Men
No.04/MENLH/2007,
Baku
Mutu
emisi
berdasarkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Sejarah Pertamina
PT. PERTAMINA PERSERO Pangkalan Susu merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pertambangan Minyak dan Gas (MIGAS).
Perusahaan ini berada sekitar 110 Km sebelah Barat Laut Kota Medan atau sekitar
24 Km arah Barat kota Pangkalan Berandan adalah merupakan lapangan minyak dan
gas bumi tertua dalam catatan sejarah Pertambangan dan Industri Perminyakan
Indonesia, yaitu sejak struktur Telaga Said ditemukan pada tanggal 31 Juli 1876 oleh
A.J Zijlker, ahli perkebunan tembakau yang berkebangsaan Belanda. Setelah
memperoleh konsesi dari Sultan Langkat (Musa) pada tanggal 8 Agustus 1883,
Zijlker yang telah menghimpun dana dari beberapa temannya di negeri Kincir Angin
itu melaksanakan pengeboran sumur minyak pertama di Telaga Tiga.
Sementara itu Pertamina lapangan EP (Eksplorasi & Produksi) Pangkalan
Susu yang berdasarkan SK Direksi No. KPTS-070/C0000/94-S8 tanggal 11 Mei 1994
telah diganti sebutannya menjadi Asset Pangkalan Susu adalah merupakan salah satu
dari dua wilayah operasional Pertamina DOH NAD-Sumbagut, yaitu Asset Rantau,
berkedudukan di Rantau, Aceh Timur dan Asset Pangkalan Susu berkedudukan di
Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tapi kini dikenal dengan
sebutan Area Operasi Pangkalan Susu.
Pelabuhan Minyak Pangkalan Susu yang dibangun oleh Belanda pada tahun
1898 adalah merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia yang
perairannya tidak dapat dimasuki oleh Tanker berukuran besar, maka dibangun Single
Bouy Mooring di lepas pantai Teluk Haru, Kecamatan Pangkalan Susu, Desa Lubuk
Kasih, Kecamatan Berandan Darat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang
merupakan satu-satunya jalan masuk ke kota Pangkalan Susu (Pusat Perkantoran
Pertamina Area Operasi Pangkalan Susu).
Perlindungan
lingkungan
menjadi
prioritas
utama
Pertamina
untuk
menanganinya secara serius, dan ini memang sudah menjadi komitmen Pertamina
sejak dibentuknya Badan Koordinator Lindungan Lingkungan (BKKL) pada tanggal
7 Juni 1973. Pembentukan BKKL dapat juga diartikan sebagai deklarasi komitmen
kegiatan industri perminyakan nasional.
Sejalan dengan adanya kebijakan restrukturisasi yang implementasinya telah
melahirkan Surat Keputusan Direksi No. KPTS-070/C0000/94-S8 tanggal 11 Maret
1994, maka terhitung mulai 1 April 1995 struktur organisasi Pertamina DOH Rantau
Asset Pangkalan Susu yang sebelumnya dipimpin oleh seorang Kepala Lapangan,
dan sebutan Kepala Lapangan kemudian diganti sebutannya menjadi Manager Asset
yang tugas operasionalnya membawahi wilayah kerja Pertamina Asset Hulu
Pangkalan Susu di Sumatera Utara dan berkantor di Pangkalan Susu. Sedangkan
kantor induknya berada di Rantau, Aceh Tamiang yang dikenal dengan sebutan
Pertamina Daerah Operasi Hulu Rantau atau biasanya disingkat
dengan
Ketika struktur baru terbentuk berdasarkan SK Dirut Pertamina No. KPTS004/C00000/2001-SO tanggal 11 Januari 2002, maka sebutan Manager Asset diganti
menjadi Manager Area Operasi, dan sebagai Top Manajemen di Area Operasi
Pangkalan Susu yang membawahi fungsi Perencanaan Operasi, Operasi Produksi,
Work Over & Well Service dan Pemeliharaan. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya
seperti, Pml Top/ Sip, KK/ LL, Utilities, Infokom, Pergudangan, SDM, Keuangan,
Sekuriti dan Hupmas secara administrasi tunduk kepada Manager masing-masing
baik yang berkedudukan di Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh
Darussalam maupun di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Sejalan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi tanggal 23 November 2001 dan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Pertamina menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) pada tanggal 18
Juni 2003, maka melalui Akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH tanggal 17 September
2003, Pertamina telah resmi berubah statusnya dari BUMN menjadi Perusahaan
Perseroan PT PERTAMINA (PERSERO).
4.1.2. Struktur Organisasi
Salah satu alat yang mempengaruhi keefektifan pengawasan yang dilakukan
oleh pimpinan ialah struktur organisasi. Jadi, struktur organisasi merupakan
penyajian kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan untuk pencapaian suatu
organisasi, hubungan fungsi-fungsi serta wewenang dan tanggung jawab masingmasing pemegang jabatan yang ada dalam fungsi-fungsi tersebut.
Dalam struktur organisasi instalasi pengolahan air limbah, limbah padat dan
gas merupakan bagian dari bidang lingkungan yang berada dibawah unit HSE
(Health, Safe and Environment).
Adapun Struktur Oganisasi yang diterapkan oleh PT. PERTAMINA
PERSERO Pangkalan Susu dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.
Field Manager
Kepala HSE
Asisten Manager
Perencanaan dan
Engeeneering
Kepala Operasi
Distrik I
Asisten Manager
Operasi Produksi
Kepala Operasi
Distrik II
Sekretaris
Asisten Manager
Work Over dan
Well Service
Kepala Terminal
dan Loading
Asisten Manager
Pemeliharaan
Asisten Manager
Layanan Operasi
Staf Administrasi
Migas
Kabupaten Deli Serdang. Dan dari beberapa sumur minyak akan dipompakan ke
Stasiun Pengumpul (SP/ SK) kemudian akan dikumpulkan di Pusat Pengumpul
Produksi (PPP).
Di bawah ini adalah diagram alir proses produksi dan sumber limbah area
operasi Pangkalan Susu:
Keterangan :
Pengolahan limbah cair minyak bumi di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu
dilakukan secara sederhana melalui proses pengolahan primer dengan menggunakan
oil catcher. Dimana pengolahan tersebut berdasarkan pada perbedaan berat jenis
antara minyak dan air. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran
limpasan air hujan. Saluran pembuangan limbah cair kedap air dan tidak melakukan
pengenceran termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran
pembuangan limbah cair. PT. Pertamina EP Pangkalan Susu telah memasang alat
ukur debit dan berfungsi dengan baik dan mengukur debit harian.
Pemantauan terhadap limbah cair dalam kegiatan operasional PT. Pertamina
EP Pangkalan Susu berpotensi menimbulkan dampak terhadap perairan sehingga
perusahaan melakukan pengambilan contoh dan analisis air limbah sekali dalam
sebulan yang dilaksanakan oleh LP-USU. Melakukan pelaporan secara berkala enam
bulan sekali dan PT. Pertamina EP Pangkalan Susu juga telah memiliki izin
pembuangan limbah cair sesuai SK Bupati Langkat No.660.31/10/SK/2006.
Lokasi pemantauan air limbah adalah sebagai berikut :
1. AL-1 : Sebelum Oil Catcher/ IPAL PPP P. Susu
2. AL-2 : Sesudah Oil Catcher/ IPAL P. Susu
No
Satuan
Hasil
AL-3
Metode Analisa
Baku Mutu
COD
mg/L
40,68
SNI 06-6989:15-2004
200
mg/L
11,64
SNI 06-6989:10-2004
25
H2 S
mg/L
0,1
SNI 06-6989:22-2005
0,5
NH 3 -S
mg/L
0,87
SNI 06-6989:30-2005
Phenol Total
mg/L
0,09
SNI 06-6989:21-2005
Suhu
28
SNI 06-6989:23-2005
40
pH
7,2
SNI 06-6989:27-2005
6-9
TDS
mg/L
480
SNI 06-6989:27-2005
4000
biota perairan. COD Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 40,68 mg/L
dimana baku mutu sebesar 200 mg/L.
Dengan demikian maka COD tidak melampaui baku mutu. Maka kualitas air
limbah yang masuk ke badan air tidak melampaui baku mutu. Hal ini karena Oil
Catcher/ IPAL PPP telah dilakukan upaya-upaya perbaikan agar baku mutu limbah
cair yang masuk telah sesuai dengan baku mutu.
2. Minyak dan Lemak
Hasil pemantauan minyak dan lemak pada Pertemuan parit dengan air laut
(AL-3) sebesar 11,64 mg/L dimana baku mutu sebesar 25 mg/L. Maka minyak dan
lemak tidak melampaui baku mutu. Dengan demikian telah terjadi penurunan kadar
minyak dan lemak dalam Oil Catcher secara maksimal sehingga minyak dan lemak
telah sesuai dengan Kep.Men No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah
Cair.
3. H 2 S
Hasil pemantauan H 2 S pada Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar
0,1 mg/L dimana baku mutu sebesar 0,5 mg/L. Dengan demikian diketahui bahwa
seluruh lokasi pemantauan telah sesuai baku mutu berdasarkan Kep.Men No. 04/
MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
4. NH 3 -N
Hasil analisis NH 3 -N Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 0,87
mg/L dimana baku mutu sebesar 5 mg/L. Dengan demikian maka NH 3 -N untuk
keseluruhan lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men
No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
5. Phenol Total
Hasil analisis phenol total Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 0,09
mg/L dimana baku mutu sebesar 2 mg/L. Dengan demikian maka phenol total untuk
keseluruhan lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men
No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
6. Suhu
Hasil analisis suhu Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 280C
dimana baku mutu sebesar 400C. Dengan demikian maka suhu untuk keseluruhan
lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men No. 04/
MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
7. pH
Hasil analisis pH Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 7,2 dimana
baku mutu sebesar 6-9. Dengan demikian maka pH untuk keseluruhan lokasi
pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men No. 04/ MENLH/
2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
8. TDS
Hasil analisis TDS Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 480 mg/L
dimana baku mutu sebesar 4000 mg/L. Dengan demikian maka phenol total untuk
keseluruhan lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men
No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair. Dan PT. Pertamina EP
Pangkalan Susu tidak pernah mendapat teguran/ diperkarakan ke pengadilan atas
pelanggaran terhadap peraturan pengendalian pencemaran air selama tiga tahun
terakhir.
No
Parameter
Satuan
KS-1
KS-2
KS-3
KS-4
Barium (Ba)
mg/l
0,1150
0,1123
0,1134
0,1140
100
Boron (Br)
mg/l
0,0503
0,0601
0,0110
0,0206
500
Crom (cr)
mg/l
0,0005
0,0105
0,0053
0,0031
0,5
Cadmium(Cd)
mg/l
0,0106
0,0104
0,0050
0,0071
0,05
Timbal (Pb)
mg/l
0,0540
0,0251
0,0060
0,0275
0,1
Mutu
Seng (Zn)
mg/l
0,1134
0,2350
0,1065
0,1561
Raksa (Hg)
mg/l
tt
tt
tt
tt
0,002
Jenis Limbah
Satuan
Limbah
Limbah
Dihasilkan Dikelola
Limbah
Belum
dikelola
310
1.113
310
22
1.121
78
Perlakuan
Keterangan
Incinerato
r&
Disimpan
di TPS
Direncanakan
Pemanfaatan
Direncanakan
Dikelola
Pihak III
Parameter yang diteliti adalah SO2, NO2, CO, HC, Debu serta NH3 dan H2S.
Memeriksa kadar parameter secara periodik, enam bulan sekali dalam setahun yang
pemantauan dilaksanakan oleh LP-USU. Dan melaporkan secara berkala enam bulan
sekali dan pelaporan dilakukan bersamaan dengan pelaporan RKl/ RPL per enam
bulan.
Pemantauan terhadap kualitas udara dalam kegiatan operasional PT Pertamina
EP Pangkalan Susu berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara
sehingga perlu dilakukan pemantauan. Lokasi pemantauan kualitas udara adalah KU10 : ST Booster Pangkalan Susu. Untuk mengetahui kualitas udara maka dari lokasi
diambil sampel dan selanjutnya dianalisis di laboratorium dan hasil laboratorium
dibandingkan dengan baku mutu udara menurut PP. No. 41 Tahun 1999. Hasil analisa
kualitas udara dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4.
No
Parameter
Satuan
Hasil
KU-10
Metode Analisa
Baku Mutu
NO 2
g/Nm3
46,82
Saltzman
400
SO 2
g/Nm3
76,09
Pararosanilin
900
Pb
g/Nm3
tt
Debu
g/Nm3
42,40
HC
g/Nm3
tt
CO
g/Nm3
296
Ekstraksi Gravimetri
Gravimetri
230
Flame Ionization
160
NDIR
30.000
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Proses pengolahan limbah cair minyak bumi hanya melalui proses pengolahan
primer dengan menggunakan oil catcher yang pada prinsipnya berdasarkan pada
perbedaan berat jenis antara minyak dengan air, dimana berat jenis minyak lebih
kecil dari pada berat jenis air.
2. Proses pengolahan limbah padat di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu untuk
limbah padat yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3)
dikumpulkan sementara di gudang dan diambil oleh pihak ketiga, untuk limbah
padat bottom ash incinerator akan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga
untuk pemanfaatan. Sedang kajian LP-USU untuk bahan baku keramik.
3. Hasil pemantauan kualitas udara, untuk seluruh parameter telah sesuai dengan
baku mutu. Hasil pemantauan terjadi penurunan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambient.
6.2. Saran
1. Melakukan perawatan jalur pipa secara rutin agar tidak menimbulkan masalah
terhadap masyarakat sekitar maupun daerah flare yang tidak berfungsi lagi.
2. Perlu dilakukan peningkatan penghijauan secara menyeluruh pada setiap lokasi
SP/ SK.