Landasan Teroretis Kondisi Fisik
Landasan Teroretis Kondisi Fisik
Landasan Teroretis Kondisi Fisik
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Kajian Teoritis
1. Hakikat Kondisi Fisik
Kondisi fisik menurut Sajoto (1988:37) adalah : satu prasarat yang sangat
diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet bahkan dapat dikatakan
sebagai keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau ditawar-tawar lagi atau titik
tolak suatu olahraga prestasi
Dari uraian diatas dapat dijelaskan kondisi fisik adalah keadaan yang ada pada
diri setiap atlet yang sangat diperlukan dalam setiap usaha peningkatan prestasi
seorang atlet bahkan bisa dikatakan sebagai landasan ataupun sebagai titik tolak awal
dari olahraga prestasi.
Harsono (1988 : 153) mengemukakan bahwa Kondisi fisik memegang
peranan penting pada atlet waktu mengikuti program latihan, maupun saat
bertanding. Program latihan kondisi fisik haruslah direncanakan secara baik dan
sistematis sehingga dengan demikian atlet dapat berprestasi secara maksimal. Seperti
yang diungkapkan oleh Sajoto (1988 : 57) Komponen kondisi fisik adalah satu
kesatuan yang utuh dari komponen komponen kesegaran jasmani motorik dari
seorang atlet atau olahragawan.
10
11
sudah direncanakan secara baik dan sistematis yang ditujukan untuk meningkatkan
kesegaran jasmani dan kemampuan fungsional dari sistem organ tubuh dengan
demikian memungkinkan atlet akan berprestasi dengan baik
Pada cabang olahraga atletik, Lutan, dkk (1999:28) menyatakan kondisi fisik
atlet atletik yang perlu dibina adalah : Kekuatan (Srength), Daya Tahan Otot
(Muscular Endurance ), Daya Ledak (Power), Kecepatan (Speed), Kelentukan
(Flexibility), dan Daya Tahan (Endurance).
a. Kekuatan (Strength)
Harsono (1988:177) mengatakan Kekuatan (strength) merupakan dasar
(basis) dari power dan daya tahan otot. Kekuatan merupakan kondisi fisik yang
mendasar dan harus dimiliki oleh setiap individu. Seperti diuraikan Sajoto (1988:58)
bahwa Kekuatan adalah komponen kondisi fisik seseorang tentang kemampuannya
dalam menggunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja. lebih lanjut
Harsono (1988:178) mengatakan bahwa Kekuatan kemampuan otot untuk
membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa untuk dapat mengembangkan kemampuan kekuatan tubuh adalah
dengan mengangkat, mendorong atau menarik beban baik dengan beban tubuh sendiri
atau dengan beban dari luar.
Energi yang diperoleh untuk menggerakkan tubuh diproses dibagian otot,
maka otot perlu dilatih agar dapat menyiapkan energi lebih banyak lagi, karena
12
dengan adanya kondisi otot yang baik dapat meningkatkan kekuatan si atlet.
Kemampuan kerja otot sangat dibutuhkan dalam setiap aktifitas olahraga, khususnya
cabang atletik. Otot yang paling dominan bekerja adalah otot lengan dan otot tungkai.
Dengan memiliki kekuatan otot lengan dan otot tungkai yang baik, maka lemparan
atau tolakan akan semakin jauh dan terarah.
Kemudian Harsono (1998:177) menambahkan bahwa
kekuatan otot merupakan basis dari semua komponen fisik karena :
merupakan daya penggerak setiap aktifitas fisik, memegang peranan penting
dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cidera, dengan kekuatan otot
akan dapat lari cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan efisien, serta
memukul lebih kuat, dapat membantu stabilitas sendi-sendi.
13
pemberian beban pada otot yang akan dilatih,akan tetapi beban tersebut haruslah
sedikit demi sedikit bertambah berat agar perkembangan otot lebih kuat. Untuk
mendapatkan kekuatan yang baik dapat dilakukan dengan cara melakukan aktivitas
dan latihan dengan beban ringan tapi memiliki waktu yang lama seperti : bench press,
leg press, latihan squat thrust, push up, sit-up, pull up, squat jump, renang dan lain
lain. Dengan demikian dapat dikatakan kekuatan ini secara umum memang
dibutuhkan dalam semua gerak dan semua aktifitas olahraga terutama dalam cabang
olahraga atletik.
b. Daya Tahan Otot (Muscular Endurance )
Menurut Sajoto (1988:210) Daya tahan otot (Muscular Endurance) adalah
daya tahan yang menunjukkan kemampuan otot atau sekelompok otot, dalam
melaksanakan tugasnya dengan waktu yang cukup lama. Sementara Harsono
(1998:202) menjelaskan : Daya tahan otot adalah kemampuan otot untuk melakukan
kontraksi secara berturut-turut untuk waktu yang lama.
Dick dalam Harsono (1998:202) menambahkan bahwa Daya tahan otot yang
diistilahkan dengan Strength Endurance adalah kemampuan seluruh organisme tubuh
untuk mengatasi lelah pada waktu melakukan aktifitas yang menuntut Strength dalam
waktu yang lama.
Dalam upaya peningkatan daya tahan otot, untuk weight training dapat
digunakan namun ada hal yang patut diperhatikan yakni bahwa sesuai dengan batasan
14
daya tahan otot, repetisi angkatannya harus lebih banyak daripada repetisi untuk
latihan strength dan latihan power, yaitu antara 20 25 RM ( Repetisi Maksimal ).
Hal ini berarti bahwa beban saat weight trainingnya lebih ringan daripada 25 RM (
Harsono (1988 : 191)).
Dari beberapa kutipan diatas dapat diterangkan bahwa dengan memiliki daya
tahan otot yang baik, maka seorang atlet akan dapat melakukan aktifitas secara terus
menerus sampai waktu yang lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti. Dalam
cabang olahraga atletik daya tahan otot ini sangat perlu sekali dimilki oleh pelari
400M, 800M. Dalam beberapa nomor atletik, faktor daya tahan otot sangat
berpengaruh dominan dalam mencapai hasil yang maksimal karena dalam melakukan
lari perlu adanya daya tahan otot yang baik, seperti daya tahan otot perut, punggung,
lengan maupun otot tungkai
c. Daya Ledak (Power)
Menurut Harsono (1998:200) Power atau daya ledak adalah kemampuan otot
untuk mengerahkan kekuatan maksimal dalam waktu yang sangat cepat Sementara
menurut Sajoto (1988:55) daya ledak adalah kemampuan melakukan gerakan secara
explosive. Bompa (1994:55) Menyatakan bahwa : Daya ledak merupakan hasil kali
daripada kecepatan maksimum dan kekuatan maksimum.
15
Selanjutnya Sajoto (1988 : 55) menambahkan bahwa Daya ledak otot adalah
kemampuan seseorang untuk melakukan kekuatan maksimum, dengan usaha yang
dikerahkannya dalam waktu sependek pendeknya.
Selanjutnya Bompa (1994:231) menyatakan bahwa:
Membedakan daya ledak menjadi dua bagian yaitu daya ledak siklis dan daya
ledak asiklis. Daya ledak siklis merupakan daya ledak yang dilakukan secara
berulang seperti pada lari cepat, renang cepat dan lain-lain, sedangkan daya
ledak asiklis merupakan daya ledak yang dilakukan sekali saja tanpa ada
pengulangan seperti menendang bola dan nomor lempar dan tolak dalam
cabang olahraga atletik.
Dari beberapa kutipan diatas dapat dijelaskan bahwa latihan daya ledak tidak
boleh hanya menekankan pada beban, akan tetapi harus pula pada kecepatan
mengangkat, mendorong atau menarik beban. Oleh sebab itu, mengangkat dengan
cepat maka berat bebannya tidak boleh seberat beban untuk latihan kekuatan. Dan
tidak boleh juga terlalu ringan sehingga otot tidak merasakan beban. Beban juga tidak
boleh terlalu berat sehingga transfer optimal dari kekuatan ke daya ledak tidak
terjadi, jadi berat beban harus disesuaikan
Dengan demikian jelas bahwa dengan memiliki power otot tungkai yang baik,
maka pelari maupun pelompat akan lebih mudah dalam melakukan gerakan gerakan
secara explosive baik saat berlari, start maupun pada saat melompat
16
d. Kecepatan (Speed)
Menurut Sajoto (1988 :58) kecepatan (speed) adalah : Kemampuan
seseorang dalam melakukan gerakan berkesinambungan, dalam bentuk yang sama
dalam waktu yang sesingkat singkatnya. Harsono (1998:216) juga menambahkan
bahwa kecepatan anggota tubuh seperti lengan atau tungkai adalah penting guna
memberikan akselarasi kepada objek-objek eksternal seperti atletik, sepak bola, soft
ball, bola voli dan sebagainya. Dalam cabang olahraga atletik, faktor kecepatan
sangat berpengaruh dalam meningkatkan prestasi atlet, karena kecepatan merupakan
kemampuan untuk menempuh suatu jarak dengan waktu yang singkat. Kecepatan
bukan saja berarti menggerakkan tubuh secara keseluruhan tetapi juga dapat terbatas
pada kecepatan anggota tubuh tertentu.
Nossek (1982:19) mengemukakan bahwa
Kecepatan dalam aplikasinya dibedakan atas kecepatan lari atau Sprinting,
kecepatan reaksi atau reaction speed dan kecepatan bergerak atau speed of
movement. Kecepatan sprint adalah kemampuan organisme untuk bergerak
dengan cepat lurus kedepan. Kecepatan ini tergantung pada kemampuan otot
dan sistem artikulasi. Kecepatan reaksi adalah kecepatan menjawab suatu
rangsangan sampai adanya respon awal pada otot, sedangkan kecepatan
bergerak adalah kemampuan merubah dari suatu tempat ke tempat lain dalam
suatu gerakan yang utuh degnan waktu yang cepat. Kecepatan bergerak ini
dipengaruhi oleh unsur lain seperti kekuatan otot, daya ledak, kelincahan dan
keseimbangan.
Menurut Bompa (1994:29) Ada tiga elemen istilah yang erat hubungannya
dan tergabung dalam kecepatan yaitu waktu reaksi, frekuensi dari gerakan per-unit
17
waktu dan kecepatan melintasi suatu jarak yang diberikan. Hubungan antara ketiga
faktor tersebut membantu memberikan suatu penilaian dari tampilan latihan yang
memerlukan kecepatan Bompa (1994:30) juga megemukakan bahwa:
Membedakan kemampuan pada dua tipe yaitu kecepatan umum dan
kecepatan special. Kecepatan umum didefenisikan sebagai kemampuan untuk
menampilkan beberapa macam gerakan atau reaksi gerak dengan cara
berulang-ulang. Sedangkan kecepatan spesial pada bagian yang lain
tergantung pada kemampuan untuk melakukan sebuah latihan atau
keterampilan pada kecepatan tertentu yang biasanya sangat tinggi.
Kecepatan itu tergantung dari beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu
kekuatan, waktu reaksi (reaction time), dan fleksibilitas (Koni Pusat didalam Deni
(2010 : 16)). Jadi pada saat berlatih dalam upaya peningkatan kecepatan, seorang atlet
haruslah dilatih juga kekuatannya, fleksibilitas dan kecepatan reaksinya dan tidak
hanya berlatih kecepatannya saja tanpa unsur pendukungnya juga dilatih.
Kemudian Kent (1994 : 354) didalam Sudarman (2009) menjelaskan bahwa
Kecepatan pada cabang olahraga tertentu sangat dominan dan mutlak dibutuhkan.
Kecepatan lahir dari kekuatan yang telah dimiliki, dimana kecepatan ini menampilkan
sebuah gerakan dalam periode waktu sesingkat mungkin.
Dari beberapa uraian diatas dpat dijelaskan bahwa kecepatan merupakan suatu
usaha seseorang untuk melakukan aktifitas dengan cepat dan sesingkat mungkin.
Dengan demikian faktor kecepatan akan sangat memberikan kontribusi yang sangat
besar pada nomor-nomor jarak pendek dan lempar.
18
e. Kelentukan (Flexibility)
Menurut Sajoto (1988:58) bahwa kelentukan adalah keefektifan seseorang
dalam penyesuaian dirinya untuk melakukan segala aktifitas tubuh dengan
penguluran seluas-luasnya, terutama otot-otot, ligamen-ligamen sekitar persendian.
Harsono (2000:8) juga berpendapat kelentukan juga ditentukan oleh elastis tidaknya
otot-otot, tendon dan ligamen disekitar sendi tersebut. Dengan demikian seseorang
yang fleksibel, adalah seseorang yang mempunyai ruang gerak luas dalam sendisendinya dan mempunyai otot-otot elastis
Kelentukan merupakan salah satu bagian komponen kondisi fisik, yang
dikategorikan juga sebagai komponen kondisi fisik dasar. Disebut sebagai komponen
fisik dasar adalah karena kelentukan tersebut berdiri sendiri, tidak dipengaruhi
komponen kondisi fisik lainnya.
Para ahli memberikan defenisi terhadap kelentukan, seperti yang diungkapkan
oleh Sadoso dalam Agita (2011:16) menyatakan bahwa Kelentukan atau flexibility
adalah kemungkinan gerak pada daerah gerak persendian atau golongan persendian.
kemudian dapat disebutkan bahwa setiap orang memiliki kualitas kelentukan masingmasing, dengan kata lain kualitas daripada kelentukan tersebut adalah cenderung
berbeda antar orang yang satu dengan yang lain
Perbedaan secara nyata daripada kelentukan tersebut tentu saja berakibat
langsung terhadap perbedaan kemampuan gerak daripada pelakunya. Kemudian dapat
19
20
seseorang memiliki daya tahan yang prima akan cepat mengalami pemulihan setelah
melakukan kerja yang berat.
Pengertian yang relatif sama dikemukakan oleh Harsono (1998:23) bahwa
Daya tahan dapat dibagi tiga bagian kategori yakni : daya tahan spesial yaitu
kemampuan tubuh (pusat saraf)melawan kelelahan, daya tahan otot lokal yaitu
kemampuan tubuh (otot lokal) untuk melawan kelelahan sub maksimal dan daya
tahan umum yaitu kemampuan tubuh (jantung paru) dalam melawan kelelahan
dengan insensitas rendah waktu lama. Terkait dengan cabang olahraga atletik unsur
daya tahan sangat diperlukan terutama pada nomor lari jarak jauh (5.000m, 10.000m),
jalan cepat dan maraton. Dalam melatih daya tahan otot dapat juga dilatih melalui
latihan latihan seperti yang diungkapkan oleh Harsono (1988 : 157) bahwa : Dua
sistem latihan yang dapat menjamin peningkatan daya tahan (endurance), yaitu
Fartlek dan interval training.
Jadi dari uraian komponen fisik diatas maka seorang pelatih haruslah melihat
kondisi para atletnya sebelum berlatih. Karena seorang atlet yang tidak memiliki
kondisi fisik yang baik sudah tentu akan menghambat dan sulit dalam mencapai
prestasi yang diharapkan. Dari keenam komponen fisik itu yakni kekuatan, daya
tahan otot, kecepatan, daya ledak, kelentukan dan daya tahan, sangat berpengaruh
dalam peningkatan kemampuan atlet atletik.
21
22
yaitu : Bapak Nur Hasyim, S.Pd, pada nomor lempar, Bapak Lilik Herianto, S.Pd,
pada nomor lari jarah menengah,jauh,dan jalan,dan yang terakhir Bapak Mardi
Lestari, SE ,pada nomor lari Pendek (Sprint).
Dalam mencapai sebuah prestasi yang maksimal, tentulah harus ada upaya
semaksimal mungkin dengan dibarengi usaha yang keras juga dari seorang atlet.
Karena ini tentu akan menentukan prestasi yang akan dicapau olah atlet itu sendiri.
Begitu juga dengan para atlet yang tergabung di PPLP yang dikarantina dan
dipusatkan di Sunggal. Mereka difasilitasi dengan berbagai fasilitas yaitu diantaranya
pemberian tempat tidur, sepatu latihan, baju latihan, sepatu lempar/lari, dan
penambahan ekstra makanan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh secara langsung dari PPLP Sunggal,
bahwa sistem perekrutan atlet PPLP Sunggal dilakukan dengan cara menyeleksi
siswa atau pelajar yang berpotensi untuk dijadikan atlet dengan meleui berbagai tes
yang telah ditetapkan seperti tes kesehatan dan tes fisik yang dilakukan oleh pihak
Dispora Sumatera Utara. Dimana sebelumnya setiap pemerintah daerah telah
mengirim calon atlet yang akan di seleksi untuk masuk dan bergabung dalam
pemusatan latihan di Sunggal.
Dalam meraih prestasi yang diharapkan, maka bukan hanya faktor eksternal
saja yang menetukan,akan tetapi faktor internal juga menentukan keberhasilan
seorang atlet. Ini dapat kita kita contohkan misalnya seorang atlet tidak cukup
23
WAKTU
KEGIATAN
05.00
Bangun Pagi,Shalat
05.30
Latihan Pagi
06.30
Makan Pagi
07.00 13.00
13.30
Makan Siang
14.00
Istirahat Siang
15.15
Apel Sore
24
15.30 18.00
Latihan Sore
20.00
Makan Malam
10
20.30 22.00
11
22.00
Tidur
Menu
Pagi
Senin
Siang
Malam
Pagi
Selasa
Siang
25
Pagi
Siang
Malam
Kamis
Pagi
Siang
Malam
Pagi
Jumat
Siang
Malam
Pagi
Sabtu
Siang
Malam
26
Untuk bidang akademik PPLP SUMUT bekerja sama dengan pihak SMA
Negeri 15 Medan, Yayasan pendidikan Mulia dan SMP Negeri 30 Medan dan
dibidang pelatih direkomendasikan oleh induk organisasi olahraga terkait,untuk
atletik direkomendasikan oleh PASI). Berikut Nama-nama atlet atletik PPLP SUMUT
Tahun 2012.
Tabel 3. Nama Nama Atlet Atletik Nomor Sprint PPLP Sumatera Utara
tahun 2012
No
Nama Atlet
L/P
Tahun
Masuk
Spesialis
Asal
Daerah
Agustina Mardika
2010
100 200
Asahan
Agnes Sendyova
2010
200 - 400
Karo
Satria
2011
100 200
Langkat
Afri Rahayu
2011
200
Medan
M. Aswin
2011
100 200
Binjai
Kevrina
2012
100 200
Sibolga
Era Sani
2012
100 200
Simalungun
Tabel 4. Nama Nama Atlet Atletik Nomor Jarak Menengah - Jauh PPLP
Sumatera Utara tahun 2012
No
Nama Atlet
L/P
Tahun
Masuk
Spesialis
Asal
Daerah
Tetty Suastri
2008
1500 5000
Karo
Ari Sanjaya
2010
800 1500
Medan
27
Winda Sari
2011
800 - 1500
Karo
Tabel 5. Nama Nama Atlet Atletik Nomor Lempar PPLP Sumatera Utara
tahun 2012
No
Nama Atlet
L/P
Tahun
Masuk
Spesialis
Asal
Daerah
Abd. Hafiz
2010
L.Lembing
Medan
Wahyudi Ginting
2010
T. Peluru
Karo
Yolanda Ginting
2011
T. Peluru
Medan
Ayu Ardila
2011
L.Cakram
Binjai
Tabel 6. Nama Nama Atlet Atletik Nomor Jalan PPLP Sumatera Utara
tahun 2012
No
Nama Atlet
L/P
Tahun
Masuk
Spesialis
Asal
Daerah
Yuni Shara
2011
Jalan Cepat
Medan
Syafaat Tarigan
2012
Jalan Cepat
Karo
siswa yang
tergabung dalam di PPLP mayoritas adalah siswa yang duduk di bangku SMA,
dimana mereka disekolahkan tidak jauh dari asrama mereka yakni di SMA N.15
28
Medan, dimana SMA N.15 ini memang sudah bekerja sama dengan pihak Dispora
dalam pembinaan atlet.
B.
Kerangka Berpikir
Untuk dapat
merupakan pendukung yang utama. Kondisi fisik memegang peranan penting pada
atlet pada waktu mengikuti program latihan maupun pada saat akan berlomba.
Program latihan kondisi fisik haruslah disusun secara baik dan sistematis agar
terwujud tingkat kesegaran jasmani yang baik sehingga dengan demikian
memungkinkan seseorang atlet untuk mencapai prestasi yang diharapkan.
Adapun kondisi fisik yang perlu dibina adalah : Kekuatan ( Strength ), Daya
Tahan Otot ( Muscular Endurence), Daya ledak ( Power ), Kecepatan ( Speed ),
Kelentukan ( Flexibility ), dan Daya Tahan ( Endurence ).
Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk melakukan
satu kali kontraksi secara maksimal melawan tahanan/beban. Khususnya untuk
cabang olahraga atletik. Otot yang paling dominan bekerja adalah otot lengan dan
otot tungkai. Dengan memiliki kekuatan otot lengan dan otot tungkai yang baik, maka
lemparan atau tolakan akan semakin jauh dan terarah.
Daya tahan otot adalah kapasitas otot untuk melakukan kontraksi secara terus
menerus pada tingkat intensitas submaksimal dalam waktu yang lama hampir semua
cabang olahraga membutuhkan daya tahan otot yang tinggi khususnya dayung,
29
renang, senam alat, tinju, atletik dan sebagainya. Dalam cabang olahraga atletik daya
tahan otot sangat perlu sekali dimiliki oleh pelari 400 m, 800 m, dan 1.500 m.
Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh suatu jarak dengan waktu
yang singkat. Kecepatan ini sangat memberikan kontribusi yang sangat besar pada
nomor-nomor jarak pendek/sprint (100 m, 200 m, 400 m) dan lempar.
Kelentukan adalah kemampuan sendi untuk melakukan gerakan dalam ruang
sendi secara maksimal. Terkait dengan olahraga atletik, unsur kelentukan sangat
diperlukan terutama pada nomor-nomor lempar, lompat dan jalan cepat.
Daya ledak adalah gabungan antara kecepatan maksimal dan kekuatan
maksimal. Daya ledak sangat diperlukan bagi seorang pelempar, pelompat, juga pada
pelari jarak pendek, yakni pada saat start.
Daya tahan adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan yang ringan sampai
tingkat intensitas sub maksimal, dengan melibatkan kelompok otot-otot besar secara
terus menerus dalam waktu yang relative lama tanpa mengalami kelelahan yang
berarti. Terkait dengan cabang olahraga atletik unsur daya tahan sangat diperlukan
terutama pada nomor lari jarak jauh (5.000 m, 10.000 m) dan jalan cepat.
Dengan demikian apabila atlet PPLP Sumatera Utara memiliki kondisi fisik
yang baik yaitu melalui latihan latihan yang tentunya mendukung dalam
peningkatan kondisi fisik, maka tentu akan memperoleh atau menghasilkan sebuah
prestasi yang memuaskan. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat profil
30
kondisi atlet atletik yang ada dalam pembinaan PPLP dimana dari penelitian ini akan
menghasilkan sebuah hasil sejauh mana tingkat kondisi fisik atlet atletik PPLP. Dari
hasil penelitian ini juga tentu akan bermanfaat bagi para pelatih untuk mengatur
program latihan kepada para atletnya, yang kemudian akan menyesuaikan dengan
kondisi para atlet hingga atlet akan mencapai hasil yang memuaskan dalam
peningkatan prestasinya di dalam sebuah pertandingan.