Anda di halaman 1dari 22

3.

4 Metode Pengumpulan Data


3.4.1. Data Primer
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh
dari hasil pengamatan langsung ke lokasi, hasil wawancara langsung terhadap
pimpinandengan pak Dzahni Elmufaqih selaku PWS Utama LL Field Pangkalan Susu
mengenai proses pengolahan limbah cair, padat dan gas dengan staf bagian
pengolahan limbah dan keluhan masyarakat.
3.4.2. Data Sekunder
Pengumpulan data sekunder diperoleh dari EP-I Pertamina Pangkalan Susu.
Dimana data-data berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi, sistem pengolahan,
data analisis kualitas limbah cair, padat dan gas yang dihasilkan serta penelusuran
kepustakaan yang berhubungan dengan penelitian.

3.5 Definisi Operasional


1. Limbah cair adalah limbah yang dihasilkan dari kegiatan produksi PT
Pertamina Pangkalan Susu, kemudian diolah di instalasi pengolahan air
limbah dan akhir pengolahan air limbah akan dibandingkan dengan Kep. Men
No. 04/MENLH/2007 meliputi parameter COD, Minyak dan Lemak, H2S,
NH3-N, Phenol Total, Suhu, pH dan TDS.
2. Limbah padat adalah limbah B3 dan Non B3 yang dihasilkan dari kegiatan
produksi PT Pertamina Pangkalan Susu, kemudian diolah dan hasil akhir akan

Universitas Sumatera utara

disesuaikan dengan PPRI No.18/1999 mengenai cara penyimpanan sementara


limbah B3.
3. Limbah gas adalah limbah emisi cerobong yang dihasilkan dari kegiatan
produksi PT Pertamina Pangkalan Susu, kemudian diolah dan hasil akhir
dibandingkan dengan PPRI.No.41/1999 yang meliputi parameter SO 2 , NO 2 ,
CO, HC, Pb, dan debu.
4. Proses pengolahan limbah adalah kegiatan pengolahan limbah cair, gas dan
padat di instalasi pengolahan limbah di EP-I PT. Pertamina Pangkalan Susu
5. Memenuhi syarat kesehatan adalah apabila kadarnya tidak melampaui Baku
Mutu Air Limbah untuk kegiatan eksplorasi dan produksi Migas berdasarkan
Kep.

Men

No.04/MENLH/2007,

Baku

Mutu

emisi

berdasarkan

PPRI.No.41/1999 , limbah padat berdasarkan acuan PPRI No.18/1999.


6. Tidak memenuhi syarat apabila kadarnya melampaui Baku Mutu berdasarkan
acuan perundangan yang dipakai.
3.6. Teknik Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan dianalisa secara deskriptif
dengan cara membandingkannya dengan teori-teori yang ada dan baku mutu, untuk
limbah cair berdasarkan Kep. Men No. 04/MENLH/2007 tentang baku mutu limbah
cair untuk kegiatan eksplorasi dan produksi migas, untuk limbah gas berdasarkan
PPRI.No.41/1999 tentang baku mutu emisi sumber tidak bergerak. Untuk limbah
padat berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.18/1998 tentang
pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun.

Universitas Sumatera utara

BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum
4.1.1. Sejarah Pertamina
PT. PERTAMINA PERSERO Pangkalan Susu merupakan salah satu Badan
Usaha Milik Negara (BUMN) di bidang pertambangan Minyak dan Gas (MIGAS).
Perusahaan ini berada sekitar 110 Km sebelah Barat Laut Kota Medan atau sekitar
24 Km arah Barat kota Pangkalan Berandan adalah merupakan lapangan minyak dan
gas bumi tertua dalam catatan sejarah Pertambangan dan Industri Perminyakan
Indonesia, yaitu sejak struktur Telaga Said ditemukan pada tanggal 31 Juli 1876 oleh
A.J Zijlker, ahli perkebunan tembakau yang berkebangsaan Belanda. Setelah
memperoleh konsesi dari Sultan Langkat (Musa) pada tanggal 8 Agustus 1883,
Zijlker yang telah menghimpun dana dari beberapa temannya di negeri Kincir Angin
itu melaksanakan pengeboran sumur minyak pertama di Telaga Tiga.
Sementara itu Pertamina lapangan EP (Eksplorasi & Produksi) Pangkalan
Susu yang berdasarkan SK Direksi No. KPTS-070/C0000/94-S8 tanggal 11 Mei 1994
telah diganti sebutannya menjadi Asset Pangkalan Susu adalah merupakan salah satu
dari dua wilayah operasional Pertamina DOH NAD-Sumbagut, yaitu Asset Rantau,
berkedudukan di Rantau, Aceh Timur dan Asset Pangkalan Susu berkedudukan di
Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Tapi kini dikenal dengan
sebutan Area Operasi Pangkalan Susu.

Universitas Sumatera utara

Wilayah kerja Pertamina Area Operasi Hulu Pangkalan Susu di Propinsi


Sumatera Utara tercatat seluas sekitar 14.211,74 Km2, termasuk di dalamnya wilayah
Kabupaten Langkat yang dikuasai oleh Pertamina ada seluas 8.377.586,37 m2 sisanya
berada di Kabupaten Deli Serdang dan Kota Madya Binjai. Cadangan Migas Area
Operasi Pangkalan Susu berada di dalam cekungan Sumatera Utara. Secara fisik batas
lokasi kegiatan adalah :
-

Sebelah Timur Laut dibatasi Paparan Sunda

Sebelah Selatan dibatasi Busur Asahan

Sebelah Barat Daya dibatasi Pegunungan Bukit Barisan.


Sementara untuk kelancaran pengiriman minyak dan gas bumi dari sumur

migas yang bertebaran di struktur-struktur produktif sampai ke Tank Meter dan


tempat penampungan di Tank Yard, Bukit Khayangan, Pangkalan Susu yang nantinya
akan disalurkan ke kilang BBM UP-I Pangkalan Berandan dan kilang lainnya,
termasuk pengiriman gas untuk Perusahaan Listrik Negara (PLN), Perusahaan Gas
Negara (PGN) dan sebagainya, di Area Operasi Pangkalan Susu terdapat sebanyak
6 (enam) Stasiun Pengumpul/ Stasiun Kompressor (SP/ SK) yang dilengkapi dengan
32 unit kompressor dari berbagai jenis dan ukuran. Kompresor-kompresor tersebut
dipergunakan untuk melayani pasokan migas dari struktur-struktur yang ada di Area
Operasi Rantau, Aceh Tamiang dan dari struktur di Area Operasi Pangkalan Susu
untuk disimpan di Tank Yard, Bukit Khayangan, Pangkalan Susu atau langsung
dikirim ke kilang BBM di Pangkalan Berandan atau dikapalkan ke kilang BBM di
Cilacap/ Lawi-lawi.

Universitas Sumatera utara

Pelabuhan Minyak Pangkalan Susu yang dibangun oleh Belanda pada tahun
1898 adalah merupakan pelabuhan pengekspor minyak tertua di Indonesia yang
perairannya tidak dapat dimasuki oleh Tanker berukuran besar, maka dibangun Single
Bouy Mooring di lepas pantai Teluk Haru, Kecamatan Pangkalan Susu, Desa Lubuk
Kasih, Kecamatan Berandan Darat, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara yang
merupakan satu-satunya jalan masuk ke kota Pangkalan Susu (Pusat Perkantoran
Pertamina Area Operasi Pangkalan Susu).
Perlindungan

lingkungan

menjadi

prioritas

utama

Pertamina

untuk

menanganinya secara serius, dan ini memang sudah menjadi komitmen Pertamina
sejak dibentuknya Badan Koordinator Lindungan Lingkungan (BKKL) pada tanggal
7 Juni 1973. Pembentukan BKKL dapat juga diartikan sebagai deklarasi komitmen
kegiatan industri perminyakan nasional.
Sejalan dengan adanya kebijakan restrukturisasi yang implementasinya telah
melahirkan Surat Keputusan Direksi No. KPTS-070/C0000/94-S8 tanggal 11 Maret
1994, maka terhitung mulai 1 April 1995 struktur organisasi Pertamina DOH Rantau
Asset Pangkalan Susu yang sebelumnya dipimpin oleh seorang Kepala Lapangan,
dan sebutan Kepala Lapangan kemudian diganti sebutannya menjadi Manager Asset
yang tugas operasionalnya membawahi wilayah kerja Pertamina Asset Hulu
Pangkalan Susu di Sumatera Utara dan berkantor di Pangkalan Susu. Sedangkan
kantor induknya berada di Rantau, Aceh Tamiang yang dikenal dengan sebutan
Pertamina Daerah Operasi Hulu Rantau atau biasanya disingkat

dengan

PERTAMINA DOH RANTAU.

Universitas Sumatera utara

Ketika struktur baru terbentuk berdasarkan SK Dirut Pertamina No. KPTS004/C00000/2001-SO tanggal 11 Januari 2002, maka sebutan Manager Asset diganti
menjadi Manager Area Operasi, dan sebagai Top Manajemen di Area Operasi
Pangkalan Susu yang membawahi fungsi Perencanaan Operasi, Operasi Produksi,
Work Over & Well Service dan Pemeliharaan. Sedangkan fungsi-fungsi lainnya
seperti, Pml Top/ Sip, KK/ LL, Utilities, Infokom, Pergudangan, SDM, Keuangan,
Sekuriti dan Hupmas secara administrasi tunduk kepada Manager masing-masing
baik yang berkedudukan di Rantau, Kabupaten Aceh Tamiang, Nanggroe Aceh
Darussalam maupun di Pangkalan Susu, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara.
Sejalan dengan diterbitkannya Undang-undang No. 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi tanggal 23 November 2001 dan diberlakukannya Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 31 Tahun 2003 tentang Pengalihan Bentuk
Perusahaan Pertamina menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) pada tanggal 18
Juni 2003, maka melalui Akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH tanggal 17 September
2003, Pertamina telah resmi berubah statusnya dari BUMN menjadi Perusahaan
Perseroan PT PERTAMINA (PERSERO).
4.1.2. Struktur Organisasi
Salah satu alat yang mempengaruhi keefektifan pengawasan yang dilakukan
oleh pimpinan ialah struktur organisasi. Jadi, struktur organisasi merupakan
penyajian kerangka yang menunjukkan seluruh kegiatan untuk pencapaian suatu
organisasi, hubungan fungsi-fungsi serta wewenang dan tanggung jawab masingmasing pemegang jabatan yang ada dalam fungsi-fungsi tersebut.

Universitas Sumatera utara

Dalam struktur organisasi instalasi pengolahan air limbah, limbah padat dan
gas merupakan bagian dari bidang lingkungan yang berada dibawah unit HSE
(Health, Safe and Environment).
Adapun Struktur Oganisasi yang diterapkan oleh PT. PERTAMINA
PERSERO Pangkalan Susu dapat kita lihat pada gambar dibawah ini.

Field Manager

Kepala HSE

Asisten Manager
Perencanaan dan
Engeeneering

Kepala Operasi
Distrik I

Asisten Manager
Operasi Produksi

Kepala Operasi
Distrik II

Sekretaris

Asisten Manager
Work Over dan
Well Service

Kepala Terminal
dan Loading

Asisten Manager
Pemeliharaan

Asisten Manager
Layanan Operasi

Staf Administrasi
Migas

Gambar : 4.1. Struktur Organisasi PT. PERTAMINA PERSERO

4.2. Limbah Cair di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu


Proses produksi PT. Pertamina EP Pangkalan Susu beserta unit-unit
penunjang lainnya menghasilkan limbah cair yang berasal dari kegiatan sumur
minyak yang mencakup dan menyebar pada wilayah Kabupaten Langkat dan

Universitas Sumatera utara

Kabupaten Deli Serdang. Dan dari beberapa sumur minyak akan dipompakan ke
Stasiun Pengumpul (SP/ SK) kemudian akan dikumpulkan di Pusat Pengumpul
Produksi (PPP).
Di bawah ini adalah diagram alir proses produksi dan sumber limbah area
operasi Pangkalan Susu:

Universitas Sumatera utara

Keterangan :
Pengolahan limbah cair minyak bumi di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu
dilakukan secara sederhana melalui proses pengolahan primer dengan menggunakan
oil catcher. Dimana pengolahan tersebut berdasarkan pada perbedaan berat jenis
antara minyak dan air. Memisahkan saluran pembuangan limbah cair dengan saluran
limpasan air hujan. Saluran pembuangan limbah cair kedap air dan tidak melakukan
pengenceran termasuk mencampurkan buangan air bekas pendingin ke dalam aliran
pembuangan limbah cair. PT. Pertamina EP Pangkalan Susu telah memasang alat
ukur debit dan berfungsi dengan baik dan mengukur debit harian.
Pemantauan terhadap limbah cair dalam kegiatan operasional PT. Pertamina
EP Pangkalan Susu berpotensi menimbulkan dampak terhadap perairan sehingga
perusahaan melakukan pengambilan contoh dan analisis air limbah sekali dalam
sebulan yang dilaksanakan oleh LP-USU. Melakukan pelaporan secara berkala enam
bulan sekali dan PT. Pertamina EP Pangkalan Susu juga telah memiliki izin
pembuangan limbah cair sesuai SK Bupati Langkat No.660.31/10/SK/2006.
Lokasi pemantauan air limbah adalah sebagai berikut :
1. AL-1 : Sebelum Oil Catcher/ IPAL PPP P. Susu
2. AL-2 : Sesudah Oil Catcher/ IPAL P. Susu

Universitas Sumatera utara

3. AL-3 : Pertemuan Parit dengan Air Laut


Untuk mengetahui kualitas limbah cair dari ketiga lokasi maka telah diambil
sampel dan selanjutnya dianalisis dilaboratorium dibandingkan dengan Kep.Men
No.04/MENLH/2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Usaha/ atau
kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas. Hasil analisis limbah dapat dilihat dalam
Tabel dibawah ini :
Tabel 4.1.

No

Hasil Analisis Kualitas Limbah Cair PT. Pertamina EP Pangkalan


Susu
Parameter

Satuan

Hasil
AL-3

Metode Analisa

Baku Mutu

COD

mg/L

40,68

SNI 06-6989:15-2004

200

Minyak dan Lemak

mg/L

11,64

SNI 06-6989:10-2004

25

H2 S

mg/L

0,1

SNI 06-6989:22-2005

0,5

NH 3 -S

mg/L

0,87

SNI 06-6989:30-2005

Phenol Total

mg/L

0,09

SNI 06-6989:21-2005

Suhu

28

SNI 06-6989:23-2005

40

pH

7,2

SNI 06-6989:27-2005

6-9

TDS

mg/L

480

SNI 06-6989:27-2005

4000

Sumber : LP-USU, Desember 2007


Dari tabel 4.1. terlihat bahwa parameter sesuai dengan baku mutu berdasarkan
Kep.Men No. 04/MENLH/2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan
Eksplorasi dan Produksi Migas diantaranya COD, Minyak dan lemak dan H 2 S.
1. COD
COD merupakan bahan organik dan anorganik yang dapat didegradasi dan
merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk proses degradasinya. Jika COD
tinggi dalam suatu air limbah akan mengakibatkan terjadinya gangguan kehidupan

Universitas Sumatera utara

biota perairan. COD Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 40,68 mg/L
dimana baku mutu sebesar 200 mg/L.
Dengan demikian maka COD tidak melampaui baku mutu. Maka kualitas air
limbah yang masuk ke badan air tidak melampaui baku mutu. Hal ini karena Oil
Catcher/ IPAL PPP telah dilakukan upaya-upaya perbaikan agar baku mutu limbah
cair yang masuk telah sesuai dengan baku mutu.
2. Minyak dan Lemak
Hasil pemantauan minyak dan lemak pada Pertemuan parit dengan air laut
(AL-3) sebesar 11,64 mg/L dimana baku mutu sebesar 25 mg/L. Maka minyak dan
lemak tidak melampaui baku mutu. Dengan demikian telah terjadi penurunan kadar
minyak dan lemak dalam Oil Catcher secara maksimal sehingga minyak dan lemak
telah sesuai dengan Kep.Men No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah
Cair.
3. H 2 S
Hasil pemantauan H 2 S pada Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar
0,1 mg/L dimana baku mutu sebesar 0,5 mg/L. Dengan demikian diketahui bahwa
seluruh lokasi pemantauan telah sesuai baku mutu berdasarkan Kep.Men No. 04/
MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
4. NH 3 -N
Hasil analisis NH 3 -N Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 0,87
mg/L dimana baku mutu sebesar 5 mg/L. Dengan demikian maka NH 3 -N untuk
keseluruhan lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men
No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.

Universitas Sumatera utara

5. Phenol Total
Hasil analisis phenol total Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 0,09
mg/L dimana baku mutu sebesar 2 mg/L. Dengan demikian maka phenol total untuk
keseluruhan lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men
No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
6. Suhu
Hasil analisis suhu Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 280C
dimana baku mutu sebesar 400C. Dengan demikian maka suhu untuk keseluruhan
lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men No. 04/
MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
7. pH
Hasil analisis pH Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 7,2 dimana
baku mutu sebesar 6-9. Dengan demikian maka pH untuk keseluruhan lokasi
pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men No. 04/ MENLH/
2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair.
8. TDS
Hasil analisis TDS Pertemuan parit dengan air laut (AL-3) sebesar 480 mg/L
dimana baku mutu sebesar 4000 mg/L. Dengan demikian maka phenol total untuk
keseluruhan lokasi pemantauan telah sesuai dengan baku mutu berdasarkan Kep.Men
No. 04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu Limbah Cair. Dan PT. Pertamina EP
Pangkalan Susu tidak pernah mendapat teguran/ diperkarakan ke pengadilan atas
pelanggaran terhadap peraturan pengendalian pencemaran air selama tiga tahun
terakhir.

Universitas Sumatera utara

4.3. Limbah Padat di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu


Proses produksi PT. Pertamina EP Pangkalan Susu beserta unit-unit
penunjang lainnya menghasilkan limbah padat yang berasal dari:
a. Sludge dari pengeboran/ lumpur bor dan pembersihan tangki (Tank
Cleaning) pada setiap SP/ SK dan yang dibawa ke Bukit Kunci dan dimasukkan ke
dalam tempat penampungan sludge (TPS) sebelum diolah lebih lanjut.
Sludge di Bukit kunci terdiri dari empat bangunan bak. Dengan demikian
maka pengkajian tentang pengolahan dan pemanfaatan sludge mendesak untuk
dilakukan agar tidak terjadi penambahan bangunan bak-bak sludge di bukit kunci.
Lokasi sampling sludge dilakukan pada empat lokasi, yaitu:
1. KS-1 : Kolam 1 bukit kunci Pangkalan Susu
2. KS-2 : Kolam 2 Bukit kunci Pangkalan Susu
3. KS-3 : Kolam 3 Bukit kunci Pangkalan Susu
4. KS-4 : Kolam 4 Bukit kunci Pangkalan Susu.
Untuk hasil analisis sludge dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:
Tabel 4.2. Hasil Analisis Sludge PT. Pertamina EP Pangkalan Susu
Baku

No

Parameter

Satuan

KS-1

KS-2

KS-3

KS-4

Barium (Ba)

mg/l

0,1150

0,1123

0,1134

0,1140

100

Boron (Br)

mg/l

0,0503

0,0601

0,0110

0,0206

500

Crom (cr)

mg/l

0,0005

0,0105

0,0053

0,0031

0,5

Cadmium(Cd)

mg/l

0,0106

0,0104

0,0050

0,0071

0,05

Timbal (Pb)

mg/l

0,0540

0,0251

0,0060

0,0275

0,1

Mutu

Universitas Sumatera utara

Seng (Zn)

mg/l

0,1134

0,2350

0,1065

0,1561

Raksa (Hg)

mg/l

tt

tt

tt

tt

0,002

Sumber : Laboratorium LP-USU, Desember 2007


Dari tabel 4.2 diatas terlihat bahwa seluruh hasil analisis parameter sludge
sesuai baku mutu.
b. Bottom ash incinerator, yang merupakan abu sisa pembakaran di dalam
incinerator yang membakar sludge IPAL.
Berdasarkan data dari PT Pertamina EP Pangkalan Susu diperoleh neraca
limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.3.

Neraca Limbah Padat PT. Pertamina EP Pangkalan Susu

Jenis Limbah

Satuan

Limbah
Limbah
Dihasilkan Dikelola

A. Sumber Dari Proses Produksi


1. Sludge
minyak
Ton
1.423
/Contaminated
Soil
2. Reagent
Ton
5
3. Lain-lain
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
1. Pelumas
Bekas
2. Aki Bekas
Ton
3
3. Limbah
Klinis
4. Lain-lain
Ton
1.431
%
100

Limbah
Belum
dikelola

310

1.113

310
22

1.121
78

Perlakuan

Keterangan

Incinerato
r&
Disimpan
di TPS

Direncanakan
Pemanfaatan

Direncanakan
Dikelola
Pihak III

Pengelolaan limbah padat dari PT Pertamina EP Pangkalan Susu akan


melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Pemanfaatan oil sludge akan melakukan
kerja sama dengan PPLI, ATS Nugratama, Toba Pulp Lestari, dan CV. Miko,

Universitas Sumatera utara

sedangkan pengelolaan bottom ash incinerator akan melakukan kerjasama dengan


LP-USU dalam kajian pemanfaatan untuk bahan baku keramik. Limbah padat
tersebut dikumpulkan di gudang PT. Pertamina EP Pangkalan Susu dengan jarak 3km
dari pemukiman penduduk.
Untuk pengelolaan limbah padat domestik PT. Pertamina EP Pangkalan susu
telah melakukan kerjasama dengan pihak ketiga. Limbah padat tersebut dikumpulkan
tempat pembuangan sampah sementara dan kemudian diangkut oleh Dinas
Kebersihan Kabupaten Langkat ke TPA.Untuk limbah B3 Medis yang berasal dari
poliklinik PT. Pertamina EP Pangkalan Susu dikelola secara terpisah karena
mempunyai IPAL sendiri.
4.4. Limbah Gas di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu
Proses produksi PT. Pertamina EP Pangkalan Susu beserta unit-unit
penunjang lainnya menghasilkan limbah gas yang berasal dari cerobong kompressor,
cerobong generator dan cerobong incinerator di Bukit kunci yang kemudian dibuang
ke udara.
Pengelolaan pencemaran udara PT. Pertamina EP Pangkalan Susu memiliki
cerobong, cerobong dilengkapi sampling hole, dan cerobong dilengkapi sarana
pendukung sampling emisi. Pengukuran kualitas udara ambient dilakukan dengan
menggunakan alat multiple impinger dan minipump memakai metode colorimerik
dengan alat tube detector. Pengukuran kualitas udara dilakukan selama satu jam dan
diambil di lingkungan pemukiman penduduk. Pengukuran kembali dilakukan
beberapa kali dan diambil nilai rata-rata.

Universitas Sumatera utara

Parameter yang diteliti adalah SO2, NO2, CO, HC, Debu serta NH3 dan H2S.
Memeriksa kadar parameter secara periodik, enam bulan sekali dalam setahun yang
pemantauan dilaksanakan oleh LP-USU. Dan melaporkan secara berkala enam bulan
sekali dan pelaporan dilakukan bersamaan dengan pelaporan RKl/ RPL per enam
bulan.
Pemantauan terhadap kualitas udara dalam kegiatan operasional PT Pertamina
EP Pangkalan Susu berpotensi menimbulkan dampak terhadap kualitas udara
sehingga perlu dilakukan pemantauan. Lokasi pemantauan kualitas udara adalah KU10 : ST Booster Pangkalan Susu. Untuk mengetahui kualitas udara maka dari lokasi
diambil sampel dan selanjutnya dianalisis di laboratorium dan hasil laboratorium
dibandingkan dengan baku mutu udara menurut PP. No. 41 Tahun 1999. Hasil analisa
kualitas udara dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4.

No

Hasil Analisis Kualitas Limbah Gas PT. Pertamina EP Pangkalan


Susu

Parameter

Satuan

Hasil
KU-10

Metode Analisa

Baku Mutu

NO 2

g/Nm3

46,82

Saltzman

400

SO 2

g/Nm3

76,09

Pararosanilin

900

Pb

g/Nm3

tt

Debu

g/Nm3

42,40

HC

g/Nm3

tt

CO

g/Nm3

296

Ekstraksi Gravimetri

Gravimetri

230

Flame Ionization

160

NDIR

30.000

Sumber : Laboratorium LP-USU, Desember 2007


Dari tabel 4.4. diatas terlihat bahwa seluruh parameter untuk kualitas udara
masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah. No. 41 Tahun

Universitas Sumatera utara

1999 dan tidak mendapat teguran/ diperkarakan ke pengadilan atas pelanggaran


terhadap peraturan pengendalian pencemaran udara selama tiga tahun terakhir.
Dalam membina kerukunan hidup bersama salah satu bagian terpenting adalah
membina hubungan baik sehingga menghasilkan penilaian yang positif pada kedua
belah pihak. Persepsi yang positif sangat dibutuhkan untuk menciptakan suasana
yang kondusif mewujudkan keamanan lingkungan. Berdasarkan hasil studi lapangan
yang dilakukan, diperoleh persepsi masyarakat sekitar yang positif, belum pernah ada
masalah dan belum pernah dirugikan oleh PT. Pertamina EP Pangkalan Susu selama
ini. Kalaupun ada kebocoran segera ditangani secara cepat oleh perusahaan dan
masyarakat belum pernah kecewa dengan PT. Pertamina EP Pangkalan Susu.
Kekhawatiran warga terhadap keberadaan kegiatan PT. Pertamina EP
Pangkalan Susu adalah takut jika terjadi pecahnya atau terbakarnya tangki minyak
karena dapat membahayakan masyarakat sekitar. Hal ini mengingat pemukiman
mereka berdekatan dengan keberadaan pipa-pipa dan beberapa sumur minyak PT.
Pertamina EP Pangkalan Susu.
Selain mengemukakan persepsi dan kekhawatiran mereka, masyarakat di
sekitar lokasi PT. Pertamina EP Pangkalan Susu juga mengungkapkan saran dan
harapan yang berhubung dengan aspek kesehatan mereka, kenyamanan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari di sawah dan kegiatan perekonomian lainnya.
Beberapa saran dan harapan masyarakat yaitu:
1. Melakukan perawatan rutin untuk pipa-pipa yang melintas di sekitar
pemukiman warga dan mengganti pipa yang sudah tua dan karatan.

Universitas Sumatera utara

2. Lakukan penghijauan dengan tanaman bakau, agar akar-akar bakau dapat


menjadi rumah ikan hal ini dapat membantu meningkatkan pendapatan
nelayan.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pengolahan Limbah Cair PT. Pertamina EP Pangkalan Susu
Berdasarkan data laboratorium PT Pertamina EP Pangkalan Susu pada bulan
desember tahun 2007 parameter yang diperiksa adalah COD, Minyak dan Lemak,
H2S, NH3-S, Phenol Total, Suhu, pH dan TDS pada pertemuan Parit dengan Air Laut
tidak terdapat parameter yang melampaui baku mutu.
Pengelolaan limbah cair pada PT. Pertamina EP Pangkalan Susu dilakukan
dengan secara sederhana dimana pengolahan tersebut berdasarkan pada perbedaan
berat jenis antara minyak dan air, dimana berat jenis minyak lebih kecil dari pada
berat jenis air. Unit pengelolaan limbah cair PT. Pertamina EP Pangkalan Susu
memiliki oil catcher pada setiap bak yang gunanya untuk menghisap crude oil
(minyak mentah) yang terbuang pada saat pengolahan minyak.
Proses pengolahan limbah cair pada PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu
dilakukan dengan cara pengolahan pendahuluan (Pre Treatment). Tahap pengolahan
pendahuluan ini dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
3. Pengambilan/ penyedotan minyak, dan menyaring kotoran atau sampah padat
seperti daun-daunan, plastic dan lain sebagainya.
4. Pengambilan pasir-pasir yang mengendap yang didapat dari proses pengolahan
minyak bumi yaitu lumpur/ sludge.

Universitas Sumatera utara

Proses pengambilan/ pengerukan pasir atau lumpur dilakukan setiap 3 bulan


sekali dan pasir atau lumpur yang telah dikeruk akan dibuang ke tempat khusus yang
ada di sekitar lokasi pengolahan limbah.
Menurut data dari laboratorium PT. Pertamina EP Pangkalan Susu secara
keseluruhan dari semua parameter kadarnya dibawah kadar maksimal yang
diperbolehkan sesuai dengan KepMen no.04/ MENLH/ 2007 tentang Baku Mutu
Limbah Cair Bagi kegiatan usaha/ atau kegiatan Eksplorasi dan Produksi Migas.
5.2. Pengolahan Limbah Padat PT. Pertamina Pangkalan Susu
Berdasarkan data yang diperoleh dari PT. Pertamina EP Pangkalan Susu pada
tahun 2007 jenis limbah B3 yang bersumber dari luar proses produksi yang paling
banyak digunakan adalah pelumas bekas dan jenis limbah yang paling sedikit
digunakan adalah aki bekas, chemical bor.
Untuk pengelolaan limbah padat bahan berbahaya beracun (B3) PT.
Pertamina EP Pangkalan Susu akan melakukan kerja sama dengan pihak ketiga.
Limbah padat tersebut hanya sementara digunakan di gudang PT. Pertamina EP
Pangkalan Susu.
PT. Pertamina EP Pangkalan Susu juga mengidentifikasi limbah padat yang
dihasilkan dimana limbah non B3 dibuang ke dump site dan dimanfaatkan pihak lain
sedangkan

yang termasuk kategori B3 disalurkan pada pihak ketiga. Dengan

melakukan identifikasi pada limbah tersebut telah memudahkan pihak penghasil,


pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah atau penimbun dalam mengenali
limbah B3 tersebut sedini mungkin (PPRI No. 18/1999).

Universitas Sumatera utara

Limbah padat tanpa pengolahan dapat dibuang ke tempat pembuang akhir


karena limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia beracun dan berbahaya,
berbeda dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya atau
beracun harus diolah sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir (Kristanto,
2002).
Pada tahun 2007 rata-rata setiap bulan limbah padat yang paling banyak
dihasilkan adalah jenis limbah yang bersumber dari proses produksi yaitu sludge
minyak/ contaminated soil sebanyak 1423 ton dan yang paling sedikit adalah reagent
sebanyak 5 ton.
PT. Pertamina EP Pangkalan Susu akan melakukan kerjasama dengan pihak
ketiga dalam pemanfaatan oil sludge karena dari hasil analisa oil sludge masih bagus
untuk dimanfaatkan. Oil sludge disimpan dilokasi penyimpanan sludge TPS (Tempat
Penyimpanan Sludge) B. Kunci, seluas 2450 m. Kemudian diolah dengan
menggunakan incinerator dan bottom ash incinerator disimpan di gudang limbah B3.
PT. Pertamina EP Pangkalan Susu juga akan melakukan kerjasama dengan
pihak ketiga untuk pemanfaatan. Sedang kajian oleh LP-USU untuk bahan baku
keramik.
Secara keseluruhan unit pengelolaan limbah padat di PT. Pertamina EP
Pangkalan Susu mulai dari sampah domestik, limbah bahan berbahaya dan beracun
serta limbah padat sludge dan bottom ash telah memenuhi syarat kesehatan
lingkungan karena telah ditangani dengan baik.
5.3. Pengolahan Limbah Gas PT. Pertamina EP Pangkalan Susu

Universitas Sumatera utara

Berdasarkan data laboratorium terlihat bahwa seluruh parameter untuk


kualitas udara masih sesuai dengan baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah.
No. 41 Tahun 1999.
Pada prinsipnya PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu melakukan upaya
pengelolaan lingkungan untuk mengurangi dampak kualitas udara yang berupa gas
diantaranya : melewatkan gas H 2 S kedalam larutan berisi NaOH atau Ca(OH) 2
sehingga gas yang keluar merupakan sisa yang tidak tertangkap oleh larutan NaOH
atau Ca(OH) 2, melakukan pendinginan dan penangkapan gas yang keluar telah sesuai
dengan udara luar dan penanaman pelindung di sekeliling lokasi stasiun pengumpul/
stasiun kompresor (SP/SK).
Untuk emisi gas pabrik, setiap industri wajib membuat cerobong emisi dan
alat ukur pemantau dan melakukan pencatatan harian hasil emisi (Bapedalsu, 2004).
Pengolahan limbah gas PT. Pertamina EP Field Pangkalan Susu telah berjalan dengan
sarana yang baik pula.

Universitas Sumatera utara

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Proses pengolahan limbah cair minyak bumi hanya melalui proses pengolahan
primer dengan menggunakan oil catcher yang pada prinsipnya berdasarkan pada
perbedaan berat jenis antara minyak dengan air, dimana berat jenis minyak lebih
kecil dari pada berat jenis air.
2. Proses pengolahan limbah padat di PT. Pertamina EP Pangkalan Susu untuk
limbah padat yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun (B3)
dikumpulkan sementara di gudang dan diambil oleh pihak ketiga, untuk limbah
padat bottom ash incinerator akan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga
untuk pemanfaatan. Sedang kajian LP-USU untuk bahan baku keramik.
3. Hasil pemantauan kualitas udara, untuk seluruh parameter telah sesuai dengan
baku mutu. Hasil pemantauan terjadi penurunan berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Ambient.
6.2. Saran
1. Melakukan perawatan jalur pipa secara rutin agar tidak menimbulkan masalah
terhadap masyarakat sekitar maupun daerah flare yang tidak berfungsi lagi.
2. Perlu dilakukan peningkatan penghijauan secara menyeluruh pada setiap lokasi
SP/ SK.

Universitas Sumatera utara

Anda mungkin juga menyukai