Trauma
Trauma
1. PENDAHULUAN
Luka merupakan kerusakan atau hilangnya hubungan antar jaringan
(discontinuous tissue) seperti jaringan kulit, jaringan lunak, jaringan otot, jaringan
pembuluh darah, jaringan saraf dan tulang. Dalam ilmu perlukaan dikenal trauma
tumpul dan trauma tajam Trauma tumpul ialah suatu ruda paksa yang mengakibat
luka pada permukaan tubuh oleh benda-benda tumpul. Hal ini disebabkan oleh
benda-benda yang mempunyai permukaan tumpul seperti kayu, batu, martil,
terkena bola, ditinju, jatuh dari tempat tinggi, kecelakaan lalu lintas dan
sebagainya. Trauma tajam ialah suatu ruda paksa yang mengakibatkan luka pada
permukaan tubuh oleh benda-benda tajam. Trauma tajam dikenal dalam tiga
bentuk pula yaitu luka iris atau luka sayat (vulnus scissum), luka tusuk (vulnus
punctum) atau luka bacok (vulnus caesum). (1)
Dalam ilmu forensik, cedera/luka diproduksi oleh kekerasan fisik, yang
merusakkan kelangsungan jaringan tubuh yang hidup. Trauma dijelaskan sebagai
cedera tubuh yang disebabkan oleh faktor fisik, mekanis atau kimia, yang dapat
mengakibatkan luka atau kemungkinan komplikasi. (2)
Faktor mekanis termasuk penggunaan senjata atau alat seperti pisau, obeng,
gunting, pisau cukur, pistol dan hasil cedera karena jatuh, kecelakaan lalu lintas
atau kekerasan dalam rumah tangga. Faktor kimia meliputi kerusakan jaringan
yang diakibatkan oleh asam, alkali atau racun. Sebuah luka/cedera tubuh terjadi
ketika tenaga yang dikenakan pada tubuh lebih besar dari kemampuan tubuh
untuk menyerap tenaga tersebut. Mekanisme cedera mengarahkan pada berbagai
kekuatan umumnya terkait dengan trauma (yaitu, proyektil, tajam, tumpul, panas
dan trauma-multi). Identifikasi akurat mekanisme tergantung pada pengenalan
pola serta kontribusi dari faktor intrinsik dan ekstrinsik yang menentukan cara
luka/cedera. Cedera yang ditimbulkan oleh kekuatan mekanik secara umum dibagi
menjadi dua kategori yaitu kekuatan tumpul dan tajam. Ia mungkin lebih dari satu
jenis cedera kulit tubuh dan dapat terlokalisasi dan menyebar. Kadang-kadang,
tidak didapatkan cedera eksternal pada kulit atau alat kelamin tidak menolak
kemungkinan adanya cedera serius pada organ/bagian tubuh internal.(2)
Dalam refarat ini kami akan membahas mengenai trauma tumpul yaitu
definisi, anatomi, jenis-jenis trauma tumpul, proses penyembuhan luka tumpul,
pemeriksaan luka tumpul serta aspek medikolegal yang meliputinya.
2. DEFINISI TRAUMA TUMPUL
Trauma benda tumpul adalah luka yang disebabkan karena persentuhan tubuh
dengan benda yang permukaannya tumpul. Benda tumpul yang sering
mengakibatkan luka antara lain adalah batu, besi, sepatu, tinju, lantai dan lainlain. Adapun defenisi dari benda tumpul itu sendiri adalah : (1)
o Tidak bermata tajam
o Konsistensi keras / kenyal
o Permukaan halus / kasar
Luka akibat trauma benda tumpul dapat terjadi karena dua sebab yaitu benda
yang mengenai atau melukai orang yang relatif tidak bergerak dan orang bergerak
ke arah benda yang tidak bergerak. Dalam bidang medikolegal kadang-kadang hal
ini perlu dijelaskan, walaupun terkadang sulit dipastikan. Sekilas tampak sama
dalam hasil lukanya namun jika diperhatikan lebih lanjut terdapat perbedaan hasil
pada kedua mekanisme itu. (3)
Pada trauma tumpul bentuk luka biasanya tidak teratur dan tepi lukanya tidak
rata sedangkan pada trauma tajam bentuk lukanya teratur dan tepi lukanya rata.
Bila diperhatikan dengan teliti, akan didapatkan jembatan jaringan pada trauma
tumpul sedangkan pada trauma tajam tidak didapatkan adanya jembatan jaringan.
Rambut tidak ikut terpotong pada trauma tumpul, bertentangan dengan trauma
tajam yang mana biasanya rambut akan ikut terpotong. Biasanya pada trauma
tumpul, dasar luka tidak teratur sedangkan pada trauma tajam, dasar luka berupa
garis atau titik. Trauma tumpul bisa disertai dengan dua macam lesi yaitu lecet
atau memar atau bisa hanya dengan satu lesi yang berdiri sendiri. Pada trauma
tajam biasanya tidak disertai dengan luka lain.(1)
3. ANATOMI
Epidermis
Epidermis adalah lapisan protektif kulit yang superficial terdiri dari sel epitel
skuamosa bertingkat yang berbeda ketebalannya dari 0,007 0,12 mm. Epidermis
yang paling tebal ada di telapak kaki dan tangan, sedangkan yang paling tipis pada
area-area yang terlindungi seperti scrotum dan kelopak mata. Hal ini memberi
kesempatan kepada ahli forensik untuk membuktikan kekuatan gaya yang
berbeda-beda yang dibutuhkan untuk menembusi kulit pada bagian berbeda pada
tubuh. Lapisan epidermal terdiri dari:(4)
a. Stratum Korneum: Terdiri dari 25-30 lapis sel yang menyerupai sisik dan
berbentuk pipih, yang berterusan terkelupas dan berganti seperti sel mati.
Kornifikasi disebabkan oleh proses keratinisasi dan proses pengerasan dan
pemipihan terjadi bila sel mati dan terdorong ke permukaan. (4)
b. Stratum lucidum: Hanya terdapat di kulit bibir dan lapisan tebal pada telapak
tangan dan kaki. (4)
c. Stratum granulosum: Terdiri hanya dari tiga atau empat lapis sel yang pipih.
Sel-sel di dalam lapisan ini kelihatan berbentuk granular kerana terjadinya
proses keratinisasi. (4)
d. Stratum spinosum: Penampakan seperti spiral pada lapisan ini kerana
perubahan bentuk dari keratinosit. (4)
e. Stratum basal: Ia terdiri daripada lapisan tunggal yang berhubungan dengan
dermis. 4 tipe sel menyusun stratum basal yaitu keratinosit, melanosit, sel
taktil
dan
nonpigmen
granular
dendrosit
(sel
langerhans).
Dengan
pengecualian sel taktil, sel-sel ini membelah secara mitosis dan bergerak ke
arah luar untuk memperbaharui epidermis. Ini umumnya membutuhkan waktu
6-8 minggu untuk sel ini bergerak dari stratum basal ke permukaan kulit. 4
Semua kecuali stratum basal dan stratum spinosum terdiri dari sel mati. Hal
ini menyebabkan dua lapisan ini disebut sebagai stratum germinativum. (4)
Dermis
Lapisan ini lebih dalam dan tebal daripada epidermis. Pembuluh darah di
dermis memberi nutrisi kepada sel-sel hidup di epidermis dan terdapat banyak
kolagen, elastic dan fiber retikuler memberikan dukungan pada kulit. Fiber di
dalam dermis menyebar ke segala arah memproduksi garis tegang pada
permukaan kulit yang disebut sebagai cleavage lines of Langer. Celah pada luka
tusuk atau insisi akan tergantung pada lokasi dan orentasi arah garis kulit. (4)
Lapisan dermis mempunyai banyak vaskuler dan glanduler serta banyak
hujung saraf dan folikel rambut. Dermis mempunyai dua lapisan : (i) lapisan atas
disebut stratum papillarosum (lapisan papilari) yang bersentuhan dengan
epidermis. Banyak proyeksi (papilla) yang keluar dari lapisan ini ke lapisan
epidermis. Papilla membentuk dasar untuk tempat pergeseran pada jari tangan dan
jari kaki. (ii) lapisan bawah disebut stratum reticularosum. (Tato mewarnai kulit
secara permanen kerana warna pigmen akan diinjeksi masuk ke bawah lapisan
mitotik ke dermis). (4)
4.
berpola
dapat
membantu
mengetahui
objek
benda
yang
menghasilkannya, umur dari luka dapat diketahui, pada luka terbuka dengan
adanya kotoran debu, rerumputan yang biasanya ada dapat membantu
mengubungkan tempat dimana kriminalitas terjadi, bagaimana terjadinya
luka berdasarkan tempat distribusinya : (a) pada tenggorokan, luka lecet
melengkung dank arena kuku tangan ditemuka pada leher. (b) pada sesuatu
yang menyesakkan nafas, luka lecet dapat dilihat sekitar mulut dan hidung.
(c)penyerangan seksual, luka lecet mungkin didapatkan pada dada, alat
kelamin, atau paha dalam, dan sekitar anus. (d) luka lecet pada wajah dan
tubuh dapat mengindikasikan pertahanan diri.(7)
Arah dari benda yang menyebabkan luka lecetini dapat dibedakan
dengan melakukan inspeksi dari dekat, menggunakan kaca pembesar jika
perlu. Epidermis yang terkikis akan tertarik sampai daripada distal luka dan
muncul sebagai timbunan kecil keratin. Dapat juga dinilai panjang dari luka
lecet, yang diarahkan sebagai akhir/ujung dari luka. Luka lecet menurut ahli
forensik sangatlah penting karena terdapat bekas pola dari objek kausatifnya
dibandingkan tipe luka lain. Sangat penting bagi dokter yang memeriksa
untuk mengenali pola, walaupun dia sendiri tidak tahu apa yang sebenarnya
menyebabkannya. Deskripisi harus ditulis pada rekam medik, dengan sketsa
ataupun lebih bagus foto jika da kemungkinan adanya kriminalisasi atau
tindakan legal kedepannya.(6)
Skala harus selalu dimasukkan dalam fotografi dan ukuran jarak dalam
deskripsi, sebagai dimensi yang tepat dalam mengidentifikasi objek. Ini
sangat penting khususnya pada asus criminal seperti pembunuhan,
kecelakaan lalu lintas khususnya kejadian hit and run, dimana luka berpola
dapat membantu mengidentifikasi kendaraannya.(6)
Gambaran luka
lecet
12 24 jam
Luka kering
cedera.
Kuping luka bewarna merah kecoklatan dan sudah tidak
4 5 hari
5 7 hari
nyeri
Kuping bewarna coklat kehitaman
Kuping bewarna coklat kehitaman dan mulai terkelupas
dari pinggir
7 10 hari
Fresh
Luka lecet juga harus dibedakan terjadinya, apakah ante mortem atau post
mortem. Berikut ini tabel yang menunjukkan perbedaan dari keduanya: (4)
ANTE MORTEM
POST MORTEM
Coklat kemerahan
Kekuningan
Sembarang tempat
Besarnya kekerasan
Secara umum, semakin besar kekuatan, maka semakin berat luka memar.
Usia
Memar pada anak-anak lebih cepat terjadi daripada orang dewasa karena
jaringan kulit yang lebih lembut dan lebih halus. Orang tua pula akan lebih
mudah mengalami memar karena telah kehilangan isi otot dan disertai
dengan gangguan kardiovaskuler.
Jenis kelamin
Wanita cenderung lebih mudah memar daripada laki-laki karena kehalusan
kulit dan lebih banyak lemak subkutan.
Penggunaan obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti aspirin, anti koagulan dan lain-lain karena
obat-obat ini akan mengganggu koagulasi darah.
Ketahanan jaringan
Pada area yang kuat seperti dinding abdomen, bokong dan lain-lain,
memar jarang terjadi jika dibandingkan dengan daerah yang terdapat tulang
di bawahnya, dan daerah yang terdapat paling kurang jaringan subkutan,
seperti kepala, dagu dan area yang bertentangan dengan krista iliaka. Dinding
abdomen adalah paling kuat dan jarang terjadi memar biar dengan benturan
yang kuat sekalipun. Namun dinding depan abdomen yang kuat ini, bila
diberikan benturan, akan mengkonduksikan daya ini ke organ-organ dalam
yang kurang tahan hingga organ- organ ini bisa ruptur, tanpa memperlihatkan
tanda-tanda memar dari luar. Kasus-kasus ini terutamanya terjadi pada
kecelakaan kenderaan.
Berikut adalah proses terjadinya memar :
Terdapat berbagai kata dalam mendeskripsi luka memar secara kasar. Hal
ini termasuklah Petechiae (perdarahan kecil), ekimosis (umumnya memar
kecil), dan hematoma (darah yang terkumpul dan mengisi ruang dan meluas
dan atau mendistorsi konfigurasi jaringan).(4) Memar diakibatkan oleh trauma
tumpul ke jaringan dimana terjadi kerusakan di bawah pembuluh darah yang
dapat menyebabkan ektravasasi (kebocoran) di sekitar jaringan. Dalam
praktek klinik kebanyakan memar terdapat di bawah kulit, tetapi memar
dalam dapat terjadi pada setiap jaringan organ. Biasanya darah mengalami
kebocoran dengan cara berdifusi dan menyebar sepanjang jaringan sehingga
tidak menghasilkan bentuk dari objek penyebab trauma. Terdapat
pengecualian yang disebut memar intradermal dimana terjadi pada
superfisial dan terletak di bawah epidermis dan di lapisan atas dermis. (6)
Pada memar, darah mengalami kebocoran dari vena dan arteriol kecil,
tidak dari kapiler, seperti kesalahan dalam berbagai buku. Perdarahan kapiler
tidak dapat menyebabkan biar hanya peteki, tapi pada mikroskop bisa
mendeteksi perdarahan dari pembuluh darah kecil. Memar kemungkinan
berbentuk dari berukuran millimeter ke sentimeter. Perdarahan pada kulit
yang lebih kecil disebut ekimosis dan apabila hanya terdapat ukuran pinpoin disebut peteki. Namun perdarahan yang kecil pada ukuran tersebut
jarang diakibatkan oleh trauma, tetapi pada gangguan koagulasi darah. (6)
Pada trauma ringan kemungkinan hanya menyebabkan perdarahan berupa
peteki, tetapi biasanya hanya bersifat fokal yang menutupi area kecil dan
tidak dapat dikelirukan dengan perdarahan berupa pin-poin yang lebih difus
atau nama lainnya tipe asfiksia yang disebabkan oleh restriksi venous
return. Perubahan luka memar dipengaruhi oleh waktu dan posisi, bila darah
yang terkumpul berpindah ke dalam bidang jaringan. Memar dikatakan
keluar atau dengan kata lain, memar tidak kelihatan atau agak ringan
sewaktu terkena trauma namun menjadi prominen selepas beberapa jam, satu
hari atau dua hari. biasanya membentuk penonjolan setelah beberapa jam
atau beberapa hari (satu atau dua hari).
dapat berhubungan dengan cedera lainnya seperti luka lecet dan luka ini dapat
menyamarkan memar yang mendasarinya. (7)
Hematom ante-mortem yang timbul beberapa saat sebelum kematian
biasanya akan menunjukkan pembengkakan dan infiltrasi darah dalam jaringan
sehingga dapat dibedakan dari lebam mayat dengan cara melakukan penyayat
kulit. Pada lebam mayat (hipostasis pasca mati) darah akan mengalir keluar dari
pembuluh darah yang tersayat sehingga bila dialiri air, penampang sayatan akan
tampak bersih, sedangkan pada hematom penampang sayatan tetap berwarna
merah kehitaman. Tetapi harus diingat bahwa pada pembusukan juga terjadi
ekstravasasi darah yang dapat mengacaukan pemeriksaan ini. (7)
Namun dari penelitian Sir Robert Christian, beliau membuktikan melalui
penelitiannya bahwa bisa terjadi memar dalam waktu 2-3 jam setelah
meninggal , yang mana adalah sulit untuk dibedakan dengan yang terjadi sewaktu
korban masih hidup. Tetapi beliau memperhatikan bahwa harus dengan benturan
yang keras untuk bisa terjadi memar, namun memar yang terjadi hanya kecil jika
dibandingkan dengan kekuatan yang sama diberikan pada korban yang masih
hidup. Hal ini dikarenakan tidak adanya tekanan di dalam pembuluh-pembuluh
darah kecil dan perdarahan yang terjadi adalah dari darah yang mengalir secara
pasif dan jarang secara ekstravasasi aktif. (4,8)
LUKA MEMAR
LEBAM MAYAT
Di sembarang tempat
Pembengkakan (+)
Pembengkakan (-)
Ditekan menghilang
Gambar 11 : Lebam
Mayat
menghilang secara perlahan-lahan dan menjadi warna kulit pada waktu kirakira dua minggu. (4)
Memar adalah perubahan warna kulit yang disebabkan oleh
perdarahan ke jaringan yang disebabkan oleh pembuluh darah yang pecah
dan pada umumnya terjadi perdarahan ke dalam jaringan pembuluh darah
yang pecah, Secara umum pada orang tua pembuluh darahnya lebih mudah
pecah. Tidak ada cara yang tepat untuk menentukan berapa banyak daya atau
kekuatan yang dibutuhkan untuk menghasilkan memar. Dalam fase
penyembuhan terjadi perubahan warna dari biru atau merah, merah ke biru,
hijau, coklat dan akhirnya kuning. Namun perubahan warna ini bisa tidak
beraturan dan bisa tumpang tindis. Tidak ada cara untuk mengetahui berapa
lama setiap tahap warna akan berakhir. Terkadang memar yang masih baru
terjadi sudah menjadi warna kecoklatan. (4)
Gambar 13 : Luka
Selain melihat secara kasar, dokter ahli patologi harus berusaha menilai
umur memar dengan cara memeriksanya secara mikroskopik. Sekali lagi,
pinggiran yang mana bagian paling tua dan paling terorganisasi, adalah
bagian yang paling baik untuk diperiksa. Perubahan yang membantu
menetukan umur memar termasuklah derajat keparahan dan tipe radang yang
terjadi, deposit pigmen dan derajat skar yang terjadi. Selalunya soal yang
timbul adalah apakah cedera itu akut atau kronik? Dan apakah memar itu
terjadi pada saat korban meninggal atau pada waktu-waktu yang bisa
diperkirakan? Sayangnya, umur memar tidaklah tepat dan selalu menjadi
petunjuk yang salah. Misalnya memar pada kulit kepala bisa terlihat seperti
terjadi pada saat korban meninggal bila dilihat secara kasar dan secara
mikroskopik tetapi sebenarnya sudah terjadi selama beberapa hari. (4)
(8)
(8)
Pada beberapa kasus, robeknya kulit atau membran mukosa dan jaringan
dibawahnya tidak sempurna dan terdapat jembatan jaringan.Jembatan
jaringan tepi luka yang ireguler, kasar dan luka lecet membedakan laserasi
dengan luka oleh benda tajam (8)
Tepi dari laserasi dapat menunjukkan arah terjadinya kekerasan. Tepi yang
paling rusak dan tepi laserasi yang landai menunjukkan arah awal kekerasan.
Sisi laserasi yang terdapat memar juga menunjukkan arah awal kekerasan. (8)
dengan terjadinya
Bila luka terjadi dekat persendian maka akan terasa nyeri, khususnya pada
saat sendi tersebut di gerakkan ke arah laserasi tersebut sehingga dapat
menyebabkan disfungsi dari sndi tersebut. Benturan yang terjadi pada
jaringan bawah kulit yang memiliki jaringan lemak dapat menyebabkan
emboli lemak pada paru atau sirkulasi sistemik.Laserasi juga dapat terjadi
pada organ akibat dari tekanan yang kuat dari suatu pikulan seperti pada
jantung, aorta, hati dan limfa.Hal yang harus diwaspadai dari laserasi organ
yaitu robekan yang komplit yang dapat terjadi dalam jangka waktu lama
setelah trauma yang dapat menyebabkan perdarahan hebat
(4,8)
5. ASPEK MEDIKOLEGAL
Di dalam melakukan pemeriksaan terhadap orang yang menderita
luka akibat kekerasan, pada hakekatnya dokter diwajibkan untuk dapat
memberikan kejelasan dari permasalahan sebagai berikut:
a. Jenis luka apakah yang terjadi?
b. Jenis kekerasan/senjata apakah yang menyebabkan luka?
c. Bagaimanakah kualifikasi luka itu?
Pengertian kualifikasi luka disini semata-mata pengertian Ilmu
Kedokteran Forensik, yang hanya baru dipahami setelah mempelajari pasalpasal dalm Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang
bersangkutan dengan Bab XX (Tentang Penganiayaan), terutama pasal 351
dan pasal 352; dan Bab IX (Tentang Arti Beberapa Istilah Yang Dipakai
Dalam Kitab Undang-Undang), yaitu pasal 90. (9,10)
1. Penganiayaan ringan
2. Penganiayaan
3. Penganiayaan yang mengakibatkan luka berat
4. Penganiayaan yang mengakibatkan kematian
Oleh karena istilah penganiayaan merupakan istilah hukum, yaitu
dengan sengaja melukai atau menimbulkan perasaan nyeri pada seseorang,
maka di dalam Visum et Repertum yang dibuat dokter tidak boleh
mencantumkan istilah penganiayaan, oleh karena dengan sengaja atau tidak
itu merupakan urusan hakim. Demikian pula dengan menimbulkan perasaan
nyeri sukar sekali untuk dapat dipastikan secara objektif, maka kewajiban
dokter di dalam membuat Visum etRepertum hanyalah menentukan secara
objektif adanya luka, dan bila ada luka, dokter harus menentukan derajatnya.
Penganiayaan ringan, yaitu penganiayaan yang tidak menimbulkan
penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau
pencaharian, di dalam Ilmu Kedokteran Forensik pengertiannya menjadi:
luka yang tidak berakibat penyakit atau halangan untuk menjalankan
pekerjaan jabatan atau pencaharian. Luka ini dinamakan luka derajat
pertama.
Bila sebagai akibat penganiayaan seseorang itu mendapat luka atau
menimbulkan penyakit atau halangan di dalam melakukan pekerjaan jabatan
atau pencaharian, akan tetapi hanya untuk sementara waktu saja, maka luka
ini dinamakan luka derajat kedua.
Apabila penganiayaan tersebut mengakibatkan luka berat seperti yang
dimaksud dalam pasal 90 KUHP, luka tersebut dinamakan luka derajat
ketiga.
Pasal 351(9,10)
(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun
delapan bulan atau
rupiah.
(2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam
dengan pidana penjara paling lama lima tahun.
(3) Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
tujuh tahun.
(4) Dengan penganiayaan disamakan sengaja merusak kesehatan.
(5) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 352(9,10)
(1) Kecuali yang tersebut dalam pasal 353 dan 356, maka penganiayaan yang
tidak menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan
jabatan atau pencarian, diancam, sebagai penganiayaan ringan, dengan pidana
penjara paling lama tiga bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus rupiah. Pidana dapat ditambah sepertiga bagi orang yang
melakukan kejahatan itu terhadap orang yang bekerja padanya, atau menjadi
bawahannya.
(2) Percobaan untuk melakukan kejahatan ini tidak dipidana.
Pasal 90(9,10)
Luka berat berarti :
(1) Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut
(2) Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas jabatan atau
pekerjaan pencarian;
(3) Kehilangan salah satu pancaindera;
(4) Mendapat cacat berat(verminking)
(5) Menderita sakit lumpuh;
(6) Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
(7) Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Satya AC. Aspek Medikolegal Luka pada Forensik Klinik. Majalah
Kedokteran Nusantara: 2006; 39(4).
2. Khaja S.B., Jha S, Mathur K.G, Mathur N.V., Forensic Interpretation of
Injuries / Wounds found on the human body; JPAFMAT, 2011
3. Traumatologi. In: Aflanie I, Abdi M, Setiawan R, editors. Roman's Forensic
The Textbook of Forensic. 25 ed: University of Lambung Mangkurat; 2011.
p. 104-15.
4. Vij K. Text Book of Forensik Medicine and Toxicologi 5 th ed. New delhi:
Jeypee Brothers Medical Publisher; 2011. p 214-220.
5. DiMaio, Vincent, et al. Forensic Pathology Florida : CRC Press. 2001
6. Knight, Bernard. Simpsons Forensic Medicine. Great Britain : Hodder
Headline Group. 1997
7. Stark M.M., Clinical Forensic Medicine, A Physicians Guide Second
Edition; Humana Press, 2005. P138-139.
8. Dolinak D, et al. Blunt Force Injury. Forensic Pathology, Principles and
practice. London: Elsevier Academic Press ; 2005. p 125-126
9. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Bab IX pasal 90 serta Bab
XX pasal 351 dan 352.
10. Idries AM. Luka dan Kekerasan. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik 1st ed.