Anda di halaman 1dari 30

Laporan Kasus

LARYNGOPHARYNGEAL REFLUX + FARINGITIS


KRONIK
Oleh
Ayu Ika Gustati N. (70 2010 019)

Pembimbing:
dr.MeilinaWardhani,Sp.THT

DEPARTEMENILMUPENYAKITTHTKL
RUMAHSAKITUMUMDAERAHPALEMBANGBARI

BAB I
PENDAHULUAN

Sejak akhir tahun 1960, refluks gastroesofageal telah


dihubungkan dengan patogenesis dari beberapa penyakit
ekstraesofageal

Berbagai gejala, kelainan fungsional dan struktural yang


melibatkan laring, dan struktur yang berdekatan lainnya pada
proksimal esofagus merupakan spektrum gangguan ini

Istilah seperti laryngopharyngeal reflux (LPR), supraesofageal


GERD, atipikal GERD, dan komplikasi ekstraesofageal GERD
digunakan untuk menggambarkan kelompok tanda dan gejala
ini.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ANATOMI

ANATOMI

LARYNGOPHARYNGEAL REFLUX
(LPR)

adalah suatu kondisi dimana terjadi gerakan retrograde dari isi


lambung ke dalam saluran aerodigestif atas (kerongkongan,
faring, laring, rongga mulut dan nasofaring).

Etiologi sebagian besar masih belum diketahui- disfungsi


Upper Esophageal Sphincter (UES) sebagai faktor yang
memungkinkan.

Gejala klinis :
Sering berdeham untuk membersihkan tenggorokan
Batuk-batuk lama
Suara serak
Perasaan seperti gumpalan di leher yang tidak hilang saat
menelan
Post nasal drip atau produksi mucus yang berlebihan
Sulit menelan
Sulit bernapas
Nyeri tenggorok

Patofisiologi
Terdapat 2 hipotesis tentang bagaimana asam
lambung menimbulkan respon patologis pada
ekstraesofageal.
1. Kerusakan struktur laring dan jaringan sekitarnya
akibat kontak langsung dengan asam.
2. Asam lambung pada esophagus distal menstimulasi
refleks vagal yang menyebabkan bronkokonstriksi
dan batuk-batuk kronismenyebabkan lesi pada
mukosa.
Kedua mekanisme ini bisa juga terjadi secara
bersama
#

DIAGNOSIS
Diagnosis LPR dapat ditegakkan melalui :
1.ANAMNESISScoring Reflux Symptoms Index (RIS), dengan
Skor total maksimal 45, dan skor diatas 13 menegakkan diagnosis
LPR secara pasti.

2. PEMERIKSAAN FISIKReflux Finding Score (RFS), untuk


menilai keparahan klinis berdasarkan temuan laryngoskopi.
Skor berkisar dari 0 (normal) sampai 26 (paling parah), dengan
skor 11 atau di atas dianggap menjadi indikasi LPR.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-Barium
esophagografiberguna
untuk
melihat
kelainan struktural yang mungkin mendukung
diagnosis kea rah GERD
-Laringoskopiprosedur yang biasa dilakukan untuk
mendiagnosis LPR dalam mendeteksi kerusakan
jaringan laring.
-Endoskopidapat
membantu
klinisi
untuk
menerangkan penyakitnya pada pasien.
-Monitoring pH faringoesofageal
#

PENATALAKSANAAN
1. Edukasi dan perubahan perilaku
2. Medikamentosagolongan penghambat pompa poton, agonis
reseptor H2, agen prokinetik, dan krioprotektan mukosa.
3. OperasiFundoplikasi baik yang komplit (Nissen atau Rossetti)
maupun parsial (Taupet atau Bore) adalah prosedur yang
paling sering dilakukan. Tujuan dari operasi ini adalah untuk
mengembalikan fungsi LES yang nantinya akan menurunkan
episode terjadinya refluks.

KOMPLIKASI

Odinofagia
Batuk-batuk kronis
Sinusitis
Infeksi telinga
Pembengkakan pita suara
Pembentukan granuloma (massa) di tenggorokan
Kanker pada daerah laring.

FARINGITIS
adalah inflamsi yang terjadi pada faring yang disebabkan oleh berbagai
jenis mikroorganisme. Faringitis dapat merupakan gejala infeksi umum
dari saluran nafas bagian atas atau merupakan suatu infeksi lokal
yang spesifik di faring. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain
orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid

Etiologi : infeksi dan non infeksi

KLASIFIKASI
I. Faringitis Akut
a. Faringitis Viral
b. Faringitis Bakterial
c. Faringitis Fungal

II. Faringitis Kronik


a. Faringitis Kronik Hiperplastik
b. Faringitis Kronik Atrofi
Gejala Klinis
Gatal dan kering pada tenggorokkan
Suhu tubuh naik sampai mencapai 400 C
Rasa lesu dan nyeri disendi
Tidak nafsu makan (anoreksia)

Rasa nyeri ditelinga (otalgia)


Bila laring terkena suara menjadi parau atau serak
Pada pemeriksaan tampak faring hiperemis,dan menjadi kering,
gambaran seperti kaca dan dilapisi oleh sekresi mukus.
Jaringan limpoid biasanya tampak merah dan membengkak

Diagnosis

Anamnesa yang cermat


Pada faringitis dapat dijumpai faring yang hiperemis, eksudat,
tonsil yang membesar dan hiperemis, pembesaran kelenjar
getah bening di leher.

Penatalaksanaan :
Antibiotika golongan penisilin atau sulfonamida selama lima hari
Antipiretik
Obat kumur atau obat hisap dengan desinfektan
Bila alergi dengan penisilin dapat diberikan eritromisin atau
klindamisin
Terapi local kaustik dengan zat kimia (nitras argenti, albothyl)
atau dengan listrik (elektrokauter).

BAB III
LAPORAN KASUS

Identitas
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Alamat
Agama
Tanggal Pemeriksaan
Tempat Pemeriksaan

: Ny. J
: 38 tahun
: Perempuan
: Ibu Rumah Tangga
: Dusun II Sukajati RT.03
: Islam
: 21 April 2016
: Poli THT RSUD Palembang BARI

Subjektif
A. Anamnesis
Dilakukan secara auto-anamnesa pada tanggal 21 April 2016
Keluhan Utama:
Rasa mengganjal di tenggorokan
Keluhan Tambahan :
Nyeri bila menelan

Riwayat Penyakit Sekarang:


Sejak 6 bulan yang lalu os mengeluh ada rasa mengganjal di
tenggorokan. Rasa mengganjal seperti ada gumpalan di leher yang tidak hilang
saat menelan. Os mengaku sering berdeham untuk membersihkan teggorokan
tetapi rasa mengganjal tetap ada dan terasa seperti lengket di tenggorokan. Os
juga mengeluh nyeri bila menelan makanan yang kasar/keras. Os mengaku
batuk sesekali dan keluar lendir berwarna putih. Os mengaku sering terasa nyeri
di ulu hati (epigastrium). Os mengaku sudah berobat selama lebih kurang 2
bulan terakhir tapi keluhan belum berkurang. Kemudian os berobat ke poli THT
RSUD Palembang BARI.

Riwayat Penyakit Dahulu


Os tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Os mengaku ada riwayat
penyakit maag.

c. Riwayat Penyakit Keluarga:


Os mengaku tidak ada keluarga yang pernah sakit seperti ini.
Riwayat alergi dan asma pada keluarga disangkal penderita

Riwayat Alergi
Riwayat alergi ada yaitu gatal dan timbul bentol-bentol pada tubuh
bila cuaca dingin. Riwayat asma juga disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Vital Sign
:
Suhu
: 36,7C
Nafas
: 21 x/ menit
Nadi
: 84 x/ menit
#

Status Lokalis
II. Faring
-

Pallatum molle (hiperemis/edema/asimetris/ulkus)

Uvula (edema/asimetris/bifida/elongating)

Pilar anterior ( hiperemis/edema/perlengketan)

Kanan

Kiri

TAK

TAK

Simetris

Simetris

T.A.K

T.A.K

T.A.K

T.A.K

Hiperemis

Hiperemis

Granuler

Granuler

T.A.K

T.A.K

T1

T1

( pembengkakan/ulkus)
-

Pilar posterior(hiperemis/edema/perlengketan)
(pembengkakan/ulkus)

Dinding belakang faring ( hiperemis/edema)


( granuler/ulkus)
( secret/membrane)

Lateral band ( menebal/tidak)

Tonsil palatina ( derajat pembesaran)


( permukaan rata/tidak)
( konsistensi kenyal/tidak)
( lekat/tidak)
( kripta lebar/tidak)
( detritus/membrane)
( hiperemis/edema)
( ulkus/tumor)

Pemeriksaan Penunjang
Laringoskopi
Endoskopi

Diagnosis Banding
Larygopharyngeal reflux
GERD
Faringitis kronik

Diagnosis kerja
Larygopharyngeal reflux + faringitis kronik

Pengobatan

Diet : menghindari merokok, makanan pedas atau minum bersoda


Medikamentosa
Untuk LPR : Omeprazole caps 2x20mg dan Sucralfat syr 3x1C.
Untuk Faringitis Kronik : Terapi lokal dapat dilakukan kaustik dengan zat
kimia (nitras argenti, albothyl) atau dengan listrik (elektrokauter).

Prognosis
Quo ad vitam: dubia ad Bonam
Quo ad functionam: Dubia ad bonam

BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan laporan kasus yang telah dilaporkan seorang pasien
perempuan, usia 38 tahun datang ke poli THT RSUD BARI dengan
keluhan ada rasa mengganjal di tenggorokan sejak 6 bulan yang lalu.
Rasa mengganjal seperti ada gumpalan di leher yang tidak hilang saat
menelan. Os mengaku sering berdeham untuk membersihkan
teggorokan tetapi rasa mengganjal tetap ada dan terasa seperti lengket
di tenggorokan. Os juga mengeluh nyeri bila menelan makanan yang
kasar/keras. Os mengaku batuk sesekali dan keluar lendir berwarna
putih. Os mengaku sering terasa nyeri di ulu hati (epigastrium). Os
mengaku sudah berobat selama lebih kurang 2 bulan terakhir tapi
keluhan belum berkurang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik laringoskopi indirect


didapatkan dinding belakang faring tampak hiperemis dan
mukosa tidak rata atau bergranuler.
Berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, maka
pasien didiagnosis menderita Laryngopharyngeal Reflux dan
Faringitis Kronik.

Pengobatan medikamentosa untuk LPR yaitu golongan


penghambat pompa poton, agonis reseptor H2, agen prokinetik, dan
krioprotektan mukosa. Penghambat pompa proton merupakan pilihan
utama dalam pengobatan medikamentosa LPR. Misalnya Omeprazole
caps 2x20mg dan Sucralfat syr 3x1C. Sedangkan untuk Faringitis
Kronik dapat dilakukan terapi local kaustik dengan zat kimia (nitras
argenti, albothyl) atau dengan listrik (elektrokauter).

Pengobatan non medikamentosa antara lain menghindari


dari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makanan
pedas atau minum bersoda.

Thank you

Anda mungkin juga menyukai