Tersebutlah sebuah desa bernama Purba, dipinggiran hulu sungai Sibundong,
sekarang menjadi wilayah Kecamatan Sorkam Barat Kabupaten Tapanuli Tengah Provinsi Sumatera Utara. Hiduplah seorang pemuda Batak yang bernama BOBAK yang tinggal bersama keluarga pamannya, seorang raja di desa Purba tersebut. Pemuda yang memiliki wajah jelek, hitam, besar, jujur, bodoh dan baik adalah gambaran orang-orang yang mengenal si Bobak. Si Bobak bekerja setiap musim panen menjual Kelapa dan Padi ke hilir sungai Aek Sibundong atau ke muara sungai, disana ada pasar tempat para pedagang dan saudagar saudagar berkumpul. Dengan menggunakan sebuah perahu yang sangat besar dengan ukuran (.........) yang terbuat dari batu Bobak mengarungi sungai Aek Sibundong dari hulu sungai ke hilir Sungai dan sebaliknya dari hilir sungai ke hulu sungai kampung tempat dia tinggal. Setiap dia hendak berangkat dari suatu tempat dan hendak sampai ke suatu tempat, si Bobak selalu menandainya keberadaannya dengan suara dentuman tembakan pistol yang keras yang ditembakkan ke angkasa. Pada suatu tahun ketika usia si Bobak sudah beranjak dewasa, Pamannya memanggil dia. Iya Paman, ada apa Paman memanggil aku.....Kata Bobak pada Pamannya. Begini Bobak... kau kan sudah dewasa, sudah sepantasnya kau menikah dan memiliki keluarga sendiri. Jangan lagi selalu bergantung hidup pada Pamanmu ini... bawalah kemari wanita yang kau cintai sehingga Paman akan menikahkan kalian... Tapi Paman.... hanya satu wanita yang Bobak cintai dan ingin aku jadikan teman hidupku yaitu... paribanku si Juwita anak paman sendiri... Paman si Bobak terkejut mendengar kata kata tersebut. Agoh....Bah...Si Juwita ? Paribanmu....bagaimana pula itu Bobak...hanya satu pula pariban kau...tapiiii..tak apalah, asal dengan syarat.....kau sanggup berikan sama paman kau ini uang sebanyak perahu kau itu.....Tulang akan nikahkahkan kau dengan Si Juwita. Baiklah Tulang, saya akan penuhi syarat yang Tulang katakan... Jawab si Bobak pada pamannya. Pada musim panen pertama tahun itu, si Bobak membawa kelapa satu perahu penuh ke pasar Sorkam, sesampai disana suara dentuman keras terdengar diangkasa. Buarrr dummm....semua orang tersentak dan sambil berucap : Si Bobak sudah datang..... Kemudian para pedagang dan saudagar saudagar mendekatinya kepinggir sungai Aek Sibundong untuk melihat apa yang hendak si Bobak jual. Seorang saudagar berkata : Bobak....apa yang kau bawa sekarang untuk kau jual ? . Sambil membuka seluruh penutup perahunya, si Bobak berkata : Nah, ini semua kelapa yang saya bawa...ambillah dan bawalah saya hanya perlu tempurungnya kembali ke perahu ini...dan ini semua gratis....cepatlah, sore nanti saya akan pulang ke Purba.... Para pedagang dan saudagarpun berebutan untuk mengambil kelapa yang ada di perahu si Bobak sehingga dengan hitungan menit semua kelapa tersebut habis. Sore harinya si Bobak pun berangkat pulang ke hulu sungai Aek Sibundong ke desa Purba. Buarrr dumm, demikian tanda keberangkatan si Bobak dari Pasar Sorkam. semua orang tersentak dan sambil berucap : Si Bobak sudah pulang..... Entah apa yang dipikirkan si Bobak, ataupun semua orang yang mengenal dia. Orang selalu menyebutnya jujur, bodoh dan baik. Demikian pula pada musim panen Padi, si Bobak pun turun mengarungi sungai Aek Sibundong dari desa Purba ke Pasar Sorkam dengan menggunakan perahu batunya
yang besar. Buarrr dummm....semua orang tersentak dan sambil berucap : Si
Bobak sudah datang..... Di pinggir sungai orang orang bertanya pada si Bobak : Bobak sekarang apa yang akan kau bagi bagikan pada kami semua. Ambillah *Tandok kalian....aku akan membagikan padi untuk kalian dan aku hanya butuh ampasnya kembali.... Dan secepat itu pula Padi yang dibawa si Bobak sebanyak perahunya itupun habis dan sore harinya ampas atau sisa hasil tumbukan padi yang sudah dibagi sudah terkumpul di perahu si Bobak. Buarrr dumm, tanda keberangkatan si Bobak sudah terdengar. semua orang tersentak dan sambil berucap : Si Bobak sudah pulang..... Dari hari ke hari orang orang semakin banyak yang mengenal dia sebagai saudagar yang baik, jujur dan bodoh. Demikianlah yang diperbuat si Bobak selama satu tahun penuh dari beberapa panen kelapa ataupun padi di desa Purba. Sementara Pamannya mulai marah kepada si Bobak, karena semua hasil panen Padi dan Kelapa tidak menghasilkan uang. Pamannya pun memanggil si Bobak : Bobak !!!! kemari kau *bere, . Iya Paman, ada apa ? Jawab si Bobak. Mana hasil panen kita selama satu tahun ini, kau kemanakan semua uangnya hah.... Bagaimana pulalah kau bisa menikah dengan putriku si Juwita paribanmu jika seperti ini, kapan kau bisa berikan Paman kau ini uang sebanyak perahumu itu. Tulang minta maaf aku, tapi tolong untuk kali ini saja....aku ada satu permintaan untuk Tulang.... Apa itu !!!! Jawab Pamannya. Tolong pinjamkan aku emas 5 Kg, aku akan kembalikan semua dalam 1 minggu ini, termasuk semua bayar hasil panen selama 1 tahun ini dan bayar emas 5 Kg itu nanti Tulang..... Bah...untuk apa pula itu Bobak..., Agoh... bagaimana pula kalau tidak kau kembalikan nantinya itu ? Tanya Pamannya. Jika aku tidak bisa mengembalikannya...aku tidak akan jadi bere Tulang lagi..tidak akan kembali lagi ke Purba ini dan tidak akan meminta Tulang untuk mengawinkan aku dengan si Juwita. Dalam hati Pamannya cukup senang mendengar kata kata tersebut, karena pamannya tidak ingin si Bobak jadi menantunya kelak. Baiklah Bobak...aku berikan emas 5 Kg ini, pakailah dan penuhilah janjimu itu. Kemudian berangkatlah si Bobak ke hilir sungai dengan membawa emas 5 kg tersebut. Di tengah perjalanan, si Bobak berhenti 3 hari lamanya. Dia mengumpulkan batu putih yang ada di sungai tersebut dan memasukkan ke dalam perahunya sampai penuh. Setelah itu dia menggosokkan setiap batu putih tersebut ke emas 5 kg yang dia bawa, sehingga kemudian seluruh batu batu putih tersebut menjadi kuning keemas emasan sampai satu perahu penuh batu tersebut kemudian ia namai Emas Sipalakke Batu. Barulah si Bobak melanjutkan perjalannya ke Pasar Sorkam dengan membawa batu batu tersebut