Proses Produksi
Usaha pembuatan kerupuk ikan hanya melakukan pengolahan dari bahan
mentah sampai pada proses kerupuk siap goreng. Adapun proses pembuatan
kerupuk ikan adalah sebagai berikut:
1. Proses penyiapan bahan baku
Proses penyiapan bahan baku adalah persiapan daging ikan yang akan
digunakan, tepung serta bumbu-bumbu yang digunakan beserta perhitungan
komposisi masing-masing bahan untuk setiap adonan. Dalam mempersiapkan
bahan baku pembuatan kerupuk ikan yang perlu mendapat perhatian utama
adalah penyiapan ikan yang akan dijadikan bahan utama. Mutu ikan yang
digunakan akan mempengaruhi mutu produksi kerupuk ikan, oleh karena itu
perlu dipilih ikan yang masih segar. Dengan demikian diperlukan pengetahuan
untuk mengetahui tanda-tanda ikan dengan mutu yang baik (masih segar).
Sebelum dihaluskan, ikan dibersihkan dahulu dengan cara menghilangkan sisik,
insang, maupun isi perutnya kemudian dicuci sampai bersih. Bagian tubuh yang
keras, seperti duri maupun tulang dibuang karena dapat menurunkan mutu
kerupuk yang dihasilkan. Selanjutnya ikan tersebut digiling sampai halus. Di
samping itu bahan baku berupa tepung dan telur serta bumbu disiapkan untuk
proses adonan.
2. Proses pembentukan adonan
Adonan dibuat dari tepung tapioka yang dicampur dengan bumbu-bumbu yang
digunakan. Tepung diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kental. Bumbu
dan ikan yang telah digiling halus dimasukkan ke dalam adonan dan
diaduk/diremas hingga lumat dan rata. Adonan ini kemudian dimasukkan ke
dalam mulen untuk pelembutan, dan akan diperoleh adonan yang kenyal dengan
campuran bahan merata.
3. Pencetakan
Pencetakan adonan dapat dilakukan dengan tangan ataupun dengan mesin.
Dengan menggunakan tangan adonan dibentuk silinder dengan panjang kurang
lebih 30 cm dan diameter 5 cm. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat
dibuat dalam bentuk serupa. Kemudian adonan berbentuk silinder ini di press
untuk mendapatkan adonan yang lebih padat. Selanjutnya adonan ini
dimasukkan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder yang terbuat dari
aluminium.
4. Pengukusan
Adonan berbentuk silinder kemudian dikukus dalam dandang selama kurang
lebih 2 jam sampai masak. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah
masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila
adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan telah masak. Cara lain untuk
menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat dilakukan dengan
menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula,
artinya adonan telah masak.
5. Pendinginan
Adonan kerupuk yang telah masak segera diangkat dan didinginkan. Untuk
melepaskan dari cetakan, biasanya adonan tersebut diguyur dengan air. Adonan
tersebut kemudian didinginkan di udara terbuka kurang lebih 1 (satu) hari atau
kurang lebih 24 jam hingga adonan menjadi keras dan mudah diiris.
6. Pemotongan
Tahap selanjutnya adalah pemotongan adonan kerupuk yang telah dingin.
Sebuah mesin pemotong dijalankan oleh 2 (dua) orang. Proses ini juga dapat
dilakukan secara sederhana yaitu mengiris adonan dengan pisau yang tajam.
Pengirisan dilakukan setipis mungkin dengan tebal kira-kira 2 mm, agar hasilnya
baik ketika digoreng. Untuk memudahkan pengirisan, pisau dilumuri dahulu
dengan minyak goreng.
7. Penjemuran/pengovenan
Adonan yang telah diiris-iris kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran
dilakukan di bawah sinar matahari kurang lebih 4 jam. Pada saat musim hujan
untuk pengeringan kerupuk yang masih basah ini dapat dilakukan dengan oven
(dryer) selama kurang lebih 2 jam. Tetapi kerupuk yang dikeringkan dengan sinar
matahari hasilnya akan lebih bagus dibandingkan jika menggunakan oven.
Kerupuk yang dikeringkan dengan sinar matahari jika digoreng akan lebih
mengembang. Hal ini akan lebih menguntungkan para pengusaha penggorengan
kerupuk dan akan mempengaruhi harga kerupuk. Karena itulah pengeringan
menggunakan sinar matahari lebih disukai dibandingkan dengan menggunakan
oven.
8. Pengepakan
Setelah kering, kerupuk segera diangkat dari jemuran. Kerupuk yang telah kering
ini dapat segera dibungkus dan dijual. Biasanya kerupuk ikan siap goreng ini
dikemas dalam plastik sejumlah berat tertentu. Kemasan kerupuk dalam plastik
tersebut disebut bal, dimana per bal dapat berisi 5 kg atau 10 kg kerupuk.
Jika digambarkan dalam bentuk diagram alir, pembuatan kerupuk ikan adalah
sebagai berikut:
Sumber : http://www.bi.go.id/sipuk
A. Afinasi
Tujuan afinasi adalah mencuci kristal GKM (raw sugar) agar lapisan molases yang
melapisi kristal berkurang sehingga warnanya semakin ringan atau warna
ICUMSA lebih kecil. Pencucian dilakukan dalam mesin sentrifugal yaitu setelah
GKM dicampur dengan sirup menjadi magma. Penurunan warna yang dicapai
pada stasiun ini berkisar 30-50 %. Kristal yang telah dicuci dilebur dengan
mencampur dengan air atau sweet water menghasilkan leburan (liquor) dengan
brix sekitar 65.
B. Klarifikasi
Pengoperasian unit ini bertujuan untuk membuang semaksimal mungkin
pengotor non sugar yang ada dalam leburan (melt liquor). Ada dua pilihan
teknologi yaitu fosflotasi dan karbonatasi, keduanya banyak dipakai, fosflotasi
pada umumnya digunakan di pabrik rafinasi di negara Amerika Latin dan
beberapa di Asia sedangkan selebihnya menggunakan teknologi karbonatasi,
termasuk pabrik rafinasi di Indonesia.
Teknologi Fosflotasi
Pada proses ini digunakan asam fosfat dan kalsium hidroksida yang akan
membentuk gumpalan (primer) kalsium fosfat, reaksi ini berlangsung di reaktor.
Penambahan flokulan (anion) sebelum tangki aerator dilakukan untuk membantu
pembentukan gumpalan sekunder yang terbentuk dari gumpalan-gumpalan
primer yang terikat oleh rantai molekul flokulan. Pembentukan gumpalan
sekunder dapat menjerap berbagai pengotor : zat warna, zat anorganik, partikel
yang melayang dan lain-lain. Untuk memisahkan gumpalan tersebut oleh karena
dalam media liquor yang kental (brix: 65-70) maka gumpalan tidak diendapkan
melainkan diambangkan. Proses pengambangan berlangsung dengan bantuan
partikel udara yang dibangkitkan dalam aerator, proses pengambangan terjadi
pada clarifier. Pada clarifier ini juga pemisahan gumpalan yang mengambang
(scum) terjadi, yaitu dengan sekrap yang berputar pada permukaan clarifier dan
menyingkirkan scum ke kanal yang dipasang pada sekeliling clarifier.
Teknologi Karbonatasi
Pada proses karbonatasi leburan dibubuhi kapur {Ca(OH)2} kemudian dialiri gas
CO2 dalam bejana karbonatasi , terbentuk endapan kalsium karbonat yang akan
menyerap pengotor termasuk zat warna.
Sumber gas CO2 berasal dari gas cerobong ketel yang sudah dimurnikan melalui
scrubber. Proses karbonatasi dilakukan dua tahap, pertama dilakukan
pembubuhan kapur sebanyak 0,5% brix bersamaan dengan pengaliran CO2
ekivalen dengan jumlah kapur yang ditambahkan. Kedua pada karbonator akhir
menyempurnakan reaksi dengan aliran CO2 sampai pH turun di sekitar 8,3.
Selanjutnya liquor ditapis pada penapis bertekanan (leaf filter) menghasilkan
filter liquor dan mud.
C. Dekolorisasi
Liquor yang dihasilkan dari stasiun klarifikasi setelah ditapis dipompa ke stasiun
dekolorisasi. Pada stasiun dekolorisasi pada prinsipnya ada dua teknologi yang
lazim digunakan yaitu karbon aktif dan penukar ion, masing-masing dengan
keunggulan dan kelemahannya. Kedua teknologi tersebut dapat menurunkan
warna sekitar 75-85 %, pemilihan teknologi harus disesuaikan dengan kondisi
lokal.
Sumber : http://www.risvank.com/2008/07/gula-rafinasi-dan-prosespembuatannya/
Gula semut
Pengkristalan:
Nira yang telah masak didinginkan dalam wajan sambil diaduk secara perlahanlahan, lama pendinginan 10-15 menit. Bila mulai terbentuk butiran-butiran,
pengadukan
dipercepat dengan menggunakan pengaduk kayu yang berbentuk garpu.
Pengayakan:
Untuk memperoeh keseragaman, maka butiran-butiran yang telah diayak
menggunakan
ayakan 20 mess. Sisa ayakan diaduk/ digerus lagi dalam wajan yang masih
panas.
Pengemasan:
Gula semut yang telah dingin untuk dikemas. Macammacam bahan kemasan
yang dapat digunakan antara lain kantong plastik, botol plastik, dan stoples.
Ikan merupakan salah satu sumber protein hewani yang banyak dikonsumsi
masyarakat, mudah didapat, dan harganya murah. Namun ikan cepat mengalami
proses pembusukan. Oleh sebab itu pengawetan ikan perlu diketahui semua
lapisan masyarakat. Pengawetan ikan secara tradisional bertujuan untuk
mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga tidak memberikan
kesempatan bagi bakteri untuk berkembang biak. Untuk mendapatkan hasil
awetan yang bermutu tinggi diperlukan perlakukan yang baik selama proses
pengawetan seperti : menjaga kebersihan bahan dan alat yang digunakan,
menggunakan ikan yang masih segar, serta garam yang bersih. Ada bermacammacam pengawetan ikan, antara lain dengan cara: penggaraman, pengeringan,
pemindangan, perasapan, peragian, dan pendinginan ikan.
Komposisi Ikan Segar per 100 gram Bahan
KOMPONEN KADAR (%)
Kandungan air 76,00
Protein 17,00
Lemak 4,50
Mineral dan vitamin 2,52-4,50
Dari data di atas, dapat dilihat bahwa ikan mempunyai nilai protein tinggi, dan
kandungan lemaknya rendah sehingga banyak memberikan manfaat kesehatan
bagi tubuh manusia.
Manfaat makan ikan sudah banyak diketahui orang, seperti di negara Jepang dan
Taiwanikan merupakan makanan utama dalam lauk sehari-hari yang memberikan
efek awet muda dan harapan hidup lebih tinggi dari negara lainnya. Penggolahan
ikan dengan berbagai cara dan rasa menyebabkan orang mengkonsumsi ikan
lebih banyak.
Kerupuk udang atau ikan adalah produk makanan kering yang berasal dari udang
atau ikan yang dicampur dengan tepung tapioka atau tepung terigu. Limbah Kulit
dan kepala udang dapat digunakan untuk bahan pembuat petis dan terasi.
2. BAHAN
1)
2)
3)
4)
Udang segar kg
Tepung terigu 3 kg
Tepung tapioka kg
Bawang putih 60 gram (12 siung)