Makalah PH Brata
Makalah PH Brata
Oleh:
BRATA TAMA UNSANDY
NIM. 110100322
Oleh:
BRATA TAMA UNSANDY
NIM. 110100322
2016
KEMATIAN IBU DAN ANAK
Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi
persyaratan dalam mengikuti kegiatan Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di
Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas
Sumatera Utara.
Oleh:
BRATA TAMA UNSANDY
NIM. 110100322
LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM
: 110100322
KATA PENGANTAR
Terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kematian Ibu dan Anak sebagai
salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan dalam mengikuti kegiatan
Kepaniteraan Klinik Senior (KKS) di Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran, Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dr. Sjahrial R. Anas, MHA selaku dosen pembimbing
makalah atas kesediaan beliau meluangkan waktu dan pikiran untuk membimbing,
mendukung, dan memberikan masukan kepada penulis sehingga makalah ini
dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kegiatan ini masih belum
sempurna, baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah
ini di kemudian hari. Semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih bagi
perkembangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kesehatan. Atas bantuan
dan segala dukungan dari berbagai pihak baik secara moral maupun spiritual,
penulis mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ i
KATA PENGANTAR...................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang................................................................................
1.2 Tujuan Penelitian............................................................................
1.3 Manfaat Penelitian..........................................................................
1
1
3
3
4
4
4
4
5
8
9
10
12
13
15
Latar Belakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi yang ada di Indonesia. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian
Bayi di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian
ibu tiap tahunnya mencapai 450 per seratus ribu kelahiran hidup yang jauh diatas
angka kematian ibu di Filipina yang mencapai 170 per seratus ribu kelahiran
hidup, Thailand 44 per seratus ribu kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia,
2010).
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per pada 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDGs 2000)
untuk tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun
2007 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun
dari 34 pada tahun 2007 menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2011).
Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia dengan angka
kematian ibu rata-rata 413 per seratus ribu kelahiran hidup yang menjadikan
Provinsi Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan Angka Kematian Ibu
tertinggi di Indonesia bersama dengan Jawa Barat yaitu dengan Angka Kematian
Ibu 2280 per seratus ribu kelahiran hidup, Jawa Tengah dengan Angka Kematian
Ibu sebesar 1766 per seratus ribu kelahiran hidup, Nusa Tenggara Barat 370 per
seratus ribu kelahiran hidup. Untuk Angka Kematian Ibu juga masih tinggi di
Provinsi Sumatera Utara dengan kematian bayi 40 per 1.000 kelahiran hidup
bersama dengan Nusa Tenggara Barat dengan kematian bayi 60 per 1.000
kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2010) .
1.2.
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk lebih mengerti dan
Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada penulis dan
pembaca khususnya yang terlibat dalam bidang medis dan masyarakat secara
umumnya agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai
kematian ibu dan anak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ergonomi
2.1.1 Pengertian
MenurutInternational Ergonomic Association (IEA), ergonomi berasal dari
bahasa Yunani, yaitu ergon yang artinya kerja dan nomos yang artinya hukum
alam, sehingga ergonomi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hubungan
antara manusia dengan dan elemen-elemen lain dalam suatu sistem dan pekerjaan
yang mengaplikasikan teori, prinsip, data dan metode untuk merancang suatu
sistem yang optimal, dilihat dari sisi manusia dan kinerjanya.9
2.1.2 Ruang Lingkup
Pusat Kesehatan dan Keselamatan Kerja Departemen Kesehatan RI,
menyatakan bahwa ruang lingkup ergonomi mencakup beberapa aspek keilmuan
yaitu:1
1. Teknik, yaitu cara-cara melakukan pekerjaan dengan baik sehingga dapat
mengurangi resiko cedera akibat ergonomi yang tidak baik.
2. Fisik, yaitu dimana penampilan seseorang mencerminkan keseimbangan
antara kemampuan tubuhnya dengan tuntutan tugas. Apabila tuntutan tugas
lebih
besar
daripada
kemampuan
tubuh
maka
akan
terjadi
Sikap Kerja
Sikap tubuh sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan tata letak
Jika memungkinkan menyediakan meja yang dapat diukur turun dan naik.
Gambar 2.1 Sikap kerja pada Visual Display Terminal (VDT) yang
direkomendasikan 16
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah mengurangi kelelahan pada kaki,
terhindar dari sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi,
berkurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah.13
2.2.2 Sikap Kerja Berdiri
Sikap kerja berdiri merupakan sikap kerja yang posisi tulang belakang
vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada dua kaki. Bekerja dengan
posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan terjadi penumpukan darah dan
berbagai cairan tubuh pada kaki dan hal ini akan bertambah bila berbagai bentuk
dan ukuran sepatu yang tidak sesuai. Sikap kerja berdiri dapat menimbulkan
keluhan subjektif dan juga kelelahan bila sikap kerja ini tidak dilakukan
bergantian dengan sikap kerja duduk.17
Rekomendasi ergonomis tentang ketinggian landasan kerja posisi berdiri
didasarkan pada ketinggian siku berdiri sebagai berikut ini : 15,18,19
1. Untuk pekerjaan memerlukan ketelitian dengan maksud untuk mengurangi
pembebanan statis pada otot bagian belakang, ketinggian landasan kerja
adalah 5-10 cm di atas tinggi siku berdiri.
2. Selama kerja manual, di mana pekerja sering memerlukan ruangan untuk
peralatan, material dan kontainer dengan berbagai jenis, ketinggian
landasan kerja adalah 10-15 cm di bawah tinggi siku berdiri.
Gambar 2.2 Pengaturan tinggi meja kerja pada posisi kerja berdiri 21
2.3
Gangguan Muskuloskeletal
10
11
Sikap kerja tidak alamiah adalah sikap kerja yang menyebabkan posisi
bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah misalnya pergerakan tangan
terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat dan sebagainya.
Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka akan semakin
tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini
pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja
tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja.
4.
a.
Tekanan
Terjadinya tekanan langsung pada jaringan otot yang lunak. Sebagai contoh,
pada saat tangan harus memegang alat, maka jaringan otot tangan yang lunak
akan menerima tekanan langsung dari pegangan alat, dan apabila hal ini sering
terjadi, dapat menyebabkan rasa nyeri otot yang menetap.
b.
Getaran
Getaran dengan frekuensi tinggi akan menyebabkan kontraksi otot
Mikroklimat
Paparan suhu dingin yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan,
kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit
bergerak yang disertai dengan menurunnya kekuatan otot. Demikian juga dengan
paparan udara yang panas. Beda suhu lingkungan dengan suhu tubuh yang
terlampau besar menyebabkan sebagian energi yang ada dalam tubuh akan
termanfaatkan oleh tubuh untuk beradaptasi dengan lingkungan tersebut. Apabila
hal ini tidak diimbangi dengan pasokan energi yang cukup, maka akan terjadi
kekurangan suplai energi ke otot. Sebagai akibatnya, peredaran darah kurang
lancar, suplai oksigen ke otot menurun, proses metabolisme karbohidrat terhambat
dan terjadi penimbunan asam laktat yang dapat menimbulkan rasa nyeri otot.
5.
Penyebab kombinasi.
Selain faktor faktor yang telah disebutkan di atas, beberapa ahli
12
merokok, aktivitas fisik, kekuatan fisik dan ukuran tubuh juga dapat menjadi
penyebab terjadinya keluhan otot skeletal.
2.3.3
3. Bahu kanan
1. Leher bawah
2. Bahu kiri
5. Punggung
13
7. Pinggang
8. Bawah pinggang
9. Bokong
14
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
KESIMPULAN
Desentralisasi bidang kesehatan memberi ruang yang besar bagi
SARAN
Keterlibatan stakeholder eksekutif, legislatif dan kelompok masyarakat
DAFTAR PUSTAKA