Anda di halaman 1dari 29

A.

PENDAHULUAN
Desa sebagai komunitas kecil yang terikat pada lokalitas tertentu
baik sebagai tempat tinggal dan juga dalam pemenuhan
kebutuhan hidup masyarakat desa bergantung kepada pertanian
(Rahardjo, 2010 : 28). Pengertian dari masyarakat itu sendiri
adalah sekumpulan manusia yang saling berhubungan atau
dengan istilah ilmiah yaitu saling berinteraksi sehingga dalam
masyarakat tersebut akan terdapat kesepakatan-kesepakatan
yang telah ditentukan untuk bisa ditaati dan dilaksanakan oleh
setiap anggota masyarkat tersebut.
Kesepakatan-kesepakatan yang sudah ada dalam masyarakat
kemudian mendarah daging pada setiap warganya, sehingga
membedakan antara masyarakat yang satu dengan yang lain
(Soerjono

Soekanto,

2006

22).

Masyarakat

itu

sendiri

mempunyai dua sifat yaitu ada masyarakat yang bersifat terbuka


yang bisa menerima perubahan-perubahan yang terjadi dan
menggabungkan dengan kebudayaan yang sudah ada, dan
masyarakat yang besifat tertutup yang mana dalam masyarakat
ini cenderung sulit untuk menerima perubahan-perubahan yang
terjadi karena mereka tidak terbiasa melakukan sesuatu yang
mereka tidak pahami dan yang tidak biasa mereka jalankan
selama ini, masyarakat ini biasanya pada masyarakat yang
masih tradisional dan biasanya tinggal di daerah pedesaan atau
pegunungan.
Masyarakat yang tinggal di suatu daerah atau desa yang
terpencil pasti akan mengalami suatu perubahan, baik itu secara
cepat atau lambat, besar atau kecil, yang dikehendaki maupun
yang tidak dikehendaki, tergantung dari berbagai faktor yang
ada di sekitar lingkungan desa atau daerah tersebut. Perubahanperubahan tersebut dapat terjadi dengan berbagai macam cara
dan faktor yang melandasinya. Macam-macam perubahan1

perubahan yang terjadi dalam masyarakat misalnya perubahan


yang bersifat besar misalnya saja dalam hal industrialisasi yang
terjadi pada masyarakat agraris akhir-akhir ini yang mempunyai
pengaruh sangat besar terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi

dalam

masyarakat
kelembaga

kehidupan

agraris

masyarakat

misalnya

masyarakat,

nilai

khususnya

saja

dalam

hal

dan

norma,

dan

pada

kelembagajuga

pola

kehidupan dari masyarakat itu sendiri. Peran industrialisasi disini


sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan-perubahan yang
terjadi pada masyarakat desa khususnya masyarakat agraris.
Keterkaitan dari proses industrialisasi pada masyarakat agraris
tidak terlepas dari proses pembangunan masyarakat desa yang
mana masyarakat agraris sangat identik dengan pedesaan yang
kebanyakan dari mereka bekerja di sektor pertanian, pedesaan
yang mengalami industrialisasi juga akan mengalami suatu
pembangunan atau sering disebut juga dengan pembangunan
masyarakat desa. Pembangunan masyarakat desa ini merupakan
salah satu proses dari perubahan sosial yang direncanakan yang
bertujuan untuk mengubah keadaan yang tidak dikehendaki ke
arah yang dikehendaki dan lebih baik, dan pembangunan
masyarakat desa ini merupakan bagian dari pembangunan
nasional. Konsep dari pembangunan masyarakat desa ini objek
utamanya adalah manusia yang bertujuan agar setiap manusia
atau masyarakat mempunyai kemauan dan kemampuan untuk
menolong dirinya sendiri. Tujuan utama dari pembangunan
masyarakat desa itu sendiri adalah meningkatkan taraf hidup
warga masyarakat, mengutamakan pendayagunaan potensi dan
sumber-sumber daya setempat, memerlukan kreatifitas dan
inisiatif

masyarakat

serta

peran

masyarakat (Soetomo, 2009 : 166).

serta

atau

partisipasi

Desa sebagai salah satu jenis persekutuan hukum teritorial,


persekutuan hukum teritorial adalah kelompok dimana anggotaanggotanya merasa terikat satu dengan yang lainnya karena
merasa dilahirkan dan menjalani kehidupan di tempat atau
wilayah

yang

masyarakat

sama

hukum

(Setiady,
yang

2013:

disebabkan

83).
oleh

Terbentuknya
adanya

rasa

keterikatan orang-orang pada suatu daerah tertentu sehingga


membentuk

suatu

masyarakat

hukum.

Masyarakat

hukum

demikian memiliki tiga bentuk(Soemadiningrat, 2011: 114-115),


yaitu:

a. Masyarakat

Dusun

(de

Dorpsgemeenschap),

masyarakat

dusun diartikan sebagai himpunan orang-orang pada satu


daerah

kecil

yang

biasanya

meliputi

perkampungan

(pedukuhan) yang berdiri dengan seluruh pemuka masyarakat


serta pusat kedudukanya berada di daerah tersebut.
b. Masyarakat Wilayah (de Streekgemenschap), masyarakat
wilayah merupakan pengembangan dari beberapa dusun yang
membentuk suatu masyarakat hukum yang lebih besar.
c. Federasi atau Gabungan Dusun-dusun (de Dorpenbond),
beberapa

masyarakat

dusun

yang

saling

berdampingan

(bertetangga) membentuk suatu persekutuan untuk mengatur


dan mengurus kepentingan secara bersama-sama seperti
membuat saluran air dan lembaga peradilan bersama, berarti
telah membentuk suatu gabungan dusun. Kartohadikoesoemo
(1965: 46-48), persekutuan hukum teritorial dibagi menjadi
tiga jenis bagian yaitu :
a) Persekutuan dusun dalam bahasa asing disebut
dorpsgemeenschap, bentuk ini terutama terdapat di Jawa,
Madura dan Bali. Persekutuan dusun memiliki beberapa
sifat yaitu:
(a) Masyarakat terjadi dari orang-orang yang tidak terikat
oleh hubungan darah,bukan bagian dari satu keturunan;
3

(b)Masyarakat itu bertempat-tinggal disuatu tempat, diatas


sebidang tanah;
(c) Tempat kedudukan itu mempunyai wilayah dengan
batas tertentu;
(d)Desa mempunyai daerah yang berkuasa atas seluruh
daerah hukum sebagai satu kesatuan yang bulat;
(e) Desa berhak atas pemerintahan sendiri dan berhak
mengatur serta mengurus rumah tangganya sendiri;
(f) Desa mempunyai harta benda sendiri sebagai
kelanjutan hak untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri.
b) Persekutuan daerah,

dalam

bahasa

asing

disebut

streekgemeenschap, bentuk ini terdapat didaerah Angkola


Mandailing

dengan

Sumatera-selatan

adanya

dengan

kuria

adanya

dan

huta,

marga

dan

dan

di

dusun.

Persekutuan daerah memiliki beberapa sifat yaitu:


(a) Di suatu daerah ada beberapa tempat kediaman
masyarakat yang terpisah dengan masyarakat yang
lain;
(b)Masing-masing

masyarakat

mempunyai

kekuasaan

sendiri dan berdiri sendiri;


(c) Masing-masing mempunyai pemerintah sendiri;
(d)Tempat-tempat kediaman (desa-desa kecil) itu menjadi
bagian daripada daerah hukum yang lebih besar;
(e) Daerah hukum yang lebih besar itu mempunyai wilayah
tertentu;
(f) Desa yang
mempunyai

merupakan
pemerintahan

persekutuan
sendiri

yang

daerah

itu

tetap

dan

berkuasa atas seluruh wilayah daerah;


(g)Persekutuan daerah itu mempunyai hak kuasa atas
tanah

belukar

yang

terdapat

disela-sela

tanah

pertanian, yang masih dikerjakan dan tanah pertanian


yang sudah kosong, sebab sudah ditinggalkan oleh
orang yang mempunyai hak milik.

c) Gabungan dusun, dalam bahasa asing disebut dorpenbond,


bentuk desa ini terdapat dipedalaman daerah Batak. Jenis
ini memiliki beberapa sifat yaitu:
(a) Dalam suatu daerah ada beberapa desa, desa-desa itu
mempunyai wilayah dan batas sendiri-sendiri;
(b)Masing-masing mempunyai pemerintah sendiri;
(c) Masing-masing berhak atas pemerintahan dan
mengatur serta mengurus rumahtangganya sendiri;
(d)Untuk
mengatur
dan
mengurus
kepentingan
bersama,misalnya dilapangan pengairan, keamanan,
pertahanan, perekonomian dan pengadilan, desa-desa
itu menyelenggarakan kerjasama yang tetap;
(e) Gabungan dusun itu mempunyai pemerintah yang
terjadi dari kerjasama antara pemerintah-pemerintah
daripada desa-desa yang tergabung;
(f) Gabungan dusun tidak mempunyai kuasa atas hak atas
tanah.
Dilihat

dari

sejarahnya,

desa

sudah

dikenal

sejak

jaman

kerajaankerajaan Nusantara sebelum kedatangan Belanda. Desa


adalah wilayahwilayah yang mandiri dibawah taklukan kerajaan
pusat

(Surianingrat,

1992:12-13).

Dalam

praktik

penyelenggaraan pemerintahan, kerajaan pusat hanya menuntut


loyalitas

desa.

menyelenggarakan
mengatur

Sedangkan

bagaimana

pemerintahanya,

melainkan

kerajaan

menyerahkannya

kepada

pemerintahan
pusat

tidak

desa

yang

bersangkutan untuk mengatur dan mengurusnya sesuai dengan


adat istiadat dan tata caranya sendiri. Istilah adat artinya
kebiasaan. Adat atau kebiasaan merupakan, tingkah laku
seseoarang yang terus-menerus dilakukan dengan cara tertentu
dan diikuti oleh masyarakat luar dalam waktu yang lama.
Tulisan pada prasasti Himad-Walandit menunjukkan bahwa desa
pada zaman Kerajaan Kediri-Jenggala memiliki status swatantrera
(otonomi) dengan demikian, sejak dulu desa mempunyai hak
5

mengatur rumah tangganya sendiri. Berdasarkan prasasti dan


piagam yang ditemukan pada tahun 1880 di Penanjangan
Tengger, Jawa Timur, Bayu Surianingrat dalam Nurcholis (2011:5)
menarik kesimpulan sebagai berikut:
a) Bahwa desa sebagai lembaga pemerintahan terendah telah
ada sejak dahulu kala dan bukanlah impor dari luar Indonesia,
bahkan murni bersifat Indonesia;
b) Bahwa nampaknya desa adalah tingkat yang berada langsung
di bawah kerajaan. Dengan kata lain, pada waktu itu terdapat
sistem pemerintahan di daerah dua tingkat;
c) Bahwa masyarakat Indonesia sejak dahulu telah mengenal
sistem-sistem pemerintahan di daerah, dan yang sekarang
menjadi

hakekat

pemerintahan

dari

misalnya,

asas-asas
swatantra

penyelenggaraan

(yaitu

yang

disebut

sekarang sebagai otonomi atau hak untuk mengurus dan


mengatur urusan rumah tangganya sendiri). Demikian pula
ada jabatan-jabatan atau pembagian tugas, misalnya samget
(ahli adat), jayapatra (hakim), dyaksa (jaksa) dan sebagainya;
d) Bahwa terdapat jenis-jenis desa antara lain Desa Keramat,
Desa Perdikan dan sebagainya dengan hak-hak khusus. Kern
dan Van Den Berg dalam Nurcholis (2011:5), desa-desa di
Jawa dibentuk atas pengaruh orang Hindu, karena mempunyai
kesamaan

dengan

desa-desa

yang

ditemukan

di

India.

Artinya, sejak kedatangan orang Hindulah desa mulai ada.


Namun Van Vollenhoven dan Brandes menyatakan bahwa
daerah hukum yang berada di Jawa, Bali, dan Madura yang
disebut desa itu adalah ciptaan orang Indonesia asli, karena
lembaga ini juga terdapat di daerah-daerah seberang dan
juga di Filipina yang tidak pernah mendapat pengaruh orang
Hindu (Surianingrat, 1980:18). Dilihat dari asal-usulnya desa
dapat dilihat dari empat kategori yaitu:

a) Desa yang lahir, tumbuh, dan berkembang berdasarkan


hubungan kekerabatan sehingga membentuk persekutuan
hukum genealogis atau seketurunan;
b) Desa yang muncul karena ada hubungan tinggal dekat
sehingga membentuk persekutuan hukum territorial;
c) Desa yang muncul karena adanya tujuan khusus seperti
kebutuhan yang ditentukan oleh faktor-faktor ekologis;
d) Desa yang muncul karena adanya kebijakan dari atas seperti
titah raja, ordonasi pemerintah jajahan, atau Undang-undang
pemerintah desa seperti desa perdikan pada zaman kerajaan
atau desa transmigrasi pada zaman sekarang (Nurcholis,
2011:5-6).
Berdasarkan letak topografinya, desa dapat diklasifikasikan
menjadi tiga kelompok yaitu desa pesisir, desa dataran rendah
dan desa pegunungan (Sunardjo, 1984:100). Masing-masing
kelompok mempunyai arti dan fungsi tertentu. Desa-desa pesisir
khususnya yang mempunyai pelabuhan mempunyai fungsi politik
dan ekonomi yang penting. Secara ekonomi tempat ini menjadi
tempat ekspor-impor barang-barang perdagangan, sedangkan
secara politik merupakan tempat yang rawan, yang sewaktuwaktu bisa dipakai musuh untuk menyerang kerajaan dari arah
laut. Desa-desa dataran rendah merupakan gudang pangan
untuk kebutuhan kerajaan maupun untuk diekspor. Sementara itu
desa-desa pegunungan umumnya merupakan wilayah yang
digunakan untuk pertahanan terahir ketika kerajaan terdesak
oleh musuh.
Pada zaman dulu ada beberapa desa yang mempunyai sejarah
dan perkembangan yang khas yang oleh raja kemudian diberi
hak-hak istimewa. Perlakuan khusus raja terhadap desa ini
biasanya karena kepala desa atau tokohnya berjasa kepada raja.
Desa-desa yang mempunyai perlakuan khusus dari raja ini yaitu:

a) Desa

Perdikan.

Perdikan

berasal

dari

kata

merdeka,

mahardika, artinya bebas, tidak terbelenggu. Desa Perdikan


berarti desa yang bebas dari kewajiban membayar pajak atau
upeti kepada raja. Desa Perdikan dibebaskan dari membayar
upeti kepada kerajaan karena tokoh pendirinya dinilai berjasa
kepada kerajaan misalnya ikut mendirikan kerajaan, ikut
membela

saat

kerajaan

diserang

musuh,

membantu

menyelesaikan masalah yang dihadapi raja atau keluarganya


dan lain-lain.
b) Desa Mutihan. Mutihan berasal dari kata putih, putih di sini
diambil dari kain putih yang biasa dipakai oleh warga desa ini
sebagai serban atau tutup kepala atau baju. Di desa ini
terdapat pondok pesantren yang terkenal dengan pemuka
agama yang disegani. Warga desa ini taat menjalankan
agama yang disimbolkan dengan pakaian serba putih. Di desa
ini raja juga memberi perlakuan khusus seperti dibebaskanya
warga desa membayar pajak. Di samping itu, raja juga
memberi tanah untuk menghidupi perguruan agama tersebut.
Status desa ini bisa dicabut bila warga melanggar ketentuan
yang bertentangan dengan ajaran agama.
c) Desa Pakuncen. Pakuncen berasal dari kata kunci, kuncen.
Kuncen adalah pemegang kunci makam keramat leluhur. Jadi
di Desa Pakuncen terdapat makam keramat yang dihormati
oleh raja dan masyarakat. Umumnya yang dimakamkan disini
adalah leluhur raja dan guruguru kerohanian raja. Raja
member perlakuan khusus terhadap desa ini karena jasa
warganya merawat makam keramat tersebut.
d) Desa Mijen. Mijen berasal dari kata siji, ijen atau satu. Di desa
ini awalnya tinggal seorang diri tokoh besar atau ulama yang
ahirnya menjadi guru atau penasihat raja. Ketika tokoh ini
membentuk komunitas, raja membebaskan para pengikutnya

yang tinggal di desa ini dari kerja wajib dan upeti (Soenardjo,
1984:102-103).
Kartohadikoesoemo (1965: 3) menyatakan bahwa arti kata desa,
dusun, desi seperti juga negeri, nagari, nagoro berasal dari
bahasa sankskrit (sansekerta) yang berarti tanah air, tanah asal,
tanah kelahiran. Jauh sebelum Negara Indonesia merdeka,
diseluruh Indonesia telah ada satuan-satuan masyarakat hukum
yang

mempunyai

batas

wilayah

tertentu

dan

berwenang

menyelenggarakan rumah-tangganya sendiri (Ndraha, 1981: 23).


Satuansatuan

masyarakat

itu

merupakan

satuan-satuan

ketatanegaraan, karena mempunyai wilayah, penduduk dan


pemerintah sendiri.
Desa

adalah

suatu

kesatuan

masyarakat

hukum

yang

mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat


istimewa dan dilandasi pemikiran otonomi asli, demokratisasi,
partisipasi, dan pemberdayaan masyarakat (Widjaja, 2008:3).
Desa merupakan suatu kesatuan hukum, dimana bertempat
tinggal

suatu

pemerintahan

masyarakat
sendiri.

yang

Selanjutnya,

berkuasa

mengadakan

Soenardjo

(1984:11)

menyatakan bahwa desa adalah suatu kesatuan masyarakat


berdasarkan adat dan hukum adat yang menetap dalam suatu
wilayah yang tertentu batas-batasnya, memiliki ikatan lahir dan
batin yang sangat kuat, baik karena keturunan maupun karena
samasama memiliki kepentingan politik, ekonomi, social dan
keamanan

serta

memiliki

susunan

pengurus

yang

dipilih

bersama, memiliki kekayaan dalam jumlah tertentu dan berhak


menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri.
Desa dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan
asal-usul desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat.
Pembentukan
9

desa dapat berupa penggabungan beberapa desa, atau bagian


desa yang bersanding atau pemekaran dari satu desa menjadi
dua desa atau lebih, atau pembentukan desa di luar desa yang
telah ada (Zulkarnaen dan Saebani, 2012 : 342). Desa dapat
diubah

atau

berdasarkan

disesuaikan
prakarsa

Permusyawaratan

statusnya

pemerintah

Desa

dengan

menjadi

desa

kelurahan

bersama

memperhatikan

Badan

saran

dan

pendapat masyarakat setempat. Desa yang berubah menjadi


kelurahan, lurah dan perangkatnya diisi dari pegawai negeri sipil.
Kelurahan mengandung pengertian suatu wilayah yang ditempati
oleh

sejumlah

penduduk

yang

mempunyai

organisasi

pemerintahan terendah langsung di bawah camat yang tidak


berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri (Widjaja,
1992:15). Berdasarkan pasal 127 ayat (1) Undang-undang Nomor
32

tahun

2004

tentang

Pemerintahan

Daerah,

kelurahan

dibentuk di wilayah kecamatan dengan peraturan daerah yang


didasarkan kepada peraturan pemerintah; ayat (2) kelurahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh lurah yang
dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari
Bupati/Walikota. Desa dan kelurahan memiliki perbedaan yaitu:
Tabel 1
Perbedaan Desa dan Kelurahan
No
1
2

Perbedaan
Pemimpin

Desa
Kepala Desa

Kelurahan
Lurah

Status

(Kades)
Pemimpin daerah /

Perangkat

Jabatan

desa

pemerintahan
kabupaten / kota yang
sedang bertugas di

Status

Bukan PNS

10

kelurahan
PNS

Kepegawaian
Proses

Dipilih oleh rakyat

Ditunjuk oleh bupati /

Pengangkata

melalui PILKADES

walikota

n
Masa Jabatan tahun dan dapat

Tidak dibatasi dan

dipilih lagi untuk 3

disesuaikan dengan

periode

aturan pensiun PNS

Pemerintahan kelurahan merupakan suatu wilayah administratif


berada langsung di bawah pemerintahan kecamatan dalam kota.
Adapun tugasnya berlandaskan asas dekonsentrasi tetapi tidak
menghalanginya

melaksanakan

tugas-tugas

di

bidang

desentralisasi melalui saluran camat,


bupati, walikota dan gubernur kepala daerah (Widjaja, 1992:16).
Pasal 127 ayat (6) Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan

Daerah,

dalam

pemerintahan

kelurahan,

lurah

melaksanakan
dibantu

tugas-tugas

oleh

perangkat

kelurahan. Pasal 127 ayat (3) lurah mempunyai tugas: a)


pelaksanaan

pemerintah

kelurahan;

b)

pemberdayaan

masyarakat; c) pelayanan masyarakat; d) penyelenggaraan


ketentraman dan ketertiban umum; e) pemeliharaan prasarana
dan fasilitas pelayanan umum. Dalam melaksanakan tugas
sebagaimana dimaksud, lurah bertanggung jawab kepada Bupati
atau Walikota melalui camat.
Setiady (2013: 378) berpendapat bahwa, bentuk-bentuk Desa
diseluruh

Indonesia

dalam

kenyataanya

berbeda-beda

dikarenakan berbagai faktor antara lain sebagai berikut:

11

Tabel 2
Bentuk-bentuk Desa
Sistem

Susunan

Wilayah

Pemerintahan

Masyarakat

a. Wilayah yang

adat

a. Masyarakat yang

a. Sistem

sempit ditempati

susunanya

pemerintahan

penduduk yang

berdasarkan

adat dan nama-

ikatan

nama jabatan

kekerabatan

pemerintahan

padat.
b. Wilayah yang
luas ditempati
oleh penduduk

(genealogis).
b. Masyarakat yang

yang jarang.

adat yang
berbeda- beda

berdasarkan

dan penguasaan

ikatan

harta kekayaan

keagamaan.

desa yang
berbeda-beda.

(Sumber : Setiady, 2013 :378)


Desa yang kondisi masyarakat dan wilayahnya tidak lagi
memenuhi persyaratan dapat dihapus atau digabung. Dalam
wilayah desa dapat dibentuk dusun atau sebutan lain yang
merupakan

bagian

wilayah

kerja

pemerintahan

desa

dan

ditetapkan dengan peraturan desa. Desa memiliki pemerintahan


sendiri (http://rushdyms.blogspot.com). Undang-undang Nomor 6
Tahun 2014 Tentang Desa disebutkan bahwa Pemerintahan Desa
terdiri atas Pemerintah Desa yang meliputi:
a. Kepala Desa
Pasal 26 ayat (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014,
menyatakan bahwa Kepala Desa bertugas menyelenggarakan
Pemerintahan

Desa,

melaksanakan

pembinaan

kemasyarakatan

masyarakat

Desa.

Kepala

Desa,
Desa

12

Pembangunan
dan

Desa,

pemberdayaan

merupakan

pimpinan

penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan


yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Masa

jabatan

Kepala

Desa

adalah

tahun,

dan

dapat

diperpanjang lagi untuk tiga kali masa jabatan. Kepala Desa juga
memiliki wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah
mendapat
langsung

persetujuan
melalui

bersama

Pemilihan

BPD.

Kepala

Kepala
Desa

Desa

dipilih

(Pilkades)

oleh

penduduk desa setempat.


b. Perangkat Desa
Perangkat

Desa

melaksanakan

bertugas

tugas

dan

membantu

Kepala

wewenangnya.

Desa

Dalam

dalam

pasal

48

Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014, Perangkat Desa terdiri


dari Sekretaris Desa dan Perangkat Desa lainnya. Salah satu
perangkat desa adalah Sekretaris Desa, yang diisi dari Pegawai
Negeri Sipil. Sekretaris Desa diangkat oleh Sekretaris Daerah
Kabupaten/Kota atas nama Bupati/Walikota. Perangkat Desa
lainnya diangkat oleh Kepala Desa dari penduduk desa, yang
ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa. perangkat desa juga
mempunyai

tugas

untuk

mengayomi

kepentingan

masyarakatnya.
c. Badan Permusyawaratan Desa
Pasal 55 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014, menyebutkan
bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) mempunyai fungsi
membahas

dan

menyepakati

Rancangan

Peraturan

Desa

bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi


masyarakat Desa dan melakukan pengawasan kinerja Kepala
Desa.

Badan

Permusyawaratan

Desa

merupakan

lembaga

perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan


desa.

Anggota

BPD

adalah

wakil

dari

penduduk

desa

bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. Anggota BPD


terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku adat, golongan
13

profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat


lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat
diangkat/diusulkan kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya.
Pimpinan dan Anggota BPD tidak diperbolehkan merangkap
jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa. BPD berfungsi
menetapkan Peraturan Desa bersama Kepala Desa, menampung
dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Pemerintahan Desa di masa orde baru diatur melalui Undangundang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa.
Undang-undang ini bertujuan untuk menyeragamkan nama,
bentuk, susunan dan kedudukan Pemerintahan Desa (blogfatmamelia.blogspot.com). Istilah Desa dalam Pasal 1 huruf (a)
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan
Desa dimaknai sebagai suatu wilayah yang ditempati oleh
sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai organisasi. Pemerintahan terendah langsung di
bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya
sendiri dalam ikatan Negara kesatuan Republik Indonesia.
Desa

dibentuk

dengan

memperhatikan

syarat-syarat

luas

wilayah, jumlah penduduk dan syarat-syarat lainnya. Terkait


dengan kedudukannya sebagai pemerintahan terendah di bawah
kekuasaan pemerintahan kecamatan, maka keberlangsungan
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan berdasarkan
persetujuan dari kecamatan. Pada masa reformasi Pemerintahan
Desa diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 yang
diperbarui menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Undang-undang ini berusaha
mengembalikan konsep dan bentuk Desa seperti asal-usulnya
yang secara historis belum mendapat pengakuan dalam Undangundang Nomor 5 Tahun 1979.

14

Pasal 1 angka (1) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang


Desa

disebutkan

pengertian

Desa

(www.menpan.go.id),

pengertian Desa dalam Undang- undang Nomor 6 Tahun 2014


yaitu; Desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa merupakan sebuah pemerintah terdepan yang berhadapan
langsung

dengan

masyarakat

dan

menjalankan

fungsi

pemerintah secara riil di lapangan. Dalam Undang-undang


Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah disebutkan
bahwa Desa atau yang disebut dengan nama lain selanjutnya
disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asalusul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Selanjutnya, Undang-undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang
Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah mengakui adanya otonomi yang dimiliki
oleh desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun
pendelegasian dari pemerintah ataupun pemerintah daerah
untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.
Pasal 200 Undang-undang Nomor
pemerintahan

daerah

kabupaten

32 Tahun 2004,
atau

kota

dalam

dibentuk

pemerintahan desa yang terdiri dari pemerintah desa dan badan

15

permusyawaratan desa (Asshiddiqie, 2010 : 278). Desa di


kabupaten atau kota secara bertahap dapat diubah atau
disesuaikan

statusnya

menjadi

kelurahan

sesuai

usul

dan

prakarsa pemerintah desa bersama badan permusyawaratan


desa yang ditetapkan dengan peraturan daerah. Dalam hal desa
berubah statusnya menjadi kelurahan, kekayaannya menjadi
kekayaan daerah dan dikelola oleh kelurahan yang bersangkutan.
Pasal 202 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 , pemerintahan
desa terdiri atas kepala desa dan perangkat desa. Perangkat
desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainya.
Urusan yang menjadi kewenangan desa mencakup:
a. Urusan pemerintah yang sudah ada berdasarkan hak asalusul desa;
b. Urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupatenatau kota yang diserahkan pengaturanya kepada
desa;
c. Tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah provinsi dan
atau pemerintah kabupaten atau kota;
d. Urusan pemerintah lainya yang oleh peraturan
perundangundangan diserahkan kepada desa (Asshiddiqie,
2010 : 279).

Kedudukan Desa tercermin dalam Pasal 2 dan Pasal 5 Undangundang

Nomor

Penyelenggaraan

Tahun

2014

Pemerintahan

yaitu

sebagai

Desa,

berikut:

pelaksanaan

Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan


pemberdayaan masyarakat Desa berdasarkan Pancasila, Undangundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika. Dalam
Pasal 5 Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 dinyatakan bahwa
Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota.

16

17

B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan studi kasus
tunggal terpancang (embedded research). Penelitian dilakukan di
Desa Desa Sungai Langka Kecamatan Gedongtataan Kabupaten
Pesawaran. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi
pustaka,

observasi

dan

conten

analysis.

Validitas

data

menggunakan triangulasi data dan triangulasi metode. Analisis


data meggunakan analisis linteraktif dengan tiga tahapan
analisis, yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan
simpulan yang berinteraksi dengan pengumpulan data secara
siklus.

18

C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


a. Sejarah Singkat Desa Sungai Langka
Desa Sungai Langka dinamakan Sungai Langka karena di
daerah ini tidak terdapat sungai dan hanya ada mata air. Di
daerah ini dahulunya bekas perkebunan milik belanda, dan
orang-orang belanda yang menamakan daerah ini dengan
nama sungai langka. Desa Sungai Langka pada mulanya
adalah merupakan bagian dari Desa Bernung, yang kemudian
berdasarkan Surat Keputusan- Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Lampung Selatan tanggal 15 - September 1975 No. 108/V/Des
dijadikan Desa yang berdiri sen- diri. dengan nama Desa
Sungai Langka. Asal-usul Desa Sungai Langka berasal dari
Expor Perkebunan Asing yang dibumi hanguskan pada masa
penduduk Jepang dilndonesia tahun 1943. Setelah tahun 1945
mulailah dilakukan kembali suatu usaha untuk mengelolah
tanah

perkebuman

tersebut

dengan

dibentuk

suatu

perkebunan daerah yang dikoordinir oleh saudara Sabichun,


antara lain mengusahakan tananaman kopi dan karet, Pada
tahun 1950 datanglah CTN dari Jfawa Timur sebanyak 6 kompi
yang terdiri dari kompi A,B,C,D,E dan F ke daerah Lam pung.
Oleh Residen Lampung pada saat itu yaitu Mr

Gele Harun

kompi C ditempatkan di Sungai Langka yang dipimpin oleh Let


nan I Suprapto, dimana diberikan juga sebagian tanah
Perkebu- nan Sungai Langka untuk dilolah.
Maka sejak tahun 1951 di Sungai Langka terdapat 2 Perkebunan yaitu :
a) Perkebunan Republik Indonesia , Sungai Langka yang
dipimpin oleh - saudara Sabichun yang mengusahakan kopi
dan karet.

19

b) Perkebunan CTN kompi C yang dipimpin oleh saudara


Sadikin dibawah pembinaan Komandan kompi C Letnan I
a. Suprapto yang mengusahakan :
b. Perkebunan kopi dan karet di Sungai Langka
c. irigasi Dam C, di Way Linti
d. Kolam pemandian di Sungai Langka
e. Membangun Perumahan untuk Anggota kompi C serta
pembagian tanah pekarangan,
Pada tanggal 3 Mei 1954 berdasarkan Surat Keputusan
Presiden

Republik

Indonesia,

CTN

masyarakat dan sejak itu masyarakat

dikembalikan

pada

yang ada di Desa

Sungai Langka menggabung kan diri dengan Desa Bernung,


dengan Kamituanya yang pertama - adalah saudara Sadikin.
Dengan dibubarkannya CTN maka perkebunan tersebut juga
dibubar kan dan tanah Perkebunan diusahakan oleh masingmasing penduduk, kemudian dilakukan usaha penertiban
Administrasi tanah de ngan jalan.mendaftarkan ke Agrarir
sesuai dengan U.U. No, .8. tahun 1954, semenjak itu
perkembangan

penduduk

makin

pesat,

pe'mbangunan

rumah-rumah penduduk dilakukan secara teratur, usa ha


Pertanian

mulai

nampak

lebih

maju

karena

penduduk

mengusaha kan tanah pertaniannya untuk kepentingannya


masing-masing.
Pada bulan Januari 1963 Perkebunan R.I. yang dipim- pin oleh
saudara Sabichun diserahkan kepada P.N.P. X. Way Be- rulu,
Pada tahun 1967 Kamitua Sadikin diganti oleh saudara
M.Hasyim.

Pada

tahun

1972

telah

diadakan

beberapa

peninjawan- dari Pemerintah Daerah Propinsi Lampung ke


Sungai Langka, yang merupakan Dewan Land USE, Team
Panitia B dll, sehingga tanah penduduk telah resmi menjadi
hak milik dengan sertifikat masing-masing.

20

Akibat pesatnya perkembangan penduduk di Sungari. Langka


dan keinginan yang kuat dari masyarakat untuk membentuk
suatu Desa yang berdiri sendiri, maka oleh Tokoh-tokoh dan
Pemuka

masyarakat

di

Sungai

Langka

diusulkan

pada

Pemerintah untuk da pat dibentuknya Sungai Langka menjadi


Desa yang berdiri sendiri, Maka berdasarkan Surat Keputusan
Bupati Kepala Daerah Tingkat II Lampung Selatan tanggal 15
September 1975, Nomor . 108/V/Des, tentang Pengesahan
Sungai Langka dan Surat Keput san Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Lampung Selatan tanggal 15 September Nomor :
109/V/Des, tentang Penunjukan Pejabat se~ mentara Kepala
susukan Sungai Langka atas nama M.Hasyim dan Peta Desa
Sungai Langka, maka resmi Pedukuhan Sungai Langka
menjadi suatu Desa yang berdiri sendiri terlepas dari induk
kampung Bernung, dengan sebutan Desa Sungai Langka, dan
Kepala Desanya M.Hasyim.
Perkembangan

Desa

Sungai

Langka

nampak

pesat,

sehingga - perlu untuk toembagi daerahnya atas beberapa


pedukuhan Yaitu :
a) Sungai Langka I. A.
b) Sungai Langka I. B.
c) Sungai Langka II. A.
d) Sungai Langka II. B.
e) Sungai Langka III.
f) Sungai Langka IV.
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Lampung Selatan tanggal 2 Agustus 1976 Nomor :
46/V/Des, tentang Pemberhentian dengan hormat saudara
M.Hasyim da- ri Pejabat sementara dan mengangkat saudara
S, Hadi Utomo seba- gai Pejabat sementara Kepala Desa

21

Sungai Langka dimana kemudian ditetapkan menjadi Kepala


Desa

Sungai

Langka

hingga

tahun

1980.

Kemudian

berdasarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II


Lampung Selatan Nomor : OP.410/445/Des/1980, makasaudara
Sujono diangkat menjadi kepala desa sungai langka hingga
sekarang.
b. Kepala desa yang pernah memimpin :
a) Bapak Hasim : sebelum desa sungai langka menjadi daerah
sendiri yang dinamakan kampung susukan wilayah berung.
b) Bapak Hindi utomo : Lurah Pertama desa sungai langka
setelah memisahkan diri dari daerah berung.
a. Bpk. Sujono
b. Bpk. Sukijo
c. Bpk Imam Sujono
d. Ibu Lamisah
e. Bpk Erwan Sukijo
c. Potensi Sumber Daya Alam
a. Potensi Umum
a) Batas Wilayah
Batas
Sebelah Utara

Desa/Kelurahan
Bernung/Negeri

Kecamatan
Gedong Tataan

Sebelah Selatan

Sakti
Gunung Betung

Gedong Tataan

Sebelah Timur
Sebelah Barat

Reg 18
Kurungan Nyawa
Wiyono/PTPN VII

Gedong Tataan
Gedong Tataan

b) Luas Wilayah menurut dan peta wilayah


Luas Pemukiman

373

Ha/m

Luas Persawahan

2
Ha/m

Luas Perkebunan

164

2
Ha/m

Luas Kuburan

1,5

2
Ha/m
2

22

Luas Perkarangan

140

Ha/m

2
Ha/m

Perkantoran

0,5

2
Ha/m

Luas Prasarana umum Lainya

21

2
Ha/m

900

2
Ha/m

Luas tanaman

Total Luas

2
c) Iklim
Curah Hujan
Jumlah bulan Hujan
Kelembaban
Suhu rata-rata harian
Tinggi Tempat dari permukaan

4000
6

Mm
Bulan

22-31
500

c
mdl

Laut
d) Pendidikan
Tingkat Pendidikan

Laki-laki

Perempua

161

n
147

TK
Usia 3-6 yang sedang TK/Play

51

58

Group
Usia 7-18 tahun yang tidak

30

57

pernah sekolah
Usia 7-18 tahun yang sedang

309

297

sekolah
Usia 18-56 Tahun tidak pernah

115

121

sekolah
Usia 18-56 Tahun pernah SD

76

90

tetapi tidak tamat


Tamat SD/Sederajat
Jumlah Usia 12-56 Th tidak tamat

202
975

192
840

SLTP
Jumlah Usia 18-56 Th tidak tamat

1021

1502

Usia 3-6 tahun yang belum masuk

23

SLTA
Tamat SMP/Sederajat
Tamat SMA/Sederajat
Tamat D-1/Sederajat
Tamat D-2/Sederajat
Tamat D-3/Sederajat
Tamat S-1/Sederajat
Tamat S-2/Sederajat
Tamat S-3/Sederajat
Tamatan SLB A
Tamatan SLB B
Tamatan SLB C

200
701
211
102
109
80
15
1
2
3
2

194
802
201
110
113
65
9
2
4
3
5

e) Mata Pencaharian Pokok


Jenis Pekerajaan
Petani
Buruh tani
Buruh migran perempuan
Buruh migran laki-laki
Pegawai Negeri Sipil
Pengrajin industri rumah
tangga
Pedagang keliling
Peternak
Nelayan
Montir
Dokter swasta
Bidan swasta
Perawat swasta
Pembantu rumah tangga
TNI
POLRI
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
Pengusaha kecil dan
menengah
Pengacara
Notaris
Dukun Kampung Terlatih
Jasa pengobatan
altcrnatif
Dosen swasta
Pengusaha besar
Arsitektur
Seniman/Artis

24

Laki-Laki
600
200

Perempuan
100
70

157
25

162
30

18
218

22
17

7
5
3
50
25
30
98
19

5
7

2
2

15
17

2
3

Karyawan pcrusahaan
swasta
Karyawan perusahaan

500

300

56

70

pemerintah
f) AGAMA
Agama
Islam
Kristen
Katholik
Hindu
Budha
Khonghucu
Kepercayaan Kepada

Laki-

Perempuan

Laki
2619
31
50
4

2.366
37
57
4

Laki-

Perempuan

Laki
2640
2640

2466
2466

Tuhan YME
Aliran Kepercayaan
Lainya
Jumlah
g) Kewarga Negaraan
Kewarganegaraan
Warga Negara Indonesia
Warga Negara Asing
Dwi Kewarganegaraan
Jumalh
h) Etnis
Etnis

Laki-

Perempuan

Laki
Aceh
Batak
Nias
Men tawai
Melayu
Minang
Kubu
Anak Dalam
Badui
Betawi

25

15

Sunda
Jawa
Madura
Bali
Ban jar
Dayak
Bugis
Makasar
Mandar
Sasak
Ambon
Minahasa
Flores
Jpapua
Timor
Sabu
Rote
Sumba
Ternate
Tolaki
Buton
Muna
Mikongga
Wanci
Alor
Benoa
Tunjung
Mbojo
Samawa
Asia
Afrika
Australia
China
Amerika
Eropa

200
2000
50
1

200
2000
30
2

1
5

Laki-

Perempuan

Laki
25
5
9

31
4
3

i) Cacat Mental
Cacat Fisik
Tuna Rungu
Tina Wicara
Tuna Netra
Lumpuh
Sumbing
26

Cacat Kulit
Cacat Fisik/Tuna Daksa Lainya

Cacat Mental
Idiot
Gila
Stress
Autis

Laki-Laki
15
2

Perempuan
10
1

j) Sarana Pendidikan
a) Tk/Paud
b) Sd
c) SMP
d) Madrasah Diniyah

:
:
:
:

4
5
1
1

Unit
Unit
Unit
Unit

27

D. PENUTUP
a) Manusia menjalani

kehidupan didunia ini khususnya di

desa/kelurahan tidaklah bisa hanya mengandalkan dirinya


sendiri dalam artian butuh bantuan dan pertolongan orang
lain , maka dari itu manusia disebut makhluk sosial.
b) Walaupun Desa Desa Sungai Langka merupakan

Desa

Asli/Lama, tetapi dalam perkembangannya ternyata apabila


dilihat dari asal penduduk maka terdapat tiga bagian besar
yaitu Lampung, Jawa dan Sunda. Dan kalau digolongkan
secara umum maka terdapat 25% suku Lampung, 10% suku
Sunda dan 65% suku Jawa.
c) Kesimpulan dari penelitian Perkembangan Desa Desa Sungai
Langka

Kecamatan

Gedongtataan

Kabupaten

Pesawaran

sebagai sumber belajar sejarah lokal telah berjalan maksimal


dengan memanfaatkan pengajaran sejarah yang berbasis
living historis dan keunggulan lokal untuk mengantarkan
mahasiswa pada pemahaman dan kesadaran akan sejarah
sendiri.

28

DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani. 2012. Metodologi Penelitian
Kualitatif.
Amin Widjaja Tunggal, 2008. Audit Manajemen. Jakarta : Rineka
Cipta.
Bandung: Pustaka Setia.
Djunasih, Sunarjo. 1984. Opini Publik. Yogyakarta : Liberty.
Siska Yulia, 2016. Sejarah Lokal (Perspektif Pengajaran Sejarah).
Bandar
Lampung: STKIP-PGRI Bandar Lampung.
Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat, Yogyakarta: Putra
Pelajar.
Suryaningrat, Bayu. 1992. Pemerintahan Administrasi Desa dan
Kelurahan. Jakarta: Rineka Cipta.

29

Anda mungkin juga menyukai