Anda di halaman 1dari 18

KETUBAN PECAH PREMATUR (KPP)

I.

LANDASAN TEORI
a. PENGERTIAN
Ketuban pecah prematur adalah ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda in
partu dan selanjutnya. Setelah ditunggu selama satu jam belum juga mulai
tanda-tanda inpartu (Ida Bagus Manuaba 1993).
Ketuban pecah prematur adalah pecahnya selaput ketuban secara spontan
yang terjadi sebelum satu jam sebelum proses dan tidak memandang usia
kehamilan. (Midwivery Volume 2 puline Nac Call Silers).
b. ETIOLOGI
1. Tidak diketahui secara pasti.
2. Servik in kompeten.
3. Ketegangan rahim berlebihan :
-

Kelainam ganda.

Hidramnion.

4. Kelainan letak jam dalam rahim.


a. Letak sunsang.
b. Letak tilang.
5. Kemungkinan kesempitan panggul.
a. Perut gantung.
b. Bagian terendah belum masuk PAP.
c. Cephalo pervis disproporsi.
6. Kelainan kawaan dari selaput ketuban.
7. Infeksi yang membabkan terjadinya proses biomekanik pada selaput
ketuban dalam bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban
pecah.
c. PATOFISIOLOGI

Selaput ketuban tidak kuat sebagai akibat kurangnya jaringan ikal dan
vaskularisasi. Bila terjadi pembukaan serviks maka selaput ketuban sangat
lemah dan mudah pecah dan mengeluaran air ketuban.
Dasar-dasar diagnosa KPP :
Terjadi pengeluaran cairan mendadak disertai bau yang khas dilakukan
pemeriksaan terferning dan nitrosin test.
Utuk menegakkan diagnsoa KPP dilakukan :
a. Pemeriksaan spesulum untuk mengambil sampel cairan ketuban.
b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati.
d. Penatalaksanaan
KETUBAN PECAH PREMATUR
Masuk rumah sakit
Antibiotik, batasi pemeriksaan dalam, pemeriksaan air ketuban
kultur dan bakteri, observasi tanda infeksi dan distres janin.
Bidan merujuk ke RS / Puskesmas

Hamil Prematur observasi


suhu rectal distres janin
konti kosteroid

Gagal
Reaksi uterus tidak ada
Kelainan letak kepala
Fase laten dan aktik
menunjang
Distres janin
Ruptur uteri imminent
Ternuyata CPD

Kehamilan aterm

Kehamilan obstetris
Distres janin
Letak sunsang
Letak lintang
CPD
Bed obstetric lyst
Grande multipara
Elderly prinigravida
Infertilitas
Persalinan obstruktif

Sectio Cesarea

Letak kepala
Indikasi induksi
Infeksi
Waktu

Basil persalinan pervagina

ASUHAN KEPERAWATAN
e.

Pengkajian
1. Biodata : Nama, Umur, Alamat, Pekerjaan.
2. Keluhan Utama :
Keluarnya cairan yang mendadak disertai bau yang khas banyak atau
sedikit (merembes), warna (jernih, keruh, cairan yang bercampur
darah).
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Mulainya timbul keluhan (tanggal, jam), upaya yang dilakukan (pergi
ke bidan, R.S, dokter), hasil upaya (pengobatan yang dilakukan).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Pernah terjadi sebelumnya apa tidak.
5. Riwayat Keluarga
Keturunan kembar dalam keluarga. Penyakit keturunan dan menular.
6. Riwayat Menstruasi
HPHT, HPL, Manarche, Siklus, Lamanya, Disminorhea.
7. Riwayat Obstetrik
Riwayat kehamilan sekarang : Terdapat kelainan letak (letak lintang,
letak sungsang, letak normal / kepala).
8. Riwayat Ginekologi
Terdapat infeksi pada daerah genetalia. Infeksi pada daerah serviks.
9. Riwayat Anak : Jumlah anak, jenis persalinan (spontan, operasi, s.c,
vacum, forsep)
10. Riwayat Patososial
-

Ibu merasa cemas dengan keadaan ini (karena pengeluaran cairan


yang banyak).

Kehamilan ini diharapkan oleh suami / keluarga.

11. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum : baik / tidak.
TB : < 145 cm.
TTV : Dalam batas normal, kecuali diikuti tanda-tanda infeksi.

Perut : terdapat linea nigra, linea alba, pembesaran perut bisa lebih
besar dari usia kehamilan gemeli, hidramnion.
Genetalia externa : kurangnya cairan yang banyak, merembes, sedikit
dengan bau yang khas, warna (darah, jernih,
keruh)
12. Pemeriksaan Khusus
a. Palpasi
*

Leopold I : Tinggi fundos uferi bisa lebih tinggi dari usia


kehamilan (Hidramnion, gemeli) / lebih rendah
letak lintang.

Leopold II : Teraba 3 bagian besar dengan gemeli teraba


kepala / bokong pada kanan / kiri uterus letak
lintang.

Leopold III : Teraba 2 balotement gemeli. Tidak teraba


bagian-bagian janin (kosong) letak lintang.
Teraba bokong letak sungsang.

Leopold IV : Bagian terendah jenis sudah masuk / belum.

b. Abdomen, tidak ada his yang adekuat.


c. Auskultasi
Djj untuk mengetahui kesejahteraan janin.
d. Periksa dalam : terdapat pembukaan

pada serviks inkompeten

ketuban bisa positif merembes / negatif. Effesement masih kaku


karena tidak ada tanda-tanda persalinan. Bagian terendah janin.
e. Pemeriksaan panggul : UPL

terdapat CPD / tidak

13. Pemeriksaan Penunjang


Test lakmus / nitrazine test : Merah menjadi biru.
Pemeriksaan speculum : Untuk mengambil sampel cairn, untuk
kultur dan pemeriksaan bacteriolosis.
Laboratorium : Leukosit darah meningkat > 15.000 ml 3 bila terjadi
infeksi melalui pelvik scor.
USG : untuk mengaktifkan usia kehamilan dan letak janin.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan keluarnya air ketuban


yang keluar terus menerus.

2.

Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang


terus menerus dan banyak.

3.

Resiko terjadinya infective berhubungan dengan ketuban pecah.

4.

Resiko terjadinya tali pusat membungbung.

C. PERENCANAAN
Dx 1 : Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus
menerus dan banyak.
Tujuan : Memberi rasa nyaman sampai dengan partus.
Kriteria hasil : - Pakaian dalam keadaan keling.
- Keluhan px berkurang
Rencana Tindakan :
1.

Beri penyuluhan tentang :


-

Akibat ketuban pecah dini.

Perlunya menjaga kebersihan diri.

2.

Ganti pakaian px bila basah.

3.

Jaga kebersihan diri dan lingkungan.

4.

Observasi keluhan px.

5.

Observasi pengeluaran pervaginam.

Rasional
1.

Px lebih mengerti tentang keadaanya saat ini.

2.

Untuk memberikan rasa nyaman px.

3.

Agar tidak terjadi infeksi.

4.

Untuk mengetahui keadaan px.

5.

Agar bisa.

Dx 2 : Cemas berhubungan dengan pengeluaran cairan ketuban yang terus


menerus dan banyak.

Tujuan : Untuk mengurangi kecemasan pada px


Kriteria hasil : - Kecemasan px berkurang / tidak cemas.
- Px mengerti dengan keadaannya saat ini.
Rencana Tindakan :
1.

Berikan penjelasan / H. E tentang :

2.

Berikan dukungan profesional sesuai indikasi.

3.

Anjurkan untuk selalu mendekatkan diri kepada Allah.

Rasional
1.

Akibat ketuban pecah dini.

2.

Dapat menurunkan stress / cemas.

3.

Dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT, pasien lebih


percaya kepada kebesarannya.

Dx 3 : Resiko terjadinya infective berhubungan dengan ketuban pecah.


Tujuan : Tidak terjadi infestive (24 jam)
Kriteria hasil : - TTV dalam batas normal (T, S, N, RR).
- Tidak ada keluhan tanda-tanda infektive.
Rencana Tindakan :
1. Beri penyuluhan / H.E tentang :
2. Jaga kebersihan px dan lingkungan.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotika.
4. Obs. Suhu restal per 4 jam.
5. Obs. Keluhan px
Dx 3: Resiko terjadinya tali pusat membungbung.
Tujuan : Tidak terjadi tali pusat membungbung sampai dengan partus.
Kriteria hasil : - Tali pusat tidak keluar.
- Tidak terjadi gawat janin.
Rencana Tindakan :
1. Beri penjelasan / H.E tentang :
2. Anjurkan px untuk tirah baring (bedrest).
3. Bantu keperluan px.

4. Obs. Pengeluaran pervagiman.


5. Obs. DDJ
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini pengolahan dan perwujudan rencana keperawatan yang
telah disusun pada tahap perawatan yang telah ditentukan dengan tujuan
untuk memenuhi secara optimal.
E. EVALUASI
Evaluasi adalah langkah terakhir dalam proses keperawatan.
Evaluasi adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus melibatkan
klien, perawat dan anggota kesehatan lain. Tujuan evaluasi yaitu untuk
menilai apakah tujuan dalam rencana tindakan keperawatan tercapai atau
tidak, atau timbil masalah baru serta untuk melaksanakan pengkajian
ulang.

BAB I
II.
1.1

TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian
Ketuban pecah dini :
Adalah pecahnua selaput ketuban secara sepontan pada saat belum inpartu
atau selaput ketuban pecah satu jam kemudian tidak diikuti tanda-tanda
persalinan (tanpa melihat umur persalinan ),(standart pe;ayanan medik
MSF obstetri dan genekologi ).
Adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu bila pembukaan
pembukaan primi kurang dari 3 Cm dan multipara kurang dari 5 Cm,
(Muchtar rustam, 1998 hal 255)

1.2

Etiologi
Penyabab dari ketuban pecah dini masih belum jelas maka usaha prefentif
tidak bisa dilakukan kecuali dalam usaha menekan adanya nifas. Tetapi
beberapa bukti menunjukkan bahwa bakteri atau sekresi maternal yang

menyebabkan iritasi dapat menghancurkan selaput ketuban, kadangkadang juga akibat induksi persalinan yang kurang tepat. (Incompetensi
cervix , (Mary Hemilton).
1.3

Patofisiologi
Tailor dan kawan-kawan menyelidiki hal ini ternyata ada hubunganya
dengan hal-hal sebagai berikut :
a. Adanya hipermotilitas rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban
pecah, penyakit seperti pielonefritis, sarilisis dan vaginitis terdapat
bersama-sama dengan hipermotilisat rahim ini.
b. Selaput ketuban terlalu tipis ( kelainan ketuban ).
c.

faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi yaitu

multipara,

malporasi, disproporsi, cervix incompeten dan lain-lain.


d. Infeksi (amnionitis atau karioamnionitis )
e. Ketuban pecah dini antifisial (amniotomi) dimana ketuban pecahnya
terlalu dini.
Faktor-faktor yang memudahkan pecahnya selaput ketuban terlalu dini :
a. Karioamnionitis menyebabkan selaput ketuban menjadi rapuh
b. Incompetensi servix : kanalis servikalis yang selalu terbuka karena
kelainan servix uteri ( faktor kogenital, faktor aknisita, faktor
pesikologik).
c. Kelaianan letak : tidak ada bagiaan terendah janain yang menutupi
PAP, yang dapat mengurangi tekanan selaput bagian bawah .
d. Trauma: menyebabkan tekanan intraliterine mendadak meningkat.
1.4

Diagnosis
Daiagnisis arus didasarkana pada :
a. Anamnesa
-

Kapan keluarnya cairan

Warna dan bau

Adakah partikel-partikel didalam cairan

b. Inspeksi
- Keluar cairan pervaginan
c. Inspekulo

Bila fundus atau bagian terendam digoyahkan keluar dari OUE


terkumpul di forniks posterior
d. Periksa dalam
-

Adanya cairan dalam vaginan

Selaput ketuban tidak ada

e. Pemeriksaan laboratorium
-

Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi basa lakmus


berubah jadi biru yang berarti air ketuban

Dengan kertas lakmus menunjukkan reaksi asam kertas lakmus


berubah jadi merah bararti air krncing

Sebagai dasar interpretasi :


- Selaput ketuban mungkin utuh :
Kuning

: PH 5,0

Kuning pudar

: PH 5,5

Hijau pudar

: PH 6,0

- Selaput ketuban pecah ;


Hijau buru

1.5

: PH 6,5

Biru kelabu

: PH 7,0

Biru pekat

: PH 7,5

Prognosis
Ditentukan oleh penatalaksanaan dan komplikasi komlikasi yang
mungkin timbul serta umur dariu kehamilan KPD ( Ketuban pecah Dini )
itu senduri mempunyai pengaruh terhadap janin dan ibu baik pada masa
kehamilan maupun masa persalinan.
a. Pengaruh terhadap janian
Walaopun ibu belum menunjukkan gejala-gejala infeksi kejanin
mungkin sudah terkenan intra uteri dulu terjadi sebelum gejala dari ibu
dirasakan jadi akan memungkinkan mortalitas dan morbiditas prenatal,
tali pusdat mencembung, Amniotil Syndrome yaitu kelainan bawaan
akiabat ketuban pecah sejak hamil mudah.
b. Pengaruh terhadap ibu

Karena jalan lahir telah terbuka antara lain akan dijumpai


-

infeksi introportal apalagi bila terlalu sering diperiksa dalam

peritonitis dan septinemia

Dry labor

Infeksi picerperium atau nifas

Ibu akan lebih capek karena akan tidur terus maka


kemungkinan akan terjadi partus lama, suhu badan naik, nadi
cepat danb nampaklan tanda-tanda infeksi

1.6

Penatalaksanaan persalinan
a. Bila anak belum viable ( < dari 36 minggu ).
Penderita dianjurkan untuk istirahat ditempat tidur dan berikan obatobatan antibiotik, profilaksis , sposmolitika, dan rabaransia denghan
tujuan untuk mengundur waktu anak SP valuable
1. Perkiraan BB janin > 1500 gr
-

Berikan antibiotik 1 gr / 6 jam IV, dan diter terlebih dahulu,


setelah dua hari dilanjutkan amoksilin 3x500 mmg/br peros
setelah 3 hari

Berikan kortikosteroid untuk merangsang maturasi yaitu injeksi


deksametason 10 mg IV, 2x selam 24 jam atau injeksi
betametason 12 mg IV 2x selam 24 jam bila belum inpartu
segera terminasi

2. Perkiraan BB janin < 1500 gr


-

berikan injeksi antibiotik ampisilin 1 gr/6 jam IV dites dahulu


selama 2 hari dilanjutkan amoxcicilin 3x500 mg/hr per OS
selam 3 hari

Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila suhu rektal 37,6 C , segera
terminasi

Bila 2x24 jam, air ketuban tidak keluar , lakukanj USG,


-

Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan


( konservatif)

Bila jumlah aior ketuban sedikit, segera terminasi

Bila 2x24 jam, air ketuban masih tetap keluar segera


terminasi

Bila konservatif, sebelum penderita pulang diberi nasehat:


-

Seger akembali kerumah sakit bila ada tanda-tanda


demam atau keluar air ketuban lagi

Tidak boleh koitus

Tidaik boleh mempalasi vaginal

b. Bila anak sudah valiable ( . 36 minggu )


Lakukan induksi persalianan / partus 6-12 jam setelah logphose dan
berikan antibiotik

profilaksis pada kasusu-kasus tertentu dimana

induksi partus dengan PGE 2 dengan atau drip sintosinon bila gagal
lakukan tindakan operatif.

Bila kasus KPD menyelesaikan persalianan bisa dengan :


1. Partus sepontan
2. Ekstraksi vakum
3. Ekstraksi forsep
4. Embriotomi bila anak sudah meninggal
5. Operasi bila ada indikasi obstetrik
1.7

Komplikasi
a. pada anak
I UFD, asfiksia prematuritas
b. pada Ibu
partus lama, infeksi, atonia uteri , HPP atau infeksi nifas

1.8

KPD yang dilakukan induksi


-

bila 12 jam belum ada tanda tanda awal persalinan atau belum
keluar dari fase laten, induksi dinyatakan gagal dan persalinan
diselesaikan dengan SC

bila

dengan

botol

U/500

cc

D5

), dengan tetesan maksimum, belum inpartu atau keluar dari

fase laten induksi persalianan dinyatakan gagal persalinan


diselesaikan dengan SC.
1.9

KPD yang sudah inpartu


-

Evaluasi setelah 12 jam his keluar dari fase laten, bila belum
keluar dari fase laten dilakukan akselerasi persalinan dengan
drip oksitosin atau terminasi dengan SC bila ada indikasi untuk
drip oksitisin

Bila fase laten di dapat tanda-tanda suhu rektal . 37,6 maka


dilakukan akselerasi persalinan dengan drip oksitosin atau
terminasi dengan SC bila ada tanda kontra indikasi drip
oksitosin

1.10

Induksi persalianan
-

penilain servix
1. jika skor > 6, biasanya induksi cukup dilakuakan
dengan oksitosin
2. jika skor < 5, matangkan servix lebih dulu dengan
prostagladin
Penilain servix untuk induksi persalinan
( skor Bishop ) :

Faktor
-

Bukan

Skor
0
Tertutup

Panjang seservix

>4

3-4

1-2

<1

Konsistensi

kenyal

rata-rata

lunak

Posisi

posterior

tengah

anterior

Turunya kepala (dari spina

-3

-2

-1

+1+2

4/5

3/5

2/5

1/5

isiadik )
-

1
1-2

2
3-4

3
>5

Turunya kepala (denag


pulsasi abnormal menurut sistem
perlimaan)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

1.

PENGKAJIAN
Dokumentasi pengkajian merupakan catatan hasil pengkajian yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan informasi dari pasien, membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respon kesehatan klien
( A.Aziz Alimul h, 2000 )
a.

Identitas atau biodata klien


Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit
nomor register , dan diagnosa keperawatan.

b.

Keluhan utam

c.

Riwayat kesehatan
-

riwayat kesehatan dahulu


penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.

Riwayat kesehatan sekarang


Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban
yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti
tanda-tanda persalinan.

Riwayat kesehatan keluarga


Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung,
DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien ( Depkes RI,
1993:66)

Riwayat psikososial
Riwayat klien nifas biasanya cemas bagaimana cara merawat
bayinya, berat badan yang semakin meningkat dan membuat
harga diri rendah.

d.

Pola-pola fungsi kesehatan


-

pola persepsi dan tata leksana hidup sehat


karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah
dini, dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta

kurangnya mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan


masalah dalam perawatan dirinya
-

Pola Nutrisi dan Metabolisme


Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan
karena dari keinginan untuk menyusui bayinya.

Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan
tenaga banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan
keterbatasan aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.

Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari
uretra sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut
untuk melakukan BAB.

Pla istirahat dan tidur


Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan

Pola hubungan dan peran


Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan
keluarga dan orang lain.

Pola penagulangan sters


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas

Pola sensori dan kognitif


Pola sensori klien merasakan nyeri pada prineum akibat luka
janhitan dan nyeri perut akibat involusi uteri, pada pola kognitif
klien nifas primipara terjadi kurangnya pengetahuan merawat
bayinya

Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya,


lebih-lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien
terjadi perubahan konsep diri antara lain dan body image dan
ideal diri
-

Pola reproduksi dan sosial


Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan
seksual atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena
adanya proses persalinan dan nifas ( Sharon J. Reeder,
1997:285)

Pola tata nilai dan kepercayaan


Biasanya pada saat menjelang persalinan dan sesudah
persalinan klien akan terganggu dalam hal ibadahnya karena
harus bedres total setelah

partus sehingga aktifitas klien

dibantu oleh keluarganya.


e.

Pemeriksaan fisik
-

kepala
bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan

Leher
Kadang-kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah

Mata
Terkadang

adanya

pembengkakan

paka

kelopak

mata,

konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat


(anemia) karena proses persalinan yang mengalami perdarahan,
sklera kunuing
-

Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.

Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada pos partum kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung

Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper
pigmentasi areola mamae dan papila mamae

Pada klien nifas abdomen kendor kadang-kadang striae masih


terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.

Genitaliua
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak
anak.( cristina ibrahim, 1993: 50)

Anus
Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
ruptur

Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.

Muskulis skeletal
Pada klien post partum biasanya terjadi keterbatasan gerak
karena adanya luka episiotomi

Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah
turun, nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang jelas tentang masalah
kesehatan klien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan yang
ditetapkan berdasarkan analisa dan intervensi

3.

RENCANA KEPERAWATAN

Perencanaan

merupakan

tahap

kedua

dalam

menyusun

masalah

keperawatan yang dilaksanakan setelah pengumpulan data, menganalisa


dan menetapkan diagnosa keperawatan dan menentukan pendekatan apa
yang digunakan untuk memecahkan masalah penderita atau mengurangiu
masalah
4.

PELAKSANAAN
Pada tahap ini dilakukan pelaksanaan dari perencanaan keperawatan yang
telah dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal.pelaksanaan adalah mengelola dan mewujudkan dari rencana
keperawatan meliputi tindakan yang direncanakan oleh perawat,
melaksanakan anjuran dokter dan ketentuan rumah sakit.

5.

EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan
nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan
merupakan perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil.
( A.Aziz alimul H, 2001)

DAFTAR PUSTAKA
Arief Mansjoer dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I, 2001 Media Aesculapius
FKUI, Jakarta.
Lismidar, Proses Keperawatan, 1990, Universitas Indonesia, Jakarta.
Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, 1998. Buku Kedokteran. EGC, Jakarta.
Winkjo Satro, Hanafiah, Ilmu Kebidanan, 1992, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai