Anda di halaman 1dari 24

Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Lokal dalam

Bentuk Kawasan Wisata Budaya Terpadu Guna Pelestarian


Budaya di Pulau Bangka

KARYA TULIS ILMIAH


Disusun untuk Mengikuti Pemilihan Mahasiswa Berprestasi 2016

Oleh :
Muhammad Firhand Agustio
1041411046

Universitas Bangka Belitung


2016

LEMBAR PENGESAHAN
Lembar ini menerangkan bahwa karya tulis berjudul Pengembangan
Pariwisata Berbasis Budaya Lokal dalam Bentuk Kawasan Wisata Budaya
Terpadu Guna Pelestarian Budaya di Pulau Bangka yang ditulis oleh
Nama : Muhammad Firhand Agustio
NIM

: 1041411046

Telah disetujui dan disahkan pada hari kamis tanggal 21 April 2016 untuk
diajukan pada seleksi Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (MAWAPRES) tingkat
jurusan tahun 2016

Pangkalpinang, 21 April 2016

Dosen Pembimbing

Ririn Amelia, S.T., M.si

Menyetujui,
Kepala Jurusan Teknik Sipil

Roby Hambali.S.T.,M.Eng.

KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT. Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat

limpahan

dan rahmat-Nya

penyusun mampu menyelesaikan tugas Karya Tulis Ilmiah ini.


Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan bimbingan dosen-dosen di
Teknik Sipil, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi bisa teratasi.
Karya Tulis Ilmiah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang Pengembangan Pariwisata Berbasis Budaya Lokal Dalam Bentuk
Kawasan Wisata Budaya Terpadu Guna Pelestarian Budaya di Pulau Bangka..
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang lebih
luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca khususnya para
mahasiswa Universitas Bangka Belitung. Saya sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah
ini masih banyak kekurangan dan jau dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pembimbing saya meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
saya di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca.

Pangkalpinang, April 2016


Penyusun

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
RINGKASAN..........................................................................................................v
SUMMARY...........................................................................................................vii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1

Latar Belakang..........................................................................................1

1.2

Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3

Tujuan Penulisan.......................................................................................2

1.4 Manfaat Tulisan..............................................................................................3


BAB II......................................................................................................................4
TELAAH PUSTAKA...............................................................................................4
3.1

Budaya Lokal dan Pelestariannya.............................................................4

3.2

Potensi Wisata...........................................................................................5

3.3

Wisata Budaya Terpadu.............................................................................7

BAB III..................................................................................................................10
ANALISIS SINTESIS...........................................................................................10
3.1

Konesp Kawasan Wisata Budaya Terpadu di Pulau Bangka...................10

3.2

Implementasi Kawasan Wisata Budaya di Pulau Bangka.......................11

3.3

Keuntungan Kawasan Wisata Budaya Terpadu.......................................14

BAB IV..................................................................................................................15
SIMPULAN DAN REKOMENDASI...................................................................15
4

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................16

RINGKASAN

Bangka merupakan daerah kepulauan yang kaya akan budaya. Setiap


daerah di Pulau Bangka memiliki sejarah dan ciri khas yang berbeda-beda.
Budaya dan ciri khas yang berbeda-beda inilah yang membuat Pulau Bangka
menjadi salah satu daerah yang unik dan potensial untuk dikembangkan ke arah
pariwisata budaya. Saat ini ciri khas dan budaya lokal di Pulau Bangka mulai
memudar. Fenomena ini disebabkan oleh kurangnya pelestarian terhadap budaya
lokal sehinga membuat budaya lokal kian hari kian terkikis. Kurangmya
pelestarian ini salah satunya disebabkan karena masih sedikitnya wisatawan yang
berminat akan budaya lokal di Pulau Bangka sehingga masyarakat bangka pun
enggan untuk melestarikannya karena dianggap kurang diminati oelah wisatawan
sehingga merasa kalau kebudayaan lokal tidak memiliki nilai jual.
Kurangnya minat wisatawan akan budaya di Pulau Bangka bukan karena mereka
tidak suka, akan tetapi lebih karena sulitnya bagi bagi mereka untuk menikmati
kesenian budaya di Pulau Bangka. kesenian budaya Bangka hanya dilakukan
disaat saat tertentu saja seperti festival Budaya Bangka ataupun lomba-lomba
tradisional lainnya. Festival budaya di Bangka pun terkadang hanya tampil
sesekali saja, tidak menjadi sesuatu yang rutin dilakukan sehingga para wisatawan
harus bersabar untuk menikmati budaya di Bangka.
Contoh kecilnya adalah tari dambus, tari dambus adalah tari tradisional
asli Pulau Bangka. tari dambus ini bisa menjadi tujuan atau objek wisata bagi para
wisatawan lokal atau asing, akan tetapi saat ini pagaelaran tari dambus tidak bisa
disaksikan setiap waktu, tetapi harus menunggu saat-saat tertentu di sebuah acara
atau festival budaya tari dambus.
Permasalahan yang terjadi adalah karena di Pulau Bangka belum memiliki
tempat khusus yang menyajikan kesenian-kesenian budaya secara terintegrasi.
Seharusnya tempat tersebut ada karena berguna juga untuk melestarikan
kebudayaan di Pulau Bangka. Salah satu cara agar mempermudah wisatawan
untuk menyaksikan kesenian budaya atau yang lainnya adalah dengan membuat
sebuah kawasan wisata budaya yang terpadu.
Kawasan wisata budaya terpadu merupakan sebuah tempat wisata yang
dimana aktivitas budaya dan objek-objek kebudayaan yang khas dari Pulau
Bangka disajikan dalam satu lokasi yang memang dikhususkan untuk tempat
pagelaran seni dan tempat pameran budaya. Setiap orang yang datang ke kawasan
ini akan disuguhkan bermacam pagelaran seni yang ingin mereka saksikan.
Mereka pun akan difasilitasi untuk belajar tentang budaya di Pulau Bangka.
5

kawasan ini juga bisa digunakan sebagai sarana untuk belajar tentang
sejarah dan budaya yang ada di daerah Pulau Bangka. Yang terpenting dengan
adanya tempat wisata budaya ini membuat para wisatawan tidak kesulitan untuk
menikmati kesenian yang ada Pulau bangka karena setiap waktu mereka bisa
saksikan
Kawasan wisata budaya terpadu sangat cocok bila diterapkan di Pulau
Bangka, karena lahan di Pulau Bangka masih alami sehingga cocok utnuk dibuat
tempat wisata yang alami, lalu potensi Budaya Bangka yang kaya membuat
budaya menjadi bisa menjadi objek wisata yang unik dan khas.
Dilihat dari beberapa aspek, ada beberapa keuntungan
menggembangan wisata budaya terpadu di Pulau Bangka, yatitu :.

bila

Dari segi sosial, akan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang


bahasa asing. karena dengan adanya kawasan ini akan banyak wisatawanwisatawan asing yang berinteraksi dengan masyarakat lokal sehingga masyarakat
lokal akan belajar berinteraksi dengan bahasa asing.
Dari segi ekonomi, akan meningkatkan ekonomi masyarakat karena
dengan adanya kawasan ini, masyarakat juga akan terlibat dalam membuat
produk-produk asli Bangka yang bisa dijual kepada pengunjung yang datang.
Dari segi budaya, maka dengan adanya kawasan wisata budaya terpadu ini
orang-orang akan lebih mudah untuk mengakses kesenian budaya di Pulau
Bangka. sehingga akan menumbuhkan minat para pengunjung untuk belajar
tentang kesenian di Pulau Bangka, dengan begitu lama kelamaan Kebudayaan
Bangka akan
Untuk melancarkan atau membangun kawasan ini perlu beberapa elemen
pendukung seperti pemerintah, pengusaha, dan masyarkat. Fungsi pemerintah
dalam hal ini adalah dengan memfasilitasi kebutuhan masyarakat untuk
berkreatifitas dalam budaya. Pengusaha berperan sebagai pemilik modal yang
membantu masalah pendanaan pengembangan kawasan teresbut. Sedangkan
masyarakat turut aktif untuk menjaga kawasan ini dan juga memberikan
kontribusi ataupun produk olahan terbaik yang bisa dijual ke pengunjung.

SUMMARY
Bangka is an island region that is rich in culture. Each area in Bangka
Island has a history and characteristics that vary. Culture and characteristics of
different is what makes Bangka Island became one of the unique potential to be
developed towards cultural tourism. Currently characteristics and local culture in
Bangka began to fade. This phenomenon is caused by the lack of preservation of
the local culture so that makes the local culture increasingly eroded. Kurangmya
preservation is one of them caused by the small tourists who are interested in the
local culture so that society Bangka Bangka island were reluctant to preserve it as
it is considered less desirable tourist Lah so feel that local culture does not have
a sale value. The lack of tourist interest in culture on the island of Bangka is not
because they do not like, but rather because it is difficult for them to enjoy the
cultural arts on the island of Bangka. Bangka cultural arts only began on certain
occasions such as festivals Culture Bangka or other traditional competitions.
Festival of culture in the Pacific was sometimes only appear occasionally, does
not become something that routinely do so tourists should wait to enjoy the
culture in Bangka.
Dambus small example is dance, dance is a traditional dance native
dambus Bangka Island. dambus dance this could be of interest or attraction for
local and foreign tourists, but this time the dance pagaelaran dambus can not be
seen any time, but must wait for certain moments in an event or festival dance
culture dambus.
The problem that occurs is due in Bangka Island yet have a special place
that serves the arts culture in an integrated manner. The place should have been
there because it is useful also to preserve the culture on the island of Bangka. One
way to facilitate the tourists to witness the cultural arts or the other is to create a
unified cultural tourism area.
Integrated cultural tourist area is a tourist place where cultural activities
and cultural objects typical of Bangka is presented in one location that is devoted
to place art show and cultural exhibition. Everyone who came to this area will be
presented with a variety of art performances they want to see. They also will be
facilitated to learn about the culture on the island of Bangka.
This area can also be used as a means to learn about the history and culture
in the area of Bangka Island. The most important thing with this cultural sights
make the tourists are not hard to enjoy the existing art fart Island because every
time they can watch

Integrated cultural tourism area is very suitable when applied on the island
of Bangka, Bangka Island since the land is natural that fit separately made of
natural sights, and the potential of Bangka rich culture makes culture into a can
into a tourist attraction that is unique and distinctive.
seen from several aspects, there are some advantages
menggembangan integrated cultural tourism in Bangka Island, yatitu:.

when

From the social point of view, will be to educate the public about the
foreign language. because of the presence of this region will be a lot of foreign
tourists interacting with local communities so that local people will learn to
interact with foreign languages.
From an economic perspective, it would improve the local economy due to
the presence of the region, the community will also be involved in making the
original products Bangka which can be sold to visitors.
Culturally, it is the presence of these integrated cultural tourism area
people will be easier to access cultural arts on the island of Bangka. so it will
generate interest for visitors to learn about the arts on the island of Bangka, so
over time will Bangka Culture
To launch or develop the area need some supporting elements such as
government, business, and community. The function of the government in this
case is to facilitate the needs of the community for creativity in the culture.
Entrepreneurs act as owners of capital who assist regional development funding
issues teresbut. While the public to participate actively to maintain this region and
also contribute to the best or processed products that can be sold to visitor.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pulau Bangka merupakan salah satu daerah yang saat ini telah menjadi
destinasi wisata bagi banyak wisatawan lokal ataupun asing. Objek wisata di
Pulau Bangka yang saat ini ramai dikunjungi adalah daerah pantai, karena
memang Pulau Bangka terkenal dengan pantainya yang masih alami. Sehingga
saat ini pulau Bangka hanya mengandalkan keindahan pantainya sebagai objek
pariwisata, padahal ada beberapa objek lain yang bisa dijadikan obejek wisata
bagi para wisatwan yang juga tidak kalah potensialnya ketika dikembangkan di
Pulau Bangka.
Pulau Bangka selain terkenal dengan pantainya, ternyata juga dikenal
dengan budaya-budayanya yang unik dan khas. Banyak dari wisatawan yang
tertarik dengan kebudayaan yang dimiliki Pulau Bangka baik itu keseniannya
ataupun dari segi produk olahan makanannya. Dengan potensi yang ada ini
seharusnya bisa meningkatkan pariwisata dan ekonomi di Pulau Bangka.
Akan tetapi, potensi ini tidak banyak dilirik oleh pemerintah daerah.
Sehingga pengembangan wisata ke arah budaya masih belum optimal. Saat ini
pengembangan budaya hanya dilakukan oleh individu dan komunitas-komunitas
tertentu saja yang tersebar di seluruh daerah di Pulau Bangka. Sehingga
permasalahan yang terjadi adalah walaupun pulau Bangka mempunyai banyak
budaya, akan tetapi banyak dari budaya tersebut yang masih berada di pelosokpelosok pulau bangka, tidak semuanya bisa dinikmati oleh para wisatawan.
Sebagai contoh, Tari sambut merupakan salah satu budaya yang ada di
Pulau bangka. Akan tetapi, tidak semua wisatawan bisa melihat tari tersebut,
hanya orang-orang tertentu saja yang dapat menikmatinya. Karena memang tari
sambut ini hanya ditampilkan kepada orang-orang tertentu saja. Bila ingin
menikmatinya, maka kita harus ke daerah tempat tari sambut itu berasal. Para

wisatawan tentunya akan kesulitan untuk menikmati tari sambut tersebut secara
langsung karena akses jalan ke tempat tersebut yang terbatas. Seharusnya ada
tempat yang dikhususkan bagi para wisatawan untuk menikmati kesenian budaya
lokal agar mereka tidak kesulitan untuk menikmati kebudayaan yang ada di pulau
Bangka.
. Salah satu solusi yang bisa dijadikan alternatif adalah dengan membuat
sebuah kawasan budaya terpadu yang di dalamnya berisi warisan budaya dari
seluruh budaya yang ada di Pulau Bangka baik itu berupa rumah adat,tarian adat
hinga permainan tradisional. Tidak hanya itu, masyarakat lokal juga bisa ikut
berperan dengan menyumbangkan produk-produk asli dari pulau Bangka. Dengan
begitu para wisatawan bisa menikmati budaya-budaya yang ada di Pulau Bangka
tanpa kesulitan mencari tempat-tempat yang menampilkan kesenian budaya Pulau
Bangka yang akan menambah biaya perjalanan mereka. Selain untuk rekreasi,
tempat ini juga bisa dijadikan tempat edukasi budaya bagi para wisatawan atau
pun orang-orang lokal yang ingin belajar tentang kebudayaan yang ada di Pulau
Bangka.
Cara ini akan lebih efektif untuk memperkenalkan budaya Pulau Bangka
kepada orang lain. Sehingga upaya pelestarian akan terwujud dengan adanya
kawasan budaya terpadu ini. Masyarakat lokal juga bisa ikut berperan dengan
menyumbangkan produk-produk asli dari pulau Bangka yang nantinya dijual
kepada para wisatawan sehingga menambah pendapatan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep kawasan wisata budaya terpadu di Pulau Bangka?
2. Bagaimana potensi dan implementasi kawasan wisata budaya terpadu di
Pulau Bangka?
3. Apa keuntungan kawasan wisata budaya terpadu di Pulau Bangka?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Memaparkan konsep implementasi wisata budaya terpadu di Pulau Bangka
2. Menjelaskan potensi kawasan wisata terpadu Pulau Bangka.

3. Menjelaskan keuntungan wisata terpadu di Pulau Bangka.

1.4 Manfaat Tulisan


Manfaat dari tulisan ini diharapkan dapat memberikan solusi alternatif kepada
pemerintah daerah dan masyarkat cara untuk melestarikan budaya lokal yang
ada di Pulau Bangka

BAB II
TELAAH PUSTAKA

3.1 Budaya Lokal dan Pelestariannya


Warisan budaya, menurut Davidson (1991:2) diartikan sebagai produk
atau hasil budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasiprestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi
elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa.
Nilai budaya dari masa lalu (intangible heritage) tersebut yang berasal
dari budaya- budaya lokal yang ada di Nusantara, meliputi: tradisi,
cerita rakyat dan legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas (tari,
lagu, drama pertunjukan), kemampuan beradaptasi dan keunikan
masyarakat setempat (Galla, 2001: 12).
Kata budaya lokal mengacu pada budaya milik penduduk asli (inlander)
yang telah dipandang sebagai warisan budaya. Di Indonesia warisan
budaya yang ada menjadi milik bersama, berbeda dengan Australia dan
Amerika, dimana warisan budayanya menjadi milik penduduk asli secara
eksklusif sehingga penduduk asli mempunyai hak untuk melarang setiap
kegiatan pemanfaatan yang akan berdampak buruk pada warisan budaya
mereka (Frankel, 1984).
Pelestarian tidak akan dapat bertahan dan berkembang jika tidak
didukung oleh masyarakat luas dan tidak menjadi bagian nyata dari
kehidupan kita. Para pakar pelestarian harus turun dari menara
gadingnya dan merangkul masyarakat menjadi pecinta pelestarian yang
bergairah. Pelestarian jangan hanya tinggal dalam buku tebal disertasi
para doktor, jangan hanya diperbincangkan dalam seminar para
intelektual di hotel mewah, apalagi hanya menjadi hobi para orang
kaya. Pelestarian harus hidup dan berkembang di masyarakat.
Pelestarian harus diperjuangkan oleh masyarakat luas (Hadiwinoto,
2002: 30).

3.2 Potensi Wisata


Menurut Kamus Besar Indonesia terbitan Balai Pustaka yang disusun oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menjelaskan bahwa potensi
wisata adalah daya tarik, kekuatan, kesanggupan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan, sesuatu yang dapat berubah menjadi
nyata.
Menurut Marrioti, potensi wisata adalah modal yang dimiliki oleh suatu
daerah tujuan wisata atau aspek wisata yang dimanfaatkan untuk
kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial
budaya. Daya tarik itu sengaja ditonjolkan dan mempunyai atraksi wisata.
Potensi wisata adalah segala sesuatu yang terdapat di suatu daerah yang
dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata. Secara umum potensi
dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Potensi Budaya: potensi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat.
Misalnya: adat istiadat, kebiasaan, mata pencaharian, kesenian, agama,
dan lainnya.
2. Potensi Alamiah: potensi yang ada di masyarakat yang berupa potensi
fisik, geografi, seperti potensi alam.
Sedangkan menurut Oka A. Yoeti, 1990 Potensi Wisata merupakan suatu
aset yang dimiliki oleh suatu daerah tujuan wisata yang akan dieksploitasi
untuk kepentingan ekonomi dengan tidak mengesampingkan aspek sosial
budaya.
Sektor pariwisata sebagai suatu kegiatan ekonomi memiliki mata rantai
yang sangat panjang, sehingga banyak menampung kesempatan kerja bagi
masyarakat sekitarnya, selanjutnya menyebabkan pendapatan masyarakat
meningkat, dari hasil penjualan barang dan jasa melalui usaha: restoran,
hotel, biro perjalanan, pramuwisata, penjualan barang-barang cendra mata
dan sebagainya. Dengan makin banyaknya wisatawan yang datang, maka
akan semakin banyak divisa yang diterima dan mendorong pembangunan

hotel dan restoran serta prasarana lainnya seperti yang dikemukakan oleh
Spillane (1989: 47).
Menurut Prof. Mariotti, hal-hal yang menarik wisatawan untuk
berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata adalah :
a. Benda-benda yang terdapat di alam semesta (Natural Amenities) yang
berupa: iklim, bentuk dan pemandangan alam, hutan belukar, flora dan
fauna, pusat-pusat kesehatan, seperti: sumber air mineral, sumber air
panas, dan lain sebagainya.
b. Hasil ciptaan manusia (Man Made Supply), yang berupa: benda-benda
bersejarah, kebudayaan dan keagamaan, seperti: monumen bersejarah,
museum bersejarah, perpustakaan, kesenian rakyat, dan sebagainya.
c. Tata cara hidup masyarakat (The Way of Life), yang berupa kebiasaan
hidup masyarakat dan adat istiadat yang merupakan daya tarik bagi
wisatawan (Oka A. Yoeti, 1983 : 160).
Madiun (1999 : 4) menyatakan terdapat 4 faktor yang menentukan daya
tarik Daerah Tujuan Wisata (DTW), yaitu:
1. Atraksi merupakan komponen yang menarik untuk dinikmati yang
sifatnya unik, meliputi atraksi alam, atraksi buatan manusia, dan atraksi
yang khusus dikemas untuk wisatawan.
2. Fasilitas merupakan akomodasi, rumah makan dan restoran, kios, dan
toko cinderamata, toilet, penukaran valuta asing, kantor informasi,
pariwisata, fasilitas kesehatan, fasilitas keamanan, pelayanan dari
kepolisian, dan pemadam kebakaran.
3. Infrastruktur yang meliputi penyediaan air bersih, tenaga listrik, jalan
raya, dan alat-alat komunikasi.
4. Kebijakan pemerintah seperti peraturan-peraturan yang mendukung dan
menguntungkan semua pihak (pemerintah, swasta, dan masyarakat) serta
pengorganisasian Daerah Tujuan Wisata (DTW).
Pengembangan pariwisata adalah segala kegiatan dan usaha terkoordinasi
untuk menarik wisatawan dan menyediakan semua sarana dan prasarana,
baik
berupa barang atau jasa dan fasilitas yang diperlukan guna melayani
kebutuhan

wisatawan (Musanet, 1995:1).

3.3 Wisata Budaya Terpadu


Pengertian pariwisata budaya menurut Geriya (1995: 103) adalah salah
satu jenis pariwisata yang mengandalkan potensi kebudayaan sebagai daya
tarik yang paling dominan serta sekaligus memberikan identitas bagi
pengembangan pariwisata tersebut
Pariwisata budaya merupakan aktivitas yang memungkinkan wisatawan
untuk mengetahui dan memperoleh pengalaman tentang perbedaan cara
hidup orang lain, merefleksikan adat dan istiadatnya, tradisi relihiusnya
dan ide-ide intelektual yang terkandung dalam warisan budaya yang belum
dikenalnya (Borley, 1996: 181).
Menurut Ritchie dan Zins (Chapter 19, Social and Cultural Impacts dalam
buku Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text : 221), ada
12 unsur kebudayaan yang dapat menarik kedatangan wisatawan, yaitu:
1. Bahasa (Language).
2. Kebiasaan masyarakat (Traditions).
3. Kerajinan tangan (Handicrafts).
4. Makanan dan kebiasaan makan (Food and Eating Habits).
5. Musik dan kesenian (Art and Music).
6. Sejarah suatu tempat (History of the region: oral, written, and
landscape).
7. Cara kerja dan teknologi (work and technology).
8. Agama (religion) yang dinyatakan dalam bentuk cerita dan sesuatu yang
dapat disaksikan.
9.

Bentuk

dan

karakteristik

arsitektur

di masing-masing

DTW

(architectural characteristics in the area).


10. Tata cara berpakaian penduduk setempat (dress and clothes).

11. Sistem pendidikan (educational systems).


12. Aktivitas pada waktu senggang (leisure activities).
Menurut Shaw dan William, 1997), dalam kegiatan pariwisata terdapat 10
elemen budaya yang menjadi daya tarik wisata yakni:
1. Kerajinan
2. Tradisi
3. Sejarah dari suatu tempat/daerah
4. Arsitektur
5. Makanan lokal atau tradisional
6. Seni atau musik
7. Cara hidup suatu masyarakat
8. Agama
9. Bahasa
10. Pakaian lokal atau tradisional
Sirtha (2001) mengemukakan motivasi pariwisata budaya, antara lain :
1) mendorong pendayagunaan produksi daerah dan nasional;
2) mempertahankan nilai-nilai budaya, norma, adat istiadat dan agama;
3) berwawasan lingkungan hidup, baik lingkungan alam maupun
lingkungan sosial (Arismayanti, 2006)
Perencanaan

dan pengembangan kawasan wisata

budaya

adalah

merupakan salah satu bentuk konkret dari pelestarian budaya dan manfaat
bagi pengembangan kepariwisataan baik yang memiliki nilai-nilai
pelestarian aset budaya, agar aset budaya tersebut dapat berfungsi lebih
optimal untuk peningkatan dan pemahaman masyarakat akan pentingnya
karya-karya budaya bangsa dalam bentik manajemen pengelolaan
kebudayaan dan kepariwisataan yang baik. Kawasan wisata budaya
mengandung makna penguatan regulasi dan penyusunan pondasi
kebijakan yang mempermudah dan menjamin pelaku-pelaku di bidang
kebudayaan dan kepariwisataan bersinergi dan berkoordinasi.

Kawasan wisata budaya merupakan implementasi yang didasari kepada


dua kepentingan yaitu mengembangkan kebudayaan dan kebudayaan
sebagai bagian penting dalam menumbuhkembangkan kekuatan budaya
lokal yang memiliki nilai unique selling point sebagai dasar untuk
memasyarakatkan

keunggulan

komparatif

dari

segi

budaya

dan

kepariwisataan. Pengelolaan kebudayaan dan kepariwisataan pada satu


kawasan adalah dalam upaya mensinergiskan berbagai kepentingan
sebagimana

makna

dari

suatu

kawasan

merupakan

keterpaduan

pengelolaan yang memiliki nilai promosi yaitu one stop service, intinya
pada satu tempat dapat diberikan pelayanan dari berbagai jasa usaha
pariwisata dan dapat menikmati berbagai sajian kesenian dan kawasan
wisata budaya, mencerminkan pengelolaan wisata budaya secara terpadu
untuk tercapainya optimalisasi aset kepariwisataan dan kebudayaan
sebagai langkah pemberdayaan masyarakat. Menuju kepada pendekatan
penting Community Based Tourism dan Community Based Culture
Centered. Gumelar S. Sastrayuda ( 2010)

BAB III
ANALISIS SINTESIS
3.1 Konesp Kawasan Wisata Budaya Terpadu di Pulau Bangka
Konsep kawasan wisata budaya terpadu ini merupakan tempat dimana
semua kebudayaan di suatu daerah disajikan dalam satu kawasan yang telah

10

ditentukan. Konsep kawasan wisata budaya mengetengahkan unsur-unsur budaya


sebagai produk budaya yang dapat mendorong terciptanya pemberdayaan
masyarakat di pulau Bangka baik langsung maupun tidak langsung.
Di kawasan ini orang- orang akan disuguhi beberapa kesenian budaya
yang disediakan di kawasan tersebut mulai dari kesenian tradisional sampai
permainan tradisional. Selain itu di kawasan ini juga akan diberikan edukasi
terkait kesenian di Pulau Bnangka. Kepada para pengunjung.
Perpaduan antara fasilitas usaha pariwisata kawasan wisata yang
dipadukan dengan produk budaya dalam satu Philisophy of Leisure akan
memberikan penampilan yang baik yang bersifat pagelaran kesenian maupun
festival, dan jenis lainnya lebih terhormat dan mendukung terhadap kualitas
penyelenggara. Konsep keterpaduan fasilitas dalam kawasan mendorong
wisatawan

akan

menikmati

suasana

santai

yang

berpengaruh

kepada

bertambahnya lama tinggal dan belanja wisatawan.

Beberapa kebudayaan yang ada di Pulau Bangka yang bisa menjadi objek di
dalam kawasan wisata budaya terpadu ini adalah :
1. Kerajinan
Kerajinan alat musik dambus, merupakan salah satu kerajinan
tradisional Pulau Bangka. Kerajinan ini bisa nantinya dibuat oleh
masyarakat setempat lalu di pamerkan di tempat wisata budaya
tersebut.
2. Tradisi
Tradisi nganggung merupakan salah satu adat Bangka yang
menunjukan sikap kekeluargaan di Pulau Bangka. Nganggung sering
dilakukan oleh masyarakat Bangka terutama di daerah perkampungan
dalam rangka hari-hari besar keagamaan ataupun untuk memepererat
tali persaudaraan.
3. Makanan lokal atau tradisional

10

11

Salah satu makanan khas Pulau Bangka adalah lempah kuning yaitu
ikan yang di campur dengan kuah dari kunyit.
4. Seni atau musik
Tari dambus, campak dan tari sambut merupakan kesenian daerah
Bangka yang masih dilestarikan di daerah ini.
5. Bahasa
Bahasa yang dimiliki Pulau Bangka juga bisa menjadi objek wisata
bagi wisatawan asing yang ingin belajar tentang bahasa Bangka.

3.2 Implementasi Kawasan Wisata Budaya di Pulau Bangka


Ada beberapa langkah untuk implementasi kawasan wisata budaya di
Pulau Bangka
Langkah Awal Yang Strategis (Priyatmono 2011)
a) Identifikasi Potensi Kawasan
Identifikasi potensi kawasan sangat penting, langkah ini untuk mengetahui
potensi utama kawasan yang akan dikembangkan pertama kali. Potensi utama
kawasan akan menjadi pilar utama pengembangan kawasan.
Potensi dari Pulau Bangka sendiri adalah kesenian tradisional seperti tari
campak, tari sambut dan tari dambus yang saat ini masih di lestarikan oleh
beberapa komunitas. Hampir setiap daerah memiliki sanggar untuk kesenian
budaya ini.
b) Nama Kampung/kawasan budaya
Pemberian nama sebagai identitas kawasan sesuai dengan potensi utama yang
ada pada kawasan tersebut. Dalam hal ini nama untuk kawasan budaya ini
adalah UME KITE yang dalam arti bahasa bangka adalah Rumah Kita.
c)

Pencanangan Kawasan

Pencanangan atau peresmian kawasan sebagai kawasan wisata budaya


UME KITE sangatlah

penting. Pencanangan diperlukan agar kawasan


11

12

tersebut dikenal oleh pihak luar khususnya pemerintah. Pencanangan sebagai


salah satu strategi pemasaran dan promosi kawasan.
d) Organisasi Pengelola
Perlu dibentuknya organisasi pengelola kawasan yang khusus menangani
kawasan wisata ini maka diperlukannya legalisasi dan AD/ART. Organisasi ini
yang akan mengkoordinir dan sebagai pintu masuk keluar segala aktifitas yang
berhubungan dengan kegiatan di kawasan wisata budaya tersebut.
e)

Pembuatan Program Kerja

Dalam pengembangan kawasan perlu dibuat adanya program kerja yang


terbagi dalam program jangka pendek, program jangka menengah dan
program jangka panjang. Program jangka pendek bisa dibuat semacam
pelatihan seni di kawasan tersebut, program jangka menengah dengan
membuat pameran budaya tahunan di kawasan tersebut
f)

Jejaring Kerjasama

Diperlukan adanya kerjasama dengan pihak luar dan dalam kawasan.


Kerjasama dengan pihak luar antara lain dengan pihak Pemerintah, Perguruan
Tinggi, Badan Usaha, Komunitas Kreatif, Media. Selain itu masyarakat juga
berperan untuk saling menjaga kawasan ini dan berkontribusi untuk
kemajauan kawasan ini
g) Pembuatan Pusat Promosi dan Informasi
Fasilitas ini sangat diperlukan untuk mengkoordinasikan semua kegiatan,
disamping sebagai fasilitas untuk pemasaran bersama.
h) Pembuatan Papan Penunjuk dan tanda kawasan Identitas kawasan sangat
diperlukan bagi tamu/wisatawan untuk memudahkan berkunjung ke
kawasan wisata budaya tersebut. Papan penunjuk bisa di pasang di tempattempat yang strategis seperti gapura utama di Pulau Bangka. Di bandara
Depati Amir Bangka dan lain sebagainya.

12

13

i)

Promosi Bersama

1) Pembuatan Brosur, Leaflet dan Poster


Media ini diperlukan sebagai salah satu sarana promosi dan eksistensi
kawasan. Brosur, leaflet.
2) Blog dan Web Site Kawasan
Dengan semakin berkembangnya informasi dan teknologi maka pemasaran
dan promosi melalui dunia maya semakin memegang peranan penting. Untuk
itu promosi lewat dunia maya sangat penting untuk promosi dengan jangkauan
yang luas. Ataupun bisa berfungsi sebagai informasi mengenai kawasan
tersebut.

j)

Pertemuan/Silaturahmi

Pertemuan dapat dilakukan dalam bentuk rapat formal, sarasehan, atau


pertemuan informal lainnya. Hal ini sangat diperlukan untuk konsolidasi
kawasan. Untuk menjaga tetap berjalannya kawasan ini maka harus ada
musyawarah rutin terkait dengan pengembangan wilayah ini
k) Kegiatan Workshop, Pelatihan dan Studi Banding
Kegiatan ini sangat diperlukan untuk memperluas wawasan dan meningkatkan
keterampilan para pengusaha dan pengrajin. Diutamakan peserta dalam
kegiatan ini masyrakat lokal agar bisa meningkatkan perekonomian mereka
l)

Permodalan

Perlu kerjasama dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam rangka
menunjang permodalan awal. Oleh karena itu peran pemerintah sangat
dibutuhkan untuk mengembangka kawasan ini.

13

14

3.3 Keuntungan Kawasan Wisata Budaya Terpadu


a. Dapat Meningkatkan jumlah kegiatan seni dan budaya melalui berbagai
kegiatan yang disajikan pada kawasan wisata budaya tersebut. Dengan
begitu budaya yang ada di Pulau Bangka akan tetap ada karena sering
digunakan dan orang-orang akan lebih mengenal kebudayaan Bangka
b. Kemudahan bagi wisatawan yang membutuhkan sajian kesenian pada satu
lokasi yang ditata secara terintegrasi antara usaha pariwisata sebagai
penyedia fasilitas dan kesenian sebagai pelaku dalam meningkatkan
kunjungan wisatawan
c. Menggunguli dan mengembangkan serta memelihara kebudayaan sebagai
unsur pembangunan yang sejajar dengan unsur pembangunan lainnya.
d. Bisa mengembangkan sistem pengelolaan bersama antara pelaku usaha
pariwisata dengan pelaku kesenian dalam memberikan pelayanan hiburan
kepada wisatawan.
e. Menjembatani kepentingan usaha yang mampu memberikan nilai tambah
para pelaku seni dalam mengembangkan hasil karyanya
f. Bisa meningkatkan kreatifitas masyarakat lokal. Dengan adanya wisata
budaya terpadu ini, masyarakat bisa membuat produk-produk olahan
sendiri asli pulau Bangka. Sehingga perekonomian di masyarakat tersebut
bisa terus berkembang.

BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kawasan wisata budaya terpadu merupakan tempat wisata yang berbasis
budaya lokal sebagai bentuk pelestarian budaya di pulau Bangka. Belum ada
upaya pelestarian budaya yang serius oleh pemerintah daerah setempat untuk
melestarikan budaya di Pulau Bangka. Melihat potensi-potensi budaya yang
dimiliki Pulau Bangka, sangat cocok bila daerah bangka memiliki kawasan wisata
budaya

yang terpadu.

Selain untuk tempat rekreasi, tempat ini juga bisa

dijadikan tempat edukasi bagi masyarakat lokal ataupun asing. Keuntungan yang
di dapat dengan adanya kawasan ini adalah para wisatawan tidak kesulitan untuk
menemukan tempat budaya di Bangka Belitung. Selain itu kawasan ini juga bisa

14

15

menjadi ikon bagi Pulau Bangka seperti daerah-daerah lain seperti Keraton di
Yogyakarta dan Benteng Kuto Besak di Palembang.
Penerapan kawasan ini membutuhkan beberapa pihak terkait agar kawasan
ini bisa terwujud. Baik itu dari pemerintah daerah ataupun tokoh masyarkat
setempat. Harapannya antara pemerintah daerah dan toko lokal bisa bekerja sama
untuk membentuk kawasan wisata budaya ini menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA
Borley, L. 1996. Heritage and Environment Management:The International
Perspective. Wiendu Nuryanti (ed): Tourism and Cultural gGlobal
Civilization In Change. Jogjakarta: Gajahmada University.
Davison, G. dan C Mc Conville. 1991. A Heritage Handbook. St. Leonard,
NSW:Allen & Unwin.
Frankel, D. 1984. Who Owns the Past?. Australian Society, 3 (9).
Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young People in
Heritage Conservation. Brisbane: Hall and jones Advertising.

15

16

Geriya, I Wayan.1995. Pariwisata dan Dinamika Kebudayaan Lokal, Nasional,


Global: Bunga rampai antropologi pariwisata. Bali: Upada Sastra.
Hadiwinoto, S. Beberapa Aspek Pelestarian Warisan Budaya. Makalah
disampaikan pada Seminar Pelestarian dan Pengembangan Masjid Agung
Demak, di Demak, 17 Januari 2002.
Priyatmono, 2011, Profil Kampoeng Batik Laweyan Tahun 2004 Tahun 2011,
FPKBL, Surakarta.
Putra, Agus M.I.(2012). Strategi Pengelolaan Puri Agung Sebagai Daya Tarik
Wisata di Desa Kerambitan, Kecamatan Kerambitan, Kabupaten tabanan:
tidak diterbitkan
Ritchie dan Zins. (1978). Tourism in Contemporary Society, An Introductory Text.
Chapter 19: Social and Cultural Impacts. Page 221.
Sastrayuda, Gumelar S. (2010). Hand Out Mata Kuliah Concept Resort And
Leisure, Strategi Pengembangan Dan Pengelolaan Resort And Leisure.
Spillane,James, J., 1989. Ekonomi Pariwisata, Sejarah dan Prospeknya,
Yogyakarta: Kanisius.
Yoeti, Oka A. 2005. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta : Pradnya Paramita

16

Anda mungkin juga menyukai