ANTIMIKROBA
DISUSUN OLEH:
Aldila Putra Trisna (1413206001)
Dewi Hajar Agustina (1413206014)
Heni Setyowati
(1413206021)
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES KARYA PUTRA BANGSA
TULUNGAGUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya lah makalah ini dapat terselesaikan. Melalui makalah ini, kita dapat
mengetahui tentang macam-macam Antibiotik dari berbagai macam golongan, data-data yang
diperoleh dari beberapa sumber dan pemikiran yang digabungkan sehingga menjadi sebuah
makalah yang semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Kami menyadari akan kelemahan dan kekurangan dari makalah ini.Oleh sebab itu,
kami membutuhkan kritik dan saran yang sifatnya membangun, agar makalah ini akan
semakin baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.
Tim Kelompok
3 Mei 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................
1.2 RUMUSAN MASALAH.....................................................................................
1.3 TUJUAN..............................................................................................................
BAB II ISI
2.1 DEFINISI.............................................................................................................
2.2 GOLONGAN BETA LAKTAM..........................................................................
2.3 GOLONGAN SULFONAMIDA.........................................................................
2.4 GOLONGAN FENICOL.....................................................................................
2.5 GOLONGAN TETRASIKLIN............................................................................
2.6 GOLONGAN MAKROLIDA..............................................................................
2.7 GOLONGAN QUINOLON.................................................................................
2.8 GOLONGAN LAINNYA....................................................................................
BAB III PENUTUP
1.1 KESIMPILAN................................................................................................
1.2 SARAN..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
antibiotika
atau
lebih
luas
lagi,
antimikroba.
Antibiotika
pertumbuhan
mikroorganisme
yang
lain.
Sedangkan
antimikroba memiliki arti yang lebih luas lagi karena juga mencakup
substansi kimia yang dihasilkan melalui proses sintesis di laboratorium.
Sebagian besar antimikroba yang digunakan pada saat ini diproduksi
melalui sintesis kimiawi, oleh sebab itu biasa disebut sebagai antibiotika
sintetik. Dengan demikiian maka perbedaan arti antara antibiotika dan
antimikroba pada saat ini sudah tidak diperdebatkan lagi, karena yang
dimaksud
adalah
substansi
kimiawi
yang
dapat
digunakan
untuk
fungsi
dan
peran
antibiotika/antimikroba
untuk
BAB II
ISI
2.1 Definisi Bakteri
Bakteri adalah salah satu golongan organisme prokariotik (tidak
memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki
informasi genetikberupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat
khusus ( nukleus ) dan tidak ada membraninti. Bentuk DNA bakteri adalah
sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga
memiliki DNA ekstra kromosomal yang tergabung menjadi plasmid yang
berbentuk kecil dan sirkuler ( Jawetz, 2004) .
Anatomi Bakteri
Klasifikasi Bakteri
Untuk
memahami
beberapa
kelompok
organisme,
diperlukan
Enterobacter,
Klebsiella,
Serratia,
Proteus).
Beberapa
yang
berhubungan.
Mikroorganisme ini merupakan spesies berbentuk batang Gramnegatif yang tersebar luas dialam. Vibrio ditemukan didaerah
perairan dan permukaan air. Aeromonas banyak ditemukan di air
Berbentuk
batang
Organismeini
pendek
bersifat
Gram-negatif
katalase
positif,
yang
oksidase
pleomorfik.
positif,
dan
spora,
aerob,
sedangkan
obligat.Bakteri
Gram-positif
Tidak
Clostridium
bersifat
anaerob
Spora:
Spesies
Membentuk
medis
adalah
Staphylococcus
aureus,
Staphylococcus
atau
rantai
pada
pertumbuhannya.
Beberapa
pyogenes,
Streptococcus
agalactiae,dan
jenis
Enterococcus(Jawetz,2004)
Pengertian Antibiotik
Antibiotika adalah zat-zat kimia oleh yang dihasilkan oleh fungi dan
bakteri, yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat
pertumbuhan kuman, sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil.
Turunan zat-zat ini, yang dibuat secara semi-sintesis juga termasuk
kelompok ini, begitu pula senyawa sintesis dengan khasiat antibakteri
(Tjay & Rahardja, 2007).
A. Klasifikasi
(1)
efek
utamanya,
yaitu
apakah
tergolong
bersifat
dapat
bersifat
bakteriostatik
dan
bakterisid
sekaligus,
golongan
memblok
pembentukan
mRNA.
Asam
nalidiksat,
3.
4.
menjadi
target
obat.
Contoh:
golongan
sulfa
yang
GOLON
GAN BETA-LAKTAM
Antibiotik beta-laktam adalah golongan antibiotika yang memiliki kesamaan komponen
struktur berupa adanya cincin beta-laktam dan umumnya digunakan untuk mengatasi infeksi
bakteri.Antibiotik beta-laktam terbagi menjadi 4 golongan utama, yaitu penisilin,
sefalosporin, carbapenem, dan monobactam.
A.PENISILLIN
Penisilin merupakan kelompok antibiotika Beta Laktam yang telah lama dikenal. Pada
tahun 1928 di London,Alexander Fleming menemukan antibiotika pertama yaitu Penisilin
yang satu dekade kemudian dikembangkan oleh Florey dari biakan Penicillium notatum
untuk penggunaan sistemik. Kemudian digunakan P. chrysogenum yang menghasilkan
Penisilin lebih banyak.Penisilin yang digunakan dalam pengobatan terbagi dalam Penisilin
alam dan Penisilin semisintetik. Penisilin semisintetik diperoleh dengan cara mengubah
struktur kimia Penisilin alam atau dengan cara sintesis dari inti Penisilin.
Beberapa Penisilin akan berkurang aktivitas mikrobanya dalam suasana asam sehingga
Penisilin kelompok ini harus diberikan secara parenteral. Penisilin lain hilang aktivitasnya
bila dipengaruhi enzim Betalaktamase (Penisilinase) yang memecah cincin Betalaktam.
a. Pengelompokan Penisilin
Berdasarkan aksinya:
1. Aktif terhadap Gram (+), dirusak oleh beta-laktamase, misal: penisilin G
2. Relatif stabil terhadap asam lambung sehingga dapat diberikan dalam
bentuk oral, misal: penisilin V, ampisilin, kloksasilin
3. Aktif terhadap Gram (+), resisten terhadap stafilokokus penghasil betalaktamase, misal: metisilin, nafsilin
4. Relatif aktif terhadap Gram (+) & (-), dirusak oleh beta-laktamase, misal:
tikarsilin, karbenisilin
Berdasarkan spektrum antibakteri:
1.
2.
(fenoksimetil-penisilin)
Narrow spectrum, resisten terhadap beta-laktamase misal: metisilin,
3.
4.
berupa
nefritis
interstitial,
anemia
hemolitik,
netropenia,
1.
yang
disebabkan
oleh
pnemokokus,
streptokokus,
atau
pada
penderita
yang
terganggu
sistem
imunitasnya
3.
gastrointestinal,
highly
protein-bound
(>95%),
sehingga
dapat
diberikan per oral pada saat perut kosong, karena absorpsinya terganggu
karena adanya makanan. Untuk infeksi lokal yang disebabkan oleh
stafilokokus dapat diberikan 34 x 250500 mg per oral. Untuk infeksi
sistemik karena stafilokokus dapat diberikan nafsilin 812 g/hari i.v,
diawali dengan 12 gr tiap 24 jam, masing-masing selama 2030 menit
dalam infus dekstrosa 5%.
4.
Generasi ke II, terdiri dari sefaklor, sefamandol, sefmetazol, dan sefuroksim lebih
aktif terhadap kuman Gram-negatif, termasuk H.influenza, Proteus, Klensiella,
gonococci dan kuman-kuman yang resisten untuk amoksisilin. Obat-obat ini agak
kuat tahan-laktamase. Khasiatnya terhadap kuman Gram-positif (Staph dan Strep)
lebih kurang sama.
Generasi III, Seftriaxon dan sefotaksim kini sering dianggap sebagai obat pilihan
pertama untuk gonore, terutama bila telah timbul resistensi terhadap senyawa
fluorkuinon (siprofloksasin). Sefoksitin digunakan pada infeksi bacteroides fragilis.
4. Generasi IV, dapat digunakan bila dibutuhkan efektivitas lebih besar pada infeksi
dengan kuman Gram-positif.
Mekanisme kerja
Sefalosporin biasanya bakterisida terhadap bakteri dan bertindak dengan sintesis
mucopeptide penghambat pada dinding sel sehingga penghalang rusak dan tidak stabil.
Mekanisme yang tepat untuk efek ini belum pasti ditentukan, tetapi antibiotik beta-laktam
telah ditunjukkan untuk mengikat beberapa enzim (carboxypeptidases, transpeptidases,
endopeptidases) dalam membran sitoplasma bakteri yang terlibat dengan sintesis dinding sel.
Afinitas yang berbeda bahwa berbagai antibiotic beta-laktam memiliki enzim tersebut (juga
dikenal sebagai mengikat protein penisilin; PBPs) membantu menjelaskan perbedaan dalam
spektrum aktivitas dari obat yang tidak dijelaskan oleh pengaruh beta-laktamase. Seperti
antibiotik beta-laktam lainnya, sefalosporin umumnya dianggap lebih efektif terhadap
pertumbuhan bakteri aktif.
Farmakokinetik (Umum)
Sampai saat ini, hanya beberapa sefalosporin generasi pertama lumayan diserap setelah
pemberian oral, tetapi ini telah berubah dengan ketersediaan aksetil (generasi kedua) dan
cefixime (generasi ketiga). Tergantung pada obat, penyerapan mungkin tertunda, berubah,
atau meningkat jika diberikan dengan makanan. Sefalosporin secara luas didistribusikan ke
sebagian besar jaringan dan cairan, termasuk tulang, cairan pleura, cairan perikardial dan
cairan sinovial. tingkat yang lebih tinggi ditemukan meradang ditulang normal. Sangat tinggi
ditemukan dalam urin, tetapi mereka menembus buruk menjadi jaringan prostat dan aqueous
humor. Tingkat Empedu dapat mencapai konsentrasi terapi dengan beberapa agen selama
obstruksi empedu tidak ada. Dengan pengecualian aksetil, tidak ada sefalosporin generasi
kedua atau yang pertama memasuki CSS (bahkan dengan meninges meradang) di tingkat
terapi efektif dalam terapi. Konsentrasi cefotaxime, moxalactam, aksetil, ceftizoxime,
seftazidim dan ceftriaxone dapat ditemukan dalam CSF parenteral setelah dosis pasien
dengan meninges meradang. Sefalosporin menyeberangi plasenta dan konsentrasi serum janin
dapat 10% atau lebih dari yang ditemukan dalam serum ibu. Protein mengikat obat secara
luas.Sefalosporin dan metabolitnya (jika ada) diekskresikan oleh ginjal, melalui sekresi
tubular dan / atau filtrasi glomerulus. Beberapa sefalosporin (misalnya, cefotaxime, cefazolin,
dan cephapirin) sebagian dimetabolisme oleh hati untuk senyawa desacetyl yang mungkin
memiliki beberapa aktivitas antibakteri.
Indikasi Klinik
Sediaan Sefalosporin seyogyanya hanya digunakan untuk pengobatan infeksi berat atau
yang tidak dapat diobati dengan antimikroba lain, sesuai dengan spektrum antibakterinya.
Anjuran ini diberikan karena selain harganya mahal, potensi antibakterinya yang tinggi
sebaiknya dicadangkan hanya untuk hal tersebut diatas.
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas pada antibiotik sefalosporin atau golongan betalaktam lainnya.
Sebelum penggunaan antibiotik sefalosporin, terlebih dahulu dilakukan skin test.
Kontraindikasi pada pasien yang memiliki riwayat hipersensitif terhadap mereka. Karena
mungkin ada reaktivitas silang, gunakan sefalosporin hati-hati pada pasien yang
didokumentasikan hipersensitif terhadap antibiotik beta-laktam lain (misalnya, penisilin,
cefamycins, carbapenems). Antibiotik oral sistemik tidak boleh diberikan pada pasien dengan
septikemia, syok atau penyakit berat lainnya sebagai penyerapan obat dari saluran pencernaan
mungkin jauh ditunda atau berkurang. Rute parenteral (sebaiknya IV) harus digunakan untuk
kasus ini.
Efek Samping
Saluran cerna, terutama penggunaan oral : colitis (darah dalam tinja), nyeri lambung,
diare, rasa tidak enak pada lambung, anoreksia, nausea, konstipasi.
Efek pada ginjal : meningkatnya konsentrasi serum kreatinin, disfungsi ginjal dan
toksik nefropati.
C. Carbapenem
Hanya terdapat satu agen antibiotik dari golongan carbapenem yang digunakan untuk
perawatan klinis, yaitu imipenem yang memiliki kemampuan antibakterial yang sangat baik
untuk melawan bakteri gram negatif-basil (termasuk P. aeruginosa, Staphylococcus, dan
bacteroides. Penggunaan imipenem harus dikombinasikan dengan inhibitor enzim tertentu
untuk melindunginya dari degragasi enzim dari liver di dalam tubuh.
D. Monobactam
Golongan ini memiliki struktur cincin beta-laktam yang tidak terikat ke cincin kedua
dalam molekulnya. Salah satu antibiotik golongan ini yang umum digunakan adalah
aztreonam yang aktif melawan berbagai bakteri gram negatif, termasuk P. aeruginosa.
2.3 GOLONGAN SULFONAMID
Sulfonamid merupakan kelompok zat antibakteri dengan rumus dasar
yang sama, yaitu H2N-C6H4-SO2NHR dan R adalah bermacam-macam
substituen.
Mekanisme Kerja
Kuman memerlukan PABA (p-aminobenzoic acid) untuk membentuk asam folat yang
di gunakan untuk sintesis purin dan asam nukleat.Sulfonamid merupakan penghambat
kompetitif PABA. Efek antibakteri sulfonamide di hambat oleh adanya darah, nanah dan
jaringan nekrotik, karena kebutuhan mikroba akan asam folat berkurang dalam media yang
mengandung basa purin dan timidin. Sel-sel mamalia tidak dipengaruhi oleh sulfanamid
karena menggunakan folat jadi yang terdapat dalam makanan (tidak mensintesis sendiri
senyawa tersebut). Dalam proses sintesis asam folat, bila PABA di gantikan oleh
sulfonamide, maka akan terbentuk analog asam folat yang tidak fungsional.
Farmakokinetik
ABSORPSI
Absorpsi melalui saluran cerna mudah dan cepat, kecuali beberapa macam
sulfonamide yang khusus digunakan untuk infeksi local pada usus.Kira-kira 70-100% dosis
oral sulfonamide di absorpsi melalui saluran cerna dan dapat di temukan dalam urin 30 menit
setelah pemberian.Absorpsi terutama terjadi pada usus halus, tetapi beberapa jenis sulfa dapat
di absorpsi melalui lambung.
DISTRIBUSI
Semua sulfonamide terikat pada protein plasma terutama albumin dalam derajat yang
berbeda-beda.Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk infeksi
sistemik. Dalam cairan tubuh kadar obat bentuk bebas mencapai 50-80 % kadar dalam darah.
METABOLISME
Dalam tubuh, sulfa mengalami asetilasi dan oksidasi.Hasil inilah yang sering
menyebabkan reaksi toksik sistemik berupa lesi pada kulit dan gejala hipersensitivitas,
sedangkan hasil asetilasi menyebabkan hilangnya aktivitas obat.
EKSKRESI
Hampir semua di ekskresi melalui ginjal, baik dalam bentuk asetil maupun bentuk
bebas.Masa paruh sulfonamide tergantung pada keadaan fungsi ginjal. Sebagian kecil
diekskresikan melalui tinja, empedu, dan air susu ibu.
Klasifikasi Sediaan
1. Sulfonamid dengan absorpsi dan eksresi cepat, antara lain : sulfadiazine dan sulfisoksazol.
2. Sulfonamid yang hanya diabsorpsi sedikit bila diberikan per oral dank arena itu kerjanya
dalam lumen usus, antara lain : ftalilsulfatiazol dan sulfasalazin.
3. Sulfonamid yang terutama digunakan untuk pemberian topical antara lain : sulfasetamid,
mefenid, dan Ag-sulfadiazin.
4. Sulfonamid dengan masa kerja panjang, seperti sulfadoksin, absorpsinya cepat dan
eksresinya lambat.
Celecoxib
CONTOH OBAT:
1. Trisulfa
Indikasi
Infeksi oleh kuman gram pos dan neg yang peka terhadap obat ini
misalnya infeksi saluran nafas dan saluran pencernaan.
Kontra indikasi
Efek samping
Sediaan
Cara
penyimpanan
2. Kotrimoksazol
Kotrimoksazol merupakan kombinasi antara trimetroprim dan sulfametoksazol dengan
perbandingan 1 : 5
Indikasi
Kontra indikasi
Perhatian
berat
Pada penggunaan jangka panjang perlu dilakukan hitung jenis sel
Efek samping
Sediaan
Cara
penyimpanan
3. Sulfacetamid
Adalah golongan sulfonamida yang digunakan dalam salep dan tetes mata.
Spesialite Obat-obat Sulfonamida.
NO
GENERIK
DAGANG
PABRIK
480 mg
Sulfadiazin+Sulfamerazin
Trisulfa
Kimia Farma
Sulfamezatin
Sulfacetamida Natrium
Albucid
Indo Farma
Nicholas
Cotrimoksazole
Bactrim
Roche
(Trimetoprim+
Bactricid
2
3
Sulfamethoxazole)
Efek samping
Efek
samping
sering
timbul
(sekitar
5%)
pada
pasien
yang
mendapat
sulfonamide.Reaksi ini dapat hebat dan kadang-kadang bersifat fatal.Efek samping yang
terpenting adalah kerusakan pada sel-sel darah yang berupa agranulositosis, anemia aplastis
dan hemolitik. Efek samping yang lain ialah reaksi alergi, gangguan system hematopoetik,
dan gangguan pada saluran kemih dengan terjadinya kristal uria yaitu menghablurnya sulfa di
dalam tubuli ginjal.
Interaksi obat
Sulfonamid dapat berinteraksi dengan antikoagulan oral, antidiabetik sulfonylurea dan
fenitoin. Penggunaan sulfonamide sebagai obat pilihan pertama dan untuk pengobatan
penyakit infeksi tertentu makin terdesak oleh perkembangan obat antimikroba lain yang lebih
efektif serta meningkatkanjumlah mikroba yang resisten terhadap sulfa. Namun peranannya
meningkat kembali dengan di temukannya kotrimoksazol. Penggunaan topical tidak
dianjurkan karena kurang/tidak efektif, sedangkan risiko terjaadinya reaksi sensitisasi
tinggi,kecuali pemakaian local daro Na-sulfasetamid pada infeksi mata.
Sulfonamida berupa kristal putih yang umumnya sukar larut dalam air, tetapi garam
natriumnya mudah larut. Rumus dasarnya adalah sulfanilamide. Berbagai variasi radikal R
pada gugus amida (-SO2NHR) dan substitusi gugus amino (NH2) menyebabkan perubahan
sifat fisik, kimia dan daya antibaktreri sulfonamida.
2.4
GAN FENIKOL
GOLON
kerja
kloramfenikol
yaitu
dengan
daya
kerja
enzim
kloramfenikol
asetiltransferase,
yang
hati.
jangan
menggunakan
fenicol
(chloramphenicol)
untuk
2.
kloramfenikol).
Kloramfenikol natrium suksinat
Vial berisi bubuk kloramfenikol natrium suksinat setara dengan 1 g
kloramfenikol yang harus dilarutkan dulu dengan 10 ml aquades steril
3.
Terbagi dalam bentuk sediaan : Kapsul 250 dan 500 mg. Botol berisi
pelarut 60 ml dan bubuk Tiamfenikol 1.5 g yang setelah dilarutkan
mengandung 125 mg Tiamfenikol tiap 5 ml.
2.5
GOLON
GAN TETRASIKLIN
Antibiotik golongan tetrasiklin,khasiatnya bersifat bakteriostatis,
hanya melalui injeksi intravena dapat dicapai kadar plasma yang
bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya berdasarkan diganggunya sintesa
protein kuman. Spektrum antibakterinya luas dan meliputi banyak
coccigram positif dan gram negatif serta kebanyakan bacilli. Tidak efektif
Pseudomonasdan
Proteus,
tetapi
aktif
terhadap
mikroba
khusus
FARMAKODINAMIK
Tetrasiklin bersifat bakteriostatik dengan jalan menghambat sintesis
protein. Hal ini dilakukan dengan cara mengikat unit ribosoma sel kuman
30 S sehingga t-RNA tidak menempel pada ribosom yang mengakibatkan
tidak terbentuknya amino asetil RNA. Antibiotik ini dilaporkan juga
berperan dalam mengikat ion Fe dan Mg. Meskipun tetrasiklin dapat
menembus sel mamalia namun pada umumnya tidak menyebabkan
keracunan pada individu yang menerimanya.
FARMAKOKINETIK
Absorbsi kira-kira 30-80% tetrasklin diserap lewat saluran cerna.
Doksisiklin dan minosiklin diserap lebih dari 90%. Absorpsi ini sebagian
besar berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Oleh sebab itu
sebaiknya tetrasiklin diberikan sebelum atau 2 jam setelah makan.
Distribusi dalam plasma serum jenis tetrasiklin terikat oleh protein
plasma dalam jumlah yang bervariasi. Pemberian oral 250 mg tetrasiklin,
diekskresi
ke
dalam
lumen
usus
ini
mengalami
sirkulasi
enterohepatik; maka obat ini masih terdapat dalam darah untuk waktu
lama setelah terapi dihentikan. Bila terjadi obstruksi pada saluran empedu
atau gangguan faal hati obat ini akan mengalami kumulasi dalam darah.
Obat yang tidak diserap diekskresi melalui tinja
Antibiotik golongan tetrasiklin yang diberi per oral dibagi menjadi 3
golongan berdasarkan sifat farmakokinetiknya, yaitu :
a. Tetrasiklin, klortetrasiklin dan oksitetrasiklin. Absorpsi kelompok
tetrasiklin ini tidak lengkap dengan masa paruh 6-12 jam.
b. Demetilklortetrasiklin.
Absorpsinya
lebih
baik
dari
masa
Infeksi saluran kemih dan kelamin : pielonefritis, sistitis, pielitis, prostalitis, uretritis,
dan gonorrhoeae
Infeksi pada saluran pencernaan : gastrocateritis, disentri amuba dan basiler, diare
disebabkan bakteri
demam tifoid
Infeksi karena pembedahan
tetrasiklin (tetracycline) adalah antibiotik lini pertama untuk pengobatan Rickettsia ,
Lyme desease ( B. burgdorferi ) , demam Q ( Coxiella ) , psittacosis dan
limfogranulomavenereum ( Chlamydia ) , Mycoplasmapneumoniae dan nasal
carriage meningococci
KONTRA INDIKASI
Untuk infeksi berat, dosis dapat ditingkatkan sampai 2 kalinya. obat sebaiknya diberikan 1
jam sebelum makan atau 2 jam sesudah makan
EFEK SAMPING
kebanyakan efek samping tetrasiklin (tetracycline) yang muncul adalah mual, muntah,
diare, radang lidah, radang usus, dermatitis, urtikaria
menyebabkan gigi kuning, abu-abu, coklat hingga hitam, terutama untuk bayi dan
anak anak dibawah 8 tahun
Menyebabkan efek fotosensitifitas pada kulit (paparan cahaya matahari secara intens
sebaiknya dihindari selama pemakaian antibiotik ini)
tetrasiklin (tetracycline) juga bisa menyebabkan kesulitan nafas dan shock anafilaksis
pada beberapa orang yang peka
fotosensitif.
2. Corsamycin
Komposisi: Oxytetracycline HCl
Indikasi
akut,
bronkopneumonia
dan
atipikal
infeksi
pasca
persalinan
(endometritis),
psikatosis
dan
limfogranuloma
venereum,
trakoma.
Dosis
: Berikan
Gangguan
GI,
gatal
Perubahanwarnagigi
dan
di
anus
hipoplasia
dan
vulva.
pada
anak,
: Tetracycline HCl
Indikasi
bronkitis
akut
dan
kronis,
infeksi
otitis
eksterna
dan
media,
pertusis,
infeksi
tifoid,
jaringan
lunak,
ricketsia,
sifilis,
uretritis
tonsilitis,
(non-GO),
Penggunaan obat
: Berikan
Gangguan
GI,
supersenitif,
hepatotoksik
dan
bakteri,
ribosom
terdiri
atas
atas
dua
subunit,
yang
berdasarkan
konstantasedimentasi dinyatakan sebagai ribosom 30S dan 50S. untuk berfungsi pada
sintesisprotein, kedua komponen ini akan bersatu pada pangkal rantai mRNA menjadi
ribosom70S. Kerja dari makrolida ini adalah berikatan pada ribosome sub unit 50S dan
mencegahpemanjangan rantai peptida.
Secara umum, antibiotika golongan makrolida memiliki ciri-ciri struktur kimia sepertiberikut:
1)
2)
3)
4)
5)
Berikut ini struktur kimia dari beberapa contoh antibiotic golongan makrolida.
Eritromycin
Eritromisin terdiri dari :
a) Aglikon eritronolid.
b) Gula amino desosamin dan gula netral kladinosa.
c) Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3 ) dengan asam, contoh: garam.
d)
Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2 ) yang tetap aktif secara biologis dan stearat
bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit pahit.
Oleandomycin Fosfat
Didapatdari Streptomyces antibioticus, strukturnyaterdiridari:
a) Aglikonoleandolida
b) Gula amino desosamin
c) Gulanetral L-oleandrosa
Asetilasi 3 gugus hidroksi bebas dari olean domisin menghasilkan trolean domisin, yang
mempunyai 2 keuntungan dibanding olean domisin yaitu praktis tidak berasa dan kadar obat
dalam darah lebih cepat dan lebih tinggi.
MekanismeKerja
Golongan makrolida menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnyadengan
jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50S,. Sintesis proteinterhambat
karena reaksi-reaksi translokasi aminoasil dan hambatan pembentuk awalsehingga
pemanjangan rantai peptide tidak berjalan. Macrolide bisa bersifat sebagaibakteriostatik atau
bakterisida, tergantung antara lain pada kadar obat serta jenis bakteriyang dicurigai. Efek
bakterisida terjadi pada kadar antibiotika yang lebih tinggi,kepadatan bakteri yang relatif
rendah, an pertumbuhan bakteri yang cepat. Aktivitasantibakterinya tergantung pada pH,
meningkat pada keadaan netral atau sedikit alkali.
Meskipun mekanisme yang tepat dari tindakan makrolid tidak jelas, telahdihipotesiskan
bahwa aksi mereka makrolid menunjukkan dengan menghambat sintesisprotein pada bakteri
dengan cara berikut:
1)
2)
3)
4)
selama proses transkripsi, lokasi P ditempati oleh makrolida. Ketika t-RNA terpasang dengan
rantai peptida dan mencoba untuk pindah ke lokasi P, t-RNAtersebut tidak dapat menuju ke
lokasi P karena adanya makrolida, sehingga akhirnyadibuang dan tidak dipakai. Hal ini dapat
mencegah transfer peptidil tRNA dari situs Ake situs-P dan memblok sintesis protein dengan
menghambat translokasi dari rantaipeptida yang baru terbentuk. Makrolida juga memnyebabkan
pemisahan sebelum waktunyadari tRNA peptidal di situs A.
Mekanisme kerja makrolida, selain terikat di lokasi P dari RNA ribosom 50S, juga
memblokir aksi dari enzim peptidil transferase. Enzim ini bertanggung jawab
untuk pembentukan ikatan peptida antara asam amino yang terletak di lokasi Adan P
dalamribosom dengan cara menambahkan peptidil melekat pada tRNA ke asam
aminoberikutnya.
Dengan
memblokir
enzim
ini,
makrolida
mampu
menghambat
Farmakokinetika
Dalam
farmakokinetik
penjelasan
3
antibiotik
farmakokinetik
turunan
berikut
makrolida
akan
yaitu
dijelaskan
eritromycin,
mekanisme
Claritromycin,
danazitromycin.
1)
Eritromycin
Ertromycin basa dihancurkan oleh asam lambung dan harus diberikan dengansalut
enteric. Stearat dan ester cukup tahan pada keadaan asam dan diabsorbsi lebihbaik. Garam
lauryl dan ester propionil ertromycin merupakan preprata oral yang palingbaik diabsorbsi.
Dosis oral sebesar 2 g/hari menghasilkan konsentrasi basa ertromycinserum dan konsentrasi
ester sekitar 2 mg/mL. Akan tetapi, yang aktif secaramikrobiologis adalah basanya, sementara
konsentrasinya cenderung sama tanpamemperhitungkan formulasi.
Waktu paruh serum adalah 1,5 jam dalam kondisi normal dan 5 jam pada pasiendengan
anuria. Penyesuaian untuk gagal ginjal tidak diperlukan. Ertromycin tidak dapatdibersihkan
melalui dialysis. Jumlah besar dari dosis yang diberikan diekskresikan dalamempedu dan
hilang dalam fases, hanya 5% yang diekskresikan dalam urine. Obat yangtelah diabsorbsi
didistribusikan secara luas, kecuali dalam otak dan cairan serebrospinal.Ertromycin diangkut
oleh leukosit polimorfonukleus dan makrofag. Oabt ini melintasisawar plasenta dan mencapai
janin.
2)
Claritromycin
Dosis 500 mg menghasilkan konsentrasi serum sebesar 2-3 mg/mL. Waktuparuh
3)
Azitromycin
Azitromycin berbeda dengan eritromycin dan juga claritromycin, terutama dalam
Anoreksia,
mual,
muntah
dan
diare
sesekali
bioavailabilitas.
PenggunaanKlinik
1) Infeksi Mycoplasma pneumonia
Eritromisin yang diberikan 4 kali 500 mg sehari per oral mempercepat turunnya panas dan
mempercepat penyembuhan sakit.
2) Penyakit Legionnaire
Eritromisin merupakan obat yang dianjurkan untuk pneumonia yang disebabakan oleh
Legionella pneumophila. Dosis oral ialah 4 kali 0,5-1 g sehari atau secara intravena 1-4 g
sehari.
3)
Infeksi Klamidia
Eritromisin merupakan alternatif tetrasiklin untuk infeksi klamidia tanpa komplikasi yang
menyerang uretra, endoserviks, rektum atau epididimis. Dosisnya ialah 4 kali sehari 500
mg per oral yang diberikan selama 7 hari. Eritromisin merupakan obat terpilih untu wanita
hamil dan anak-anak dengan infeksi klamidia.
4)
Difteri.
Eritromisin sangat efektif untuk membasmi kuman difteri baik pada infeksi akut maupun
pada carrier state. Perlu dicatat bahwa eritromisin maupun antibiotika lain tidak
mempengaruhi perjalanan penyakit pada infeksi akut dan komplikasinya. Dalam hal ini
5)
6)
mg.
Infeksi stapilokokus
Eritromisin merupakan alternatif penisilin untuk infeksi ringan oleh S. Aureus (termasuk
strain yang resisten terhadap penisilin). Tetapi munculnya strain-strain yang resisten telah
mengurangi manfaat obat ini. Untuk infeksi berat oleh stafilokokus yang resisten terhadap
penisilin lebih efektif bila digunakan penisilin yang tahan penisilinase (misalnya
dikloksasilin atau flkloksasilin) atau sefalosporin. Dosis eritromisin untuk infeksi
stafilokokus pada kulit atau luka ialah 4 kali 500 mg sehar yang diberikan selama 7-10
7)
infeksi ini.
8) Tetanus
Eritromisin per oral 4 kali 500 mg sehari selama 10 hari dapat membasmi Cl. tetani pada
penderita tetanus yan alergi terhadap penisilin. Antitoksin, obat kejang dan pembersih luka
merupakan tindakan lain yang sangat penting.
9) Sifilis
Untuk penderita sifilis stadium diniyang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan
eritromisin per oral dengan dosis 2-4 g sehari selama 10-15 hari.
10) Gonore
Eritromisin mungkin bermanfaat untuk gonore diseminata pada wanita hamil yang alergi
tehadap penisilin. Dosis yang diberikan ialah 4 kali 500 mg sehari yang diberika selama 5
hari per oral. Angka relaps hampir mencapai 25 %.
11) Penggunaan profilaksis
Obat terbaik untuk mencegah kambuhnya demam reumatik ialah penisilin. Sulfonamid
dan eritromisin dapat dipakai bila penderita alergi terhadap penisilin. Eritromisin juga
dapat dipakai sebagai pengganti penisilin untuk penderita endokarditis bakterial yang akan
dicabut giginya. Dosis eritromisin untuk keperluan ini ialah 1 g per oral yang diberikan 1
jam sebelum dilakukan tindakan, dilanjutkan dengan dosis tunggal 500 mg yang diberikan
6 jam kemudian.
12) Pertusis
Bila diberikan pada awal infeksi, eritromisin dapat mempercepat penyembuhan.
2.7 GOLONGAN QUINOLON
Antibiotik golongan quinolon merupakan obat antibiotik yang dapat menjadi sesuatu
yang sangat berbahaya bagi ibu hamil karena penggunaan antibiotik ini dapat berpotensi
menyebabkan kecacatan. Sebab antibiotik ini bekerja untuk menghambat pembentukan inti
sel. Bila dikonsumsi berlebihan pada saat hamil maka akan mampu memicu gangguan
pertumbuhan tulang pada janin.
Salah satu efek negarif dari penggunaan obat antibiotik jenis quinolon ini adalah
terganggunya pertumbuhan tulang pada bayi dan tentu akan mempengaruhi postur tubuh
anak. Risiko lainnya adalah tidak menutupnya tulang belakang atau yang sering disebut spina
bifida. Selain pada ibu hamil, bayi dan anak-anak juga tidak disarankan mendapatkan
antibiotik ini.
Golongan obat ini diturunkan dari asam nalidiksat (antiseptik saluran kemih). Berbeda
dengan asam nalidiksat, quinolon mempunyai daya antibakteri yang lebih kuat dan spektrum
antibakteri yang lebih lebar sehingga dapat digunakan untuk infeksi sistemik dan dapat
diberikan per oral. Yang termasuk golongan ini antara lain adalah Asam Nalidiksat,
Siprofloksasin, Ofloksasin, Moksifloksasin, Levofloksasin, Pefloksasin, Norfloksasin,
Sparfloksasin, Lornefloksasin, Flerofloksasin dan Gatifloksasin.
Mekanisme Kerja Kuinolon
Pada saat perkembang biakkan kuman ada yang namanya replikasi dan transkripsi dimana
terjadi pemisahan double helix dari DNA kuman menjadi 2 utas DNA. Pemisahan ini akan
selalu menyebabkan puntiran berlebihan pada double helix DNA sebelum titik pisah.
Hambatan mekanik ini dapat diatasi kuman dengan bantuan enzim DNA girase. Peranan
antibiotika golongan Kuinolon menghambat kerja enzim DNA girase pada kuman dan
bersifat bakterisidal, sehingga kuman mati.
Efek Samping dan Interaksi Obat
Golongan antibiotika Kuinolon umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Efek sampingnya yang terpenting ialah pada saluran cerna dan susunan saraf pusat.
Manifestasi pada saluran cerna,terutama berupa mual dan hilang nafsu makan,
merupakan efek samping yang paling sering dijumpai.
Efek samping pada susunan syaraf pusat umumnya bersifat ringan berupa sakit
kepala, vertigo, dan insomnia.
Efek samping yang lebih berat dari Kuinolon seperti psikotik, halusinasi, depresi dan
kejang jarang terjadi. Penderita berusia lanjut, khususnya dengan arteriosklerosis atau
epilepsi, lebih cenderung mengalami efek samping ini.
Enoksasin menghambat metabolisme Teofilin dan dapat menyebabkan peningkatan
kadar Teofilin. Siprofloksasin dan beberapa Kuinolon lainnya juga memperlihatkan
efek ini walaupun tidak begitu dramatis.
Penggunaan Klinik
Infeksi saluran kemih :
Seperti Prostatitis, Uretritis, Servisitis dan Pielonfritis.
Infeksi saluran cerna :
Seperti demam Tifoid dan Paratifoid
Infeksi saluran nafas bawah :
Seperti Bronkitis, Pneumonia, Sinusitis
Penyakit yang ditularkan melalui hubungan kelamin :
Gonore
Infeksi jaringan lunak dan tulang :
Seperti Osteomielitis. Untuk infeksi pasca bedah oleh kuman enterokokus Ps.
aeroginosa atau stafilokokus yang resisten terhadap Beta Laktam atau Aminoglikosid.
Sediaan
Spirofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Spirofloksasin
250 mg, 500 mg, 750 mg bahkan ada yang 1.000 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus
dengan kandungan Spirofloksasin 200 mg/100 ml.
Ofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Ofloksasin 200
mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Ofloksasin 200
mg/100 ml.
Moksifloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan Moksifloksasin kandungan
400 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Moksifloksasin 400
mg/250 ml.
Levofloksasin
Antibiotika Kuinolon ini tersedia dalam bentuk tablet dengan kandungan Levofloksasin
250 mg dan 500 mg. Juga tersedia dalam bentuk infus dengan kandungan Levofloksasin
Efek samping :
1. Reaksi anafilaktik (karena mempunyai cincin beta-laktam sehingga secara struktural
berhubungan dengan penisilin dan sefalosporin)
2. Kelainan ringan pada fungsi hati.
3. Iritasi lokal dan bengkak pada tempat suntikan.
Quinolon, merupakan bakterisida karena menghambat lepasnya untai DNA yang
terbuka pada proses superkoil dengan menghambat DNA girase (enzim yang menekan DNA
bakteri menjadi superkoil). Untuk memasukkan DNA untai ganda yang panjang kedalam sel
bakteri, DNA diatur dalam loop(DNA terrelaksasi) yang kemudian diperpendek oleh proses
superkoil. Sel eukariotik tidak mengandung DNA girase. Sifat penting dari Quinolon adalah
penetrasinya yang baik ke dalam jaringan dan sel (bandingkan dengan Penisilin),
efektivitasnya bila diberikan secara oral, dan toksisitasnya relatif rendah (Neal, 2006).
2.7 GOLONGAN LAIN:
1. GOLONGAN AMINOGLIKOSIDA
Aminoglokosida bersifat bakterisidal dan aktif terhadap bakteri gram posistif dan gram
negative. Aminasin, gentamisin dan tobramisin d juga aktif terhadap pseudomonas
aeruginosa. Streptomisin aktif teradap mycobacterium tuberculosis dan penggunaannya
sekarang hamper terbatas untuk tuberkalosa.
a.
Amikasin
Gentamisin
Indikasi : septicemia dan sepsis pada neonatus, meningitis dan infeksi SSP lainnya.
Infeksi bilier, pielonefritis dan prostates akut, endokarditis karena Str viridans. Atau str
farcalis (bersama penisilin, pneumonia nosokomial, terapi tambahan pada meningitis
karena listeria.
Peringatan : gangguan funsi ginjal, bayi dan usia lanjut (sesuaikan dosis, awasi fungsi
ginjal, pendengaran dan vestibuler dan periksa kadar plasma), hindari penggunaan jangka
panjang.
Kontraindikasi: kehamilan, miastenia gravis.
Efek samping : gangguna vestibuler dan pendengaran, netrotoksista, hipomagnesemia
c.
d.
Neomisin Sulfat
Indikasi: Sterilisasi usus sebelum operasi
Netilmisin
Indikasi: infeksi berat kuman gram negative yang resisten terhadap gentainisin
2. GOLONGAN POLIPEPTIDA
Kelompok ini terdiri dari polimiksin B, polimiksin E (= kolistin), basi-trasin dan
gramisidin, dan berciri struktur polipeptida siklis dengan gugusan-gugusan amino bebas.
Berlainan dengan antibiotika lainnya yang semuanya diperoleh dari jamur, antibiotika ini
dihasilkan oleh beberapa bakteri tanah. Polimiksin hanya aktif terhadap basil Gram-negatif
termasuk Pseudomonas, basitrasin dan gramisidin terhadap kuman Gram-positif.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bakteri adalah salah satugolongan organisme prokariotik (tidak
memiliki selubung inti). Bakteri sebagai makhluk hidup tentu memiliki
informasi genetikberupa DNA, tapi tidak terlokalisasi dalam tempat
khusus ( nukleus ) dan tidak ada membraninti. Bentuk DNA bakteri adalah
sirkuler, panjang dan biasa disebut nukleoi. Pada DNA bakteri tidak
mempunyai intron dan hanya tersusun atas akson saja. Bakteri juga
bakteriostatik
dan
bakterisid
sekaligus,
tergantung
pada
DAFTAR PUSTAKA
1. American Medical Association (1994) AMA Drug Evaluations. Annual 1994.
American Medical Association, the United States of America.
2. Brody TM, Larner JL, Minneman KP, Neu HC. (1994) Human Pharmacology.
Molecular to Clinical, 2nd ed., Mosby, Baltimore.
Jawetz
Hartanto
ECG.Cetakan I, 2004.
dkk.
Jakarta,
Penerbit
Buku
Kedokteran