Anda di halaman 1dari 6

APRESIASI BAHASA DALAM CERPEN BENDERA

APRESIASI BAHASA DALAM CERPEN BENDERA


Siti Lailatus Saadah
Abstrak
Bahasa merupakan salah satu unsur intrinsik dan unsur pendukung dalam sebuah
cerpen,seperti cerpen Bendera.Dalam apresiasi terhadap cerpen Bendera ini bertujuan
untuk mengetahui stile bahasa yang digunakan.Metode yang digunakan adalah
metode yang dimulai dari membaca secara keseluruhan. Lalu mengidentifikasikan
dialog-dialog atau kata-kata yang menjadi simbol-simbol bahasa Hasil apresiasi
menunjukkan adanya stile bahasa yang digunakan sarat makna dengan kehidupan
sehari-hari. Hal ini ditunjukkan dari kata-kata dan dialog-dialog yang ada dalam
cerpen tersebut. Stile bahasa yang digunakan dalam cerpen Bendera ini dapat
memotivasi cerpen lain untuk lebih baik lagi dalam mengolah bahasa yang
digunakannya.
Kata kunci : cerpen , stile bahasa.
A. PENDAHULUAN
Cerita pendek adalah salah satu genre sastra di samping puisi dan novel.
Selain itu, di dalam cerpen sendiri tidak jarang terdapat tema yang mengangkat
tentang dunia sosial, termasuk cerpen yang berjudul Bendera. Akan tetapi, penulis
cerpen Bendera bisa meramu stile bahasa dengan bagus dan indah. Sehingga,
cerpen tersebut terlihat berbeda dengan cerpen yang lain meskipun bahasanya ringan
dan mudah. Menurut buku Teori Pengkajian Fiksi karya Burhan, stile bahasa(style
bahasa) merupakan cara pengarang mengungkapkan sesuatu atau pengucapan bahasa
dalam prosa. Stile pada hakikatnya merupakan teknik pemilihan ungkapan
kebahasaan. Stile bahasa disini lebih mengacu kepada kata-kata atau dialog-dialog
yang menjadi simbol-simbol. Simbol-simbol disini memiliki sarat makna dengan
kehidupan kita sehari-hari.
Cerita ini mengisahkan intrik kehidupan seorang bocah lusuh, ketika
keinginannya memiliki celana baru dari bendera yang berjajar di Kota Solo harus

hancur dan dihantui rasa takut karenanya. Sejuta harapan dia gantungkan saat
menatap sang bendera. Selaksa mimpi dia angankan. Perasaan yang penuh dengan
harap ini jelas tersurat dalam sepenggal ceritanya:
Merasa mendapat izin dan dukungan dari Dewa Penolong, bocah itu segera
melanjutkan usahanya mengambil bender a-bendera itu dari tiangnya untuk segera
dapat dibut celana kolor yang lumayan bagus untuknya.
Akan tetapi, kenyataan tak seindah keinginannyanya. Alangkah terkejutnya
ketika bocah tersebut mengetahui kalau ada seorang lelaki tinggi dengan tubuh kekar
menghancurkan mimpinya dengan rasa takut yang dibangunnya. jika hal tersebut
dilihat dari stile bahasa yang mengacu pada simbol-simbol yang sarat dengan
makna,maka di sini menunjukkan bahwa seseorang yang penuh berwibawa layaknya
Dewa Penolong (pejabat pemerintahan) hanya memberikan harapan dan tidak
bertanggung jawab terhadap ucapan-ucapannya.
Titik pandang yang diambil dalam melakukan apresiasi terhadap cerpen
Bendera ini adalah bahasanya yang khas. Bahasa yang khas disini lebih dilihat dari
stile bahasa yang digunakannya,yaitu

penggunaan simbol-simbol baik kata-kata

maupun dialog-dialog yang syarat makna dengan kehidupan sehari-hari. Sehingga,


dalam mengapresiasi cerpen tersebut, kita bisa lebih gampang dalam memahami
novel dan menemukan pesan yang dikandungnya. Selain itu, pendekatan yang diambil
dalam melakukan apresiasi terhadap cerpen Bendera yaitu pendekatan semiotik.
Pendekatan semiotik sendiri adalah pendekatan yang lebih mengarah kepada bahasa
yang mengungkapkan/melambangkan suatu hal(Herman J.Waluyo). Oleh karena itu,
pendekatan ini sesuai dengan kekhasan yang terdapat dalam cerpen Bendera ini
dan mempermudah kita dalam memahami cerpen tersebut serta juga membantu kita
menemukan maksud atau makna yang terkandung dalam cerpen tersebut lewat
simbol-simbol yang ada.
Membaca suatu cerpen merupakan suatu cara untuk memahaminya. Dengan
membaca secara heuristik terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan membaca secara
hermeneutiknya,lalu mencari simbol-simbol bahasa ,kata-kata atau dialog-dialog yang
memiliki sarat makna yang kental dengan kehidupan sehari-hari.Metode ini lebih
mengarah kepada titik pandang dan pendekatan yang di angkat. Jadi, menerapkan
metode

ini dengan dimulai dari membaca secara keseluruhan. Lalu mulai

mengidentifikasikan dialog-dialog atau kata-kata yang menjadi simbol-simbol bahasa.

Dari situ mulai melihat makna yang terkandung dalam dialog,kata-kata atau simbol
bahasa yang kental dengan kehidupan sehari-hari
Kekuatan cerpen Bendera ini terdapat pada kata-kata,dialog-dialog yang
memiliki kekentalan pesan dengan kehidupan nyata . Sebab, di dalamnya terdapat
gambaran kehidupan di Indonesia. Selain itu, cerpen ini juga memiliki perbedaan
dengan cerpen-cerpen yang lain. Hal ini bisa dilihat dari bahasanya yang ringan dan
mudah dipahami serta penuh dengan makna. Sehingga, menurut saya cerpen ini
cocok di baca oleh semua kalangan. Sehingga, sangat bermanfaat sekali untuk dibaca.
B. PEMBAHASAN
Cerpen Bendera karya Siti Mukaromah ini memiliki kekhasan atau hal yang
menarik untuk dibicarakan yaitu stile bahasanya . Stile bahasa disini lebih mengacu
kepada kata-kata atau dialog-dialog yang menjadi simbol-simbol. Simbol-simbol di
sini mirip dengan istilah perlambangan. Simbol-simbol disini memiliki sarat makna
dengan kehidupan kita sehari-hari.
Perlambangan seperti halnya kiasan.Perlambangan digunakan pengarang
untuk memperjelas makna dan membuat suasana tampak lebih jelas,sehingga dapat
menggugah hati pembaca. Jika dalam kiasan sesuatu hal dibandingkan atau dikiaskan
dengan hal lain. Maka dalam pelambangan , sesuatu hal digantikan atau
dilambangkan dengan hal lain . Dalam masyarakat banyak digunakan lambanglambang yang umum. Misalnya, lambang yang terdapat dalam upacara perkawinan
,berupa janur kuning,pohon pinang,tebu,pohon kelapa,menginjak telur,membasuh
kaki dan sebagainya. Janur kuning melambangkan kebahagiaan dan kesucian
pengantin yang masih muda(janur adalah lambang kemudaan,karna janur itu daun
kelapa muda). Pohon tebu melambangkan hati yang telah mantap. Membasuh kaki
melambangkan sikap berbakti,dan sebagainya.
Adanya simbol-simbol atau lambang-lambang dalam cerpen tersebut karena
pengarang merasa bahwa dengan lambang atau simbolisasi itu makna akan lebih
hidup ,lebih jelas, dan lebih mudah dibayangkan oleh pembacanya. Selain itu, dengan
adanya lambang atau simbol simbol tersebut dapat memberikan sugesti pada katakata itu.
Macam-macam simbol atau lambang yang terdapat dalam cerpen Bendera
tersebut terdapat antara kata-kata dan antara dialog-dialog.
Stile bahasa yang mengacu kepada kata-kata,dapat dilihat pada teks. Seperti:
1. Dengan dihiasi bendera-bendera itu Kota Solo tampak meriah, ya mbak.

Disini menunjukkan suatu kekaguman rakyat kecil terhadap gemerlapnya kehidupan


orang-orang yang menjadi pejabat pemerintahan(pada khususnya di Kota Solo).
2. ..... karena merasa jijik.....
Hai binatang jelek,..
Disini menunjukkkan suatu kesan dari sebagian orang kaya yang memandang
jijik,hina,tidak manusiawi terhadap kehidupan rakyat kecil.
3. Merasa mendapat izin dan dukungan dari Dewa Penolong.
Disini menunjukkan bahwa seseorang yang penuh berwibawa layaknya Dewa
Penolong (pejabat pemerintahan) hanya memberikan harapan dan tidak bertanggung
jawab terhadap ucapan-ucapannya.
4. Kaos oblong yang berwarna-warni,compang-canping, dengan tambalan sana-sini.
Disini menunjukkan kehidupan rakyat yang perlu perhatian dan bantuan , serta
keinginannya akan janji-janji pejabat pemerintahan itu terpenuhi.
5. Aku tersadar dari keharuanku dan lesu melihatnya dengan bersandar di jok bus kota.
Disini menunjukkan bahwa orang yang biasa-biasa saja atau bukan pejabat
pemerintahan merasa haru,tetapi masih belum adanya tindak langsung dari orangorang tersebut untuk menolongnya. Tetapi, ini masih lebih baik dibandingkan yang
acuh.
Stile bahasa yang mengacu kepada dialog-dialog,dapat dilihat pada teks.
Seperti:
1) Mbak,mau sekolah ya, mbak?
Disini menunjukkkan bahwa adanya kesan meragukan dari seseorang atau bisa juga
penulis terhadap orang yang hendak menuntut ilmu di sekolah atau lebih tepatnya
kuliah. Karena melihat sebagian fenomena anak sekarang, ketika sekolah bukannya
belajar pelajaran yang menjadi tujuan utamanya tetapi biasanya penampilan atau
urusan lainnnya yang lebih dipentingkan . Padahal banyak anak-anak di luar sana
yang memimpikan untuk ingin bersekolah atau kuliah.
2) Saya hanya menginginkan bendera ini dibuat celana.
Disini menunjukkan bahwa adanya suatu gambaran bahwa betapa tidak adanya
kesejahteraan,kehidupan yang layak untuk orang miskin atau orang yang tidak
mampu. Disitu digambarkan,karena tidak berdayanya untuk ganti celana maka ia
menginginkan kain bendera yang dibuat celana.
3) Kalau Bapak Caleg datang kesini , aku akan bersalaman dengannya,dan pasti
wartawan akan berebut memfotoku.
Disini menunjukkan bahwa, orang-orang yang tidak mampu atau orang-orang miskin
sudah cukup senang jika para pejabat pemerintahan mendatangi mereka ,meskipun
tidak terlalu berpengaruh kedatangannya.

C. KESIMPULAN
Pengarang telah menampilkan bahasa yang mudah dan ringan. Selain itu,
penuh dengan simbol-simbol yang syarat makna dengan kehidupan sehari-hari. Jadi,
bahasa yang digunakannyanya jelas tetapi mengandung makna yang dalam sekali.
Sehingga, pembaca mendapatkan suatu pelajaran yang berharga setelah membacanya.
Selain itu, cerpen ini sangat cocok dibaca oleh siapa saja,mulai anak kecil sampai
orang dewasapun mampu menangkap maksudnya.

DAFTAR PUSTAKA
Nurgiyantoro. Burhan. 2000. Teori Kajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Universty Press.
Diposkan oleh Siti Lailatus Saadah di 21.06
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan
ke Pinterest

Anda mungkin juga menyukai