpt diajukan atas persetujuan
suami atau istri
Kejaksaan
Kejaksaan dapat mengajukan
permohonan pailit demi kepentingan
umum
Pengertian kepentingan umum adalah
kepentingan bangsa dan negara dan
atau kepentingan masyarakat,
misalnya :
Bank Indonesia
Permohonan pailit terhadap bank
hanya dapat diajukan oleh Bank
Indonesia berdasarkan penilaian
kondisi keuangan perbankan secara
keseluruhan
Menteri Keuangan
Permohonan pernyataan pailit
terhadap perusahaan
asuransi,perusahaan reasuransi, dana
pensiun atau badan usaha milik
negara yang bergerak di bidang
kepentingan publik, hanya dapat
diajukan Menteri Keuangan.