Efisiensi Saluran Irigasi
Efisiensi Saluran Irigasi
51
52
53
2.
dilakukan
dengan
menggunakan
rumus
hidrolika
Pengukuran
dilakukan
misal
dengan
cara
setelah
pengukuran
debit
selesai.
Penentuan
bagian
cara
54
55
56
57
Posisi
In
Primer
Lebar
Saluran
(meter)
(w)
1)
2)
3)
12
Out
2)
3)
In
2)
3)
Sekunder
2,45
Out
2)
3)
In
2)
3)
Tersier
0,62
Out
2)
3)
Kedalaman
(meter)
1
1,5
1
1) 1
1,5
1
1) 0,35
0,4
0,16
1) 0,33
0,38
0,28
1) 0,29
0,28
0,26
1) 0,12
0,13
0,07
V
0,694
1,10
0,589
0,624
0,91
0,587
(d)
ratarata
(V)
ratarata
(Q)
ratarata
1,167
0,794
11,15
11 %
1,67
0,707
0,303
4
0,33
0,28
0,276
7
0,042
0,24
30,95%
0,106
7
= 0,794 m/s
2) Perhitungan
1+1+1,5
drata-rata
=
3
= 1,167 m
Nilai A = drata-rata . w
= 1,167 x 12
= 14,004 m2
3) Perhitungan Q
0,296
3%
2. Analisis Data :
9,93
0,4
Vrata-rata
Efesiensi
QinQout
x 100
Qin
0,0293
58
Qin
= 0,794 x 14,004
= 11,15 m3/det
b) Sungai Primer Output (Qout)
1) Perhitungan Nilai V:
V
= 0,000854 . C + 0,005
V1 (m/s) = 0,000854 . 673 + 0,005 = 0,624
V2 (m/s) = 0,000854 . + 0,005 = 0,91
V3 (m/s) = 0,000854 . + 0,005 = 0,587
0,624+0,91+0,587
Vrata-rata =
3
= 0,707 m/s
2) Perhitungan A
drata-rata
1+1+1,5
3
= 1,167 m
= drata-rata . w
= 1,167 x 12
= 14,004 m2
3) Perhitungan Q
Nilai A
Qout
= 0,707 x 14,004
= 9,93 m3/det
Perhitungan Efisiensi
E =
QinQout
x 100
Qin
11,159,93
x 100
11,15
1,21
x 100
11,15
= 0,11 x 100%
= 11%
59
V =
=
s
t
86
215
= 0,4 m/det
Diketahui s = panjang tali rafia (jarak sungai) = 86 m
2) Perhitungan Nilai A
drata-rata
0,35+ 0,4+0,16
3
= 0,3034 m
A
= drata-rata x w
= 0,3034 x 24,5
= 0,74 m2
3) Nilai Qin
Qin = A x V
= 0,74 x 0,4
= 0,296 m/det
d) Sungai Saluran Sekunder Output (Qout)
1) Perhitungan Nilai V
s
V = t
=
86
215
= 0,4 m/det
Diketahui s = panjang tali rafia (jarak sungai) = 86 m
60
2) Nilai A
drata-rata =
0,33+ 0,38+0,28
3
= 0,33 m
A
= drata-rata x w
= 0,33 x 21,8
= 0,7194 m2
3) Nilai Qout
Qout
= Ain x V
= 0,7194 x 0,4
= 0,28776 m/det
Perhitungan Efisiensi
E =
QinQout
x 100
Qin
0,2960,28776
x 100
0,296
= 0,030 x 100%
= 3%
e) Sungai Tersier Input (Qin)
1) Perhitungan Nilai V
s
V = t
=
13
53
= 0,245 m/det
Diketahui s = panjang jarak sungai = 13 m
2) Nilai A
drata-rata
0,29+ 028+0,26
3
= 0,2767 m
A = drata-rata x w
= 0,2767 x 0,62
= 0,1715 m2
61
62
3) Nilai Qin
Qin = A x V
= 0,1715 x 0,245
= 0,042 m/det
f) Sungai Tersier Output (Qout)
1) Perhitungan Nilai V
s
V = t
=
13
53
= 0,245 m/det
2) Nilai A
drata-rata =
0,12+ 0,13+0,07
3
= 0,1067 m
A = drata-rata x w
= 0,1067 x 1,12
= 0,1195 m2
3) Nilai Qout
Q = Ax V
= 0,1195 x 0,245
= 0,0293 m/det
Perhitungan Efisiensi
E =
QinQout
x 100
Qin
0,0420,0293
x 100
0,296
= 0,3095 x 100%
= 30,95 %
63
Series 1
35%
30%
25%
20%
15%
10%
5%
0%
Saluran Primer
Gambar 2.1
Saluran Sekunder
Saluran Tersier
E. Pembahasan
Efisiensi irigasi didefinisikan sebagai perbandingan antara jumlah air
yang diberikan dikurangi kehilangan air dengan jumlah yang diberikan.
Kehilangan air irigasi yang terjadi selama pemberian air disebabkan terutama
oleh perembesan (seepage) di penampang basah saluran, evaporasi
(umumnya relatif kecil) dan kehilangan operasional (operational losses) yang
tergantung pada sistem pengelolaan air irigasi. Kehilangan air irigasi dari
pintu sadap tersier sampai petakan sawah biasanya disebut sebagai efisiensi
pemberian tersier, sedangkan kehilangan air dari sadap bendung sampai ke
sadap tersier dinyatakan sebagai efisiensi pemberian air di jaringan utama
(Soetjipto 1992).
Manfaat pengukuran efisiensi pada jaringan irigasi adalah:
a) Untuk menghasilkan penggunaan air irigasi yang efisien di tingkat petani
yang disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman.
b) Untuk penelitian terapan dalam evaluasi tingkat efisiensi penggunaan air
irigasi permukaan, misalnya rembesan/bocoran di saluran, debit yang
diperlukan panjang alur (furrow) dan sebagainya.
64
c) Untuk keperluan iuran pelayanan air irigasi diperlukan alat ukur untuk
menetapkan jumlah air yang telah digunakan dan besarnya iuran air yang
harus dibayar oleh pemakai air tersebut (Sukirno 1979).
Beberapa saluran irigasi yang ada dalam suatu sistem irigasi sebagai
berikut :
a. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju saluran
sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas ujung saluran primer
adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
b. Saluran sekunder membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
primer menuju petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan sadap terakhir.
c. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap dari saluran
sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan boks tersier
terakhir.
Berdasarkan hasil pengamatan dan setelah dilakukan perhitungan
diperoleh data pada saluran primer rata-rata Qin sebesar 11,15 m3/det, dan Qout
sebesar 9,93 m3/det. Saluran sekunder diperoleh data Q in sebesar 0,296 m3/det
dan pada Qout sebesar 0,28776 m3/det, sementara pada saluran tersier
diperoleh data Qin sebesar 0,042 m3/det dan Qout sebesar 0,0293 m3/det.
Berdasarkan perhitungan debit diatas dapat dihitung efisiensi masing-masing
saluran irigasi tersebut. Efisiensi saluran primer didapatkan data sebesar 11%,
saluran sekunder sebesar 3%, sementara efisiensi saluran tersier diketahui
sebesar 30,95%. Hal ini disebabkan karena besarnya luas atau lebarnya dari
saluran primer dibandingkan saluran tersier dan sekunder, sehingga debit air
yang dihasilkan paling besar di saluran primer. Tetapi efisiensinya paling
besar pada saluran tersier Saluran tersier memiliki ukuran saluran irigasi yang
kecil dan arusnya lebih pelan, hal inilah yang menjadikan manajemen saluran
tersier lebih mudan dan akhirnya menyebabkan air pada saluran tersier
menjadi lebih efisien. Saluran sekunder mengalami nilai negative berarti air
65
yang masuk dan air yang kurang tidak termanagement dengan baik. Banyak
air yang terbuang karena debit air antara output dan input tidak seimbang.
Perbedaan pengukuran dengan metode apung dan current meter
disebabkan karena beberapa faktor yakni : pada metode pelampung angin
sangat berpengaruh besar terhadap cepat atau lambatnya pelampung bergerak,
apabila semakin kuat angin yang menghembus pelampung maka semakin
cepat pula pelampung bergerak dan juga kuatnya angin berhembus juga
mempengaruhi arah gerak pelampung mengikuti arah angin sehingga
mengakibatkan jalannya pelampung tidak lurus dan jarak yang ditempuh
bertambah karena berbelokbeloknya pelampung dan sebaliknya ketika
hembusan angin tidak kuat maka gerak pelampung yang dipengaruhi arus air
menjadi lebih stabil.
F. Kesimpulan dan Saran
1 Kesimpulan
Adapun beberapa kesimpulan dari praktikum ini antara lain :
a Efisiensi paling efektif terjadi pada saluran tersier yaitu 30,95%.
Semakin besar nilai efisiensi, berarti semakin besar keefektifann saluran
b
52