Anda di halaman 1dari 58

GANGGUAN PENDENGARAN

(HEARING LOSS)

Haris M Ekorini
Dep/SMF Ilmu Kesehatan THT-KL
FK Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo
Surabaya
1

PENDAHULUAN
Telinga : indra yg sangat penting bagi manusia
Terdiri dari 2 organ :
Pendengaran (auditivus / auditus)
untuk komunikasi
Keseimbangan (status / vestibuler)
untuk keseimbangan tubuh /
orientasi tubuh thd sekitar

ANATOMI TELINGA
Telinga dibagi 3 bagian
Auris eksterna (Telinga luar)
Aurikulum (daun telinga)
Meatus akustikus eksternus (liang telinga
luar)
Membran timpani (gendang telinga)

Auris media (Telinga tengah)


Kavum timpani
Tuba Eustachius
Antrum & sel-sel mastoid
Auris interna / labirin (Telinga dalam)
Koklea (organ auditivus)
Labirin vestibuler (organ vestibuler
/status)

FISIOLOGI PENDENGARAN
1. Hantaran udara koklea
2. Hantaran tulang koklea
Suara melalui hantaran udara lebih baik daripada
melalui hantaran tulang
Telinga menangkap rangsang bunyi (energi
mekanis) impuls syaraf (energi listrik) otak
(disadari & dimengerti)

V1 (How we hear)

PENURUNAN PENDENGARAN

Anamnesis

Pemeriksaan klinis

Pemeriksaan pendengaran

Anamnesis

Lama :
Mendadak
Perlahan
Sifat :
Menetap
Fluktuatif

Gejala :
Otore
Otalgi
Batuk pilek
Trauma
Tinitus
Vertigo
dll

Pemeriksaan klinis

Membran timpani

Intak

Perforasi

Granulasi
Kolesteatoma

Pemeriksaan pendengaran
Tes bisik /
modifikasi
Rinne
Weber
Schwabach
Bing

Tes garpu tala

Audiometri

Konduksi

Campuran
Sensorineural

GANGGUAN
PENDENGARAN

KONDUKSI

SENSORINEURAL

Serumen
OMA
OMSK

Kongenital
Tuli mendadak
Presbikusis
NIHL

CAMPUR

Trauma
akustik

V2

TULI MENDADAK
(SUDDEN DEAFNESS)

PENDAHULUAN
Kedaruratan medis di bidang THT-KL
Terjadi secara tiba-tiba
Tuli sensorineural
Penyebab belum diketahui saat itu
Kehilangan pendengaran > 30 dB, minimal 3 frek
berurutan, 72 jam (3 hari)
Biasanya pada satu telinga (unilateral)

ETIOLOGI belum diketahui secara pasti


Beberapa faktor penyebab adalah :
- Idiopatik (71 %)
- Gangguan vaskular/hematologi (2,8 %)
- Infeksi (12,8 %)
- Trauma (4,2 %)
- Neoplasma (2,3 %)
- Sebab lain 2,2 % (ototoksik, metabolik, autoimun)

Tes Bisik

Mendadak
Tinitus
Tuli sensorineural
(tidak dapat menirukan huruf
Vertigo
desis)
Anamnesis
Pilek,
parotitis,klinis
Pemeriksaan
pendengaran
Tes garpu talaPemeriksaan
Kelainan
DIAGNOSIS
Membran
timpani intak
hematologi
Rinne positif (negatif
kalau tuli berat)
Hipertensi
Weber lateralisasiDiabetes
ke sisi sehat
Kolesterol tinggi
Schwabach memendek
KALAU TIDAK ADA
AUDIOMETER RUJUK

Audiometri nada murni

Pemeriksaan
audiometri
Tuli
sensorineural
penurunan
Sensorineural Hearing
Loss
pendengaran 30 dB
sekurang-kurangnya pada 3
frekuensi berturut-turut

1.

PENATALAKSANAAN
Kortikosteroid
Oral, intravena, atau intratimpani prednison,
metilprednisolon dan deksametason.
Dosis prednison oral : 1 mg/kg/hari, dosis tunggal
maksimum 40-60 mg/hari
Prednison 60 mg setara dengan metil prednisolon
48 mg dan deksametason 10 mg
Tapering off 10 mg tiap 3 hari

Neurotropik

Vasodilator

Terapi oksigen hiperbarik

Evaluasi audiogram dilakukan setiap minggu

Kriteria perbaikan pendengaran (rata2 ambang


pendengaran pada 5 frekuensi (250, 500, 1000, 2000
& 4000 Hz) :

1.

Sembuh : audiogram 5 frekuensi < 20 dB

2. Sangat baik : peningkatan rata2 ambang


pendengaran pd 5 frekuensi > 30 dB
3. Baik : apabila rata2 perbaikan 5 frek 10-30 dB
4. Tidak ada perbaikan : perbaikan 5 frek < 10 dB

PROGNOSIS
Usia
Derajat gangguan pendengaran (nada tinggi
lebih jelek)
Keterlambatan terapi
Gejala vestibular
Faktor predisposisi (hipertensi, DM,
hiperlipidemia)
Terapi 7 hari pertama prognosis lebih baik bagi

TULI AKIBAT BISING


(NOISE INDUCED HEARING LOSS)

KETULIAN AKIBAT BISING


Batasan :

NIHL : ketulian bersifat sensorineural akibat


bising, bilateral, gradual dalam jangka panjang
& bersifat menetap

Paparan kebisingan secara terus menerus


(continues noise) > 85 dB, 8 jam per hari, 40
jam per minggu

Gejala klinik :
Keluhan
Awal : tidak ada keluhan walaupun hasil
audiogram notch/takik pada 4 kHz
Lanjut : kurang pendengaran gangguan
komunikasi
Keluhan lain : - tinitus
- vertigo
- recruitment

Diagnosis NIHL
1. Anamnesis :
Usia
Lama bekerja
Riwayat penyakit sebelumnya
Onset penurunan pendengaran perlahanlahan
Riwayat keluarga
Terdapat trauma kepala / tidak
Penggunaan obat ototoksik
Pekerjaan sebelumnya, misal militer

2. Pemeriksaan fisik :

Keadaan umum
Otoskopi
Tes bisik
Tes garpu tala / penala
Tes audiometri

Pemeriksaan THT :
Otoskopi membrana timpani utuh (pada
trauma akustik mungkin ruptur)
Pemeriksaan pendengaran :
Tes garpu tala (Rinne, Weber, Schwabach)
Tes audiometri : tuli sensorineural, audiogram
awal dip (takik/notch) pada 4 kHz, lanjut
frekuensi lebih luas (trauma akustik tuli
campuran, unilateral

Karakteristik NIHL menurut ACOM Noise &


Hearing Conservation :
1. Tuli sensorineural
2. Bilateral, simetris
3. Jarang menyebabkan tuli sangat berat.
Derajat ketulian antara 40 75 dB
4. Bising berhenti progresivitas berhenti
5. Fase awal 3-6 kHz, kerusakan plg berat 4 kHz

Dampak kebisingan :
Masalah pendengaran / auditorial
Masalah lain / non auditorial
- Gelisah (annoyance)
- Gangguan tidur
- Ischemic heart disease
- Pengaruh pada performa pekerja, sekolah,
stres, lelah, emosional, penurunan prestasi,
gangguan komunikasi & konsentrasi

Terapi :
Belum ada untuk tuli sensorineural
Fase akut vasodilator
Bila ada ketulian gangguan komunikasi :
- Konseling
- Rehabilitatif latihan mendengar
latihan membaca gerak bibir
Alat Bantu Dengar (ABD)
Program Konservasi Pendengaran (PKP)

PROGNOSIS :
Jenis ketulian akibat bising adalah tuli
sensorineural koklea yg sifatnya menetap &
TIDAK DAPAT DIOBATI / OPERASI, maka
prognosis kurang baik
Oleh sebab itu PENCEGAHAN merupakan hal
yg terpenting
Bila diperlukan ABD ( Hearing Aid ) Hati
hati !!!! Jangan dipakai saat bekerja, Saat kerja
ABD dilepas, diganti dg Ear protector ( ear plug )

PROGRAM KONSERVASI
PENDENGARAN

Program Konservasi Pendengaran


(Hearing Conservation Program/Hearing
Loss Prevention Program (HCP/HLPP)
Program yang bertujuan untuk mencegah
atau mengurangi kerusakan & penurunan
pendengaran akibat kebisingan dari tenaga
kerja di tempat kerja

Tujuan PKP
Mengetahui status kesehatan pendengaran
tenaga kerja yang terpajan bising berdasarkan
data-data

AKTIFITAS PROGRAM KONSERVASI


PENDENGARAN :

Identifikasi sumber bunyi (walk through survey)


Analisa Kebisingan (Sound Level Meter)
Kontrol Kebisingan
Tes Audiometri
Komunikasi, Informasi, Edukasi
APD (Alat Pelindung Diri)
Pencatatan & Pelaporan data

KONTROL pd PKP

Kontrol Kebisingan ( Enginering Control )


Kontrol Administrasi
Alat Pelindung Diri ( Personal Protective
Equipment )

KONTROL KEBISINGAN (ENGINERING) :

Penggantian mesin yg tingkat bisingnya


tinggi
Isolasi : sound box, sound enclosure
Pembatasan transmisi sumber bising (sound
barrier : sound proof materials)
Disain akustik : sound absorbent materials

KONTROL ADMINISTRASI

Rotasi tempat kerja


Pengaturan produksi : hindari bising konstan
Gunakan kontrol dan monitor kebisingan
Training Program Konservasi Pendengaran
fungsi pendengaran & perlindungannya
Tes Audiometri

ALAT PELINDUNG DIRI


Untuk mengurangi jumlah energi akustik yg
masuk ke mekanisme pendengaran

Ear plug
Ear muff
Helmet

Alat pelindung diri


Sumbat telinga (ear plug) sumbat
yg dimasukkan dlm mae, dpt mengurangi bising
sebesar :
10-16 dB pd frek < 1000 Hz &
25-30 pd frek 1000 Hz
dpt dibuat dr karet,lilin,plastik

- Tutup telinga (ear muff) tdd 2 mangkuk


u/ menutup kedua telinga yg dihub dg pegas
yg melingkari kepala,dpt mengurangi bising
sebesar :
30 dB pd frek rendah &
50 dB pd frek tinggi
- Tutup telinga berbentuk helm menutupi
seluruh kepala kec muka, shg hantaran tulang
dikurangi

BATAS yang DIPERBOLEHKAN terhadap


PAPARAN KEBISINGAN SK MENAKER 1999
Noise Intensity

Duration limit per day

(dBA)

(hour)

85

88

91

94

97

100

Catatan :
Tidak boleh terpajan lebih dari 140 dBA, walaupun sesaat.

DOKTER KESEHATAN KERJA


Harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai dalam mengenal dan melakukan evaluasi
tingkat kebisingan dalam lingkungan kerja serta
mengkombinasikan dengan data klinik hasil
pemantauan audiometrik

56

Pengetahuan yang harus dimiliki


1. Pengetahuan tentang pemeriksaan audiometri
2. Memantau kemampuan dan ketrampilan
pelaksanaan pemeriksaan audiometri
3. Evaluasi hasil audiogram
4. Sistem rujukan yang baik
5. Perhitungan tentang cacat pendengaran
57

Anda mungkin juga menyukai