Office Address:
Part V
No. 301-390
Psikoedukasi
Edukasi terhadap keluarga untuk mengerti lebih
jauh mengenai hipokondriasis
Obat obatan
SSRI fluoxetine, fluvoxamine dan paroxetine
TCA klomipramine, imipramine
Kleptomania
Transvetisme
Ekshibisionisme
Erotomania
(Sindrom de
Clerambault)
Gangguan konversi
Kehilangan (sebagian atau seluruh)) dari integrasi normal
(dibawah kendali kesadaran) antara:
Ingatan masa lalu
Kesadaran identitas daan penginderaan segera
Kontrol terhadap gerakan tubuh
Gangguan hipokondrik
Keyakinan menetap adanya sekurang-kurangnya 1 penyakit
serius
Tidak mau menerima nasihat dan penjelasan
Karakteristik
Gangguan somatisasi
Hipokondriasis
Disfungsi otonomik
somatoform
Nyeri somatoform
Gangguan Dismorfik
Tubuh
Asam Valproat
Hepatotoksik, hiperamonemia,
leukopeni, trombositopenia,
pancreatitis
Karbamazepine
Fenitoin
Zonisamide
Description
Illusion
Delusion
Incoherence
Depersonalization
Derealization
307. Depresi
Gejala
Keterangan
GejalaUtama
Afek depresif;
hilang minat dan kegembiraan;
mudah lelah dan menurunnya aktifitas
Gejala Lain
Konsentrasi menurun;
harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
rasa bersalah dan tidak berguna yang tidak beralasan;
merasa masa depan suram & pesimistis;
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri;
tidur terganggu; perubahan nafsu makan (naik atau
turun)
Karakteristik
Fetishism
Frotteurism
Masochism
Sadism
Voyeurism
Necrophilia
Diagnosis
Pedophilia
Eksibisionis
Karakteristik
Ciri
Paranoid
Skizoid
Dissosial
Histrionik
Anankastik
Cemas menghindar
Dependen
311. Hipokondriasis
Preokupasi dan ketakutan menetap memiliki
suatu penyakit yang serius dan progresif .
Ketakutan ini tidak menghilang walau telah
dilakukan pemeriksaan atapun reassurance.
Ketakutan yang muncul akibat misinterpretasi
terhadap gejala dan tanda fisik yang dialami.
Kriteria diagnosis :
Preokupasi terhadap suatu penyakit serius yang berat,
menetap setidaknya 6 bulan
Ketakutakan terhadap preokupasi penyakit ini
Adanya gangguan terhadap kehidupan sosial, kerja
dan aktivitas sehari hari
Snoring
Sleepiness
Significant other report of sleep apnea episode
Nyeri kepala di pagi hari
Mengantuk pada siang hari dan sering merasa lelah
Perubahan mood, GERD
Study Design
Direction of inquiry
Survey / Cross Sectional
Case-control
Historical cohort
TODAY
Cohort
Merupakan
pengembangan dari
analisis psikologi
keluarga
Interaksi antara 3
anggota keluarga yang
menjadikan 1
anggotanya menjadi
korban (Haley 1959)
Detouring
Dua orangtua yang tidak akur bekerjasama untuk
melindungi atau menyerang anak dengan gejala
Parent-child coalition
Salahsatu orangtua dan anak bersekutu melawan
orangtua yang lain
Triangulation
Salahsatu anggota (biasanya anak) menjadi sekutu
terselubung bagi kedua anggota yang lain yang saling
berkonflik
Boundaries
Triangulation Difficulties in many situations stress the usual parentl child interaction.
Substantial evidence indicates that marital discord leads to problems in
children, from depression and withdrawal to conduct disorder and poor
performance at school. This negative effect may be partly mediated through
triangulation of the parentl child relationships, which is a process in which
conflicted parents attempt to win the sympathy and support of their child,
who is recruited by one parent as an ally in the struggle with the partner.
Divorces and remarriages stress the parentchild relationship and may
create painful loyalty conflicts. Stepparents often find it difficult to assume a
parental role and may resent the special relationship that exists between their
new marital partner and the children from that partner's previous marriages.
Descriptive/Causal
315. A
Aim
Diagnostic research
Descriptive
Prognostic research
Descriptive
Etiologic research
Intervention research
Causal
Etiologic research
What study design?
Experimental
Exposure or determinant
assigned by investigator
versus
Observational
Exposure or determinant
not assigned by
investigator
Design of two
observational studies
to show the relation of
cause and effect:
1. Cohort study
2. Case-control study
Penelitian untuk
mengetahui faktor risiko
merupakan jenis etiology
research.
Desain studi untuk
observasional etiology
research dapat
menggunakan cohort atau
case control. Namun
metode terbaik adalah
menggunakan cohort.
Cohort Design
stroke +
Asam urat +
stroke -
Cohort Pt
without
stroke
stroke +
Asam urat Stroke -
time
Year x8
Year xx
Case-control study
Also called patientcontrol study
Definition
Study in which patients
with the diseaseoutcome and a control
group without the
disease-outcome are
selected and in which it
is determined how many
people in both groups
have been exposed to
the determinant
316. C
Advantages
Efficient and relatively
cheap
Appropriate for rare
outcome
Can study several
determinants
Disadvantages
Cause is measured
after effect
Very sensitive to
selection- and infobias
Not appropriate to
study several outcomes
317. A
Cohort study
determinant-outcome relation
Stroke +
Stroke -
Asam Urat +
a/a+b=probability of MI for
hypertension + = Incidence+
Asam Urat -
c/c+d=probability of MI for
hypertension - = Incidence -
40/100
STATUS
Peny Jantung(+)
PENYAKIT
Peny Jantung (-)
318. B
obes (+)
obes (-)
90
60
150
300
Test
Total
Positive
Negative
False
negative (c)
True
negative (d)
c+d
Total
a+c
b+d
a+b+
c+d
Sensitivity
Proportion of people with the
disease who have a positive test
A sensitive test will rarely miss
disease in those who have it
Sn = a / (a +c)
present absent
Positive
a+b
negative c
c+d
b+d
a+b+c+d
a+c
Specificity
Ppv = a / a + b
Sp = d / b+d
Negative predictive value
Probability that a patient with a negative
test (normal) does not have disease
More sensitive tests have higher NPV
NPV = d / c +d
Malaria (+)
Malaria (-)
Total
75
10
85
5
80
85
80
90
170
Sensitivitas = a / a+c
= 75/85
319. E
Spesifisitas = d / b+d
= 80/85
320. C
NPV = d / c +d
= 80/90
321. C
Frequency measures
Two types:
Someone has the
disease already:
prevalence
= measure population
disease status
322. B
Prevalence
Number of cases of disease at a
specific time
Population exposed at that time
(1500+10.000)/400.000
= 2.875%
Proportion of population affected by
the disease at a given point in time
Expressed as a percentage:
(number of diseased)/(population) * 100
Cumulative incidence
Number of NEW cases of disease
during a period
Population exposed during the period
Cumulative incidence
excludes prevalence at
baseline
Example:
Population
350.000
New cases
1.250
Cumulative incidence
3.6/1000 per year
Incidence density
323. C
1. Keluarga Inti (nuclear family) Terdiri dari suami, isteri dan anak
kandung
2. Keluarga Campuran (extended family) Disamping suami, isteri dan
anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara
3. Keluarga Campuran (blended family) Terdiri dari suami, isteri,
anak kandung dan anak tiri.
4. Menurut Hukum Umum (common law family) Terdiri dari pria dan
wanita yang terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak
mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga Orang Tua Tunggal (single parent family)
6. Keluarga Hidup Bersama (commune family)
Terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi
hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.
325. A.
326. A
reflection-on-presentation-2-sampling.html
reflection-on-presentation-2-sampling.html
327. D
reflection-on-presentation-2-sampling.html
328. B
329. B
Interval referral
330. E
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu
dokter tsb tidak ikut menangani
Collateral referral
Cross referral
Split referral
Indikator
Jumlah
12.500
12.345
12.300
12.445
331. A
Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (Spm) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia , Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat , Direktorat Gizi Masyarakat . Jakarta . 2004
322. D
Neonatal Mortality
Refers to a death of a live-born baby within the
first 28 days of life
Neonatal Mortality Rate = number of deaths <28 days of age during time period X 1,000
number of live births during time period
15/290
Pembahasan 333-335
Data
Numerik
Kategori
Nominal
Ordinal
Hanya
Membedakan
Membedakan
Urutan
Besar beda
Gender
Sembuh / tak sembuh
Hidup / mati
Gol. darah (O, A, B, AB)
Status perkawinan
Diskret
kontinu
Didapat dari
perhitungan
Didapat dari
pengukuran
Interval
Ratio
Perbedaan besaran
dan jarak
(Tak ada nilai nol
mutlak
- Suhu badan
- Denyut jantung
-Berat badan
-Tinggi badan
Variable
Independent
Methode
Dependent
Nominal
Nominal
Chi-square; Fischer
Nominal (dichotom)
Numeric
T-test (independent,
paired)
Numeric
Anova
Numeric
Numeric
Regression correlation
Variable
Independent
Nominal (dichotom)
PERSALINAN (YA/TIDAK)
Methode
Dependent
Numeric
BERAT BADAN LAHIR ANAK
T-test (independent,
paired)
333. C
Pada soal data hasil penelitian berbentuk
nominal yaitu obes (ya/tidak) dan AMI
(ya/tidak). Uji statistik untuk data nominal dan
nominal berdasarkan tabel menggunakan CHI
SQUARE
T-test
Teknik analisa statistik yang dipakai untuk melihat ada
tidaknya perbedaan mean dari dua kelompok sampel.
Jika dua kelompok sampelnya berasal dari distribusi sampel
yang berbeda (dari populasi yang berbeda), maka teknik
analisa yang digunakan adalah Independent Samples Test
Jika sampelnya berasal dari distribusi sampel yang sama, maka
teknik analisa yang digunakan adalah Paired Samples Test (t
tes berpasangan)
sampel berpasangan sampel dengan subjek yang sama
namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang
berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah
dilakukan sebuah treatment
334. A
berdasarkan soal,
variabel dependen : mean perubahan kadar
kolesterol (numerik)
Variabel independen : obat x atau tidak (nominal)
Variable
Independent
Nominal (dichotom)
Methode
Dependent
Numeric
T test
335. B
336. A
Future
Cross-sectional
Case Control
Cohort
337. C
Pada soal, jenis penelitian case control
Outcome measure : odd ratio
Sensitivitas pada studi diagnostik
Relative risk cohort
Ratio prevalensi cross sectional
338-340
BENEFICENSCE
Berbuat baik
NONMALEFICENCE
Tdk Membuat Yg Memperburuk
AUTONOMY
Menghormati Hak Pasien
Menentukan Sendiri
JUSTICE
Memperlakukan Orang Lain
Secara Adil
Kaidah Moral
Benefience
Normalefiecence
Autonomy
Justice
341-342. Tanatologi
Ilmu yang mempelajari tentang
Kematian, perubahan-perubahan yang
terjadi setelah mati dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya
Perubahan pada
mata
LANJUT
SANGAT LANJUT
Mummifikasi
Adiposera
PERUBAHAN LANJUT
LEBAM MAYAT / LIVOR
MORTIS
PEMBUSUKAN /
DECOMPOSITIO
341. E
Lebam mayat tidak hilang dengan penekanan
>12 jam
Kaku mayat seluruh tubuh >8 jam
Bercak kehijauan (decompositio) > 18 jam
342. C
Lebam mayat hilang dengan penekanan 30
menit - 12 jam
Kaku mayat di beberapa bagian tubuh2 jam
8 jam
Perkiraan waktu kematian 2 8 jam
3. BUSAH HALUS :
- DEPAN HIDUNG
MULUT
- SALURAN NAFAS
343. E
4. PELEBARAN PEMBULUH
DARAH, BINTIK2
PERDARAHAN/TARDIEU
SPOT/PETECHIAEL
HEMORRHAGE.
5. PERBENDUNGAN /
KONGESTI.
6. OEDEM PULMONER.
7. DARAH LEBIH ENCER 8
GELAP.
PENCEKIKAN
344. E
Hemodilusi
Fibralasi Ventrikel
Cerebral Anoksi
hemolysis
Tek.darah
dalam 5 menit
dlm 8 9 menit.
Busah
halus
dihidung
dan
benda
asing
(pasir,Lumpur,algae) dalam saluran pernafasan.
drowning lung / aqueous pulmonary emphysema /
edema ----paru2 membesar (balon) sembab, lebih
berat, pyramidal hemorrhage ----- pengirisan banyak
cairan.
Bercak perdarahan dibawah pleura paru, (bercak
Paltauf)
Lambung dapat sangat membesar, isi air, lumpur, dll
Otak, hati, ginjal, limpa tanda2 perbendungan.
Bila ditemukan cairan hemolysis dl rongga dada > 100
cc (beb.hari stl mati)--- D/kemungkinan kematian
tenggelam
2. Pem.darah jantung bilik kiri & bilik kanan. Berat jenis &
kadar elektrolitnya Mg, beda > 10%
348. E
Tes apung paru tes untuk mengetahui paru
paru pernah bernapas atau tidak. Untuk
mengetahui bayi lahir hidup atau mati
Reaksi takayama mengidentifikasi suatu
bercak/cairan merupakan darah atau bukan
Malachite green pemeriksaan spermatozoa
biasa digunakana u/ membuktikan adanya
persetubuhan
Berberio pemeriksaan cairan mani
Diatom untuk mengetahui korban masih hidup
atau sudah mati saat tenggelam
349. A
Cadaveric spasme Bila ATP menghilang dari
350. B
TENGGELAM YANG DI AIR TAWAR : (Hypotonik)
Hemodilusi
Fibralasi Ventrikel
Cerebral Anoksi
hemolysis
Tek.darah
dalam 5 menit
351. A, 352. B
Tes apung paru tes untuk mengetahui paru paru
pernah bernapas atau tidak. Untuk mengetahui bayi
lahir hidup atau mati. Uji Apung Paru (+): bayi pernah
bernapas -- lahir hidup
Reaksi takayama mengidentifikasi suatu
bercak/cairan merupakan darah atau bukan
Malachite green pemeriksaan spermatozoa biasa
digunakana u/ membuktikan adanya persetubuhan
Berberio pemeriksaan cairan mani
Diatom untuk mengetahui korban masih hidup atau
sudah mati saat tenggelam
353-354. Perlukaan
Luka akibat benda Tajam
Luka lecet
(abration)
Luka robek
(laceration)
Luka memar
(contusio)
Luka sayat
Luka iris
Luka tusuk
Luka bacok
Karakteristik Luka
353. E 354. D
355-356
355. D
356. A
Luka tembak tempel (contact wounds)
Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat hard contact, tidak
erat soft contact.
Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang
sama lebarnya pada setiap bagian.
Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah
coklat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini
disebut jejas laras.
Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas
358. C
Sampel
Bilas & Swab
Vagina
Sperma
Langsung
Malachite
green
Bercak
Mani
Berberio
Florence
Mani
Fosfatase Asam
Sperma
Baecchi
359.
A
Kejahatan Seksual interpretasi
ROBEKAN HIMEN TIDAK SAMPAI DASAR,
CEDERA HIMEN / VULVA
KEKERASAN TUMPUL
360. C
Sperma Masih dapat ditemukan bergerak
setelah 4-5 jam post coitus dan masih bisa
ditemukan hingga 3-6 hari post coitus
361. C
Bersarkan soal, pekerjaan korban adalah
seorang artis dan mendapat cacat diwajah
akibat siraman air keras yang karenanya
menghalangi korban untuk melakukan
pekerjaan selamanya luka derajat berat
362. B
Ver Hidup
Ver definitif: ver dibuat seketika, korban tidak
memerlukan perawatan
Ver sementara : ver dibuat untuk sementara waktu,
krn korban memerlukan perawatan
Ver lanjutan : ver dibuat dimana luka korban telah
dinyatakan sembuh atau pindah RS atau pulang paksa
jika korban meninggal pada saat perawatan maka
dibuatkan ver jenazah
ILMU THT
364. Vertigo
Peripheral Vertigo
Central Vertigo
Brainstem, cerebellum,
cerebrum
Onset
Sudden
Gradual
Nausea, vomitting
Severe
Varied
Hearing symptom
Often
Seldom
Often
Compensation/resolution
Fast
Slow
Spontaneous nystagmus
Horizontal, rotatoir
Vertical
Paresis
Normal
Involving
Neurologic symptom
Positional nystagmus
Calory nystagmus
364. Vertigo
Vertigo of peripheral origin
Condition
Details
BPPV
Menieres disease
Vestibular neuronitis
Acute labyrinthitis
Labyinthine infarct
366. Rhinitis
367. Tonsilektomi
Radang berulang jaringan limfoid terkikis
jaringan parut kripti melebar.
Indikasi tonsilektomi:
367. Tonsilektomi
Therapy:
369.
timpani membonjol.
4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.
5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembali
normal. Jika perforasi sekret berkurang.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
371. Tonsillitis
Acute tonsillitis:
Viral: similar with acute rhinits +
sore throat
Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
Detritus follicular tonsillitits
Detritus coalesce lacunar tonsillitis.
Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
Th: penicillin or erythromicin
Chronic tonsillitis
Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
373. BPPV
BPPV disebabkan oleh debris yang berasal dari
utrikulus (nama lama: otolith, nama baru: canalith)
masuk ke kanalis semisirkularis & melekat pada kupula
atau mengambang di dalam endolimf.
374. Rhinosinusitis
Diagnosis
Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis
Chronic sinusitis
Dentogen sinusitis
Weber
Schwabach
Diagnosis
Positive
No lateralization
The sama as
examiner
Normal
Negative
prolong
Conductive deafness
Positive
Lateralize to better
hearing ear
shortened
Sensorineural deafness
AS
Rinne (-): konduktif
Schwabach memendek: sensorineural
AD
Rinne (+): sensorineural
Schwabach memanjang: konduktif
Weber lateralisasi ke kanan tuli konduktif kanan lebih berat atau
sensorineural kiri lebih berat.
376. Otitis
Etiology of acute otitis media:
Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenzae 25%,
Moraxella catarrhalis 15%.
Less frequently identified pathogens: group A streptococci, S. aureus,
& Pseudomonas aeruginosa
Etiology of chronic suppurative otitis media:
P. aeruginosa,
S. aureus,
Proteus species.
Enterobacter
Pada soal tidak ada keterangan sudah berapa lama gejala berlangsung,
saat ini anggap akut sehingga jawabannya C.
Current diagnosis & treatment in otorhynolaryngology
Menner a pocket guide to the ear
378. Disfonia
Diagnosis
Characteristic
Papilloma laring
Carcinoma
Nodul vokalis
Ca laring
Polip
Papiloma
Presbiakusis
NIHL (tuli akibat bising)
Ototoksik
Trauma
Otoskleoris kokle
Neuroma akustik (vestibular schwanoma)
Presbiakusis
NIHL
Ototoksik
Etiologi
Pajanan bising
(bergantung
durasi, frekuensi,
lama pajanan dll)
Obat obat
ototoksik
(bergantung dosis
dan lama
pajanan)
Tempat
kerusakan
Koklea
Audiogram
Downward
sloping setelah
frekuensi 2000
Hz, simetris
bilateral
Tuli frekuensi
tinggi dengan
kehilangan
maksimum pada
3000 to
6000-Hz atau
disebut noise
notch. Tuli
simetris , gradual
Tuli frekuensi
tinggi dengan
down sloping
tajam
Audiometri Presbiakusis
Audiometri NIHL
Audiometri Ototoksik
Sources: Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss. Am Fam
Physcian 2003;68:112532
Otitis eksterna
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
Etiologi: Staph Aureus, Staph Albus
Obstruksi kelenjar minyak atau folikel
rambut
Terjadi di bagian luar kartilago telinga,
karena tidak ada jaringan ikat sakit
Antibiotik topikal, insisi
Otitis Eksterna
Management:
acetic acid 2% in alcohol or povidon iodine 5% or
antifungal topical (nistatin/clotrimazol)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
381.
Penatalaksanaan
Rhinitis Alergi
382. Rhinosinusitis
Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan
yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Faktor Risiko
1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Kebiasaan mengorek telinga
Manifestasi Klinis
Pemeriksaan Fisik
Otoskopi: dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh material
berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen
dapat bervariasi.
Pada pemeriksaan penala dapat ditemukan tuli konduktif akibat
sumbatan serumen
Penatalaksanaan
1. Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
2. Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
3. Tatalaksana farmakoterapi:
Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila
dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus
dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga
dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
disesuaikan dengan suhu tubuh.
Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untuk melakukan
evaluasi membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian
dari terapi tuli konduktif.
Rinne
Weber
Schwabach
Diagnosis
Positif
Tidak ada
lateralisasi
Sama
dengan
pemeriksa
Normal
Negatif
Lateralisasi
ke telinga
yang sakit
Memanjang
Tuli
konduktif
Positif
Lateralisasi
ke telinga
yang sehat
Memendek
Tuli
sensorineu
ral
Rhinitis
alergi
adalah
inflamasi
yang
Anamnesis:
Serangan
bersinpenyakit
berulang terutama
bila terpajan
alergen
disertai rinore
yang encer
dan banyak,
tersumbat,
gatal,
disebabkan
oleh
reaksi
alergihidung
pada
pasien
lakrimasi, riwayat atopi
atopiPF yang
sebelumnya
sudah
tersensitisasi
dan Rinoskopi
anterior: Mukosa
edema,
basah, pucat/livid, sekret
banyak, allergic shiner, allergic salute, allergic crease, facies adenoid,
dengan
alergen yang sama serta
geographic tongue, cobblestone appearance
Penunjang: Darahsuatu
tepi: eosinofil
meningkat,
IgE spesifik
meningkat,
dilepaskannya
mediator
kimia
ketika
Sitologi hidung, Prick test, Alergi makanan : food challenge test
terjadi paparan berulang.
Diagnosis
Terapi
386. Tuli
Normal
Rinne
Weber
Schwabach
(+)
Tidak ada
lateralisasi
Sama dengan
pemeriksa
Tuli Konduktif
(-)
Lateralisasi ke
telinga sakit
Memanjang
Tuli Sensorineural
(+)
Lateralisasi ke
telinga sehat
Memendek
387. Vertigo
Peripheral Vertigo
Central Vertigo
Brainstem, cerebellum,
cerebrum
Onset
Sudden
Gradual
Nausea, vomitting
Severe
Varied
Hearing symptom
Often
Seldom
Often
Compensation/resolution
Fast
Slow
Spontaneous nystagmus
Horizontal, rotatoir
Vertical
Paresis
Normal
Involving
Neurologic symptom
Positional nystagmus
Calory nystagmus
Vertigo
Symptomatic treatment:
Antivertigo (vestibular suppressant)
Ca channel blocker: flunarizin
Histaminic: betahistine mesilat
Antihistamin: difenhidramine, sinarisin
Antiemetic:
prochlorperazine, metoclopramide
Psycoaffective:
Clonazepam, diazepam for anxiety & panic attack
Vertigo
Treatment for spesific conditions:
BPPV: canalith repositioning maneuvre (Brandt-Daroff, Epley,
Semont maneuvre)
Menieres disease: low salt diet, diuretic, surgery, transtympanic
gentamycin
Labyrinthitis: antibiotics, removal of infected tissue, vestibular
rehabilitation
Migraine: beta blocker, Ca channel blocker
Terapi Medis :
Testosterone receptor blocker (flutamide)
tumor stage I dan II (tidak terlalu sering
digunakan)
Radioterapi (stereotactic dan conformal)
menyembuhkan pada 80% kasus
Rhinotomy lateral, transpalatal, transmaxillary
atau melalui rute sfenoetmoidalis untuk tumor
berukuran kecil
389. Rhinosinusitis
Diagnosis
Clinical Findings
Acute Rhinosinusitis
Chronic sinusitis
Dentogen sinusitis
390. Epistaksis
Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum
Nadi, napas, tekanan darah
Hentikan perdarahan
Bersihkan hidung dari darah & bekuan
Pasang tampon sementara yang telah dibasahin adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan
Epistaksis
Epistaksis anterior:
Sumber: pleksus kisselbach plexus atau a. ethmoidalis
anterior
Dapat terjadi karena infeksi & trauma ringan, mudah
dihentikan.
Penekanan dengan jari selama 10-15 menit akan menekan
pembuluh darah & menghentikan perdarahan.
Jika sumber perdarahan terlihat kauter dengan AgNO3, jika
tidak berhenti tampon anterior 2 x 24 jam.