Anda di halaman 1dari 146

Seminar Optima Preparation

Batch Mei 2015

Office Address:

Part V
No. 301-390

Jl Padang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta


Selatan
(Belakang Pasaraya Manggarai)
Phone Number : 021 8317064
Pin BB 2A8E2925
WA 081380385694
Medan :
Jl. Setiabudi No. 65 G, Medan
Phone Number : 061 8229229
Pin BB : 24BF7CD2
www.optimaprep.com

dr. Widya, dr. Eno, dr. Yolina


dr. Cemara, dr. Yusuf
dr. Reza

301. Penatalaksanaan Hipokondriasis


Konseling psikologis (psikoterapi)
Cognitive behavioural therapy merupakan terapi
primer dan paling efektif untuk hipokondria

Psikoedukasi
Edukasi terhadap keluarga untuk mengerti lebih
jauh mengenai hipokondriasis

Obat obatan
SSRI fluoxetine, fluvoxamine dan paroxetine
TCA klomipramine, imipramine

302. Istilah Pskiatri


Keterangan
Voyeurism

Kenikmatan seksual yang muncul ketika mengintip atau melihat


orang lain melakukan hubungan intim seperti meilhat orang
telanjang, atau bercinta

Kleptomania

Kegagalan berulang untuk menahan keinginan mencuri barang


barang yang tidak dibutuhkan dan terkadang hanya memiliki nilai
ekonomis yang rendah

Transvetisme

Kenikmatan seksual yang muncul karena berdandan atau


menyamar dalam pakaian lawan jenis, dengan keinginan kuat
untuk tampil sebagai anggota lawan jenis

Ekshibisionisme

Suatu tindakan mempertontonkan alat kelamin kepada orang lain


sebagai suatu usaha untuk menarik perhatian

Erotomania
(Sindrom de
Clerambault)

Keyakinan bahwa orang lain memendam perasaan cinta kepada


penderita atau memiliki suatu hubungan intim dengan dirinya

303. Gangguan Konversi


Gangguan somatisasi
Banyak keluhan fisik yang bermacam- macam namun tidak ada
penyebab fisik, yang sedah berlangsung minimal 2 tahun
Tidak mau menerima nasihat dan penjelasan
Terdapat disabilitas yang berkaitan dengan keluhannya

Gangguan konversi
Kehilangan (sebagian atau seluruh)) dari integrasi normal
(dibawah kendali kesadaran) antara:
Ingatan masa lalu
Kesadaran identitas daan penginderaan segera
Kontrol terhadap gerakan tubuh

Gangguan hipokondrik
Keyakinan menetap adanya sekurang-kurangnya 1 penyakit
serius
Tidak mau menerima nasihat dan penjelasan

Gangguan somatoform tak terinci

304. Gangguan Somatoform


Diagnosis

Karakteristik

Gangguan somatisasi

Banyak keluhan fisik (4 tempat nyeri, 2 GI tract, 1


seksual, 1 pseudoneurologis).

Hipokondriasis

Keyakinan ada penyakit fisik.

Disfungsi otonomik
somatoform

Bangkitan otonomik: palpitasi, berkeringat,


tremor, flushing.

Nyeri somatoform

Nyeri menetap yang tidak terjelaskan.

Gangguan Dismorfik
Tubuh

Preokupasi adanya cacat pada tubuhnya


Jika memang ada kelainan fisik yang kecil,
perhatian pasien pada kelainan tersebut akan
dilebih-lebihkan
PPDGJ

305. Efek Samping Obat Antiepilepsi


Obat
Antiepilepsi

Efek Samping Mengancam Nyawa

Efek Samping Minor

Asam Valproat

Hepatotoksik, hiperamonemia,
leukopeni, trombositopenia,
pancreatitis

Mual, muntah, rambut menipis,


tremor, amenore, peningkatan berat
badan, konstipasi, hirsutisme, alopesia pada perempuan, Polycystic
Ovary Syndrome (POS).

Karbamazepine

Anemia aplastik, hepato-toksitas,


sindrom Steven-Johnson, Lupus like
syndrome

Dizziness, ataksia, diplopia, mual,


kelelahan, agranulo-sitosis, leukopeni,
trombo-sitopeni, hiponatremia, ruam,
gangguan perilaku, tiks

Fenitoin

Anemia aplastik, gangguan fungsi


hati, sindrom Steven Johnson, lupus
like syndrome, pseudolymphoma

Perubahan kosmetik (hipertrofi gusi,


wajah menjadi kasar, hirsutisme),
neuropati perifer, dan reaksi
hipersensitivitas

Zonisamide

Batu ginjal, hipohidrosis, anemia


aplastik, skin rash

Mual, nyeri kepala, dizziness,


kelelahan, paresthesia, ruam,
gangguan berbahasa, glaucoma,
letargi, ataksia

306. Sign & Symptom


Symptoms

Description

Illusion

Perceptual misinterpretation of a real external stimulus.

Delusion

False belief, based on incorrect inference about external reality,


that is firmly held despite objective and obvious contradictory
proof or evidence and despite the fact that other members of
the culture do not share the belief.

Incoherence

Communication that is disconnected, disorganized, or


incomprehensible.

Depersonalization

Sensation of unreality concerning oneself, parts of oneself, or


one's environment that occurs under extreme stress or fatigue.

Derealization

Sensation of changed reality or that one's surroundings have


altered.

Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.

307. Depresi
Gejala

Keterangan

GejalaUtama

Afek depresif;
hilang minat dan kegembiraan;
mudah lelah dan menurunnya aktifitas

Gejala Lain

Konsentrasi menurun;
harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
rasa bersalah dan tidak berguna yang tidak beralasan;
merasa masa depan suram & pesimistis;
gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh
diri;
tidur terganggu; perubahan nafsu makan (naik atau
turun)

Ringan: 2 gej utama +2 gejala lain> 2mgg


Sedang : 2 gej utama + 3 gejala lain >mgg
Berat: 3 gej utama+ 4 gejala lain > 2mgg. Jika gejala sgt berat dan onset cepat boleh
ditegakkan < 2mgg
Berat dengan gejala psikotik: depresi berat+ waham, halusinasi atau stupor depresif
Maslim R, Buku Saku Diagnosis gangguan
Jiwa Rujukan ringkas dari PPDGJ - III

Pedoman Skor Kognitif Global


-Nilai 24 30 normal
-Nilai 17 23 MCI
-0 16 gangguan kognitif
-Dalam membuat penilaian fungsi
kognitif harus diperhatikan
tingkat pendidikan dan usia
responden

Kaplan & Sadock synopsis of psychiatry.

308-309. Sexual Disorder (Parafilia)


Diagnosis

Karakteristik

Fetishism

Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the


use of nonliving objects (e.g., female undergarments).

Frotteurism

Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving


touching and rubbing against a nonconsenting person.

Masochism

Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the


act (real, not simulated) of being humiliated, beaten, bound, or
otherwise made to suffer.

Sadism

Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving acts


(real, not simulated) in which the psychological or physical suffering
(including humiliation) of the victim is sexually exciting to the person.

Voyeurism

Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving the


act of observing an unsuspecting person who is naked, in the process
of disrobing, or engaging in sexual activity.

Necrophilia

Necrophilia is an obsession with obtaining sexual gratification from


cadavers.

Diagnosis

Pedophilia

Eksibisionis

Karakteristik

Sexually arousing fantasies, sexual urges, or behaviors involving


sexual attraction to prepubescent children (generally 13 years or
younger) and the pedophilia must at least 16 years or older and at
least 5 years older than the child
Seseorang yang selalu ingin memperlihatkan kemaluannya/genital
kepada orang lain (biasanya orang asing) untuk mendapatkan
kepuasan seksual

310. Gangguan Kepribadian


Diagnosis

Ciri

Paranoid

curiga, sensitif, dendam.

Skizoid

tidak peduli, afek datar, tidak ingin berteman.

Dissosial

tidak peduli perasaan, tidak bertanggung jawab,


tidak merasa bersalah, tidak mampu memelihara
hubungan

Histrionik

teatrikal, labil, terlalu peduli fisik.

Anankastik

perfeksionis, kaku, memaksa orang lain.

Cemas menghindar

tegang, peka kritik & penolakan, menghindari


aktivitas sosial

Dependen

bergantung pada orang lain


PPDGJ

311. Hipokondriasis
Preokupasi dan ketakutan menetap memiliki
suatu penyakit yang serius dan progresif .
Ketakutan ini tidak menghilang walau telah
dilakukan pemeriksaan atapun reassurance.
Ketakutan yang muncul akibat misinterpretasi
terhadap gejala dan tanda fisik yang dialami.
Kriteria diagnosis :
Preokupasi terhadap suatu penyakit serius yang berat,
menetap setidaknya 6 bulan
Ketakutakan terhadap preokupasi penyakit ini
Adanya gangguan terhadap kehidupan sosial, kerja
dan aktivitas sehari hari

312. Obstructive Sleep Apnea


Merupakan suatu gangguan tidur yang diikuti
dengan episode apnea akibat obstruksi pada
saluran nafas
Manifestasi klinis 3S

Snoring
Sleepiness
Significant other report of sleep apnea episode
Nyeri kepala di pagi hari
Mengantuk pada siang hari dan sering merasa lelah
Perubahan mood, GERD

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS


DAN FORENSIK

313. Cross Sectional

Studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi


maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian)
dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau
karakteristik terkait kesehatan lainnya
Status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama.
Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut
juga survei prevalensi.
Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei

Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Study Design
Direction of inquiry
Survey / Cross Sectional

Case-control

Historical cohort

TODAY

Cohort

314. Interaksi dalam Keluarga


Minuchin (1974, dalam
Imbercoopersmith,
1985)
Rigid Triads
Interaksi dalam
keluarga
Detouring
Parent-child coalition
Triangulation

Merupakan
pengembangan dari
analisis psikologi
keluarga
Interaksi antara 3
anggota keluarga yang
menjadikan 1
anggotanya menjadi
korban (Haley 1959)

Detouring
Dua orangtua yang tidak akur bekerjasama untuk
melindungi atau menyerang anak dengan gejala

Parent-child coalition
Salahsatu orangtua dan anak bersekutu melawan
orangtua yang lain

Triangulation
Salahsatu anggota (biasanya anak) menjadi sekutu
terselubung bagi kedua anggota yang lain yang saling
berkonflik

Imbercoopersmith, Evan. 1985. Teaching Trainee To Think In Triad. Journal of


Marital and Family Therapy,Vol.11, No.1,61-66.

Boundaries

Families have external boundaries and internal rules. Every member is


presumed to play a role (e.g., spokesperson, persecutor, victim, rescuer,
symptom bearer, nurturer), which is relatively stable, but which member fills
each role may change. Some families try to scapegoat one member by
blaming him or her for the family's problems (the identified patient). If the
identified patient improves, another family member may become the
scapegoat. The general systems model overlaps with some of the other
models presented, particularly the Bowen and structural models.

Triangulation Difficulties in many situations stress the usual parentl child interaction.
Substantial evidence indicates that marital discord leads to problems in
children, from depression and withdrawal to conduct disorder and poor
performance at school. This negative effect may be partly mediated through
triangulation of the parentl child relationships, which is a process in which
conflicted parents attempt to win the sympathy and support of their child,
who is recruited by one parent as an ally in the struggle with the partner.
Divorces and remarriages stress the parentchild relationship and may
create painful loyalty conflicts. Stepparents often find it difficult to assume a
parental role and may resent the special relationship that exists between their
new marital partner and the children from that partner's previous marriages.

315-316 Major Types of


Clinical Epidemiologic Research
Type of Research
Question

Descriptive/Causal

315. A
Aim

Diagnostic research

Descriptive

Predict the probability of presence of


target disease from clinical and nonclinical profile

Prognostic research

Descriptive

Predict the course of disease from


clinical an d non-clinical profile

Etiologic research

Intervention research

Causal

Causal & Descriptive

Causally explain occurrence of target


disease from determinant
(1) Causally explain the course of
disease as influenced by treatment
(2) Predict the course of disease given
treatment (options) and clinical and
non-clinical profile

Etiologic research
What study design?
Experimental
Exposure or determinant
assigned by investigator

versus
Observational
Exposure or determinant
not assigned by
investigator

Design of two
observational studies
to show the relation of
cause and effect:
1. Cohort study
2. Case-control study

Penelitian untuk
mengetahui faktor risiko
merupakan jenis etiology
research.
Desain studi untuk
observasional etiology
research dapat
menggunakan cohort atau
case control. Namun
metode terbaik adalah
menggunakan cohort.

Cohort Also called


follow-up study
Definition :
Study in which persons,
based on their exposure
to determinant and free of
the disease outcome at
the start of the study, are
followed in time to assess
the occurrence of the
disease outcome

Cohort Design
stroke +
Asam urat +
stroke -

Cohort Pt
without
stroke

stroke +
Asam urat Stroke -

time
Year x8

Year xx

Case-control study
Also called patientcontrol study
Definition
Study in which patients
with the diseaseoutcome and a control
group without the
disease-outcome are
selected and in which it
is determined how many
people in both groups
have been exposed to
the determinant

316. C
Advantages
Efficient and relatively
cheap
Appropriate for rare
outcome
Can study several
determinants
Disadvantages
Cause is measured
after effect
Very sensitive to
selection- and infobias
Not appropriate to
study several outcomes

317. A
Cohort study
determinant-outcome relation

Stroke +

Stroke -

Asam Urat +

a/a+b=probability of MI for
hypertension + = Incidence+

Asam Urat -

c/c+d=probability of MI for
hypertension - = Incidence -

relative risk = incidence + / incidence

= a/a+b = 70/100 = 1.75


c/c+d

40/100

Case Control Study

STATUS
Peny Jantung(+)
PENYAKIT
Peny Jantung (-)

318. B

obes (+)

obes (-)

90

60

150

300

Odds= the chance of something happening/the


chance of it not happening

Odds ratio = (a/c) / (b/d) = ad / bc


(90x300) : (60x150) = 3

319-321. Diagnostic Test


Condition
(by gold standard)
Present
Absent

Test

Total

Positive

True positive False positive a + b


(a)
(b)

Negative

False
negative (c)

True
negative (d)

c+d

Total

a+c

b+d

a+b+
c+d

Sensitivity
Proportion of people with the
disease who have a positive test
A sensitive test will rarely miss
disease in those who have it

Sn = a / (a +c)

present absent
Positive

a+b

negative c

c+d

b+d

a+b+c+d

a+c

Specificity

Positive predictive value

proportion of patients without


Probability of disease in a patient with a
the disease with a negative test
positive (abnormal) test That a
A specific test will rarely identify
positive test is a true positive
disease in someone who does
Highly specific diagnostic tests have high
not have it
PPV

Ppv = a / a + b
Sp = d / b+d
Negative predictive value
Probability that a patient with a negative
test (normal) does not have disease
More sensitive tests have higher NPV

NPV = d / c +d

Hasil Skrinning (+)


Hasil Skrinning (-)
Total

Malaria (+)

Malaria (-)

Total

75
10
85

5
80
85

80
90
170

Sensitivitas = a / a+c
= 75/85

319. E

Spesifisitas = d / b+d
= 80/85

320. C

NPV = d / c +d
= 80/90

321. C

Frequency measures
Two types:
Someone has the
disease already:
prevalence
= measure population
disease status

Someone gets the


disease in the future:
incidence
=measure frequency of
disease onset

322. B
Prevalence
Number of cases of disease at a
specific time
Population exposed at that time

(1500+10.000)/400.000
= 2.875%
Proportion of population affected by
the disease at a given point in time
Expressed as a percentage:
(number of diseased)/(population) * 100

Frequency measures: Incidence


Incidence
number of new cases
in the population at risk

Two types of incidence


Cumulative incidence
Incidence density (incidence rate)

Cumulative incidence
Number of NEW cases of disease
during a period
Population exposed during the period

Cumulative incidence
excludes prevalence at
baseline
Example:
Population
350.000
New cases
1.250
Cumulative incidence
3.6/1000 per year

Incidence density

Number of new/incident cases


Amount of at-risk experience time

# new patients / personyears of the population at


risk
10 per 1000 person-years
between 0 and infinity

Bentuk Keluarga (Goldenberg 1980)

323. C

1. Keluarga Inti (nuclear family) Terdiri dari suami, isteri dan anak
kandung
2. Keluarga Campuran (extended family) Disamping suami, isteri dan
anak kandung, juga terdiri dari sanak saudara
3. Keluarga Campuran (blended family) Terdiri dari suami, isteri,
anak kandung dan anak tiri.
4. Menurut Hukum Umum (common law family) Terdiri dari pria dan
wanita yang terikat dalam perkawinan yang sah serta anak-anak
mereka yang tinggal bersama.
5. Keluarga Orang Tua Tunggal (single parent family)
6. Keluarga Hidup Bersama (commune family)
Terdiri dari pria, wanita dan anak-anak yang tinggal bersama, berbagi
hak dan tanggung jawab serta memiliki kekayaan bersama.

7. Keluarga Tinggal Bersama (cohabitation family)


Terdiri dari pria dan wanita yang hidup bersama tanpa ada
ikatan perkawinan yang sah.
8. Keluarga Serial (serial family)
Terdiri dari pria dan wanita yang telah menikah dan
mungkin telah punya anak, ttp kemudian bercerai dan
masing-masing menikah lagi serta memiliki anak-anak
dengan pasangan masing-masing, tetapi semuanya
menganggap sebagai satu keluarga.
9. Keluarga Gabungan ( composite family )
Terdiri dari suami dengan beberapa isteri dan anak-anaknya
(poliandri) atau isteri dengan beberapa suami dan anakanaknya (poligini) yang hidup bersama.

Family dynamic interaksi dan hubungan324. E


antar anggota keluarga
Family assesment tools alat yang
digunakan untuk menilai family dynamic

325. A.

Family Life Cycle adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan


perubahan-perubahan dalam jumlah anggota, komposisi dan fungsi keluarga
sepanjang hidupnya. Siklus hidup keluarga juga merupakan gambaran
rangkaian tahapan yang akan terjadi atau diprediksi yang dialami kebanyakan
keluarga.

TAHAPAN-TAHAPAN SIKLUS HIDUP KELUARGA


1. Tahap Tanpa Anak: Dimulai dari perkawinan hingga kelahiran anak
pertama.
2. Tahap Melahirkan (Tahap Berkembang):Dimulai dari kelahiran anak
sulung hingga anak bungsu.
3. Tahap Menengah:Dimulai dari kelahiran anak bungsu, hingga anak
sulung meninggalkan rumah atau menikah
4. Tahap Meninggalkan Rumah: Dimulai dari anak sulung meninggalkan
rumah sampai anak bungsu meninggalkan rumah (perkawinan biasanya
dianggap meninggalkan rumah).
5. Tahap Purna Orang Tua: Dimulai dari saat anak bungsu meninggalkan
rumah, hingga salah satu pasangan meninggal dunia.
6. Tahap Menjanda/Menduda: Dimulai dari saat meninggalnya suami atau
istri, hingga pasangannya meninggal dunia.

326. A

reflection-on-presentation-2-sampling.html

327-328. Pengambilan Sample

reflection-on-presentation-2-sampling.html

327. D

reflection-on-presentation-2-sampling.html

328. B

Pembagian wewenang & tanggungjawab

329. B
Interval referral
330. E
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab penderita
sepenuhnya kepada dokter konsultan untuk jangka waktu
tertentu
dokter tsb tidak ikut menangani

Collateral referral

menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan


penderita hanya untuk satu masalah kedokteran khusus
saja

Cross referral

menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan


penderita sepenuhnya

Split referral

menyerahkan wewenang dan tanggungjawab penanganan


penderita sepenuhnya kepada beberapa dokter konsultan
dokter pemberi rujukan tidak ikut campur

331. Indikator Program Gizi


Puskesmas
Cakupan penimbangan balita (SKDN)

Indicator partisipasi masyarakat (D/S)


Hasil Program (N/S)
Liputan Program (K/S)
Hasil Penimbangan (N/D)

Cakupan vitamin A dan Yodium untuk bayi, balita dan ibu


nifas
Tablet tambah darah (fe) ibu hamil
Status gizi balitapelayanan thdp gizi buruk dan
pemberian MP-ASI
Keluarga sadar gizi
Kecamatan bebas rawan gizi

Indikator

Jumlah

Jumlah bayi di wilayah

12.500

Jumlah bayi yang ditimbang

12.345

Jumlah bayi yang naik BB nya

12.300

Jumlah bayi yang punya KMS

12.445

331. A

D / S = Bayi yang ditimbang/jumlah seluruh bayi


= 12345/12500 x 100%
= 98.76%

Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Minimal (Spm) Penyelenggaraan Perbaikan Gizi Masyarakat. Departemen Kesehatan
Republik Indonesia , Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat , Direktorat Gizi Masyarakat . Jakarta . 2004

Infant Mortality Rate

322. D

Neonatal Mortality
Refers to a death of a live-born baby within the
first 28 days of life

Neonatal Mortality Rate = number of deaths <28 days of age during time period X 1,000
number of live births during time period

Infant Mortality Rate (IMR)

The number of deaths of babies under one year of


age per 1,000 live births
Infant Mortality Rate (IMR) = __number of infant deaths(<1year) during time period__ X 1,000
number of live births during time period
=

15/290

Pembahasan 333-335

Data
Numerik

Kategori

Nominal

Ordinal

Hanya
Membedakan

Membedakan
Urutan
Besar beda

Gender
Sembuh / tak sembuh
Hidup / mati
Gol. darah (O, A, B, AB)
Status perkawinan

baik, sedang, buruk


pendidikan
Stadium penyakit :
I, II, III, IV

Diskret

kontinu

Didapat dari
perhitungan

Didapat dari
pengukuran

Interval

Ratio

(ada nilai nol


mutlak)

Perbedaan besaran
dan jarak
(Tak ada nilai nol
mutlak

- Suhu badan
- Denyut jantung

-Berat badan

-Tinggi badan

Variable
Independent

Methode
Dependent

Nominal

Nominal

Chi-square; Fischer

Nominal (dichotom)

Numeric

T-test (independent,
paired)

Nominal (> 2 score)

Numeric

Anova

Numeric

Numeric

Regression correlation

Variable
Independent
Nominal (dichotom)
PERSALINAN (YA/TIDAK)

Methode
Dependent

Numeric
BERAT BADAN LAHIR ANAK

T-test (independent,
paired)

333. C
Pada soal data hasil penelitian berbentuk
nominal yaitu obes (ya/tidak) dan AMI
(ya/tidak). Uji statistik untuk data nominal dan
nominal berdasarkan tabel menggunakan CHI
SQUARE

UJI BEDA DUA RERATA


t-test keduanya numerik
1) Independent Samples Test
2) Paired Samples

Analysis of Variance (Anova)/


Analisis Varians (Anava)salah satu
kategorik
1)
2)

One-Way Analysis of Variance


Two-Way Analysis of Variance

T-test
Teknik analisa statistik yang dipakai untuk melihat ada
tidaknya perbedaan mean dari dua kelompok sampel.
Jika dua kelompok sampelnya berasal dari distribusi sampel
yang berbeda (dari populasi yang berbeda), maka teknik
analisa yang digunakan adalah Independent Samples Test
Jika sampelnya berasal dari distribusi sampel yang sama, maka
teknik analisa yang digunakan adalah Paired Samples Test (t
tes berpasangan)
sampel berpasangan sampel dengan subjek yang sama
namun mengalami 2 perlakuan atau pengukuran yang
berbeda, yaitu pengukuran sebelum dan sesudah
dilakukan sebuah treatment

334. A
berdasarkan soal,
variabel dependen : mean perubahan kadar
kolesterol (numerik)
Variabel independen : obat x atau tidak (nominal)
Variable

Independent
Nominal (dichotom)

Methode

Dependent
Numeric

T-test (independent, paired)

Karena kelompok sampel berasal dari


distribusi sampel yang berbeda T tes
independen

T test

335. B

Pada soal membandingkan berat badan sebelum


dan sesudah diet pada sujek penelitian yang sama
T-tes berpasangan

Five Star Doctor menurut WHO


* Care provider
* Decision-maker
* Communicator
* Community leader
* Manager

336. A

Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health, 1994, 47:45

Care-provider. Besides giving individual treatment five-star doctorsmust


take into account the total (physical, mental and social) needs of the
patient. They must ensure that a full range of treatment - curative,
preventive or rehabilitative - will be dispensed in ways that are
complementary, integrated and continuous. And they must ensure that
the treatment is of the highest quality.
Decision-maker. In a climate of transparency five-star doctors will have
to take decisions that can be justified in terms of efficacy and cost. From
all the possible ways of treating a given health condition, the one that
seems most appropriate in the given situation must be chosen. As regards
expenditure, the limited resources available for health must be shared out
fairly to the benefit of every individual in the community.
Communicator. Lifestyle aspects such as a balanced diet, safety measures
at work, type of leisure pursuits, respect for the environment and so on all
have a determining influence on health. The involvement of the individual
in protecting and restoring his or her own health is therefore vital, since
exposure to a health risk is largely determined by ones behaviour. The
doctors of tomorrow must be excellent communicators in order to
persuade individuals, families and the communities in their charge to
adopt healthy lifestyles and become partners in the health effort.

Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health, 1994, 47:45

Community leader. The needs and problems of the whole


community - in a suburb or a district - must not be forgotten. By
understanding the determinants of health inherent in the physical
and social environment and by appreciating the breadth of each
problem or health risk five-star doctors will not simply be treating
individuals who seek help but will also take a positive interest in
community health activities which will benefit large numbers of
people.
Manager. To carry out all these functions, it will be essential for
five-star doctors to acquire managerial skills. This will enable
them to initiate exchanges of information in order to make better
decisions, and to work within a multidisciplinary team in close
association with other partners for health and social development.
Both old and new methods of dispensing care will have to be
integrated with the totality of health and social services, whether
destined for the individual or for the community.5

Boelen C. Frontline doctors of tomorrow. World Health, 1994, 47:45

Descriptive Research Design


Retrospective Cohort
Past

Future
Cross-sectional
Case Control

Cohort

337. C
Pada soal, jenis penelitian case control
Outcome measure : odd ratio
Sensitivitas pada studi diagnostik
Relative risk cohort
Ratio prevalensi cross sectional

338-340

BENEFICENSCE
Berbuat baik

NONMALEFICENCE
Tdk Membuat Yg Memperburuk

AUTONOMY
Menghormati Hak Pasien
Menentukan Sendiri

JUSTICE
Memperlakukan Orang Lain
Secara Adil

1.Jalankan Tugas Berdasar Standar


Profesi Tertinggi
2. Menjaga & menyimpan RM &
Informasi sesuai prosedur dan
peraturan yg berlaku
3. Menjunjung Tinggi Doktrin
Kerahasiaan dan Hak atas
Informasi Pasien yg terkait
4. Wajib Meningkatkan Mutu
Pelayanan
5. Berpartisipasi Aktif Mengembangkan
Citra
6. Menjalin Kerjasama yg baik dg
Satker
7. Selalu Menjaga Kesehatan Dirinya
agar dapat bekerja dengan secara
baik.

Kompilasi, pemeliharaan dan


Retensi Rekam Medis

Penggunaan & Pengungkapan


Informasi Kesehatan

Penggunaan Catatan Pasien


& Infokes dlm Proses
Pengadilan

Kaidah Moral

Benefience

Informasi hanya diungkapkan Kpd individu


Yg membutuhkan dlm rangka untuk
Kepentingan pasien

Normalefiecence

Informasi tdk diberikan kpd pihak yg tidak


Berwenang dan mungkin merugikan
pasien

Autonomy

Pasien yg memutuskan boleh tidaknya


Akses thd informasi kesehatannya, bkn
Pasangannya atau pihak ketiga

Justice

Menerapkan ketentuan secara adil dan


Konsisten untuk semua orang

338. C 339. A 340. D

1. dokter memperlakukan pasien secara adil


justice
2. dokter menolong pasien emergensi terlebih
dahulu non maleficence
3. dokter menghormati hak pasien untuk tidak
memberikan informasi kesehatannya thd
orang lain autonomy

341-342. Tanatologi
Ilmu yang mempelajari tentang
Kematian, perubahan-perubahan yang
terjadi setelah mati dan faktor-faktor
yang mempengaruhinya

Perubahaan Saat Kematian


DINI
Berhentinya sistem
pernafasan , sirkulasi
dan SSP

Kulit yang pucat


Relaksasi otot

Perubahan pada
mata

LANJUT

Lebam Mayat / Livor


Mortis
Kaku Mayat / Rigor
Mortis
Penurunan Suhu
Mayat / Algor Mortis
Pembusukan /
Decompositio

SANGAT LANJUT
Mummifikasi

Adiposera

PERUBAHAN LANJUT
LEBAM MAYAT / LIVOR
MORTIS

KAKU MAYAT / RIGOR


MORTIS

PEMBUSUKAN /
DECOMPOSITIO

MULAI TAMPAK SAMAR-SAMAR 20-30 SETELAH MATI


SOMATIS

Menetap setelah 12 jam (tdk hilang dg


penekanan)

Kaku mayat mulai tampak 2-4 jam dan akan lengkap


meliputi seluruh otot dalam waktu 8-10 jam

Pembusukan awal akan tampak sebagai bercak kehijauan


pada daerah perut kanan bawah, k.l. 18 jam postmortal dan
makin menjalar serta timbul perubahan pada kulit

341. E
Lebam mayat tidak hilang dengan penekanan
>12 jam
Kaku mayat seluruh tubuh >8 jam
Bercak kehijauan (decompositio) > 18 jam

Perkiraan waktu kematian > 18 jam

342. C
Lebam mayat hilang dengan penekanan 30
menit - 12 jam
Kaku mayat di beberapa bagian tubuh2 jam
8 jam
Perkiraan waktu kematian 2 8 jam

343-345. ASFIKSIA MEKANIK


1. PEMBEKAPAN/SMOTHERING.
2. GAGGING & CHOKING.
3. PENCEKIKAN.
4. PENJERATAN / STRANGULASI.
5. GANTUNG / HANGING.
6. TRAUMATIC ASFIKSIA.

TANDA-TANDA ASFIKSI PADA


JENASAH
1. CYANOSIS.
2. LEBAM MAYAT :
LEBIH GELAP
LEBIH LUAS
LEBIH CEPAT
TERBENTUK.

3. BUSAH HALUS :
- DEPAN HIDUNG
MULUT
- SALURAN NAFAS

343. E

4. PELEBARAN PEMBULUH
DARAH, BINTIK2
PERDARAHAN/TARDIEU
SPOT/PETECHIAEL
HEMORRHAGE.
5. PERBENDUNGAN /
KONGESTI.
6. OEDEM PULMONER.
7. DARAH LEBIH ENCER 8
GELAP.

PENCEKIKAN

344. E

LUKA LECET KECIL2 BENTUK BULAN SABIT DI


LEHER --- KUKU.
LUKA MEMAR KULIT/OTOT LEHER
PATAH TULANG LIDAH UNILATERAL
PATAH TULANG RAWAN GONDOK
PERBENDUNGAN MUKA/KEPALA.
ASFIKSIA / VAGAL REFLEX.

GANTUNG / HANGING 345. A


JEJAS JERAT ;
1. MENGARAH KEATAS KE SIMPUL.
MENGHILANG PADA Bag.RAMBUT.
2. DIATAS RAWAN GONDOK.
3. SIMPUL HIDUP.
LEBAM MAYAT PD UJUNG EXT. DAN
--GENITALIA EXTERNA.

346-348. TENGGELAM / DROWNING


Dif. : Kematian akibat mati lemas (asfikisia) disebabkan
masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan.
Diagnosa / sering sulit bila tak ada tanda khas
Tenggelam dapat seluruh tubuh / hanya muka terbenam
Kematian : dpt. Akibat tenggelam atau sudah mati oleh
karena sebab lain.

Pemeriksaan pd Jenazah Pemeriksaan luar,


Pemeriksaan dalam dan Pemeriksaan Laboratorium

TENGGELAM YANG DI AIR TAWAR : (Hypotonik)

Darah di atrium kiri


Ion K.

Hemodilusi
Fibralasi Ventrikel

Cerebral Anoksi

hemolysis
Tek.darah

dalam 5 menit

TENGGELAM DI AIR ASIN (Hypertonik) :


Tek.osmotik air laut 4X dp plasma
Pulmonal Ke jaringan Interstitial

air ditarik dari sirkulasi


acute secondary pulmoner

edema---- Haemokonsentrasi ------ Sirkulasi lambat----------payah jantung

dlm 8 9 menit.

PEMERIKSAAN LUAR JENAZAH 346. E


Tanda2 terendam dalam air

Basah, berlumuran pasir, lumpur, dll


Telapak tangan & kaki keriput
(Washer Womans Hand)
Kulit permukaan kasar / Kulit bebek (Cutis
Anserina)

PEMERIKSAAN DALAM JENAZAH

Busah
halus
dihidung
dan
benda
asing
(pasir,Lumpur,algae) dalam saluran pernafasan.
drowning lung / aqueous pulmonary emphysema /
edema ----paru2 membesar (balon) sembab, lebih
berat, pyramidal hemorrhage ----- pengirisan banyak
cairan.
Bercak perdarahan dibawah pleura paru, (bercak
Paltauf)
Lambung dapat sangat membesar, isi air, lumpur, dll
Otak, hati, ginjal, limpa tanda2 perbendungan.
Bila ditemukan cairan hemolysis dl rongga dada > 100
cc (beb.hari stl mati)--- D/kemungkinan kematian
tenggelam

PEMERIKSAAN LABORATORIUM : 347. E


1. Adanya diatome (ganggang bersel satu) bila pd.pem. di
paru2 ditemukan 4 5 diatome berarti orang masih
hidup saat tenggelam.
pemeriksaan sediaan apus getah paru - sediaan langsung
pemeriksaan destruksi jaringan

2. Pem.darah jantung bilik kiri & bilik kanan. Berat jenis &
kadar elektrolitnya Mg, beda > 10%

3. Pem. Keracunan (kalau perlu)


Pem. Mikroskopik jaringan.

348. E
Tes apung paru tes untuk mengetahui paru
paru pernah bernapas atau tidak. Untuk
mengetahui bayi lahir hidup atau mati
Reaksi takayama mengidentifikasi suatu
bercak/cairan merupakan darah atau bukan
Malachite green pemeriksaan spermatozoa
biasa digunakana u/ membuktikan adanya
persetubuhan
Berberio pemeriksaan cairan mani
Diatom untuk mengetahui korban masih hidup
atau sudah mati saat tenggelam

349. A
Cadaveric spasme Bila ATP menghilang dari

lingkungan sekelompok otot yang sedang aktif bekerja


bertepatan dengan saat mati, akan terjadi CADAVERIC
SPASM. Habisnya ATP yang bersamaan dengan saat
mati dapat terjadi pada orang yang mengalami
KETEGANGAN KEJIWAAN YANG SANGAT

Rigor mortis kaku mayat


Livor mortis lebam mayat
Mummifikasi pengeringan tubuh akibat suhu keliling
yang tinggi serta kelembaban yang rendah
Kaku mayat

350. B
TENGGELAM YANG DI AIR TAWAR : (Hypotonik)

Darah di atrium kiri


Ion K.

Hemodilusi
Fibralasi Ventrikel

Cerebral Anoksi

hemolysis
Tek.darah

dalam 5 menit

351. A, 352. B
Tes apung paru tes untuk mengetahui paru paru
pernah bernapas atau tidak. Untuk mengetahui bayi
lahir hidup atau mati. Uji Apung Paru (+): bayi pernah
bernapas -- lahir hidup
Reaksi takayama mengidentifikasi suatu
bercak/cairan merupakan darah atau bukan
Malachite green pemeriksaan spermatozoa biasa
digunakana u/ membuktikan adanya persetubuhan
Berberio pemeriksaan cairan mani
Diatom untuk mengetahui korban masih hidup atau
sudah mati saat tenggelam

353-354. Perlukaan
Luka akibat benda Tajam

Luka akibat benda tumpul

Luka lecet
(abration)
Luka robek
(laceration)
Luka memar
(contusio)

Luka sayat
Luka iris
Luka tusuk
Luka bacok

Karakteristik Luka

353. E 354. D

355-356

355. D

356. A
Luka tembak tempel (contact wounds)
Terjadi bila moncong senjata ditekan pada tubuh korban dan
ditembakkan. Bila tekanan pada tubuh erat hard contact, tidak
erat soft contact.
Umumnya luka berbentuk bundar yang dikelilingi kelim lecet yang
sama lebarnya pada setiap bagian.
Di sekeliling luka tampak daerah yang bewarna merah atau merah
coklat, yang menggambarkan bentuk dari moncong senjata, ini
disebut jejas laras.
Rambut dan kulit di sekitar luka dapat hangus terbakar.
Saluran luka akan bewarna hitam yang disebabkan oleh butir-butir
mesiu, jelaga dan minyak pelumas.
Tepi luka dapat bewarna merah, oleh karena terbentuknya COHb.
Bentuk luka tembak tempel sangat dipengaruhi oleh keadaan /
densitas

357-360. ASPEK MEDIKOLEGAL


KEJAHATAN SEKSUAL 357. D
VISUM ET REPERTUM HANYA DIBUAT ATAS PERMINTAAN
PENYIDIK
PEMERIKSAAN DAPAT DILAKUKAN SEBELUMNYA (TIDAK
TERLALU LAMA)
KETERANGAN HASIL PEMERIKSAAN DAPAT DIBERIKAN KEPADA
KORBAN

HARUS ADA CHAPERONE (SAKSI PEMERIKSAAN, JENIS


KELAMIN SAMA DENGAN KORBAN)
HARUS ADA PERSETUJUAN PEMERIKSAAN
BILA KORBAN TAK DIANTAR POLISI (Letda), PASTIKAN
IDENTITAS DG CARA LAIN

ALUR PEMERIKSAAN CAIRAN MANI DAN SPERMA

358. C

Sampel
Bilas & Swab
Vagina
Sperma

Langsung

Malachite
green

Bercak

Mani

Berberio
Florence

Mani

Fosfatase Asam

Sperma

Baecchi

359.
A
Kejahatan Seksual interpretasi
ROBEKAN HIMEN TIDAK SAMPAI DASAR,
CEDERA HIMEN / VULVA
KEKERASAN TUMPUL

ROBEKAN HIMEN SAMPAI DASAR, ROBEKAN


VAGINA
PENETRASI

ADANYA AIR MANI / SPERMA DALAM VAGINA


PERSETUBUHAN

360. C
Sperma Masih dapat ditemukan bergerak
setelah 4-5 jam post coitus dan masih bisa
ditemukan hingga 3-6 hari post coitus

361. KUALIFIKASI/DERAJAT LUKA


Luka yg tidak mengakibatkan penyakit atau halangan dalam
melakukan pekerjaan atau jabatan (KUHP : psl. 352 (1). =
penganiayaan ringan/derajat 1)
Luka yg mengakibatkan penyakit atau halangan dlm melakukan
pekerjaan atau jabatan untuk sementara waktu (KUHP: psl.351
(1)= penganiayaan/derajat 2)
Luka berat (KUHP : psl.90). = penganiayaan berat/derajat 3. luka
atau penyakit yang tidak dapat sembuh atau membawa bahaya
maut
Luka atau penyakit yang menghalangi pekerjaan korban untuk
selamanya
Hilangnya satu panca indra
Cacat besar
Gugur atau terganggunya janin dalam kandungan ibu
(Jika mengakibatkan mati KUHP: psl.351 (3)

361. C
Bersarkan soal, pekerjaan korban adalah
seorang artis dan mendapat cacat diwajah
akibat siraman air keras yang karenanya
menghalangi korban untuk melakukan
pekerjaan selamanya luka derajat berat

362. B
Ver Hidup
Ver definitif: ver dibuat seketika, korban tidak
memerlukan perawatan
Ver sementara : ver dibuat untuk sementara waktu,
krn korban memerlukan perawatan
Ver lanjutan : ver dibuat dimana luka korban telah
dinyatakan sembuh atau pindah RS atau pulang paksa
jika korban meninggal pada saat perawatan maka
dibuatkan ver jenazah

Ver jenazah : ver pada korban meninggal

ILMU THT

363. Perforasi Membran Timpani


Perforasi akibat trauma:

Sebagian besar sembuh spontan


Tatalaksana awal yang diperlukan: menghindari air & observasi
Antibiotik tetes diberikan bila terdapat sekret dan infeksi.
Operasi dilakukan bila tidak ada tanda penutupan dalam
beberapa bulan.

Perforasi akibat infeksi akut:


Penyebab tersering perforasi
Membran timpani tampak merah & basah.
Sembuh dalam beberapa hari jika diberikan antibiotik, kecuali
pada kasus acute necrotizing otitis media.

364. Vertigo
Peripheral Vertigo

Central Vertigo

Inner ear, vestibular nerve

Brainstem, cerebellum,
cerebrum

Onset

Sudden

Gradual

Nausea, vomitting

Severe

Varied

Hearing symptom

Often

Seldom

Often

Compensation/resolution

Fast

Slow

Spontaneous nystagmus

Horizontal, rotatoir

Vertical

Latency (+), fatigue (+)

Latency (-), no fatigue (-)

Paresis

Normal

Involving

Neurologic symptom

Positional nystagmus

Calory nystagmus

364. Vertigo
Vertigo of peripheral origin
Condition

Details

BPPV

Brief, position-provoked vertigo episodes caused by abnormal


presence of particles in semisircular canal. Characteristic
nystagmus (latent, rotatory, fatigable) with Dix-Hallpike test.

Menieres disease

An excess of endolymph, causing distension of endolymphatic


system (vertigo, tinnitus, sensorineural deafness). Therapy: low
salt diet, diuretic, surgery, transtympanic gentamycin

Vestibular neuronitis

Vestibular nerve inflammation, most likely due to virus

Acute labyrinthitis

Labyrinth inflammation caused by viral or bacterial infection

Labyinthine infarct

Compromises blood flow to labyrinthine

Labyrinthine concussion Damage after head trauma


Perylimnph fistula

Labyrinth membrane damage resultin in perylimph leakage


into middle ear

365. Audiologi Dasar


Audiometri nada murni:
Ambang Dengar (AD): bunyi nada murni terlemah pada
frekuensi tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga
seseorang.
Perhitungan derajat ketulian:
(AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz + AD 4000 Hz) / 4
Derajat ketulian:
0-25 dB
: normal
>25-40 dB
: tuli ringan
>40-55 dB
: tuli sedang
>55-70 dB
: tuli sedang berat
>70-90 dB
: tuli berat
>90 dB
: tuli sangat berat
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

366. Rhinitis

Allergic rhinitis management pocket reference 2008

367. Tonsilektomi
Radang berulang jaringan limfoid terkikis
jaringan parut kripti melebar.

Indikasi tonsilektomi:

Serangan tonsilitis >3 kali/tahun


Tonsil hipertrofi
Sumbatan jalan napas obstructive sleep apneu
Rinitis
Napas bau
Tonsilitis berulang
Hipertrofi tonsil yang dicurigai keganasan
Otitis media efusa/otitis media supuratif
Buku ajar THT KL FKUI

367. Tonsilektomi

Current diagnosis & treatment in otolaryngology. 2nd ed. McGraw-Hill.

368. Nasal Congestion


Polyp is a white-greyish soft tissue
containing fluid within nasal cavity,
which is caused by mucosal
inflammation.
Symptoms & signs:
nasal obstruction, nasal discharge,
hyposmia, sneezing, pain, frontal
headache.
Rhinoscopy: pale mass at meatus
medius, smooth & moist,
pedunculated and move on probing.

Therapy:

Corticosteroid (eosinophilic polyp


has good response compared
with neutrophilic polyp)
polipectomy if no improvement.

369.

370. Otitis Media


Otitis Media Akut
Etiologi:
Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenzae 25%,
Moraxella catarrhalis 15%.

Perjalanan penyakit otitis media akut:


1. Oklusi tuba: membran timpani retraksi atau suram.
2. Hiperemik/presupurasi: hiperemis & edema.
3. Supurasi: nyeri, demam, eksudat di telinga tengah, membran

timpani membonjol.
4. Perforasi: ruptur membran timpani, demam berkurang.
5. Resolusi: Jika tidak ada perforasi membran timpani kembali
normal. Jika perforasi sekret berkurang.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, and throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Otitis media supuratif kronik


Infeksi kronik dengan sekresi persisten/
hilang timbul (> 2 bulan) melalui membran
timpani yang tidak intak.
Petunjuk diagnostik:
Otorea rekuren/kronik
Penurunan pendengaran
Perforasi membran timpani

Otitis media efusi


Tuba Eustachius terinfeksi tekanan negatif
transudasi
Penurunan pendengaran, tidak nyeri jika tidak
terinfeksi atau perubahan tekanan yang cepat
Jika masih ada udara perubahan posisi
kepala menimbulkan sensasi lembab dgn suara
gelembung
Bisa ada tinnitus, desiran/gemuruh nada
rendah, atau tinitus pulsatil dari suara arteri.
1) Lecture notes on diseases of the ear, nose, & throat. 2) Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

371. Tonsillitis
Acute tonsillitis:
Viral: similar with acute rhinits +
sore throat
Bacterial: GABHS, pneumococcus, S.
viridan, S. pyogenes.
Detritus follicular tonsillitits
Detritus coalesce lacunar tonsillitis.
Sore throat, odinophagia, fever, malaise,
otalgia.
Th: penicillin or erythromicin

Chronic tonsillitis
Persistent sore throat, anorexia, dysphagia, &
pharyngotonsillar erythema
Lymphoid tissue is replaced by scar widened
crypt, filled by detritus.
Foul breath, throat felt dry.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.

372. Otitis Media

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

372. Otitis Media Akut

373. BPPV
BPPV disebabkan oleh debris yang berasal dari
utrikulus (nama lama: otolith, nama baru: canalith)
masuk ke kanalis semisirkularis & melekat pada kupula
atau mengambang di dalam endolimf.

Debris di kanalis semisirkularis bergerak karena


gravitasi & mendorong kupula vertigo.
Mayoritas BPPV disebabkan oleh debris di kanalis
semisirkularis posterior, tetapi juga dapat masuk ke
kanalis semisirkularis horizontal & superior.

374. Rhinosinusitis
Diagnosis

Clinical Findings

Acute Rhinosinusitis

Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal


discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.
cheek pain: maxillary sinusitis
retroorbital pain: ethmoidal sinusitis
forehead or headache: frontalis sinusitis

Chronic sinusitis

Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms


are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these
chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat
disturbance, ear disturbance, sinobronchitis.

Dentogen sinusitis

The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots


are located. Tooth infection can spread directly to maxillary
sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete
& foul breath.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

375. Hearing Testing


Rinne

Weber

Schwabach

Diagnosis

Positive

No lateralization

The sama as
examiner

Normal

Negative

Lateralize to deafer ear

prolong

Conductive deafness

Positive

Lateralize to better
hearing ear

shortened

Sensorineural deafness

AS
Rinne (-): konduktif
Schwabach memendek: sensorineural
AD
Rinne (+): sensorineural
Schwabach memanjang: konduktif
Weber lateralisasi ke kanan tuli konduktif kanan lebih berat atau
sensorineural kiri lebih berat.

376. Otitis
Etiology of acute otitis media:
Streptococcus pneumoniae 35%,
Haemophilus influenzae 25%,
Moraxella catarrhalis 15%.
Less frequently identified pathogens: group A streptococci, S. aureus,
& Pseudomonas aeruginosa
Etiology of chronic suppurative otitis media:
P. aeruginosa,
S. aureus,
Proteus species.
Enterobacter
Pada soal tidak ada keterangan sudah berapa lama gejala berlangsung,
saat ini anggap akut sehingga jawabannya C.
Current diagnosis & treatment in otorhynolaryngology
Menner a pocket guide to the ear

377. Meniere Disease


Meniere disease symptoms and signs:
a unilateral, fluctuating sensorineural hearing loss (often
involving low frequencies)
vertigo that lasts minutes to hours
a constant or intermittent tinnitus typically increasing in
intensity before or during the vertiginous attack
aural fullness.
The acute attack is also associated with nausea and
vomiting

Sensorineural hearing loss Rinne test (+), Schwabach


shortened, Weber lateralizes to normal ear.

378. Disfonia
Diagnosis

Characteristic

Polip pita suara

Penyebab: inflamasi kronik. Polip bertangkai, unilateral. Di


sepertiga anterior/medial/seluruhnya. Dapat terjadi di segala
usia, umumnya dewasa. Gejala: parau. Jenis: polip mukoid
(keabu-abuan & jernih) & polip angiomatosa (merah tua).

Papilloma laring

Tumbuh pada pita suara anterior atau subglottik. Seperti buah


murbei, putih kelabu/kemerahan. Sangat rapuh, tidak
berdarah, & sering rekuren.
Gejala: parau, kadang batuk, sesak napas. Terapi: ekstirpasi.

Carcinoma

Faktor risiko: merokok.


Gejala: serak, dispnea, stridor, batuk (jarang pada tumor
glotik), hemoptisis (tumor glotik & supraglotik), pembesaran
KGB leher. Laringoskopi: tampak rapuh, nodular, ulseratif atau
perubahan warna mukosa.

Nodul pita suara

Penyebab: penyalahgunaan suara dalam waktu lama. Suara


parau. Laringoskopi: nodul kecil berwarna keputihan,
umumnya bilateral, di sepertiga anterior/medial.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Nodul vokalis

Ca laring

Polip

Papiloma

379. Tuli sensorineural


Tuli Sensorineural terjadi ketidak terdapat
kerusakan pada telinga dalam (koklea) atau jaras
saraf pendengaran dari telinga dalam ke otak
Etilogi :

Presbiakusis
NIHL (tuli akibat bising)
Ototoksik
Trauma
Otoskleoris kokle
Neuroma akustik (vestibular schwanoma)

Presbiakusis

NIHL

Ototoksik

Etiologi

Usia tua, biasa di


atas 60 tahun

Pajanan bising
(bergantung
durasi, frekuensi,
lama pajanan dll)

Obat obat
ototoksik
(bergantung dosis
dan lama
pajanan)

Tempat
kerusakan

The outer hair


cells of cochlea
dan transmisi
saraf

Koklea

Koklea. Selain tuli


biasanya disertai
tinitus, pusing,
otalgia

Audiogram

Downward
sloping setelah
frekuensi 2000
Hz, simetris
bilateral

Tuli frekuensi
tinggi dengan
kehilangan
maksimum pada
3000 to
6000-Hz atau
disebut noise
notch. Tuli
simetris , gradual

Tuli frekuensi
tinggi dengan
down sloping
tajam

Audiometri Presbiakusis

Audiometri NIHL

Audiometri Ototoksik

Diagnosis banding SNHL

Sources: Isaacson JE, Vora NM. Differential diagnosis and treatment of hearing loss. Am Fam
Physcian 2003;68:112532

380. Otitis Externa (OE)


Tanda OE:
Nyeri jika aurikel ditarik ke belakang atau tragus ditekan.

Otitis eksterna sirkusmskripta (furuncle)


Hanya pada bagian kartilago telinga.
Tidak ada jaringan penyambung di bawah kulit sangat nyeri

Otitis eksterna difus (swimmers ear)


Kondisi lembab & hangat bakteri tumbuh
Bengkak, eksudasi, nyeri

Otitis eksterna maligna(necrotizing OE)


Pada diabetesi lansia atau imunokompromais
OE selulitis, kondritis, osteitis, osteomielitis neuropati
kranial
Liang telinga bengkak & nyeri, jaringan granulasi pada
sambungan kartilago dengan tulang di posteroinferior 1/3
dalam
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003. Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Otitis eksterna
Otitis eksterna sirkumskripta (furunkel)
Etiologi: Staph Aureus, Staph Albus
Obstruksi kelenjar minyak atau folikel
rambut
Terjadi di bagian luar kartilago telinga,
karena tidak ada jaringan ikat sakit
Antibiotik topikal, insisi

Otitis eksterna difus


Etiologi: pseudomonas (paling umum),
Staph albus, E.Coli
Terjadi pada bagian dalam rongga telinga
Keadaan lembab pertumbuhan bakteri
Antibiotik topikal atau sistemik

Otitis Eksterna

Management:
acetic acid 2% in alcohol or povidon iodine 5% or
antifungal topical (nistatin/clotrimazol)
Menner, a pocket guide to the ear. Thieme; 2003.
Diagnostic handbook of otorhinolaryngology.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

381.
Penatalaksanaan
Rhinitis Alergi

382. Rhinosinusitis
Pemeriksaan penunjang rhinosinusitis:
Foto polos: posisi waters, PA, lateral. Tapi hanya
menilai sinus-sinus besar (maksila & frontal). Kelainan
yang tampak: perselubungan, air fluid level,
penebalan mukosa.
CT scan: mampu menilai anatomi hidung & sinus,
adanya penyakit dalam hidung & sinus, serta
perluasannya gold standard. Karena mahal, hanya
dikerjakan utk penunjang sinusitis kronik yang tidak
membaik atau pra-operasi untuk panduan operator.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

383. Serumen Prop


Serumen adalah sekret kelenjar sebasea, kelenjar
seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu
yang terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga
Serumen Prop : serumen berlebihan yang membentuk
gumpalan dan menumpuk di liang telinga

Faktor Risiko
1. Dermatitis kronik liang telinga luar
2. Liang telinga sempit
3. Produksi serumen banyak dan kering
4. Adanya benda asing di liang telinga
5. Kebiasaan mengorek telinga

Manifestasi Klinis

Pendengaran berkurang disertai rasa penuh pada telinga


Tuli konduktif
Serumen mengembang menimbulkan rasa tertekan
vertigo atau tinitus.
Rasa nyeri timbul apabila serumen keras membatu dan menekan
dinding liang telinga.

Pemeriksaan Fisik
Otoskopi: dapat terlihat adanya obstruksi liang telinga oleh material
berwarna kuning kecoklatan atau kehitaman. Konsistensi dari serumen
dapat bervariasi.
Pada pemeriksaan penala dapat ditemukan tuli konduktif akibat
sumbatan serumen

Penatalaksanaan
1. Menghindari membersihkan telinga secara berlebihan
2. Menghindari memasukkan air atau apapun ke dalam telinga
3. Tatalaksana farmakoterapi:
Serumen yang lembek, dibersihkan dengan kapas yang dililitkan pada
pelilit kapas.
Serumen yang keras dikeluarkan dengan pengait atau kuret.Apabila
dengan cara ini serumen tidak dapat dikeluarkan, maka serumen harus
dilunakkan lebih dahulu dengan tetes karbogliserin 10% selama 3 hari.
Serumen yang sudah terlalu jauh terdorong kedalam liang telinga
dikeluarkan dengan mengalirkan (irigasi) air hangat yang suhunya
disesuaikan dengan suhu tubuh.
Indikasi untuk mengeluarkan serumen adalah sulit untuk melakukan
evaluasi membran timpani, otitis eksterna, oklusi serumen dan bagian
dari terapi tuli konduktif.

384. Tes Penala

Rinne

Weber

Schwabach

Diagnosis

Positif

Tidak ada
lateralisasi

Sama
dengan
pemeriksa

Normal

Negatif

Lateralisasi
ke telinga
yang sakit

Memanjang

Tuli
konduktif

Positif

Lateralisasi
ke telinga
yang sehat

Memendek

Tuli
sensorineu
ral

385. Rhinitis Alergi


Deskripsi

Rhinitis
alergi
adalah
inflamasi
yang
Anamnesis:
Serangan
bersinpenyakit
berulang terutama
bila terpajan
alergen
disertai rinore
yang encer
dan banyak,
tersumbat,
gatal,
disebabkan
oleh
reaksi
alergihidung
pada
pasien
lakrimasi, riwayat atopi
atopiPF yang
sebelumnya
sudah
tersensitisasi
dan Rinoskopi
anterior: Mukosa
edema,
basah, pucat/livid, sekret
banyak, allergic shiner, allergic salute, allergic crease, facies adenoid,
dengan
alergen yang sama serta
geographic tongue, cobblestone appearance
Penunjang: Darahsuatu
tepi: eosinofil
meningkat,
IgE spesifik
meningkat,
dilepaskannya
mediator
kimia
ketika
Sitologi hidung, Prick test, Alergi makanan : food challenge test
terjadi paparan berulang.

Diagnosis

Terapi

Hindari faktor pencetus


Medikamentosa (antihistamin H1, oral dekongestan, kortikosteroid topikal,
sodium kromoglikat)
Operatif konkotomi (pemotongan sebagian konka inferior) bila konka
inferior hipertrofi berat.
Imunoterapi dilakukan pada kasus alergi inhalan yang sudah tidak responsif
dengan terapi lain. Tujuan imunoterapi adalah pembentukan IgG blocking
antibody dan penurunan IgE.

Klasifikasi rhinitis alergi

386. Tuli
Normal

Rinne

Weber

Schwabach

(+)

Tidak ada
lateralisasi

Sama dengan
pemeriksa

Udara lebih baik dari tulang

Tuli Konduktif

(-)

Lateralisasi ke
telinga sakit

Memanjang

Tuli Sensorineural

(+)

Lateralisasi ke
telinga sehat

Memendek

387. Vertigo
Peripheral Vertigo

Central Vertigo

Inner ear, vestibular nerve

Brainstem, cerebellum,
cerebrum

Onset

Sudden

Gradual

Nausea, vomitting

Severe

Varied

Hearing symptom

Often

Seldom

Often

Compensation/resolution

Fast

Slow

Spontaneous nystagmus

Horizontal, rotatoir

Vertical

Latency (+), fatigue (+)

Latency (-), no fatigue (-)

Paresis

Normal

Involving

Neurologic symptom

Positional nystagmus

Calory nystagmus

Vertigo
Symptomatic treatment:
Antivertigo (vestibular suppressant)
Ca channel blocker: flunarizin
Histaminic: betahistine mesilat
Antihistamin: difenhidramine, sinarisin

Antiemetic:
prochlorperazine, metoclopramide

Psycoaffective:
Clonazepam, diazepam for anxiety & panic attack

Vertigo
Treatment for spesific conditions:
BPPV: canalith repositioning maneuvre (Brandt-Daroff, Epley,
Semont maneuvre)
Menieres disease: low salt diet, diuretic, surgery, transtympanic
gentamycin
Labyrinthitis: antibiotics, removal of infected tissue, vestibular
rehabilitation
Migraine: beta blocker, Ca channel blocker

Vascular disease: control of vascular risk factors,


antiplatelet/anticoagulant agents

388. Angifibroma Juvenile


Tumor jinak yang mudah berdarah, terletak di
nasofaring remaja laki-laki prepubertas
Lesi terletak dekat bagian superior foramen
spenopalatina
Manifestasi klinis :

Obstruksi nasal (80-90%)


Epistaxis unilateral dan berulang
Sakit kepala
Nyeri wajah
Rhinore unilateral, anosmia, hiposmia, tuli, otalgia
dan deformitas pada pipi

Terapi Medis :
Testosterone receptor blocker (flutamide)
tumor stage I dan II (tidak terlalu sering
digunakan)
Radioterapi (stereotactic dan conformal)
menyembuhkan pada 80% kasus
Rhinotomy lateral, transpalatal, transmaxillary
atau melalui rute sfenoetmoidalis untuk tumor
berukuran kecil

389. Rhinosinusitis
Diagnosis

Clinical Findings

Acute Rhinosinusitis

Two or more symptoms, included nasal obstruction or nasal


discharge as one of them and: facial pain/pressure or
hyposmia/anosmia.
cheek pain: maxillary sinusitis
retroorbital pain: ethmoidal sinusitis
forehead or headache: frontalis sinusitis

Chronic sinusitis

Subacute: 4 weeks-3 months. Chronic: > 3 months. Symptoms


are nonspesific, may only consist of 1 or 2 from these
chronic headache, post nasal drip, chronic cough, throat
disturbace, ear disturbance, sinobronchitis.

Dentogen sinusitis

The base of maxilla are processus alveolaris, where tooth roots


are located. Tooth infection can spread directly to maxillary
sinus. Symptoms: unilateral sinusitis with purulent nasal secrete
& foul breath.
Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

390. Epistaksis
Penatalaksanaan
Perbaiki keadaan umum
Nadi, napas, tekanan darah

Hentikan perdarahan
Bersihkan hidung dari darah & bekuan
Pasang tampon sementara yang telah dibasahin adrenalin
1/5000-1/10000 atau lidokain 2%
Setelah 15 menit, lihat sumber perdarahan

Cari faktor penyebab untuk mencegah rekurensi


Trauma, infeksi, tumor, kelainan kardiovaskular, kelainan darah,
kelainan kongenital

Epistaksis
Epistaksis anterior:
Sumber: pleksus kisselbach plexus atau a. ethmoidalis
anterior
Dapat terjadi karena infeksi & trauma ringan, mudah
dihentikan.
Penekanan dengan jari selama 10-15 menit akan menekan
pembuluh darah & menghentikan perdarahan.
Jika sumber perdarahan terlihat kauter dengan AgNO3, jika
tidak berhenti tampon anterior 2 x 24 jam.

Buku Ajar THT-KL FKUI; 2007.

Anda mungkin juga menyukai