Anatomi Dan Fisiologi Sistem Lakrimalis
Anatomi Dan Fisiologi Sistem Lakrimalis
Apparatus Lakrimalis
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan drainase
air mata, apparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian (Vaughan, 2004):
1) Komponen sekresi, yang terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur
pembentuk cairan air mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata.
2) Komponen ekskresi, yang mengalirkan sekret ke dalam hidung, terdiri dari kanalikuli,
sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.
2. Kanalikuli Lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama
puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral
lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik,
dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke
bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian
hampir horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan
disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan
membentuk sejenis sfingter.
3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam
cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis
maksila. Bentuk sakus lakrimalis oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian
ujungnya membulat, bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
4. Duktus Naso Lakrimalis
Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah
lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu
orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lakrimalis (Hasneri), dibentuk oleh
lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseus, yang
terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.
Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting, mulai dari lateral,
menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem
ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan
yang kira-kira sesuai dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila sudah memenuhi sakus konjungtivalis, air mata akan
memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus
orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk mencegahnya keluar.
Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah crista lakrimalis posterior, dan traksi fascia
yang mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan
tekanan negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalarn sakus, vang
kemudian berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas
jaringan, ke dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis sakus
cenderung menghambat aliran balik udara dan air mata. Yang paling berkembang di antara lipatan
ini adalah katup Hasner di ujung distal duktus nasolakrimalis. Struktur ini penting karena bila
tidak berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun
(Vaughan, 2004).
permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akuosa untuk menyebar
secara merata ke bagian yang dibasahinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan.
Gambar 5: Tiga Lapisan Film Air Mata yang Melapisi Lapisan Epitel Superfisial di Kornea
(Sumber: Vaughans General Ophthalmology)