Anda di halaman 1dari 20

SERTIFIKASI BENIH

Proses pemberian sertifikat benih tanaman


melalui pemeriksaan, pengujian &
pengawasan serta memenuhi semua
persyaratan untuk diedarkan atau dipasarkan
dalam rangka kegiatan usaha tani.
Sertifikasi benih: pemeriksaan, pengujian
(analisis benih) dan pengawasan oleh BPSB
(Badan Pengawas dan Sertifikasi Benih).

Pemeriksaan dilakukan terhadap kondisi


lahan yang belum ada tanamannya,
varietas yang akan ditanam, luas produksi
benih, dsb.
Pengujian (analisis benih) dilakukan di
laboratorium (KA, DK, Kemurnian, dll).
Pengawasan dilakukan terhadap benih
yang sudah mendapatkan sertifikat,
termasuk yang sudah ada di pasaran.

Manfaat Sertifikasi Benih


Produsen/ Penangkar Benih
Merupakan suatu kepastian hukum, berarti
bahwa benih yang bersertifikat mempunyai
mutu lebih baik karena telah lulus pengujian
(fisiologis, morfologis, dll).
Merupakan promosi benih yang akan
diperdagangkan, pada label memuat
informasi mengenai benih tersebut.

Pemerintah
Merupakan kontrol terhadap benih yang
akan dipasarkan karena mutunya telah
tercantum dalam sertifikat benih tersebut.
Pemberian sertifikat digunakan untuk
menentukan standar bagi benih yang
diproduksi agar sesuai dengan ketentuan
pemerintah.
Benih yang tidak lulus sertifikasi, tidak
dapat diperdagangkan.

Petani/ Konsumen
Merupakan jaminan mutu benih
sehingga jika terjadi penyimpangan
yang merugikan maka pihak konsumen
dapat menuntut.
Sertifikat tersebut merupakan sumber
informasi bagi petani selaku pengguna
benih.

Tujuan Sertifikasi Benih


Untuk memelihara dan menyediakan
benih/ bahan perbanyakan tanaman
bermutu tinggi dari varietas yang
berdaya hasil tinggi bagi masyarakat
sehingga dapat didistribusikan dengan
identitas genetik yang terjamin.

Syarat Penangkar Benih


Memiliki lahan/ menguasai lahan tertentu
yang akan digunakan untuk tempat
produksi benih.
Memiliki fasilitas peralatan dan gudang
yang akan dimanfaatkan untuk kegiatan
produksi benih.
Produsen harus mampu mengawasi
kegiatan produksinya sampai memperoleh
sertifikat.
Produsen harus mematuhi peraturan/
norma yang berlaku dalam proses
mendapatkan sertifikat

Permohonan Sertifikasi
Permohonan sertifikasi ke BPSB sebaiknya
dilakukan 3 bulan sebelum kegiatan produksi.
Prosedur permohonan sertifikat, yaitu:
Mengisi blangko yang telah disediakan oleh BPSB,
dengan melampirkan data-data mengenai:
varietas benih yang akan diproduksi,
waktu (kapan produksi akan dilakukan), hal ini
untuk memudahkan jadwal pengecekan oleh
petugas apakah kegiatan produksi sesuai dengan
musimnya.
luas lahan produksi (termasuk peta lahan),

sejarah lahan tersebut, berkaitan apakah lahan


tersebut sebelumya pernah ditanami dengan
varietas yang sama dengan yang akan diproduksi,
jumlah benih yang akan dihasilkan, berkaitan
dengan jumlah kemasan dan jumlah label untuk
benih tersebut,
Ukuran kemasan benih, berkaitan dengan tingkat
pembelian oleh petani.
kelas benih yang diproduksi,
informasi kelengkapan fasilitas pendukung, alatalat produksi, gedung, gudang, dll.

Dilakukan pengecekan oleh petugas BPSB


(Field Inspector) terhadap data-data yang
diberikan oleh produsen/ penangkar benih.
Petugas melakukan pemeriksaan tanaman
di lapangan.
Tahapan pemeriksaan tanaman dilakukan
sebagai berikut:
Tanaman sebelum berbunga (pre flowering
stage), berkaitan denga keseragaman
pertumbuhan terutama perkecambahan
benihnya.
Saat berbunga, untuk melihat keseragaman
masa berbunga tanaman tersebut.

Setelah tanaman berbunga, berkaitan dengan


pertumbuhan tanaman secara keseluruhan
apakah homogen atau ada tipe simpang terhadap
kondisi tanaman keseluruhan. Apabila terdapat
tipe simpang maka perlu dilakukan roguing yaitu
membuang tanaman tipe simpang tersebut.
Adapun kriteria dilakukan roguing yaitu:

perbedaan morfologi tanaman (bentuk daun, tinggi


tanaman, dll).
Dilihat dari keseragaman tanaman di lahan, termasuk
bila ada tanaman yang layu harus segera dicabut.

Sebelum panen, berkaitan dengan tingkat


kemasakan benih yaitu serempak atau tidak.
Saat panen, benih yang masak fisiologis bernas
dan kering seragam atau tidak.

Prosesing, berkaitan dengan alat yang


digunakan. Apakah alat yang digunakan
memenuhi standar, termasuk bila alat yang
digunakan sudah berkarat akan mempengaruhi
terhadap mutu benih yang dihasilkan.
Pengambilan sampel, yaitu sampel benih yang
akan dibawa dan diuji oleh BPSB.

Verifikasi tanaman di lapangan dilakukan


dengan cara:
Petugas berjalan perlahan di antara barisan
tanaman sejauh + 2 meter
Petugas mengedarkan pandangan terhadap
hal-hal seperti tinggi tanaman, dll.

Pengujian Laboratorium
Bertujuan untuk menguji mutu benih.
Sampel benih yang diambil harus
homogen, karena mutu benihnya hanya
berdasarkan sampel yang dikirim.
Prosedur pengambilan sampel benih,
yaitu:
Mengambil sampel benih dalam bentuk seed
lot (kumpulan benih yang dihasilkan dalam
satu areal)
Mengambil primary sample

Primary sample
Dipilah dalam 2 kelompok, pengambilan benih
dari karung (seed lot) dilakukan secara acak
(bila luas lahan kecil). Bila luas lahan besar,
maka pengambilan benih harus mewakili dari
masing-masing karung karena benih tersebut
ditempatkan dalam beberapa karung.
Seed lot yang telah diambil lalu diberi label/
tanda.
Pengambilan sampel dilakukan oleh petugas
BPSB yang disaksikan oleh penangkar benih
tersebut.

Composite sample
Merupakan benih campuran dari benih primary
sample.
Pengambilan submitted sample
Sejumlah kecil benih yang diambil dari
composite sample untuk pengujian benih di
laboratorium. Dalam kemasan harus diberi label
submitted sample.
Petugas harus mencatat tanggal masuk, tanggal
proses, sebelum pengujian dilakukan.

Pengujian benih
Working sample (contoh kerja), dilakukan di
laboratorium terhadap kadar air benih,
kemurnian benih, dan viabilitas benih.
Contoh untuk disimpan, sewaktu-waktu dapat
dimanfaatkan bila pengujian terhadap working
sample mutunya kurang bagus, dan atas
permintaan penangkar benih untuk diuji
kesehatan benih tersebut. Bila hasilnya bagus
maka dapat diberi sertifikat.
Urutan pengambilan contoh benih, contoh
primer-contoh campuran (composite)-contoh
kiriman (submitted)-contoh kerja.

Berat minimum sampel


Komoditas
Padi (Oryza sativa)
Jagung (Zea mays)
Kedelai (Glycine max)
Kc. Tanah (A. hypogaea)
Bayam (Amaranthus sp.)
Cabai (Capsicum sp.)
Kc. Panjang (V. sinensis)

Contoh
kiriman (g)

Contoh kerja
kemurnian (g)

1000
1000
1000
1000
10
150
1000

60-75
900
500
1000
2
15
400

Pengujian Mutu Benih


Pengujian standar, adalah pengujian untuk
keperluan pengisian/ pengecekan data
label, terdiri atas:

Penetapan kadar air


Pengujian kemurnian fisik
Pengujian daya tumbuh
Penetapan varietas lain

Pengujian khusus/ spesifik, adalah


pengujian sifat benih yang mencirikan
mutu spesifik atas permintaan dari pemilik
benih, terdiri atas:

Pengujian viabilitas benih secara biokhemis


Pengujian berat 1000 butir
Pengujian heterogenitas kelompok benih
Pengujian kesehatan benih
Pengujian kebenaran varietas/ verifikasi
kultivar
Pengujian vigor

Pengawasan pasca sertifikasi


Dilakukan pengawasan di pasar.
Penampilan secara morfologis dari benih yang
dipasarkan. Apabila ada kerusakan benih
meskipun masa kadaluarsanya belum habis
maka harus dilakukan pengujian kembali.
Label dalam kemasan benih terutama masa
kadaluarsanya. Bila telah habis masa kadaluarsa
benih, maka harus ditarik kembali atau dilakukan
pengujian ulang. Bila hasil uji ternyata masih
layak, maka dapat dilakukan labeling ke-2
(perpanjangan).
Konsumen berhak komplain bila mutu benih
tidak sesuai dengan labelnya.

Anda mungkin juga menyukai